Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151019 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imamurahman Taslim
"Menurut data dari Tuberculosis TB national prevalence survey dalam TB Global Report 2015, angka prevalensi TB di Indonesia sekitar 650 jiwa dengan angka insidensi 403 jiwa per 100.000 penduduk. Pada pasien TB paru sering dijumpai temuan lesi paru yang khas yaitu kavitas. Jumlah pasien TB dengan kavitas pada orang dewasa bervariasi sekitar 30-50 persen. Di dalam kavitas diperkirakan terdapat sekitar 107 sampai dengan 109 bakteri. Hal ini menunjukan adanya bahwa kavitas merupakan faktor risiko penting dari kegagalan pengobatan dan relaps serta kemungkinan berhubungan dengan resistansi obat.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui proporsi pasien TB paru, kavitas pada TB paru serta hubungan antara tingkat bacterial load dengan kavitas pada pasien TB paru. Penelitian ini merupakan studi cross sectional yang diambil dari pasien pada rentang tahun 2013 sampai tahun 2015 sebanyak 145 subjek.
Hasil studi menunjukan bahwa tingkat kepositivan BTA pada BTA 3 ,2 dan 1 ,1-9 batang memiliki hubungan bermakna pada kejadian lesi kavitas p=0.018. Ditemukan pula pada BTA positif dan negatif terdapat hubungan bermakna dengan kejadian lesi kavitas p=0.05 . Perlu dilakukan studi lebih lanjut dengan desain penelitian yang berbeda dengan desain kohort prospektif serta subjek diajarkan cara pengambilan sputum yang benar.

According to data from Tuberculosis TB national prevalence survey in Global TB Report 2015, the prevalence of TB in Indonesia is around 650 people with the incidence of 403 people per 100,000 population. In patients with pulmonary TB, cavity is a typical common finding in lung lesion. Number of TB patients with cavities in adults varies between 30 50 percent. Inside the cavity, it is estimated that there are about 107 up to 109 bacteria. This shows that the cavity is an important risk factor of treatment failure and relapse as well as possibly related to drug resistance.
The aim of this study is to determine the proportion of patients with pulmonary TB, cavity in pulmonary TB, and the association between the level of bacterial load and the occurrence of cavity in patients with pulmonary TB. The study was a cross sectional study which was taken from 145 patients from years 2013 to 2015.
The results showed that the level of positivity in AFB 3 , 2 , and 1 , 1 9 rods has a significant relationship to the occurrence of cavity lesions p 0.018 . It was also found on the positive and negative AFB that there was a significant relationship with the occurrence of the cavity lesion p 0.05 . Further study is needed to be carried out with different design, which is prospective cohort study and the subject is taught the correct way to collect sputum."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Vidiast
"ABSTRAK
Tuberkulosis multi-drug resistant TB-MDR merupakan penyakit menular yang menjadi beban global karena sulit diobati dan mudah ditransmisikan. Indonesia termasuk ke dalam negara dengan prevalensi TB-MDR yang tingggi dengan 2.293 kasus yang tercatat pada 2016. Pengobatan yang merlukan waktu lebih lama dan jenis obat yang lebih berat menimbulkan beban ekonomis selama proses mencapai proses kesembuhan. Derajat sakit pasien TB-MDR dapat tergambar melalui berbagai manifestasi klinis, di antaranya adalah nilai bacterial load dan adanya lesi kavitas pada paru. Kedua hal tersebut memiliki hubungan dengan kondisi imun penderitanya. Beberapa penelitian terdahulu menemukan adanya peran penting sel limfosit T CD4, sebagai faktor imun, dalam progresivitas penyakit TB-MDR. Namun, pemeriksaan sel limfosit T CD4 belum dapat diterapkan dalam praktik klinis di Indonesia. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengatahui apakah kadar limfosit, yang pemeriksaannya telah rutin dilakukan dalam pratik klinis, berhubungan dengan bacterial load dan bentuk lesi pasien TB-MDR yang menggambarkan derajat kesakitan. Desain penelitian ini adalah cross sectional dan menggunakan 99 sampel yang dicapai dengan cara konsekutif. Data kadar limfosit, bacterial load, dan bentuk lesi didapatkan dari rekam medis dan kemudian dianalisis menggunakan chi square. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara kadar limfosit dengan bacterial load p=0,008 sementara tidak terdapat hubungan dengan bentuk lesi p=0,854 .

ABSTRACT
Multi drug resistant tuberculosis MDR TB is communicable disease which burdened global health due to its difficult treatment and transmission rate. Indonesia is one of the most prevalent MDR TB. There are 2.293 cases registered in 2016. The longer treatment duration and advanced drugs needed give rise to economic burden for the patient. Disease severity represented in various clinical manifestation, as well as bacterial load and lesion form. Both is known to be associated with patients immunity. Former researches have shown a great role of CD4 T lymphocyte in the disease progressivity. However, measuring CD4 T lymphocyte is still beyond Indonesian clinical practice. This study aims to analyze whether the regularly done lymphocyte levels measurement has association with bacterial load and lesion form as disease severity representations. This study uses cross sectional design and 99 subjects from consecutive sampling. Lymphocyte levels, bacterial load, and lesion form was obtained from medical record then analyzed using the chi square. The result show that lymphocyte levels has association with bacterial load p 0.008 but lesion form p 0.854."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Girsang, Yastriana Liku
"Tingkat kejadian TB Paru di Indonesia masuk dalam kelompok urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO tahun 2009 (Riskesdas, 2010). Di Indonesia TB Paru merupakan pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia (Soedarsono, 2006). TB Paru merupakan penyakit menular yang menyebar melalui batuk dan dahak. Penyakit TB ini dipengaruhi oleh faktor usia, pekerjaan, status pernikahan dan riwayat penyakit.
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif, sampel yang digunakan yaitu pasien TB di poliklinik paru RS Persahabatan sejumlah 99 responden. Pengambilan sampel menggunakan simple non random sampling dengan teknik accidental sampling.
Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis univariat ditemukan 89,1% responden memiliki harga diri tinggi (normal). Pada penelitian ini berarti tidak adanya gangguan pada harga diri pasien TB di poliklinik paru RS Persahabatan. Rekomendasi untuk pihak RS Persahabatan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien TB tentang pengobatan teratur sehingga tidak terjadi kasus TB berulang.

Pulmonary TB incidence rate in Indonesia in the group third after India and China by 2009 WHO report (Riskesdas, 2010). In Indonesian Tuberculosis is the number one killer among infectious diseases and is the third cause of death after heart disease and acute respiratory in all the ages (Sudarsono, 2006). Tuberculosis is an infectious disease that spreads through coughing and phlegm. TB disease is influenced by age, occupation, marital status and history of disease.
Design used in this study is descriptive, ie the sample used in the clinic of pulmonary TB patients Friendship Hospital a number of 99 respondents. Sampling using non simple random sampling with accidental sampling technique.
The results were analyzed using univariate analysis found 89.1% of respondents have a high selfesteem (normal). In this study means no compromise on dignity pulmonary TB patients in the clinic Persahabatan Hospital. Recommendations for the Persahabatan Hospital to provide health education to patients on TB treatment so it does not happen regularly recurrent TB cases.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christi Giovani Anggasta Hanafi
"Salah satu karakteristik klinis yang sering diamati pada TB paru adalah adanya kavitas paru pada pemeriksaan radiologis dada. Kavitas paru akan menyebabkan prognosis lebih buruk akibat keterlambatan konversi kultur sputum, hasil klinis yang buruk, dan penularan infeksi yang lebih tinggi. Beberapa faktor yang telah ditemukan berkaitan dengan kavitas paru adalah usia tua, jenis kelamin laki-laki, penyakit penyerta diabetes mellitus, dan malnutrisi. Prevalensi malnutrisi pada pasien dengan TB diperkirakan berkisar antara 50% sampai 57%, dan malnutrisi dikaitkan dengan dua kali lipat risiko kematian. Telah lama diketahui bahwa terdapat hubungan antara TB dan malnutrisi, tetapi dampak malnutrisi terhadap derajat keparahan TB, yang dilihat dari adanya kaviats paru, masih kurang diketahui dan data yang telah ada masih saling bertentangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan kavitas paru pada pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang. Sebanyak 134 pasien yang memenuhi kriteria menjadi subjek penelitian di Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Pasien pada penelitian ini umumnya berjenis kelamin laki-laki (61,9%) dan berusia 18-59 tahun (92,5%). Mayoritas subjek penelitian termasuk dalam kategori status gizi SGA B (malnutrisi ringan-sedang) sebanyak 77 orang (57,5%), SGA A (status gizi baik) sebanyak 35 orang (26,1%), dan SGA C (malnutrisi berat) sebesar 22 orang (16,4%). Proporsi kavitas paru pada pasien TB paru dalam penelitian ini sebanyak 42 orang (31,3%). Penelitian ini mendapatkan hubungan bermakna secara statistik antara status gizi berdasarkan SGA dan kavitas paru (OR=6,933; 95%CI=1,986-24,205; p=0,002; aOR=7,303 (95%CI=2,060-25,890; p=0,002). Variabel lain yang mempengaruhi terbentuknya kavitas paru adalah pemeriksaan bakteriologis (p=0,016), TB resisten obat (p<0,001), dan perubahan BB (p=0,033). Analisis multivariat mendapatkan bahwa pemodelan dapat memenuhi 29,3% faktor prediktor kejadian kolonisasi dan setelah dimasukkan ke dalam perhitungan, maka probabilitas seorang pasien yang mengalami TB resisten obat dan malnutrisi untuk pembentukan kavitas paru adalah sebesar 95,16%. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dan kavitas paru pada pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan.

One of the clinical characteristics that is often found in pulmonary TB is the presence of lung cavities on chest radiological examination. Lung cavities will lead to a worse prognosis due to delayed sputum culture conversion, poor clinical outcome, and higher transmission of infection. Several factors that have been found to be related to the lung cavity are elder age, male gender, comorbid diabetes mellitus, and malnutrition. The prevalence of malnutrition itself in patients with TB is estimated to range from 50% to 57%, and malnutrition is associated with a twofold risk of death. It has long been known that there is a relationship between TB and malnutrition, but the impact of malnutrition on the severity of TB, which is observed from lung cavity presence, is still poorly understood and the available data are conflicting. This study aims to determine the relationship between nutritional status and lung cavity in pulmonary tuberculosis patients at Persahabatan General Hospital. This research is a cross-sectional study. A total of 134 patients who met the criteria became research subjects at the Outpatient and Inpatient Department at the Persahabatan General Hospital. Patients in this study were generally male (61.9%) and aged 18-59 years (92.5%). The majority of research subjects were included in the SGA B (mild-moderate malnutrition) category of 77 people (57.5%), SGA A (good nutritional status) of 35 people (26.1%), and SGA C (severe malnutrition). by 22 people (16.4%). The proportion of lung cavities in pulmonary TB patients in this study were 42 people (31.3%). This study found a statistically significant relationship between nutritional status based on SGA and lung cavities (OR=6.933; 95%CI=1.986-24.205; p=0.002; aOR=7.303 (95%CI=2.060-25.890; p=0.002). Variables Other factors that influenced the formation of lung cavities were bacteriological examination (p=0.016), drug-resistant TB (p<0.001), and changes in weight (p=0.033). Multivariate analysis found that modeling could fulfill 29.3% of the predictors of colonization and after taken into account, the probability of a patient with drug-resistant TB and malnutrition for lung cavity formation is 95.16%. Conclusion: There is a relationship between nutritional status and lung cavity in pulmonary tuberculosis patients at Persahabatan General Hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Nina Aspasia Harli
"Latar belakang dan tujuan: Tuberkulosis (TB) sampai saat ini merupakan tantangan dan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di dunia. Insidens TB paru di kota Bekasi tahun 2014 adalah 1359/2.510.951 penduduk dan 3099 total kasus selama tahun 2014. Defisiensi mikronutrien seperti retinol dapat terjadi akibat hilangnya nafsu makan, gangguan absorbsi usus halus yang menyebabkan keadaan imununosupresi sehingga meningkatkan risiko infeksi TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar retinol serum dengan derajat bacterial TB paru kasus baru di tingkat pelayanan primer.
Metode: Penelitian mempergunakan desain potong lintang dengan 135 sampel yang diambil dengan cara cluster consecutive sampling di puskesmas wilayah kota Bekasi pada penderita TB paru kasus baru yang belum mendapatkan terapi obat anti tuberkulosis (OAT).
Hasil: Karakteristik subjek TB paru kasus baru di puskesmas menurut usia dengan nilai tengah 35,5 tahun (IQR 18-65), laki-laki 62,3%, perokok 44,9%, IMT gizi kurang 56,5%, hipoalbumin 17,4%, kadar retinol serum defisien 40,6%. Lesi kavitas 30,4?% dan derajat bacterial load mayoritas scanty dan +1 dengan persentase berturut-turut 10,1% dan 39,1%. Terdapat perbedaan bermakna kadar albumin, IMT, lesi kavitas dengan bacterial load dengan nilai p=0,003, p=0,014, p=0,011 namun tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar retinol serum dengan bacterial load.
Kesimpulan: Kadar retinol serum tidak berhubungan dengan derajat bacterial load pasien TB paru kasus baru di wilayah kerja kota Bekasi serta terdapat hubungan bermakna antara IMT, kadar albumin dan lesi radiologis dengan bacterial load.

Background: Tuberculosis (TB) remains a threat for community health across the globe including Indonesia. The incidence of pulmonary TB in Bekasi, Indonesia in 2014 is 1,395/2,510,951 people and there were 3.099 cases in 2014. Micronutrient deficiency such as retinol can be caused by loss of appetite and disorder in intestinal absorption which could lead to immunosuppressive condition that increased the risk of TB. This study aims to find the correlation between serum retinol level and semi-quantitative bacterial load in new case of pulmonary TB at a community health center.
Methods: This cross-sectional study involved 135 subjects collected through cluster consecutive sampling in a primary health care in Bekasi, Indonesia. The study included new pulmonary TB cases which had no history of taking any anti-TB drugs.
Results: The median age of the subjects was 35.5 years old (IQR 18-65) and most of subjects were males (62.3%), smokers (44.9%), had low body mass index (BMI) (56.5%), had hypoalbuminemia (17.4%), serum retinol deficient (40.6%), presented with cavity lesion (30.4%) and presented with scanty and +1 semi-quantitative bacterial load (10.1% and 39.1%, respectively). There was no significant correlation between serum retinol level and semi-quantitative bacterial load. However, there were significant correlations between serum albumin level, BMI and presence of cavity lesion and semi-quantitative bacterial load (p=0.003, p=0.014, and p=0.011, respectively).
Conclusion: There was no correlation between serum retinol level and semi-quantitative bacterial load in new cases of pulmonary TB patients. There were significant correlations between serum albumin level, BMI and presence of cavity lesion and semi-quantitative bacterial load.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Rinaldy Panusunan
"Latar belakang dan tujuan: Petugas kesehatan adalah populasi yang rentan terhadap infeksi Tuberkulosis (TB). Salah satu penilaian dalam kontrol infeksi TB adalah melakukan evaluasi pada petugas kesehatan, terutama yang kontak dengan pasien TB. Interferon gamma release assays (IGRA) adalah suatu alat untuk pemeriksaan infeksi TB laten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan angka proporsi infeksi TB laten pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian potong lintang yang dilakukan pada 95 subjek dengan cara concecutive sampling. Subjek akan dilakukan anamnesis, foto toraks dan Xpert MTB/RIF untuk menyingkirkan diagnosis TB aktif dan TB MDR.
Hasil: Hasil IGRA positif didapatkan pada 37 subjek (38,9%) dan negatif pada 58 subjek (61,1%). Tidak ditemukan kasus TB aktif atau TB MDR. Didapatkan hubungan yang signifikan antara hasil pemeriksaan IGRA dengan lokasi kerja (P = 0,004).
Kesimpulan: Proporsi infeksi TB laten pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan dengan pemeriksaan IGRA adalah 38,9%.

Background: Healthcare workers (HCW) are group of population that are prone to tuberculosis (TB) infection. One of the tuberculosis infection control measure is the evaluation of HCW, especially those who have contact with TB patient. Interferon gamma release assays (IGRA) is a method for diagnosing latent TB infection (LTBI). The aim of this trial is to determine the proportion of LTBI in HCW in Persahabatan Hospital, a high burden TB hospital in Indonesia.
Methods: This cross sectional study was conducted among 95 HCW in Persahabatan Hospital who have contact with TB patient. Sample was recruited by consecutive sampling. The participants were subject to history taking, chest X ray and Xpert MTB/RIF to exclude the diagnosis of active TB infection or multi drug resistant (MDR) TB.
Results: Positive IGRA was found in 37 HCW (38,9%) and negative IGRA was found in 58 HCW (61,1%). There were no active TB and MDR TB in HCW. There was a significant association between IGRA result and the work place (P = 0,004).
Conclusion: Proportion of LTBI in HCW in Persahabatan Hospital by using IGRA was 38,9%."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Selviana Octaviani
"Latar belakang pendidikan dan pengetahuan mengenai Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konversi sputum TB. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara level edukasi pasien dan tingkat pengetahuan tentang TB dengan konversi sputum pada dua bulan.Studi potong lintang ini di lakukan di Rumah Sakit Persahabatan dengan menganalisa latar pendidikan dan pengetahuan mengenai TB. Dari 106 pasien (63 laki-laki, 43 perempuan) dengan rentang umur 20-65 tahun dilakukan interview langsung dan pengisian kuesioner untuk mengetahui tingkat pendidikan dan pengetahuan akan TB. Uji sampel chi-square digunakan untuk menilai signifikansi statistik pada penelitian ini. Terdapat hubungan yang bermakna antara latar pendidikan dan pengetahuan mengenai TB (p<0.05); pendidikan dan sputum konversi (p<0.05). Tidak terdapat nilai statistic yang signifikan antara pengetahuan TB dan sputum konversi (p>0.05). Hasil penemuan studi ini menunjukan bahwa latar pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan tingkat pengetahuan TB dan sputum konversi yang lebih baik. Akan tetapi, tingkat pengetahuan TB yg lebih baik tidak menunjukan bahwa pasien memiliki konversi sputum yang positif pada dua bulan.

Educational backgrounds and level of knowledge are factors that might affect the sputum conversion of the Tuberculosis (TB) patients. This study focused to investigate the association between educational background and level of knowledge of the TB patient and the sputum conversion at two months. This cross-sectional study was done in Persahabatan hospital among 106 patients (63 male, 43 female) with the age ranging from 20-65 years old. The educational background and knowledge level of TB were assessed using a questionnaire and direct interview. A chi- square test was conducted to assess the association between knowledge level of TB and education level, education level and sputum conversion, and knowledge level of TB and sputum conversion. There were a statistically significance association between education level and knowledge about Tuberculosis (p<0.05); education level and sputum conversion (p<0.05); however, knowledge level of TB and sputum conversion were not statistically significant (p > 0.05). These findings suggest that the higher the education, the higher the patient's knowledge level of TB and sputum conversion rate. However, higher knowledge level of TB does not necessary mean that the patient will have a positive sputum conversion at two months."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tissy Fabiola
"Penyakit tuberculosis (TB) telah dinyatakan sebagai salah satu permasalahan kesehatan dunia oleh WHO semenjak tahun 1993, danjumlahpenderita tuberkulosis kian meningkat setiap tahunnya. Mycobacterium tuberculosis, agen penyebab dari penyakit tuberkulosis telah bermutasi menjadi strain resistant erhadap lebih dari satu obat antituberkulosis, yang melahirkan sebuah penyakit yang disebut Multidrug-resistant Tuberculosis (MDR-TB). Studi ini bermaksud mengetahui pengaruh usia dan status pekerjaan pada pasien MDR-TB selama pengobatan inisial TB terhadap kepatuhan pasien dalam pengobatan. Data diambil di RS Persahabatan Jakarta (n=50), pada bulan Desember 2009 hingga Agustus 2010 dengan metode cross sectional. Sample diperoleh dengan metode convenient sampling method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34% pasien berusia 16-20 tahun dan 70% pasien memiliki pekerjaan saat pengobatan TB pertama, serta baik usia pasien maupun status pekerjaan pasien tidak ada hubungan yang signifikan dengan kepatuhan pasien.

Tuberculosis (TB) disease has been declared as a global emergency according to WHO since 1993 and the number of the people who become infected with this disease keeps increasing throughout the year. Mycobacterium tuberculosis, the causative agent of tuberculosis disease has mutated to be resistant to more than one antituberculosis drug, leading to a disease called Multidrug-resistant Tuberculosis (MDR-TB). This study aims to measure the influence between age and employment status during primary TB treatment and the development towards MDR-TB in relation to patient compliance. Data is collected in Persahabatan Hospital, Jakarta (n=50) on December 2009 until August 2010, using cross sectional method. Samples are obtained using convenient sampling method. The result shows that 34% patients were 16-20 years old and 70% patients were employed during their primary TB treatment, and neither age nor employment status has a significant association with patient compliance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna
"Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia terlepas dari kemajuan ilmiah utama dalam diagnosis dan manajemen Dalam Laporan WHO 2012 Global Tuberculosis Pengendalian mengungkapkan diperkirakan 9 3 juta kasus insiden TB pada tahun 2011 secara global dengan Asia memimpin di bagian atas 59 Beberapa studi di masa lalu telah mengungkapkan hubungan antara kekayaan dan kondisi hidup dengan konversi TB dan mengurangi kejadian TB
Sasaran dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis berbagai tingkat ekonomi di masyarakat selama masa pengobatan sebagai faktor yang berkontribusi terhadap konversi TB Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan mewawancarai pasien TB yang diberi obat kategori pertama selama minimal 2 bulan n 106
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien pada kelompok pendapatan yang lebih tinggi memiliki persentase kesembuhan lebih besar 77 dari 57 pasien dibandingkan dengan kelompok berpenghasilan rendah 49 dari 49 pasien Hasil tambahan yang diperoleh adalah beberapa pasien masih menggunakan uang mereka sendiri untuk konsultasi dan obat obatan yang seharusnya ditanggung oleh pemerintah
Penelitian ini menegaskan hipotesis bahwa pendapatan memang terkait dengan konversi TB pada 2 bulan di RS Persahabatan selama pengobatan lini pertama obat Beberapa faktor yang berkorelasi dengan pendapatan yang lebih tinggi termasuk pendidikan transportasi dan makanan sehat berkontribusi terhadap konversi
Penelitian ini menyarankan bahwa pemerintah harus membayar lebih banyak perhatian terhadap konversi dan pengobatan TB sebagai studi ini menemukan bahwa tingkat tertentu pendapatan minimum perlu dipenuhi untuk mendapatkan konversi pada 2 bulan Kata kunci Tuberkulosis Program pengobatan Tuberkulosis Kategori satu obat Tuberkulosis Tingkat Penghasilan.

Tuberculosis remains a major public health problem worldwide in spite of major scientific advancements in its diagnosis and management In WHO Report 2012 ndash Global Tuberculosis Control reveals an estimated 9 3 million incident cases of TB in 2011 globally with Asia leading at the top 59 Several studies in the past have revealed the relationship between wealth and living condition with TB conversion and reducing TB incidence
The Aim of this study was to determine and analyze variety of economic level in society during the treatment period as a contributing factor towards TB conversion This study used cross sectional design by interviewing patients with TB who are given first category drugs for at least 2 months n 106
Results showed that patient in the higher income group had greater cure percentage 77 from 57 patients compared to the low income group 49 from 49 patients Additional result gained was some of the patient still use their own money for consultation and drugs which should have been covered by the government
This study confirmed the hypotheses that income indeed associated with TB conversion at 2 months in Persahabatan Hospital during first line drug treatment Some factors that correlate with higher income including education transportation and healthy foods contribute to the conversion
This study suggested that government should pay more attention towards TB conversion and treatment as the study found that certain level of minimum income needed to be fulfill in order to get the conversion at 2 months Keywords TB TB treatment programs TB drugs first category Income.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Puji Pratiwi
"Malnutrisi meningkatkan risiko kegagalan pengobatan dan kematian pada penderita TB-MDR. Oleh karena itu, deteksi malnutrisi secara cepat dan tepat sangat diperlukan dalam penatalaksanaan TB-MDR. Salah satu alat skrining status gizi yang cepat dan sederhana adalah Malnutrition Screening Tool MST. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan menggunakan MST dan bacterial load pada penderita TB-MDR. Studi cross sectional ini dilaksanakan di RSUP Persahabatan Jakarta pada bulan Juni-Oktober 2017 dengan subjek sebanyak 81 penderita TB-MDR yang belum mendapatkan pengobatan TB-MDR. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, pengukuran antropometri, dan pemeriksaan laboratorium. Dari 81 subjek, 54 subjek berisiko malnutrisi dan 47 subjek mempunyai IMT kurang dari 18 kg/m2. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara MST dan bacterial load pada penderita TB-MDR p=0,923. Walaupun begitu, perbedaan proporsi bacterial load positif antara kelompok berisiko dan tidak berisiko malnutrisi mencapai 11,2. Selain itu, pada kelompok berisiko malnutrisi, bacterial load cenderung positif.

Malnutrition in patients with MDR TB may increase the risk of treatment failure and death. Therefore, rapid and precise malnutrition detection is essential in the management of MDR TB. One of the fastest and simplest nutritional screening tools is the Malnutrition Screening Tool MST. This study aims to determine the association between nutritional status using MST and bacterial load in patients with MDR TB. This cross sectional study was conducted in RSUP Persahabatan Jakarta in June October 2017 with the subject of 81 MDR TB patients who had not received MDR TB treatment. Data were collected using questionnaires, anthropometric measurements, and laboratory examination. Of 81 subjects, 54 subjects at risk of malnutrition and 47 subjects have BMI less than 18 kg m2. Bivariate analysis showed that there is no association between MST and bacterial load in patients with MDR TB p 0.923. However, the difference in the proportion of positive bacterial loads between the at risk and non risk groups of malnutrition is 11,2. In addition, at risk group of malnutrition, bacterial load tends to be positive."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>