Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108128 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kahn, Joel S.
Jakarta: Institute of Nation Development Studies, 2016
306.090 4 KAH c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kahn, Joel S. author
London: SAGE Publications, 1995
306.446 KAH c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: INSIST, 2005
959.8 EMP t (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Djamaluddin Malik
"Artikel ini ini menggambarkan globalisasi dengan cara pandangnya masing-masing.
Globalisasi berkaitan erat dengan komunikasi dan komunikasi global melahirkan
imperialisme budaya atau imperialisme media. Kedua konsep itu datang dari banyak mazhab
pemikiran (arus informasi bebas yang senjang, dependensi, sistem dunia, dan kolonialisme
elektronik) sebagai respons dan kritik terhadap dominasi budaya dan media Barat. Dengan
memakai metoda kepustakaan, digambarkan sejarah, pengertian dan asumsi-asumsi sekaligus
kritikan terhadap konsep imperialisme budaya. Berikutnya, penulis menggambarkan
pengaruh imperialisme budaya di Indonesia. Pada era Orla, imperialisme budaya ada namun
terkendali akibat politik kebudayaan rezim Soekarno yang ?menasionalisasi budaya?.
Sementara pada era rezim Soeharto, imperialisme budaya lebih menonjol karena politik
kebudayaan pintu terbuka (open sky policy) dan pada era reformasi, imperialisme budaya
semakin nampak signifikan akibat liberalisasi semua bidang kehidupan, termasuk politik.
Dan wajah imperialisme budaya semakin beragam tidak hanya datang dari Barat, melainkan
juga dari non-Barat, termasuk Asia. Makin menguatnya imperialisme budaya dewasa ini,
telah menimbulkan kesadaran kaum elit sehingga dalam Pilpres 2014 gagasan nasionalisme,
kemandirian dan doktrin Trisakti menjadi materi kampanye politik para capres dan cawapres."
Jakarta: Lembaga Riset Univ Budi Luhur , 2014
384 COM 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hendry Gustian
"Skripsi ini memaparkan sejarah dan profil majalah Fikiran Ra?jat 1932-1933 yang dipimpin oleh Soekarno yang mulanya sebagai salah satu alat untuk menyatukan PNI Baru dengan Partindo. Namun, setelah Soekarno memilih masuk Partindo majalah ini tetap berusaha menjaga kenetralannya dan aroma persatuannya walau pada akhirnya sedikit berbau Partindo. Hal ini dapat dilihat dari kiprahnya sebagai wakil marhaen dalam menyuarakan pandangan anti kapitalisme dan imperialisme dalam usaha untuk mencapai Indonesia merdeka. Kiprah majalah Fikiran Ra?jat sebagai wakil marhaen dalam menyuarakan pandangan anti kapitalisme dan imperialisme dalam penelitian ini dilihat melalui pemaparan dan pembahasan beberapa contoh karikatur, artikel dan primbon politik. Karikatur, Artikel dan Primbon Politik yang bernada radikal, daya cetak dan jangkaunya yang luas pada akhirnya menyebabkan majalah Fikiran Ra?jat dilarang peredarannya.

This theses describes the profile and history of Fikiran Ra'jat Magazine among year 1932-1933 which was run by Soekarno as the media to unite two political parties, PNI Baru and Partindo. But after Soekarno chose Partindo, this magazine tried to keep its stability and still trying to be neutral between PNI Baru and Partindo although at the end the color obviously seemed a bit more like Partindo than PNI Baru. This can be seen from its role as Marhaen's agent who expressing upon anti-capitalism and anti-imperialism to bring about Indonesia's independency. The research of this theses focused on the explanation and description of some caricature drawing, written articles, magazine's readers letters, and discussion between magazine's readers and editorials which was all lead to the conclusion that this magazine is literally the Marhaen's agent in sounding anticapitalism and anti-imperialism. However, some factors such as the radical tone of caricature drawings, articles and readers' letters (Primbon Politik) also it's wide coverage publication became the reason of the withdrawal of this Fikiran Ra'jat Magazine in the end."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S17
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Veven S.P. Wardhana
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997
384.55 War k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Ramadani
"ABSTRACT
Penelitian yang berjudul Majalah Daulat Ra' rsquo;jat 1931-1934: Suara Anti Kapitalisme dan Imperialisme ini, membahas mengenai profil majalah Daulat Ra rsquo;jat 1931-1934 yang merupakan organ Pendidikan Nasional Indonesia PNI-Baru , khususnya peranan majalah sebagai wakil rakyat dalam menyuarakan pemikiran anti kapitalisme dan imperialisme dalam usaha untuk mencapai Indonesia merdeka. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri atas empat tahap yaitu, Heuristik, Kritik, Interprestasi, dan Historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan majalah memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan nasional dalam mendidik kader-kader baru pergerakan nasional.

ABSTRACT
Research entitled Daulat Ra 39 jat Magazine 1931 1934 Voice of Anti Capitalism and Imperialism, discusses the magazine profile between year 1931 1934 which was the organ of Pendidikan Nasional Indonesia PNI Baru , especially about the role of magazines as representatives of the people in voicing the idea of anti capitalism and imperialism in an attempt to reach Indonesia 39 s independence. The method used is the historical method consists of four stages, namely, Heuristics, Criticism, Interpretation, and Historiography. The results of this research indicate that magazine role had a major influence on the national movement in terms of educating new cadres for national movement. "
2017
S66238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Masyarakat multikultur adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam perbedaan seperti suku bangsa, kebudayaan, agama, RAS dan lain sebagainya yang tinggal dalam sebuah permukiman tertentu. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultur dengan kemajemukan masyarakat serta mengakui adanya perbedaan dalam upaya mewujudkan persamaan dan kebersamaan dari masing-masing suku yang ada."
2014
902 JPSNT 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Handogo
"Fokus tesis ini adalah mengkritisi pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global. Pemikiran Noorena Hertz tersebut mengandung berbagai kelemahan mendasar antara lain, (1). Kapitalisme global dapat memberikan keuntungan bagi semua, baik bagi kaum yang memiliki modal maupun bagi kaum marjinal, selain itu kapitalime global juga dianggap dapat memberikan keuntungan bagi negara kapitalis sentral maupun bagi negara kapitalis pinggiran dan juga bagi lingkungan. (2). Kapitalisme global juga menyebabkan terjadinya pergeseran formasi sosial, yaitu sejak dioperasikannya lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti WTO (world trade organization), perusahaan trans nasional seperti TNC's dan MNC's yang juga melibatkan lembaga-lembaga keuangan intemasional seperti IMF dan World Bank sebagai aktor akumulasi modal. (3). Posisi dan fungsi negara sebagai pengemban demokrasi menjadi mati karena negara yang harusnya mengemban fungsi kebijakar-publik, posisinya digantikan oleh kapitalisme global yang menguasai pasar. (4). Kapitalisme global bertujuan untuk merioiptakan konsumerisme, karena kosumerisme merupakan kekuatan modal dalam perdagangan bebas dan konsumerisme dijadikan atau disamakan dengan kepentingan ekonomi. (5). Kapitalisme dianggap oleh Noorena Hertz sebagai ideologi ekonomi yang digunakan untuk menglasikan kekayaan dan perdagangan bebas serta pasar terbuka.
Serdasarkan data primer dan data sekunder serta telaah kepustakaan yang saya lakukan, mengarahkan saya pada pendapat bahwa hubungan diantara gejala kapitalisme dengan gejala sub budaya gang tidak sesederhana seperti yang dikemukakan dalam pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global tersebut. Menurut saya hubungan diantara berbagai gejala tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut, kapitalisme Indonesia yang merupakan bagian dari kapitalisme global tidak dapat disamakan dengan kapitalisme yang berkembang di negara-negara lain yang tergolong negara kapitalisme pinggiran. Dikatakan demikian karena tidak sepenuhnya kebijakan pemerintah Indonesia dipengaruhi oleh keberadaan perusahaan trans nasional ataupun perusahaan multi nasional, walaupun pemerintah Indonesia mengikuti aturan-aturan dalam perdagangan bebas seperti yang ditulis oleh Noorena Hertz, misalnya dengan privatisasi atau swastanisasi beberapa assets negara. Misalnya dalam pendidikan, pemerintah tidak sepenuhnya mengelola dengan prinsip neo liberalisme, hal ini dilihat dari adanya bantuan operasionalisasi sekolah atau SOS yang diberikan pada setiap jenjang sekolah. Walaupun negara menyerahkan urusan operasionalisasi sekolah secara mandiri, melalui otonomi sekolah, dan tidak semua pendidikan dikelola menurut keinginan dari kapitalis yang menguasai pasar
Kapitalisme yang berkembang di Indonesia mempengaruhi terbentuknya sub budaya gank dikalangan pelajar SMA. Dikatakan demikian karena konstruksi kapitalisme tersebut dilakukan melalui pencitraan remaja masa kini sebagai remaja yang mengikuti trend pasar remaja yang dibuat oleh pars kapitalis Indonesia maupun kapitalis asing melalui keberadaan MNC's maupun TNC's bait media maupun non media. Selain itu selain konstruksi oleh kapitalis sub budaya gang juga terbentuk oleh sistem pendidikan di Indonesia yang terlalu padat materi dan pengajaran yang terlalu mendominsasi dan menguasai peserta didik membuat mereka bosan dan akhimya membentuk sub budaya gank dikalangan pelajar SMA. Keberadaan sub budaya gang dikalangan pelajar SMA juga diakibatkan oleh adanya komodifikasi pendidikan oleh pihak sekolah melalui kapitalisme pendidikan karena sekolah diposisikan oleh negara sebagai perusahaan jasa dalam melayani jasa pendidikan kepada masyarakat. Hal tersebut menjadi kebudayaan dominan atau rnungkin ideologi dominan yang berlaku di sekolah. Kapitalisrne Indonesia berbeda dengan kapitalisme yang berkembang di negara lain karena kapitalisme Indonesia merupakan kapitalis ersatz atau kapitalisme semu yang didominasi oleh kapitalis peneari rente atau keuntungan. Hal yang saya uraikan di atas luput dalam pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme.
Perbedaan pemikiran saya dengan pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global yang saya kritisi dalam tesis ini terjadi karena, (1). Pemikiran Noorena Hertz terlalu berbasis pada ekonomi yang mengaburkan posisi negara sebagai pelaksana demokratisasi di suatu negara. (2). Pemikiran Noorena Hertz tidak menyinggung soal konstruksi budaya yang diakibatkan oleh kapitalisme global tersebut. (3). Pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global tidak membicarakan tentang komidifikasi pendidikan sebagai akibat dari konstruksi ideologi kapitalis. (4). Pemikiran Noorena Hertz terlalu bias negara kapitalis sentral, karena yang dideskripsikan dalam pemikirannya hanya kapitalisme yang berlaku dinegara kapitalis sentral dan tidak mendeskripsikan kapitalisme di negara kapitalisme pinggiran. Tentunya baik pemikiran saya maupun perbedaannya dengan pemikiran Noorena Hertz tentang kapitalisme global tersebut masih menghendaki dilakukannya penelitian yang lebih mendalam - dan didasarkan pada berbagai sudut pandang yang berbeda. Baik untuk memperkokoh atau meruntuhkan pemikiran saya tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadjeng Pulungsari Hadi
"ABSTRAK
Globalisasi adalah suatu konsep yang memungkinkan percepatan mengalirnya modal, balk ekonomi, kultur,maupun informasi antar negara-negara di dunia. Arus globalisasi juga masuk ke Cina, negara dengan penduduk terbesar di dunia. Cina telah memiliki akar budaya politik sejak ribuan tahun yang lalu. Kekuatan filsafat Cina mendasari pola dan ragam tingkah-laku masyarakat Cina hingga kini. Masyarakat Cina mulai mengonsumsi produk-produk budaya populer dengan kehadiran fasilitas internet, TV kabel, keleluasaan transaksi antar benua, dan sebagainya. Penelitian ini menyoroti dinamika budaya politik Cina Iewat artefak budaya, yaitu badges dan suvenir Mao Zedong dalam konteks ideologi sampai dengan negara, masyarakat, Mao, dan globalisasi. Suvenir Mao dilihat sebagai salah satu fenomena dan entry untuk melihat konteks budaya politik Cina dan masyarakat Cina dari dulu sampai sekarang, sebagai suatu evolusi dari badges ke suvenir. Jadi, budaya menjadi alat politis dan suvenir Mao menjadi budaya, atau hegemoni ideologis."
2007
T37239
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>