Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98895 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cristologus Dhogo
Maumere: Ledalero, 2009
282.598 6 CRI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S7412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salindeho, Sergey Vincentio Lendy
"Kegiatan ibadat utama yang dilakukan pada gereja Katolik adalah Perayaan Ekaristi yang merupakan sumber dan puncak (fons et culmen) seluruh ibadat dan hidup orang Katolik.  Kegiatan ini diadakan di dalam gereja.  Gereja sebagai tempat ibadat umat Katolik mengalami perubahan dari masa ke masa.  Perubahan fisik bangunan gereja tersebut mengikuti perkembangan ilmu Arsitektur dari abad ke abad dan pengaruh budaya lokal berikut keterbatasan yang dihadapi oleh gereja setempat.  Skripsi ini membahas Interpretasi para perancang terhadap Perayaan Ekaristi yang diimplementasikan pada bangunan Gereja Katolik.

The main worship activity conducted in the Catholic Church is the Celebration of the Eucharist which is the source and summit (
fons et culmen) all worship and Catholic life.  This activity is held in the church.  The Church as a place of Catholic worship change from time to time. The church building physical changes follow the development of the science of architecture over the centuries and the influence of local culture following limitations faced by the local church. This thesis discusses the designer's interpretation of the Eucharist which is implemented in the building of the Catholic Church."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Yasmina Putriningrum
"Ajaran Konfusianisme di Korea telah membawa dampak yang besar terhadap perubahan nilai-nilai budaya tradisional masyarakat Korea, di antaranya adalah perayaan ulang tahun pertama (Doljanchi) yang mendapat pengaruh dari ajaran Konfusianisme. Perayaan ini pada awalnya dilakukan karena keadaan sosial-ekonomi masyarakat Korea yang masih terbelakang. Perayaan Doljanchi dilakukan sebagai bentuk ekspresi rasa terima kasih kepada dewa-dewa dan juga sebagai representasi simbol harapan bagi sang bayi saat tumbuh dewasa. Seiring dengan berjalannya waktu, perayaan ini mengalami perubahan bentuk dan pergeseran nilai budaya di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan nilai budaya yang terdapat pada perayaan Doljanchi di dalam masyarakat modern Korea. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian ini mennjukkan bahwa telah terjadi perubahan nilai budaya dalam perayaan Doljanchi di masa modern akibat transformasi dan perubahan sosial budaya dalam masyarakat Korea. Ini berdampak pada perayaan Doljanchi, seperti perayaan yang hanya mengundang keluarga dan kerabat terdekat, beragamnya barang yang diikutsertakan dalam Doljabi, dan berkurangnya proses ritual yang dijalankan.

Confucianism in Korea has had a great impact on changes in the traditional cultural values of Korean society, including the traditional celebration on the first birthday (Doljanchi) which was influenced by Confucianism. Doljanchi was originally carried out because of the socio-economic conditions of the Korean society which is still underdeveloped. Doljanchi’s celebration is done as a form of expression of gratitude to the gods ans also as a symbol of hope for the baby as the baby grows up. Over time, the celebration of Doljanchi has changed its form and shifted the cultural values in it. This study aims to identify changes in cultural values in Doljanchi celebrations in modern Korean society. This study uses qualitative methods with interview techniques and literature study. The results of this study indicate that there has been a change in cultural values in the Doljanchi celebration in modern times due to social cultural transformation and change in Korean society. This has an impact on Doljanchi celebrations, such as celebrations that only include family and closest relatives, the variety of items included in Doljabi, and the reduced process of rituals carried out."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andhara Aisya
"Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui makna simbol fu (?) bagi masyarakat Cina, serta hubungan dan kaitan antara sebuah simbol fu (?) dengan perayaan Tahun Baru Cina. Makna simbol fu (?) bagi masyarakat Cina serta kaitan simbol fu (?) dengan perayaan Tahun Baru Cina dapat diketahui melalui analisa terhadap makna dari aksara fu (?), latar belakang seperti mitos dan mitologi simbol fu (?) digunakan pada saat perayaan Tahun Baru Cina, elemen warna simbol fu (?) dan peletakan simbol fu (?) pada saat perayaan Tahun Baru Cina. Simbol fu (?) dengan perayaan Tahun Baru Cina memiliki kaitan antara suatu perayaan yang besar dengan simbol yang mendukung perayaan tersebut"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S12833
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Grassi, Joseph A.
Yogyakarta: Kanisius, 1997
261.83 GRA b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Perayaan sekaten hanya ada di Indonesia, khususnya Jawa. Kegiatan ini diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh raja sebagai penguasa setempat dalam rangka menyiarkan agama Islam dan melestarikan tradisi yang diwarisinya...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rasyid Sartuni
"Kaba sebagai sastra Minangkabau sudah lama dikenal masyarakatnya sebagai sastra lisan. Perkembangan kaba ini telah diteliti oleh Junus. Ia menyimpulkan bahwa kaba dibagi atas dua zaman, yakni yang dihasilkan sebelum abad ke-20 yang dinamakan kaba klasik dan sesudah abad ke-20 yang disebut kaba nonklasik (1984:19). Semula, kaba memang milik bersama karena kaba yang tergolong kaba klasik tidak mencantumkan nama pengarang. Hal ini berlanjut dari generasi ke generasi sebelum abad ke-20. Di samping itu, norma-norma kehidupan yang dijalankan masyarakat dituangkan ke dalam kaba.
Kaba secara umum mempersoalkan pendidikan. Kaba yang dimaksudkan adalah jenis sastra tradisional Minangkabau yang berbentuk prosa lirik. Penyampaiannya dilakukan dengan gaya yang khas Minangkabau, yaitu berkisah dengan irama tertentu yang diiringi alat musik tradisional Minangkabau (Junus, 1987:17 dan Esten, 1990:107). Cara panyampaian kaba demikian disebut bakaba. Pada mulanya kaba itu tidak ditulis tetapi didendangkan atau dinyanyikan oleh tukang kaba atau si jobang (Philip, 1980).
Bakaba merupakan kesenian rakyat Minangkabau yang menyampaikan suatu kisah dengan iringan salah satu alat musik tradisional Minangkabau seperti saluang, rabab, pupuik, adok, talempong, serta korek api, dan kecapi. Bakaba dapat disampaikan oleh satu orang atau dua orang; yang disebut belakangan itu menggunakan alat musik tiup seperti saluang dan pupuik. Bakaba dilakukan oleh tukang kaba di hadapan khalayak dalam suatu upacara seperti pesta perkawinan, sunatan, panen padi, pengukuhan kepala suku, dan ulang tahun kota-kota di Sumatera Barat. Bakaba dilaksanakan setelah salat Isya sampai larut malam, bahkan ada yang sampai pagi, bahkan kadang-kadang sampai ke malam berikutnya. Dibandingkan dengan sastra tradisional lainnya, seperti sastra Sawa dan sastra Melayu, sastra tradisional Minangkabau jarang diteliti dan ditelaah dari sudut ilmu sastra (Ikram, 1980). Atas dasar latar belakang di atas saya menetapkan kaba sebagai objek penelitian tesis ini; yang saya pilih adalah kaba "Rancak Dilabuah".
Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan Pertama, kaba ini dikenal oleh masyarakat Minangkabau sampai saat ini sehingga terdapat beberapa naskah dengan judul yang sama maupun yang berbeda dari berbagai pengarang. Naskah yang berhasil saya dapatkan ada delapan dari enam penyalin dan satu penerjemah. Keenam penyalin itu adalah Datuk Panduko Alam, Soetan Pamoentjak, M.K. Soetan Pangeran, I.D. Dt. Tumanggung, H.Dj.Dt. Bandaro Lubuksati, M.Z.St. Pamuncak, dan seorang penerjemah, yakni Anthony H. Johns. Kedelapan naskah ini ditulis dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Minangkabau, bahasa Indonesia, dan terjemahan dalam bahasa Inggris. Yang terbanyak ditulis adalah dalam bahasa Minangkabau, yaitu ada enam naskah. Naskah yang "pertama" disalin oleh Dt. Pandoeko Alam berbahasa Minangkabau dengan huruf Latin dan berupa tulisan tangan di atas kertas. Tujuh naskah lainnya dicetak, yaitu enam naskah dalam huruf Latin dan satu naskah dalam huruf Arab (1910)."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hurgronje, Christiaan Snouck, 1857-1936
Jakarta: INIS, 1989
297.55 HUR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
W.V. Anggara Wisesa
"Dalam sejarah kehidupan religius, manusia berusaha menjaga hubungan yang baik antara dirinya dengan Tuhan demi keterjaminan hidupnya di dunia. Dengan berdoa, manusia religius menjalin komunikasi yang baik dengan Tuhan. Dengan memberi persembahan, manusia religius memberikan sesuatu demi keberlangsungan hubungan keduanya. Pernberian persembahan itulah yang dimanifestasikan di dalam ritual kurban. Ritual kurban tak lain adalah upaya pemberian persembahan yang dilakukan oleh manusia yang ditujukan kepada Tuhan. Ritual kurban yang disertai dengan suatu perjamuan kurban memberikan gambaran lebih mengenai upaya menjalin hubungan yang baik antara Tuhan dan manusia religius. Perjamuan kurban mengumpamakan bahwa Tuhan menerima persembahan kurban yang diberikan oleh manusia dan memberikannya juga kepada manusia untuk dimakan bersama-sama. Di dalam ritual semacam itu, manusia religius menghayati sebuah persatuan yang erat antara manusia dan Tuhan. Liturgi Ekaristi, di dalam dunia kekristenan Katolik Roma, pada hakikatnya adalah ritual kurban yang di dalamnya memanifestasikan sebuah kenangan akan diri Yesus Kristus yang memberikan dirinya sebagai kurban kepada Yang Ilahi. Dengan kematiannya di kayu salib, umat Katolik percaya bahwa Yesus mengurbankan diri demi penghapusan dosa manusia. Manusia yang berdosa dengan demikian dapat memperoleh keselamatan dan kembali ke dalam persatuan dengan Yang Ilahi berkat jasanya. Melalui Liturgi Ekaristi, umat Katolik membawa kembali suasana sakral di mana Yesus menyerahkan dirinya sebagai kurban. Dengan mengulangi tindakan Yesus, umat Katolik membawa kembali waktu sakral yang reversible itu dari masa lalu ke masa kini. Ritual adalah pintu masuk yang membawa segala kemungkinan itu. Dengan melakukan ritual, umat Katolik beralih dari ruang dan waktu profan ke dalam ruang dan waktu sakral, waktu ideal bagi manusia religius. Lebih dari itu, umat Katolik menghadirkan kembali kurban Kristus itu dalam rupa roti dan anggur. Itulah kurban persembahan yang sesungguhnya, yang sama dengan kurban diri Yesus di waktu lampau, yang dihadirkan kembali. Kurban itu pula yang kemudian disantap bersama di dalam Ritus Komuni sebagai perjamuan kurban. Dengan melakukan itu, umat Katolik mengambil peran serta aktif di dalam karya kurban Kristus. Mereka dipersatukan kembali dengan Yang Ilahi. Ritual perjamuan kurban memang pada hakikatnya mengikat seluruh pihak yang terlibat di dalamnya, baik manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Mereka semua diperdamaikan di dalam sebuah tindakan makan bersama di dalam perjamuan. Semua itu adalah bentuk upaya untuk menjaga hubungan manusia religius dengan Yang Ilahi sebagai sumber segala jaminan hidup mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S15980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>