Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5760 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The purpose of the research is to identify the potential of the local chitinolitic bacteria as biocontrol of Aedes aegypti L.
This research has been conducted in the Microbiology Laboratory of Mathematics and Science Faculty, University of
Syiah Kuala. The chitinolitic bacteria were isolated from water that taking in some area in Banda Aceh and Greater
Aceh. The method used was an experimental method using completely randomize factorial designed (CRFD) with two
factorial and consists of 6 isolates of chitinolitic bacteria and 4 concentrations of bacteria (0.0 mL, 0.5 mL, 1.0 mL dan
1.5 mL). The results show that the isolates bacteria do not have any effect on the Aedes aegypti L. Larvae death in the
transformation from larvae to pupa until the seventh observation day. The concentration of the bacteria influences the
Aedes aegypti L. larvae death during the transformation larvae to pupa.
Potensi Bakteri Kitinolitik Isolat Lokal sebagai Larvasida Aedes aegypti L. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi dari bakteri kitinolitik isolat lokal sebagai biokontrol Aedes aegypti L. Penelitian ini telah dilakukan
di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala. Bakteri
kitinolitik diisolasi dari perairan di daerah Banda Aceh dan Aceh Besar. Metode yang digunakan adalah metode
eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 faktor, yang terdiri dari 6 isolat bakteri kitinolitik dan 4
konsentrasi dari bakteri (0,0 mL, 0,5 mL, 1,0 mL dan 1,5 mL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat bakteri tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kematian larva Aedes aegypti L. maupun perubahan bentuk dari larva
menjadi pupa selama tujuh hari pengamatan. Konsentrasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap kematian larva
Aedes aegypti L. maupun perubahan bentuk dari larva menjadi pupa."
Syiah Kuala University. Faculty of Mathematics and Natural Sciences, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lenni Fitri
"The purpose of the research is to identify the potential of the local chitinolitic bacteria as biocontrol of Aedes aegypti L.
This research has been conducted in the Microbiology Laboratory of Mathematics and Science Faculty, University of
Syiah Kuala. The chitinolitic bacteria were isolated from water that taking in some area in Banda Aceh and Greater
Aceh. The method used was an experimental method using completely randomize factorial designed (CRFD) with two
factorial and consists of 6 isolates of chitinolitic bacteria and 4 concentrations of bacteria (0.0 mL, 0.5 mL, 1.0 mL dan
1.5 mL). The results show that the isolates bacteria do not have any effect on the Aedes aegypti L. Larvae death in the
transformation from larvae to pupa until the seventh observation day. The concentration of the bacteria influences the
Aedes aegypti L. larvae death during the transformation larvae to pupa."
2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Trisiana Chrysanthi Sandralintang
"ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud untuk memformulasikan cat anti nyamuk berbasis ekstrak daun tembakau bebas zat pyrethroids sehingga lebih aman untuk pengguna. Hasil formulasi cat Anti-nyamuk sesuai dengan SNI. Hasil uji efektivitas cat anti-nyamuk Aedes Aegypti menunjukan dengan konsentrasi ekstrak tembakau antara 3-5 yang dapat membunuh setengah populasi nyamuk LC50 selama 2 jam, konsentrasi ekstrak tembakau antara 3-5 yang dapat membunuh setengah populasi nyamuk LC50 selama 4 jam, konsentrasi ekstrak tembakau 1-3 yang dapat membunuh setengah populasi nyamuk LC50 selama 6 jam, sedangkan konsentrasi ekstrak tembakau 0-1 dapat membunuh setengah populasi nyamuk LC50 selama 24 jam.

ABSTRAK
This study intends to formulate mosquito repellent paints based tobacco leaf extracts,free pyrethroid substance, that are safe for the user. The active substance is added to the paint asa mosquito repellent is an extract of tobacco leaves. The result of Anti mosquito paint formulation in accordance with SNI. The results of anti Aedes Aegypti mosquito paint effectiveness test show that with 3 5 concentration of tobacco extract that can kill half the mosquito population LC50 for 2 hours, the concentration of tobacco extract between 3 5 can kill half the mosquito population LC50 during 4 hours, 1 3 tobacco extract concentration can kill half the mosquito population LC50 for 6 hours, while the concentration of 0 1 tobacco extract can kill half the mosquito population LC50 for 24 hours."
2017
S69657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sungkar, Saleha
"ABSTRAK
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi DBD di Indonesia, diantaranya adalah dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk dan penggunaan insektisida seperti malation dan temefos. Namun cara tersebut belum memberikan hasil yang memadai, sehingga diperlukan bahan lain untuk menunjang pengendalian DBD, seperti penggunaan insektisida alami yang berasal dari turnbuh-tumbuhan. Insektisida yang berasal dari tumbuhan dalam waktu relatif singkat, setelah digunakan akan terurai menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Untuk mengetahui golongan senyawa yang berperan sebagai insektisida dalam daun Helianthus au ours dan pengaruh ekstraknya terhadap kematian Aedes aegypti. Penelitian dilakukan di laboratorium Entomologi bagian Parasitologi, laboratorium Kimia bagian Kimia FKUI, dan bagian PTM Depkes selama 8 bulan.
Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0,050 % ; 0,075 % ; 0,100 % ; 0,125 % ; 0,150 % ; dan 0,175 % untuk larvisida, dan konsentrasi 0,5% ; 1,0% ; 1,5% dan 2,0% untuk insektisida dan repelen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan senyawa yang diduga bersifat insektisida dalam daun Helianthus animus adalah golongan alkaloid, saponin, tanin, steroid, terpenoid, dan minyak atsiri. Kematian larva tertinggi adalah pada konsentrasi 0,175 % yaitu 92,8 % dan terendah adalah pada konsentrasi 0,050 % yaitu 16,0 %. Konsentrasi letal untuk kematian 50% adalah 0,097 % dan kematian 90% adalah 0,195%. Rata-rata kematian nyamuk dewasa adalah 90,8 % pada konsentrasi 2,0% dan 20,0 % pada konsentrasi 0,5 %. Daya proteksi berkisar antara 65,58 % - 86,10 %, dengan daya proteksi maksimal ketika jam ke-2, pada konsentrasi 2,0%."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Armyn Effendi
"Aedes aegypti umumnya memilih perindukan berisi air tawar dan berhubungan erat dengan kehidupan manusia. Larutan garam menghalangi peletakan telur dan pertumbuhan larva nyamuk ini. Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh kadar garam terhadap (1) peletakan telur, (2) pertumbuhan larva dan (3) pengaruh kadar garam dalam medium penumbuhan larva terhadap kematian pupa dan nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa serta umur nyamuk dewasa aktif.
Untuk percobaan ini dipakai 200 ekor nyamuk betina berasal dari daerah Cawang yang dibagi dalam 4 kurungan, masing-masing berisi 4 media peletakan telur yang mengandung larutan O%, 0,5%, 0,8% dan 1,1% NaCl. Untuk pertumbuhan larva dipakai larutan O%, 0,5%, 0,8% dan 0,95% NaCl. Telur yang berasal dari medium peletakan telur di tetaskan dalam medium penumbuhan larva dengan kadar yang sama kecuali dari 1,1% ke O,95%. Kemudian dilakukan pengamatan umur nyamuk dewasa aktif yang berasal dari tiap medium penumbuhan.
Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan yang bermakna jumlah telur yangdiletakkan di antara media yang digunakan, kecuali antara medium 0.5% dan 0,8%. Terdapat korelasi negatif yang cukup bermakna antara jumlah telur dan kadar NaCl. Didapatkan perbedaan waktu pertumbuhan yang bermakna larva menjadi pupa di antara media yang digunakan. Kematian larva, pupa dan nyamuk yang baru keluar dari pupa bertambah dengan meningkatnya kadar NaCl Tidak didapatkan perbedaan umur yang bermakna antara nyamuk betina maupun jantan yang berasal dari medium berbeda.
Peningkatan kadar NaCl medium menyebabkan jumlah telur yang diletak berkurang, pertumbuhan larva makin lambat; kematian larva, pupa dan nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa bertambah. Umur nyamuk dewasa aktif tidak dipengaruhi oleh kadar NaCl medium."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1983
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Pavita Musi Sartika
"ABSTRAK
Dalam usaha untuk mencegah perburukan angka kejadian dan angka kematian akibat demam berdarah dengue DBD dilakukan pengontrolan terhadap nyamuk Aedes aegypti. Pengontrolan vektor yang telah dilakukan selama ini berfokus utama pada penggunaan insektisida sintetis berbahan kimia, sehingga telah muncul resistensi terhadap insektisida tersebut. Euphorbiaceae tirucalli, merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi resistensi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas larvasida dari ekstrak batang muda E. tirucalli dengan pelarut etil asetat terhadap larva Ae. aegypti instar III dan IV. Larva dipaparkan dengan 6 konsentrasi ekstrak berbeda 0,01 -0,08 , selama 24 jam. Setelah 24 jam, terdapat perbedaan bermakna kematian larva pada konsentrasi 0,01 dan 0,02 p.

ABSTRACT
In order to prevent the increasing number of incidence and death caused by dengue hemorrhagic fever DHF , there is a need to control Aedes aegypti. Previously, vector control has been done with the use of synthetic insecticide from chemicals thus causing resistance from the larval. Euphorbiaceae tirucalli, is an alternative which can be used to reduce the resistance. This study aims to evaluate the larvacide effectivity of dewy stem of Euphorbiaceae tirucalli extract with ethyl acetate against III IV larval instars of Aedes aegypti. Larva was exposed with 6 different concentration ranged 0,01 0,08 for 24 hours. After 24 hours, a significant difference of larval death number found in 0,01 and 0,02 p"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yismairai
"Aedes aegypti merupakan salah satu nyamuk yang berperan sebagai vektor bagi virus Dengue dalam mentransmisikan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Salah satu strategi yang dapat memutus rantai penyakit DBD yaitu dengan penggunaan larvasida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas larvasida pada batang dan daun D. pentandra terhadap larva instar IV Ae. aegypti. Pengujian larvasida dilakukan menggunakan konsentrasi 1.000; 2.500; 5.000; 7.500; dan 10.000 ppm, serta menggunakan 3 ulangan pada masing-masing larutan perlakuan ekstrak batang dan daun D. pentandra. Mortalitas pada pengamatan 48 jam dilakukan analisis probit menggunakan aplikasi Statistic Product and Service Solution (SPSS) 24.0 untuk mengetahui nilai LC₅₀ pada kedua ekstrak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak batang dan daun D. pentandra memiliki aktivitas larvasida dengan nilai LC₅₀ yang berbeda. Ekstrak batang memiliki nilai LC₅₀ = 1.183,23 ppm dan ekstrak daun memiliki nilai LC₅₀ = 6.013,63 ppm. Analisis HPLC juga dilakukan untuk mengetahui profil kromatogram pada kedua ekstrak. Hasil HPLC menunjukkan bahwa terdapat tiga senyawa pada puncak dengan retensi waktu 7,7; 8,6; dan 13,8 menit, yang diduga berperan dalam aktivitas larvasida pada kedua ekstrak D. pentandra. Namun demikian, perlu dilakukan isolasi dan identifikasi lebih lanjut terhadap senyawa yang diduga berperan dalam aktivitas larvasida pada kedua ekstrak D. pentandra.

Aedes aegypti is a mosquito that acts as vector of Dengue virus in transmitting dengue haemorrhagic fever (DHF) disease. Strategy that can break the chain of dengue fever is using larvicide. This study aims to know the potential of larvicidal activity in the stem and leaves of D. pentandra against fourth instar larvae of Ae. aegypti. Larvicidal testing was carried out using concentration series at 1.000; 2.500; 5.000; 7.500; and 10.000 ppm with 3 replications for each extract of D. pentandra. Data of mortality at the 48 hours observation was analyzed using probit in Statistic Product and Service Solution (SPSS) 24.0 application to determine the LC₅₀ value in both extracts. The test results showed that both extracts have a different LC₅₀ value, where stem extract has LC₅₀ = 1,183.23 ppm and leaves extract has LC₅₀ = 6,013.63 ppm. HPLC analysis was carried out to determine the chromatogram profile in each extract of D. pentandra. HPLC results showed three peaks at 7,7; 8,6; and 13,8 minutes indicated have a role in larvicidal activity in stem and leaves extracts. Further, it is needed to isolate and identification three compounds that indicated to have a role in larvicidal activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Erminda
"Latar Belakang: Pengendalian vektor merupakan upaya utama yang dilakukan guna memutus rantai penularan penyakit DBD. Dalam penelitian ini digunakan 2 macam insektisida golongan piretroid sintetik yaitu Alfametrin dan Sipermetrin, dan tujuannya adalah untuk mengetahui efektivitas ke 2 macam insektisida tersebut terhadap larva Ae. aegypti dengan mencari dosis letal melalui bioassay dan mengetahui daya residu ke 2 macam insektisida ini di lapangan.
Metode: Penelitian eksperimental di laboratorium secara bioassay (berdasarkan Lee HL dan WHO) dan uji di lapangan dalam skala kecil. Uji efektivitas alfametrin dan sipermetrin terhadap larva Aedes aegypti dengan konsentrasi yaitu 0,01; 0,02; 0,03; 0,04 dan 0,05 untuk alfametrin sedangkan untuk sipermetrin dengan konsentrasi 0,01 sampai 0,08. Larva Ae. aegypti yang diuji adalah larva instar III akhir dan instar IV awal dari hasil kolonisasi di laboratorium. Pengamatan dilakukan setelah perlakuan 24 jam dan dicatat jumlah larva yang mati.
Hasil : LC50 dan LC90 dari sipermetrin adalah 0,045mg/l dan LC90 adalah 0.124mg/l sedangkan alfametrin adalah 0,001 mg/l dan 0.058mg/l. Pengamatan daya residu sipermetrin di lapangan diperoleh bahwa insektisida ini mampu membunuh larva lebih dari 80% hanya pada hari pertama. Alfametrin mempunyai kemampuan untuk membunuh larva diatas 80% hingga hari ke -15 dan menurun hingga 60% - 80% pada hari ke 16 ? 17. Hal ini membuktikan bahwa alfametrin memiliki tingkat kemampuan yang lebih tinggi dalam membunuh larva.
Kesimpulan :
1. Alfametrin dan sipermetrin mempunyai kemampuan untuk membunuh larva Ae. aegypti, dan daya bunuh alfametrin lebih tinggi daripada sipermetrin.
2. Letal konsentrasi (LC50) dan LC90 alfametrin adalah 0,001mg/l dan 0,058mg/l. Sedangkan LC50 dan LC90 sipermetrin adalah 0,045mg/l dan 0,124mg/l dapat dikatakan daya bunuh alfametrin 2x lebih kuat dibandingkan dengan sipermetrin.
3. Daya residu alfametrin di lapangan dapat bertahan sampai 3 minggu sedangkan daya residu sipermetrin hanya bertahan kurang dari 1 minggu.Latar Belakang: Pengendalian vektor merupakan upaya utama yang dilakukan guna memutus rantai penularan penyakit DBD. Dalam penelitian ini digunakan 2 macam insektisida golongan piretroid sintetik yaitu Alfametrin dan Sipermetrin, dan tujuannya adalah untuk mengetahui efektivitas ke 2 macam insektisida tersebut terhadap larva Ae. aegypti dengan mencari dosis letal melalui bioassay dan mengetahui daya residu ke 2 macam insektisida ini di lapangan.

Vector control is a major effort that is to break the chain of transmission. This study used two classes of synthetic pyrethroid of insecticides, namely Alphamethrin and Cypermethrin. The purpose of this study were to determine the effectiveness of the two classes of these insecticides against Ae. aegypti through bioassay; to know the lethal dose; and to seek the residual power of these 2 classes of insecticides in the field.
Methods: The study used experimental research both in laboratory bioassays (based on Lee HL and WHO) and in the field on a small scale. Alphamethrin against larvae of Aedes aegypti was effective with a concentration of 0.01 to 0.05, while Cypermethrin was effective with a concentration of 0.01 to 0.08. Larva Ae. aegypti that was tested was in final third instars and in early fourth instars. The research used the results of reproduced larva in the laboratory.
Results: The research found that Cypermethrin with a concentration 0.08 mg/l was effective to kill 77% larva Ae. aegypti and Alphamethrin with a concentration 0.05 mg/l was effective to kill 92% larva Ae. aegypti. Based on regression probit, the research also found that LD50 of Cypermethrin was 0.045 mg/l dan LD90 of Cypermethrin was 0.124 mg/l. In addition, LD50 of Alphamethrin was 0.001 mg/l and LD90 of Alphamethrin was 0.045 mg/l. The research also found that Cypermethrin was able to kill over 80% larva only on the first day, but more larva were still alive on the following days. Alphamethrin was able to kill over 80% larvae until on the fifteenth days and the ability to kill the larva was decreasing 60% to 80 % on the sixteenth and seventeenth days.
Conclusion:
1. Alphamethrin and Cypermethrin has the ability to kill the larvae of Ae. aegypti , and the power to kill Alphamethrin higher than Cypermethrin
2. Lethal Dose (LD50) and LD90 Alphamethrin is 0.001 mg / l and 0.058 mg / l. While the LD50 and LD90 Sipermetrin is 0.045 mg / l and 0.124 mg / l can say killing power Alphamethrin 2x stronger than Cypermethrin.
3. Power Alphamethrin residue in the field can last up to 3 weeks while the residual power Cypermethrin lasted less than 1 week
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Yusniawati
"ABSTRAK
Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor virus dengue penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue DBD . Salah satu upaya pencegahan penyakit DBD adalah pemutusan siklus penularan dengan cara pengendalian vektor menggunakan larvasida kimia. Penelitian ini mencoba menggali potensi ekstrak lamun sebagai larvasida dan mengkarakterisasi ekstrak organ dan asal sampel lamun. Lamun Halophila ovalis dan Thalassia hemprichii dari Taman Nasional Bali Barat dipisahkan berdasarkan organ dan tempat asalnya. Simplisia diekstraksi menggunakan metanol dengan perbandingan 1: 3 b/v . Ekstrak yang telah dipisahkan dengan rotary evaporator digunakan untuk uji larvasida dan uji High Performance Liquid Chromatography HPLC . Sebanyak 25 larva instar III Ae. aegypti dilakukan uji penapisan larvasida dengan konsentrasi masing-masing 1 dari total 5 ekstrak dan 2 kontrol. Jumlah larva yang mati dalam waktu 12, 24, dan 48 jam dihitung. Dari hasil pengujian, seluruh sampel memiliki nilai persentase mortalitas hingga 100 selama 48 jam. Namun demikian daun Thalassia hemprichii dari Pulau Menjangan memiliki keefektifan tertinggi karena 25 larva mati dalam waktu 12 jam. Lethal Concentration 50 LC50 ekstrak daun Thalassia hemprichii dari Pulau Menjangan dengan serial konsentrasi 0,01 , 0,1 , dan 1 menghasilkan nilai 0,082 atau 820 ppm. Kromatogram HPLC menunjukkan seluruh ekstrak memiliki pola yang sama, namun ada penambahan peak pada ekstrak daun Thalassia hemprichii.

ABSTRACT
Aedes aegypti mosquito is a vector of Dengue Hemorrhagic Fever DHD . To prevent of dengue disease is through the transmission cycle termination by vector control using chemical larvicide. This research tried to explore the potential of seagrass extracts as larvicide and to characterize the extract yield from different origin of sample. The seagrass Halophila ovalis and Thalassia hemprichii that obtained from the West Bali National Park were cut by organ and place of origin. Simplicia extracted using methanol with a ratio of 1 3 w v . Extracts that have been separated by rotary evaporator are used for the larvicidal test and the High Performance Liquid Chromatography HPLC test. Batches of 25 early 3rd instar larvae of Ae. aegypti for larvicidal screening test with 1 concentrations of each from total 5 extracts and 2 controls. The number of larvae died within 12, 24, and 48 hours was calculated. From the test results, all samples had percentage mortality values up to 100 for 48 hours. However, leaves extract of Thalassia hemprichii from Menjangan Island have the highest effectiveness because 25 larvae died within 12 hours. Lethal Concentration 50 LC50 the leaves extract of Thalassia hemprichii from Menjangan Island with serial concentrations of 0,01 , 0,1 , and 1 i.e. 0,082 or 820 ppm. HPLC chromatogram showed the whole extract has the same pattern, but there is an addition of peak on leaves extract of Thalassia hemprichii."
2017
S69286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harxylen kinanti Purnomo
"ABSTRACT
Lamun memiliki banyak senyawa aktif dan potensial di bidang kesehatan dan pengobatan. Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii dikoleksi dari Pulau Pramuka TNKpS dan Karang Sewu TNBB. Sampel kemudian dipisahkan berdasarkan daun, rimpang dan akar. Setiap bagian dibuat menjadi simplisia dan diesktraksi menggunakan metanol (1:3; b/v). Semua ekstrak dikarakterisasi menggunakan HPLC dan diuji aktivitas larvasida terhadap larva instar III Aedes aegypti. Sebanyak 25 larva instar III Aedes aegypti dipindahkan ke 250 mL botol sampel yang berisi 100 mL ekstrak 1%. Terdapat dua kontrol yaitu akuades dan abate 1%. Mortalitas larva dicatat pada 12, 24 dan 48 jam. Ekstrak daun T. hemprichii memiliki persentase mortalitas tertinggi yaitu 100% pada 12 jam. Konsentrasi LC50 ekstrak daun T. hemprichii yaitu 0,56%. Hasil kromatogram organ spesies C. rotundata dan T. hemprichii menunjukkan tidak ada perbedaan. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa ekstrak daun T. hemprichii memiliki aktivitas yang paling potensial sebagai larvasida Ae. aegypti.

ABSTRACT
Seagrass contains bioactive compounds that are potential to be developed in health and medicinal application. Cymodocea rotundata and Thalassia hemprichii was collected from Pramuka Island TNKpS and Karang Sewu TNBB. Samples were cut into different parts i.e. leaf, rhizome, and root. Each part was dried as a powdered simplicia and extracted using methanol (1:3; w/v). All the extracts were characterized using HPLC and tested as larvicide against the larvae of Aedes aegypti. Batches of 25 early 3rd instar larvae of Ae. aegypti were transferred into 250 mL sample bottles containing 100 mL 1% extract. There are two control groups: abate (1%) and aquadest. The mortality of larvae was observed after 12, 24, and 48 hours. The leaves extract of T. hemprichii showed the highest mortality 100% after 12 h with LC50 concentration 0.56%. Chromatogram results from different species of C. rotundata and T. hemprichii showed a similar pattern of peaks. The results suggested that leaves extract of Thalassia hemprichii have the highest potential to be used as a larvicide against Ae. aegypti larvae."
2017
S70061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>