Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47528 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indardjo
"Tujuan dari kajian ini untuk mengetahui karakteristik guru Indonesia secara umum berdasarkan profesionalitasnya, khususnya sebelum diberlakukannya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 sejak Januari 2013. telaah ini menggunakan sumber sekunder dari Pusat Data dan Statistik Pendidikan. hasil kajian menunjukkan bahwa dengan regulasi yang lama (Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor No. 84/1993) tingkat profesionalitas guru masih relatif rendah dan perlu waktu relatif lama untuk mencapai tingkat profesionalitas yang tinggi. beberapa indikator yang mendasari hasil kajian ini adalah sebagai berikut. pertama, dari total guru PNS sebanyak 1.700,643 orang, mayoritas bergolongan IV/A, dengan jumlah 823.278 orang (48,41%). sebagian besar adalah guru SD, sebanyak 527.092 (30,99%). hanya sebagian kecil saja guru senior yang mampu naik pangkat hingga golongan IV/B ke ats, yakni berjumlah 61.286 orang (3,60%). fenomena menumpuknya guru bergolongan IV/A berkaitan dengan rendahnya kemampuan para guru dalam menyusun dan memplubikasikan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat naik pangkat mulai golongan IV/A ke atas. kedua, jumlah dan proporsi guru (negeri dan swasta) dengan kualifikasi minimal s-1 yaitu sebanyak 1.710.299 orang (62,32%). ketiga, jumlah dan proporsi guru yang sudah bersertifikat pendidik secara nasional baru mencapai 1.168.405 orang (42,57%) sedangkan yang belum bersertifikat berjumlah 1.575.974 (57,43%)."
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014
507 JDSP 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"tujuan dari kajian ini untuk mengetahui karakteristik guru Indonesia secara umum berdasarkan profesionalitasnya, khususnya sebelum diberlakukannya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 sejak Januari 2013. telaah ini menggunakan sumber sekunder dari Pusat Data dan Statistik Pendidikan. hasil kajian menunjukkan bahwa dengan regulasi yang lama (Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor No. 84/1993) tingkat profesionalitas guru masih relatif rendah dan perlu waktu relatif lama untuk mencapai tingkat profesionalitas yang tinggi. beberapa indikator yang mendasari hasil kajian ini adalah sebagai berikut. pertama, dari total guru PNS sebanyak 1.700,643 orang, mayoritas bergolongan IV/A, dengan jumlah 823.278 orang (48,41%). sebagian besar adalah guru SD, sebanyak 527.092 (30,99%). hanya sebagian kecil saja guru senior yang mampu naik pangkat hingga golongan IV/B ke ats, yakni berjumlah 61.286 orang (3,60%). fenomena menumpuknya guru bergolongan IV/A berkaitan dengan rendahnya kemampuan para guru dalam menyusun dan memplubikasikan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat naik pangkat mulai golongan IV/A ke atas. kedua, jumlah dan proporsi guru (negeri dan swasta) dengan kualifikasi minimal s-1 yaitu sebanyak 1.710.299 orang (62,32%). ketiga, jumlah dan proporsi guru yang sudah bersertifikat pendidik secara nasional baru mencapai 1.168.405 orang (42,57%) sedangkan yang belum bersertifikat berjumlah 1.575.974 (57,43%)."
JDSP 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Alt, Dorit
"This book emphasizes the pedagogical task of education and strives to pay greater attention to the obligations of education as a moral socializing agent. This book offers four perspectives on which the education system needs to focus its attention in order to enhance democratic and moral values : teachers’ and students’ concepts of moral and democratic education, curriculum design, democratic teaching instructional methods, and teacher education. "
Rotterdam: Sense, 2012
e20399650
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nafsul Muthmainnah
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gaya mengajar guru pemula dan guru profesional dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode grounded theory melalui observasi pembelajaran dan wawancara. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru matematika di Kabupaten Klaten dengan sampel penelitian sebanyak lima orang guru matematika pemula dan delapan guru matematika profesional di Kabupaten Klaten yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru pemula menggunakan lima gaya mengajar, sedangkan guru profesional menggunakan enam gaya mengajar dalam pembelajaran matematika. Guru pemula mempunyai kelemahan dalam perencanaan pembelajaran jangka panjang. Hal ini membuat guru pemula tidak menggunakan gaya mengajar investigation dalam pembelajarannya. Dengan demikian, pengalaman mengajar membuat guru pemula dan guru profesional menggunakan gaya mengajar yang berbeda."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
370 JPK 3:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Nilapsari
"ABSTRAK
Latar belakang :
Patient-based teaching merupakan komponen yang sangat penting dalam
pendidikan kedokteran. Salah satu metode pengajaran patient based teaching,
yakni bedside teaching (BST) merupakan cara yang paling efektif untuk
mempelajari keterampilan klinis dan komunikasi. Penelitian ini ingin menggali
secara mendalam proses pelaksanaan BST dan mengidentifikasi hambatan
pelaksanaannya di beberapa rumah sakit pendidikan FK Unisba.
Metode :
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dengan rancangan
studi kasus. Pada penelitian ini kasus yang diangkat adalah metode pengajaran
BST yang dilaksanakan di 3 wahana pendidikan (RSUD Al Ihsan, RS Al Islam
dan RS Muhamadyah Bandung). Data diambil dengan wawancara mendalam,
focus group discussion, observasi dan studi dokumentasi, kemudian dianalisis
melalui tiga tahapan yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan
atau verifikasi. Uji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi teknik, sumber,
member check dan studi dokumentasi.
Hasil:
Pelaksanaan BST yang kurang optimal disebabkan oleh berbagai faktor yaitu
dosen klinik, peserta didik, pasien serta sarana penunjang pembelajaran. Faktor
yang teridentifikasi pada dosen klinik yaitu kurangnya waktu yang dialokasikan
dosen klinik serta kurangnya pemahaman dosen klinik akan metode BST dan
perannya sebagai role model. Faktor peserta didik yaitu kurangnya persiapan pada
metode BST, serta jumlah dan pengaturan peserta didik yang sering overload di
beberapa wahana pendidikan. Faktor Pasien adalah variasi kasus pasien yang
kurang dibeberapa wahana pendidikan serta keengganan pasien untuk ikut serta
dalam pembelajaran. Sarana penunjang pembelajaran berupa modul klinik yang
memuat sasaran dan tujuan pembelajaran dengan jelas belum dimiliki institusi dan
ruangan penunjang BST yang nyaman agar pelaksaanaan BST menyenangkan
belum ada.
Kesimpulan:
Faktor-faktor yang telah teridentifikasi pada studi kualitatif ini menjadi parameter
pada monitoring dan evaluasi program sehingga memudahkan institusi pendidikan
melakukan intervensi pada hambatan yang ada.

ABSTRACT
Introduction:
Patient-based teaching is a very important component in medical education.
Bedside teaching (BST), one of the methods in patient based teaching is the most
effective way to learn clinical skills and communication. This research was done
to explore in depth process of BST implementation and also to identify its
implementation barriers in several teaching hospital of Unisba Medical School
Methods:
Qualitative research with case study design was used for this research. Study case
theme used is BST teaching methods implemented in three teaching hospitals (Al
Ihsan Hospital, Al Islam Hospital, and Muhamadyah Hospital Bandung. Data
were taken using in-depth interviews, focus group discussions, observation, and
documentation studies, and then followed by analysis through three stages
including data reduction, data presentation, and conclusions or verification.
Credibility of the data was tested using triangulation techniques, sources, member
checks and documentation studies.
Results:
Less than optimal BST Implementation was due to various factors, clinical
teachers, students, patients and also learning support facilities. Factors identified
in the clinical teachers are lack of time allotted and lack clinical teachers
understanding about BST method and its role as a role model. Factors identified in
the students are lack of preparations about BST method, and also lack of numbers
and arrangements of students whose often overload on some teaching hospitals.
Factors identified in the patients are less variation of patients in some cases of
teaching hospital and patients reluctance to participate in BST learning. Means of
learning support in the form of modules containing learning outcomes and
objectives clearly not owned by institutions and also comfortable rooms
supporting BST in order to implement BST in a more gratifying way is yet exist.
Conclussion:
Factors which have been identified in this qualitative study is becoming
parameters on monitoring and program evaluation therefore, making it easier for
educational institutions to intervene on the existing barriers."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"preparing elementary school teachers to teach science by inguiry in distance education cannot be separated from the use of media and information technology. In this study modules were used as a main learning sources and video record modeling as educational media. which was developed using research and development (R & D) cycles."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Peran pendidik guru menjadi lebih dan lebih penting dalam memenuhi kebutuhan guru profesional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia #14/2005 tentang Guru dan Dosen. Agar dapat mendidik guru profesional dan calon guru, pendidik guru sendiri harus profesional, dan memiliki kemauan untuk terus mengembangkan profesionalisme. Mengembangkan profesionalisme adalah suatu keharusan bagi pendidik guru, karena empat alasan: (1) sifat profesionalisme, (2) perkembangan pesat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (3) paradigma pembelajaran seumur hidup, dan (4) permintaan Hukum #14/2005 tentang Guru dan Dosen. Namun data pada pendidik guru dari Lembaga Pendidikan Guru beberapa menunjukkan bahwa tidak semua pendidik guru menunjukkan kesediaan untuk mengembangkan profesionalisme. Oleh karena itu, pengembangan profesionalisme harus didorong oleh semua pihak yan terkait dengan guru dan pendidik guru. Ada banyak kegiatan yang dapat dialami oleh pendidik guru dalam rangka mengembangkan profesionalisme, beberapa diantaranya adalah: mengambil studi lebih lanjut, mengambil kursus yang relevan, refleksi diri secara teratur, bergabung dengan kegiatan akademik (seminar, lokakarya, pelatihan, dll), pengenalan sekolah, melakukan penelitian, dan penerbitan artikel ilmiah."
JPUT 13:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Maharany
"Perubahan metode pembelajaran secara intens di sekolah selama masa Pandemi COVID-19 menjadi tantangan tersediri bagi guru untuk mengajar murid secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dimensi persepsi dukungan sosial dapat memprediksi efektivitas guru, serta ingin mengetahui dimensi persepsi dukungan sosial manakah yang memiliki kontribusi paling besar dalam memprediksi efektivitas guru. Partisipan penelitian ini adalah 257 guru SMP/MTS berusia 22-60 tahun, pernah mengajar secara PTM setelah pandemi COVID-19, dan mengajar pada jenjang SMP/MTS di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Banten. Penelitian ini menggunakan Revised-Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Oktarina et al., 2021) dan Teacher Effectiveness Scale (Primandhita, 2020). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa keempat dimensi persepsi dukungan sosial secara signifikan dan positif berperan dalam memprediksi efektivitas guru (p<0.05). Rekan kerja, kepala sekolah, dan keluarga menjadi sumber persepsi dukungan sosial yang memiliki kontribusi terbesar dalam memprediksi efektivitas guru. Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa guru perlu memiliki persepsi dukungan sosial dari orang sekitar untuk meningkatkan efektivitas guru. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi pihak sekolah serta pihak terkait lainnya untuk menyelenggarakan sebuah program pelatihan dan kolaborasi untuk menciptakan lingkungan pekerjaan yang aman sehingga efektivitas guru pun dapat meningkat.

Intense changes in learning methods in schools during the COVID-19 pandemic became a challenge for teachers to teach students effectively. This study aims to determine whether the dimensions of perceived social support can predict teacher effectiveness and to find out which perceived social support dimension has the greatest contribution in predicting teacher effectiveness. The participants in this study were 257 SMP/MTs teachers aged 22-60 years, who had taught face-to-face learning after the COVID-19 pandemic, and taught at the SMP/MTs level in the Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Banten areas. This study uses the Revised-Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Oktarina et al., 2021) and the Teacher Effectiveness Scale (Primandhita, 2020). The results of the regression analysis showed that the four perceived social support dimensions significantly and positively played a role in predicting teacher effectiveness (p<0.05). Colleagues, school principals, and families are the perceived social support sources that have the greatest contribution to predicting teacher effectiveness. The research results imply that teachers need perceived social support from those around them to increase teacher effectiveness. This can be a consideration for schools and other related parties to organize a training and collaboration program to create a safe work environment so that teacher effectiveness can increase."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusman
Jakarta : Rajawali, 2012
371.334 RUS p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>