Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1909 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Stress-Corrosion Cracking details the many conditions under which SCC can occur, the parameters which control SCC, and methodologies for mitigating and testing for SCC, plus information on the mechanism of SCC with experimental data on a variety of materials. It contains information about the environmental, mechanical, microstructural and chemical aspects of SCC to help predict and prevent component failure.
Chapters include coverage of SCC for materials and SCC in different environments: carbon and low-alloy steels; high-strength steels; stainless steels; nickel-base alloys; copper alloys; aluminum alloys; magnesium alloys; titanium alloys; zirconium alloys; uranium alloys; amorphous alloys; glasses and ceramics; and weldments in boiling water reactor service."
Materials Park, Ohio: ASM International, 1999
e20442472
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Akhmad Faizal
"Cu-30Zn memiliki ketahanan korosi atmosferik yang baik sehingga banyak digunakan sebagai inti radiator otomotif, komponen amunisi, lamp fixtures, flashlight shells dan kickplates. Cu-30Zn hasil canai dengan deformasi 33,87% pada suhu 300OC dilakukan pengujian SCC. Pengujian Stress Corrosion Cracking (SCC) dilakukan pada larutan Mattson 0,5 M (NH4)2SO4 + 0,05 M CuSO4 dalam kondisi suhu kamar dengan menggunakan beban konstan. Cu-30Zn memiliki kelemahan pada korosi retak tegang pada kondisi lingkungan ammonia. Pengujian SEM menunjukkan Cu-30Zn hasil canai 300oC memiliki arah perambatan transgranular. Selain itu, retak yang terjadi berada pada tegangan dibawah kekuatan luluh dari Cu-30Zn. Hasil EDS menunjukkan adanya indikasi dezincification pada permukaan patahan. Pengamatan visual memperlihatkan adanya perubahan warna dari kuning menjadi merah yang merupakan indikasi dezincification. Cu-30Zn homogen memiliki tingkat ketahanan SCC yang lebih tinggi dari canai dingin Cu-30Zn.

Cu-30Zn has good atmospheric corrosion resistance. Cu-30Zn mainly used as automotive radiator cores, ammunition component, lamp fixture, flashlight shells and kickplates. Cold rolled Cu-30Zn with deformation degree 33,87% at 300OC used in Stress Corrosion Cracking (SCC) test. Stress corrosion cracking (SCC) of a Cu?30Zn has been investigated using Mattsson solutions 0,5 M (NH4)2SO4 + 0,05 M CuSO4 in room temperature by using a constant load method. Cu-30Zn has a weakness on stress corrosion cracking in ammonia environment. SEM testing indicate cold roll Cu-30Zn has transgranular cracking. Furthermore, cracking occur at stress below yield stress. EDS test exhibit dezincification indication on fracture surface. Visual examination show discoloration from yellow to red. Homogenized Cu-30Zn has better SCC resistance than cold rolled Cu-30Zn."
2015
S62011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
"Korosi retak tegang merupakan proses korosi yang dihasilkan dari kombinasi sinergis antara tegangan, lingkungan yang korosif serta karakteristik dari material. Pengujian ini mengamati fenomena korosi pada material baja sponge rotary kiln X dan Y yang memiliki komposisi yang berbeda, dimana material X memiliki kandungan nikel dan kromium yang lebih tinggi dibandingkan Y. Metode bentbeam spesimen digunakan untuk melihat ketahanan korosi kedua material pada tegangan aplikasi dan lingkungan yang berbeda dimana lingkungan yang digunakan mengandung ion klorida.
Hasil penelitian menunjukkan terbentuknya lubang pada permukaan material. Pengamatan terhadap fenomena korosi material dilakukan dengan menghitung diameter dan kedalaman lubang yang terbentuk dan perubahan berat yang terjadi setelah pengujian. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan peningkatan tegangan dan kadar NaCl, diameter dan kedalaman lubang yang terbentuk semakin bertambah. Selain itu pengurangan berat dan laju korosi juga semakin meningkat. Hasil secara umum menunjukkan bahwa material X memiliki ketahanan korosi yang lebih baik daripada Y.

Stress corrosion cracking is a corrosion process caused by a synergy combination between stress, corrosive environment and material characteristic. This experiment observed corrosion phenomena of sponge rotary kiln steel X and Y whose different compositions, which X has higher nickel and chromium contents than Y do. Bent-beam specimen method used here to observe those two material corrosion resistances in different application stresses and chloride ions-containing environments.
The experimental results showed pits in material surface. Observations of material corrosion phenomena were done by measuring pit diameter and depth and weight loss of the material after exposure. The results showed that pit diameter and depth increased as stress and sodium chloride concentration increased. Besides that, weight loss and corrosion rate of material increased. The common results showed that X has better corrosion resistance than Y.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41724
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Sadeli
"Paduan aluminium 2024 dan 7075 adalah material yang digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui mekanisme korosi retak tegang (SCC) yang diakibatkan oleh proses penuaan (age hardening). Persiapan sampel dilakukan sesuai dengan ASTM G 49, sedangkan pengujian SCC dengan teknik pembebanan tarik secara langsung. Larutan pengujian terdiri dari 3% NaCl + 0,5% H2O2, pH 3, waktu pencelupan selama 48 jam. Karakteristik dari perpatahan yang dipengaruhi oleh SCC dianalisa dengan menggunakan scanning electron microscope (SEM) dan optical microscope (OM).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa paduan aluminium 2024 dengan perlakuan natural aging lebih mudah terserang SCC dibandingkan dengan perlakuan over aging, namun demikian over aging mengakibatkan ketahanan terhadap korosi exfoliasi menurun. Paduan aluminium 7075 dengan perlakuan over aging memperlihatkan ketahanan SCC yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan artificial aging. Hal tersebut dibuktikan dengan keberadaan presipitat yang dihasilkan pada struktur mikro dari hasil proses penuaan.

Two types of aluminum alloys, 2024 and 7075 have been selected in this study to investigate mechanism of stress corrosion cracking due to many forms of age hardening process. Stress corrosion cracking test using the direct tension stress corrosion technique were carried out on these aluminum alloys and the specimens were prepared as mentioned in G 49 ASTM. This test was carried out by immersing the specimens in 3% natrium chloride (NaCl) + 0.5% peroxide (H 2O2), used pH of 3 for 48h. The characteristic of fracture which is affected by stress corrosion cracking test was analyzed by means of scanning electron microscope (SEM) and optical microscope (OM).
The results showed that the susceptibility to stress corrosion cracking for aluminum alloy 2024 with natural aging is higher than the type with over aging condition although in this condition it has the worst exfoliation corrosion resistance. Meanwhile, aluminum alloy 7075, at over aging condition gives better stress corrosion cracking resistance rather than the artificial aging condition. These results refer to the precipitate in microstructure which is formed as a result of aging process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Indrafusa
"ABSTRAK
Kerentanan dan perilaku korosi retak tegang baja SAE 1086 dalam larutan
simulasi tanah dengan pengaruh tegangan aplikasi diinvestigasi dengan
menggunakan pengujian bent beam korosi retak tegang. Selain itu, pada pengujian
ini akan dicari tahu mekanisme korosi retak tegang yang terjadi pada baja SAE
1086 dalam larutan simulasi tanah. Kerentanan korosi retak tegang ditentukan
dengan menghitung densitas pit yang dihasilkan pada permukaan baja SAE 1086.
Kehadiran pit pada permukaan baja SAE 1086 dapat bertindak sebagai tempat
inisiasi retak. Sedangkan mekanisme korosi retak tegang diamati dengan
polarisasi linear, polarisasi potensiodinamik (linear sweep voltammetry), dan
perubahan sifat mekanis. Peningkatan tegangan aplikasi akan menghasilkan
jumlah pit yang semakin banyak, dimana untuk tegangan aplikasi 55 % YS
dihasilkan 40 pit/mm2, 60 % YS dihasilkan 179 pit/mm2, dan 65 % YS dihasilkan
413 pit/mm2. Jadi kerentanan korosi retak tegang baja SAE 1086 dalam larutan
simulasi tanah akan meningkat seiring dengan semakin besar tegangan yang
diaplikasikan. Baja SAE 1086 dalam larutan simulasi tanah akan mengalami
korosi retak tegang dengan mekanisme pelarutan anodik.

Abstract
The stress corrosion cracking susceptibility and behavior of SAE 1086 steel
in simulated soil solution under the effect of applied stress was investigated by
bent beam stress corrosion test. Furthermore, in this paper would be found out the
mechanism of stress corrosion cracking SAE 1086 steel in simulated soil solution.
Stress corrosion cracking susceptibility was determined by calculate the density of
pits on the surface of SAE 1086 steel. The presence of pits on the surface of SAE
1086 steel can act as crack initiation sites. While the mechanism of stress
corrosion cracking was observed by linear polarization, potentiodynamic
polarization (linear sweep voltammetry), and changes in mechanical properties.
Increasing applied stress will increase amount of pit produced, where at applied
stress 55 %, 60 %, and 65 % referred to YS (yield strength) would be produced 40
pits/mm2, 179 pits/mm2, and 413 pits/mm2 sequentially. So, the stress corrosion
cracking susceptibility of SAE 1086 steel in simulated soil solution will increase
with greater applied stress. In simulated soil solution, SAE 1086 steel will
encountered stress corrosion cracking by anodic dissolution mechanism."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43569
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elriandri
"Degradasi material yang terjadi akibat adanya kontak dengan lingkungan akan menyebabkan terjadinya korosi. Pengujian korosi retak tegang kali ini menggunakan metode two - point loaded bent - beam specimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati bentuk korosi yang terjadi pada logam Aluminium alloy 1xxx pada larutan elektrolit dengan campuran 1000 ml NaCl dan 15 ml HCl industri. Pengujian diberikan aplikasi tegangan sebesar 61, 73, dan 110 MPa dengan waktu perendaman masing ? masing 24, 72, dan 120 jam. Dilakukan penglihatan karakterisasi korosi yang terjadi dengan melakukan perhitungan pengurangan berat dan laju korosi, pengukuran diameter dan kedalaman korosi sumuran, serta pengamatan korosi retak tegang menggunakan mikroskop optik. Hasil penelitian ini didapat bahwa semakin besar tegangan yang diberikan maka akan semakin besar pengurangan berat dan tentunya laju korosi semakin tinggi. Intensitas korosi pitting semakin besar dengan tingginya tegangan dan lamanya waktu. Terlihat dengan adanya perbedaan besar diameter dan kedalaman pitting pada permukaan material uji.

Degradation of materials that have been caused by presence of contact with environments are the reason that corrosion has been take place. This stress corrosion cracking test is use two-loaded point bent ? beam specimen method. The objective of the reseach is to examine the corrosion form that will be happen from aluminum alloy 1xxx in electrolyte solution NaCl 1000 ml and mixed it with 15 ml HCl industry. The testing was applied stress with 61, 73, and 110 MPa and then each stress were immersed time 24, 72, and 120 hours. Measurement of corrosion characteristics includes weight loss and corrosion rate, diameter and depth of pitting, and also examination stress corrosion cracking on the microstructure of material using optical microscope. The result showed that increased applied stress could increase weight loss, and of course corrosion rate increased too. Intensity of pitting corrosion increased with high stress and increasing immersed time. It can be showed that there were different size of diameter and depth of pitting happened in surface of testing material."
2008
S51084
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Harris Prabowo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Maludin
"Dalam perancangan konstruksi tabung roket, perlu ditelifi bahan dan struktur rnaterialnya agar dapat menahan beban yang diberikan dan yang diterima oleh tabung tersebut. Beban atau load yang diberikan berupa bahan bakar propelant, hidung, sayap dan strip, nozel, peralatan kendaal dll. Beban yang diterima yaitu pada saat dilakukan peluncuran atau uji terbang berupa gaya angkat, gaya hambat, momen guling dan tukik dl/. Material tabung yang digunakan yaitu Aluminium Alloy 2024, dimana bahan ini belur dilakukan perancangan yang memadai, sehingga masih adanya akses berat yang menyebabkan ketinggian jelajah roket masih relatif rendah. Salah satu kendala ialah akibat berat tabung itu sendiri, maka perlu dilakukan penelitian material yang digunakan supaya relatzf ringan dan tahan terhadap beban mekanis.
Penelitian yang dilakukan meliputi pemeriksaan tabung dengan menggunakan sinar-X untuk meyakinkan dalam pembuatan tabung tersebut secara rolling atau ekstrusi, pengujian tabung dengan menggunakan tekanan fluida air, pengujian tarik untuk mengetahui kekuatan bahan, pengujian metalograji untuk memperoleh struktur mikro bahan, pengujian kekerasan untuk mendapatkan ketahanan bahan terhadap deformasi, pengufian impack untuk mengetahui energi yang terserap, penelitian komposisi kimia bahan untuk memastikan serf bahan dan pengujian aerodinamika untuk mengetahui karakteristik aerodinamisnya. Semua data yang diperoleh akan dianalisa dan dilakukan perbandingan secara teori maupun eksperiment supaya dapat diterapkan pada perancangan roket yang sebenarnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Fikri
"Proses shot peening merupakan suatu metode pengerjaan dingin material dengan menumbuhkan permukaan logam menggunakan partikel-partikel bulat (terbuat dari baja tuang) yang berukuran kecil dan berkecepatan tinggi. Metode ini dapat digunakan untuk mengurangi kemungkinan serangan korosi retak tegang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh proses shot peening dengan intensitas 0.0062 A dan 00091 A (masing-masing dengan coverage 100% dan 200%) terhadap ketahanan Al 7075 T7351 terhadap serangan korosi retak tegang, pengujuan digunakan menggunakan larutan 3,5% NaCl dan 0,5% H2O2 pada pH 3.
Hasil pengujian tegangan sisa dan kekerasan menunjukkan bahwa proses shot peening menyebabkan terjadinya tegangan sisa tekan antara -111,8726 sampai -170,5675 MPa dan terjadinya peningkatan kekerasan pada permukaan Al 7075 T7351. Sedangkan dari hasil pengujian korosi retak tegang sampai dengan 15 hari didapatkan bahwa efek shot peening di atas tidak menampakkan pengaruhnya pada pemberian tegangan 85% dari kekuatan luluh bahan, hal ini disebabkan sampai akhir pengujian belum terjadi serangan korosi retak tegang, jenis serangan yang terjadi adalah korosi pitting."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S41956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>