Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3463 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifqi Y. Muhammad
"Background: Starfruit (Averrhoa carambola) leaves contain flavone derivatives that exhibit anti-hyperglycemic
effects. This study aims to determine the effect of starfruit leaves in reducing glucose absorption in intestinal epithelial
cells of mice. Methods: This study was done by performing perfusion on the small intestines of mice. The mice that
were used in this study were divided into four groups. The control group was given glucose solution without infused
starfruit leaves whereas, the remaining 3 groups were given 3 mmol (540 mg/dL) glucose solution with infused starfruit
leaves of varying concentrations; 200, 400, and 600 mg/kg. Samples were collected at 0, 15th, 30th, 45th, and 60th minute.
The sample was tested for glucose levels using spectrophotometry. Results: Test of significance showed a significant
difference between the control group and the test group with p < 0.05. Conclusions: Starfruit leaves have a reduction
effect towards glucose absorption in the small intestines in Wistar strains where the group using 600 mg/kg of infused
starfruit leaves have the most significant effect as compared to other groups."
Bandung: Universitas Padjadjaran. Faculty of Medicine , 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Y. Muhammad
"Starfruit (Averrhoa carambola) leaves contain flavone derivatives that exhibit anti-hyperglycemic effects. This study aims to determine the effect of starfruit leaves in reducing glucose absorption in intestinal epithelial cells of mice.
Methods: This study was done by performing perfusion on the small intestines of mice. The mice that were used in this study were divided into four groups. The control group was given glucose solution without infused starfruit leaves whereas, the remaining 3 groups were given 3 mmol (540 mg/dL) glucose solution with infused starfruit leaves of varying concentrations; 200, 400, and 600 mg/kg. Samples were collected at 0, 15th, 30th, 45th, and 60th minute. The sample was tested for glucose levels using spectrophotometry.
Results: Test of significance showed a significant difference between the control group and the test group with p < 0.05.
Conclusions: Starfruit leaves have a reduction effect towards glucose absorption in the small intestines in Wistar strains where the group using 600 mg/kg of infused
starfruit leaves have the most significant effect as compared to other groups."
2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Aulia
"Infeksi soil-transmitted helminth (STH) merupakan salah satu permasalahan kesehatan utama di dunia, terutama di negara berkembang. Keberadaan dan aktivitas STH di tubuh inang dapat menyebabkan perubahan pada mukosa usus, termasuk menyebabkan kerusakan sel yang dapat mempengaruhi permeabilitas usus dan menstimulasi respon imun seperti inflamasi. Studi ini dilakukan untuk menentukan status inflamasi dan permeabilitas usus pada berbagai status infeksi parasit cacing usus pada anak usia balita di Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Sampel tinja yang diperoleh dari anak berusia 20-59 bulan diperiksa keberadaan telur cacing dengan metode Kato-Katz dan diukur konsentrasi biomarker permeabilitas dan inflamasi usus dengan metode Enzyme-linked immunosorbent assay. Biomarker permeabilitas usus yang digunakan adalah α-1-antitripsin (AAT) fekal sedangkan biomarker inflamasi usus yang digunakan adalah calprotektin fekal (FC). Prevalensi infeksi STH pada penelitian ini adalah 17,12%, dengan spesies dominan A. lumbricoides diikuti oleh T. trichiura. Sebagian besar anak memiliki AAT terdeteksi (64,71%), sedangkan hasil sebaliknya ditemukan untuk FC (35,06%). Status infeksi STH tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan status konsentrasi AAT, termasuk ketika dianalisis dengan spesies STH. Hubungan yang signifikan hanya ditemukan antara infeksi T. trichiura dan status konsentrasi FC. Sebagian besar anak mengalami peningkatan permeabilitas usus, tetapi tidak selalu disertai inflamasi usus. Infeksi STH tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan biomarker tinja kecuali antara status infeksi T. trichiura dan biomarker inflamasi usus yang mungkin dapat dijelaskan oleh perilaku spesies ini pada habitatnya dalam tubuh inang.

Soil-transmitted helminth (STH) infection is still a major health problem in low-and middle-income countries (LMIC). The presence and activity of STH can cause changes in the intestinal mucosa, including cell damage that can affect intestinal permeability and stimulate immune responses such as inflammation. This study investigated the inflammatory and permeability status of the intestinal mucosa in various status of STH infection in preschool-age children (PSC) residing in Nangapanda District, Ende Regency, East Nusa Tenggara. Stool samples were obtained from children aged 20-59 months, and were then examined for worm eggs using Kato-Katz method and measured for the concentrations of biomarkers of intestinal permeability and inflammation by Enzyme-linked Immunosorbent assay. Intestinal permeability biomarkers were represented by fecal α-1-antitrypsin (AAT), while intestinal inflammation biomarkers were represented by fecal calprotectin (FC). The prevalence of STH infection in this study was 17.12%, with A. lumbricoides as the predominant species followed by T. trichiura. Most children had detectable AAT (64,71%), while the opposite result was found for FC (35,06%). STH infection status did not have a significant association with AAT concentration status, including when analyzed by STH species. A significant association was only found between T. trichiura infection and FC concentration status. Most children had increased gut permeability, but not necessarily accompanied by gut inflammation. STH infection did not have a significant correlation with fecal biomarkers except between T. trichiura infection status and gut inflammatory biomarker, which might be explained by the feeding habit of this spesies."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titising Panggayuh Indrasari
"

Proprotein konvertase subtilisin kexin 9 adalah protein regulator low density lipoprotein yang dapat menyebabkan beberapa penyakit kardiovaskular. Pengobatan yang mampu menghambat protein tersebut baru tersedia dalam bentuk injeksi. Pada usus halus peran dari protein tersebut juga belum diketahui secara pasti sehingga membutuhkan penelitian lebih lanjut. Metode in vivo yang telah digunakan dalam studi terkait pengembangan inhibitor protein tersebut dalam bentuk oral belum menggunakan hewan uji yang tersedia di Indonesia. Pada penelitian ini dikembangkan model hewan tinggi proprotein konvertase subtilisin kexin 9 yang tersedia di Indonesia. Tikus Wistar jantan wild diinduksi diet tinggi fruktosa (3mL/200gram berat badan) selama 3, 4, dan 5 minggu sebelum protein tersebut diukur pada plasma darah dan jaringan usus halus menggunakan uji ELISA dan western blot. Tikus yang diinduksi fruktosa memiliki kadar yang meningkat secara signifikan (p<0.05) pada plasma dan usus halus dibandingkan kontrol pada durasi 3 dan 4 minggu. Tetapi pada durasi induksi 5 minggu, tidak dihasilkan perbedaan yang signifikan antara kelompok induksi dan kontrol (p>0.05). Hasil western blot tidak dapat dikuantifikasi karena pengikatan non-spesifik yang berlebih. Maka, metode yang diterapkan pada penelitian ini mampu menciptakan tikus tinggi proprotein konvertase subtilisin kexin 9. Namun, diperlukan optimasi lebih lanjut dalam pengukuran kadarnya di usus halus.


Proprotein convertase subtilisin kexin 9 (PCSK9) regulates low-density lipoprotein in circulation and could cause various cardiovascular diseases, but inhibitor of said protein only exists in injection form. Its role in small intestines have yet to be known and requires further studies. An in vivo method that could help develop an oral drug is required as earlier studies have yet to utilize animals available in Indonesia. This study is performed to acquire an animal model high in said protein using Male Wistar wild rats administered with high-fructose diet (3mL/200gram body weight). Using ELISA kit and western blot, levels in blood plasma and small intestinal tissues are measured after 3, 4, and 5 weeks of administration. The levels in both blood plasma and small intestines are significantly greater (p<0.05) in fructose-treated rats compared to the control after 3 and 4 weeks. There is no significant difference found between treatment group and control group in rat’s blood plasma treated for 5 weeks. Western blot result is unable to be determined due to high background. As such, the method in this study created a rat model high in proprotein convertase subtilisin kexin 9. Further optimization of its level measurements in small intestines is necessary.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Tirta Dwi Putra
"Latar belakang: Berdasarkan data National Institute of Health Amerika Serikat tahun 2015, kanker usus halus merupakan salah satu kanker langka dengan dengan insidensi yang diperikirakan meningkat lebih dari 100% selama 4 dekade terakhir di berbagai negara. Teknik diagnosis penyakit ini membutuhkan berbagai pendekatan karena sering terlambat didiagnosis. Standar emas diagnosis kanker usus halus saat ini adalah penilaian histopatologi oleh ahli. Kekurangan metode ini adalah sulit dideskripsikan secara objektif dan belum terdigitalisasi. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa metode spektrofotometri reflektans cahaya tampak dapat digunakan dalam diagnosis sejumlah jenis kanker, seperti kanker kulit dan lesi oral. Metode tersebut lebih terkuantifikasi, dapat didigitalisasi, sangat terjangkau dan mudah digunakan. Namun, penggunaan spektrofotometri cahaya tampak belum digunakan untuk lesi kanker usus halus.
Tujuan: Studi ini merupakan studi pendahuluan untuk mengetahui kemampuan spektrofotometer reflektans cahaya tampak sederhana dalam mengklasifikasi derajat lesi kanker usus halus pada mencit berdasarkan pengukuran intensitas cahaya.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik potong lintang menggunakan sampel bahan biologis tersimpan blok parafin usus halus mencit Mus musculus. Sampel dikelompokkan berdasarkan derajat lesi menjadi normal, prekanker, dan kanker berdasarkan penilaian ahli patologi anatomi. Seluruh sampel diukur intensitas cahaya reflektansinya pada 132 panjang gelombang cahaya tampak. Hasil pengukuran dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS 24.0 untuk uji komparatif dan Orange Data Mining untuk pengelompokan derajat lesi berdasarkan data yang diperoleh dengan machine learning.
Hasil dan Pembahasan: Hasil uji komparatif menunjukkan sebanyak 105 dari 132 panjang gelombang cahaya tampak memiliki perbedaan intensitas reflektans bermakna (p<0,05) antar kelompok sampel. Pengelompokan derajat lesi berdasarkan data intensitas cahaya oleh machine learning dilakukan terbaik dengan model k-nearest neighbors yang memiliki akurasi sebesar 83,3%, AUC sebesar 90,8%, nilai F1 sebesar 0,836, presisi sebesar 0,856, dan recall 0,833. Analisis Tree menunjukkan panjang gelombang 450,3 nm terbaik dalam membedakan sampel.
Simpulan: Metode spektrofotometer reflektans cahaya tampak sederhana mampu membedakan jaringan normal, prekanker, dan kanker usus halus pada mencit berdasarkan perbedaan intensitas cahaya.

Background: According to the United States National Institue of Health in 2015, small intestine cancer is one of the rare cancer with estimated to increase the incidence by more than 100% in the last 4 decades in many countries. The diagnosis of this disease needs various approaches because it is usually late to diagnose. The current gold standard for diagnosing small intestine cancer is histopathology evaluation by the expert. The disadvantages of this method are hard to describe objectively and have not been digitalized. Some studies showed that visible light reflectance spectrophotometry method can be used in cancer diagnoses, such as skin cancer and the oral lesion. This method is quantified, able to be digitalized, affordable, and easy to use. However, the use of visible light spectrophotometry has not been used for small intestine cancer lesions.
Objective: This is a pilot study that aims to evaluate the potency of simple visible light reflectance spectrophotometry to classify mice’s small intestine cancer lesion degree based on intensity measurement.
Method: This analytical cross-sectional study was done using paraffin block preserve Mus musculus mice small intestine tissue. The samples were grouped according to the lesion degree that had been evaluated by a pathology expert. The reflectance intensity of all samples were measured in 132 different visible light wavelengths. The results were analyzed by using SPSS 24.0 for comparative test and Orange Data Mining’s machine learning for lesion degree classification based on obtained data.
Results and Discussion: Comparative test results show that 105 of 132 visible light wavelengths have a significant difference (p<0,05) between groups. The best machine learning to classify lesion degree based on light intensity was performed by k-nearest neighbor, with accuracy 83,3%, AUC 90,8%, F1 score 0,836, precision 0,856, and recall 0,833. Tree analysis showed that 450,3 nm is the best wavelength to differentiate the sample.
Conclusion: Simple visible light reflectance spectrophotometer is able to differentiate normal, precancer, and cancer on mice small intestine tissue based on the light intensity difference.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Ramadhan Tansir
"Pendahuluan: Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan penyakit inflamasi kronik berulang pada usus. Prevelansi IBD di dunia dalam dua dekade terakhir mengalami peningkatan. Penelitian sebelumnya menunjukkan ekstrak daun Mahkota Dewa dapat mengurangi inflamasi. Di sisi lain, nanopartikel kitosan dapat mengantarkan senyawa aktif lebih tertarget ke jaringan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati efek pemberian ektstrak daun Mahkota Dewa dalam nanopartikel kitosan terhadap gambaran histopatologi usus halus mencit yang diinduksi dextran sodium sulfat (DSS).
Metode: Penelitian ini menggunakan 36 mencit Swiss Webster yang diinduksi DSS 2% selama 1 minggu, diikuti air minum tanpa DSS selama seminggu, diulang hingga 3 siklus. Gambaran histopatologi yang digunakan adalah jumlah sel goblet dan fokus inflamasi usus halus, dinilai pada 6 kelompok perlakuan: normal (N), kontrol negatif (NC), DSS + ekstrak daun Mahkota Dewa dosis 25 mg (MD25), DSS + ekstrak daun Mahkota Dewa dosis 12,5 mg (MD12,5), DSS + ekstrak daun Mahkota Dewa dalam nanopartikel kitosan dosis 12,5 mg (NPMD12,5), dan DSS + ekstrak daun Mahkota Dewa dosis 6,25 mg (NPMD6,25). Pemeriksaan histopatologi menggunakan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE).
Hasil: Tidak ditemukan perbedaan signifikan antar kelompok pada sel goblet (p=0,318) dan fokus inflamasi (p=0,496) di usus halus. Terdapat kecenderungan perbaikan sel goblet pada pemberian ekstrak daun Mahkota Dewa tanpa maupun dengan nanopartikel kitosan dibanding kontrol negatif.
Diskusi: Ekstrak daun Mahkota Dewa mengandung kaempferol, quercetin, dan phalerin yang dapat mengurangi inflamasi di usus halus. Nanopartikel kitosan membuat senyawa aktif tertarget karena sifatnya yang mukoadhesif. Hasil yang tidak signifikan secara statistik disebabkan beberapa limitasi misalnya durasi pemberian dan dosis DSS kurang adekuat.

Introduction: Inflammatory bowel disease (IBD) is a recurrent chronic inflammatory disease of the intestine. The prevalence of IBD in the world in the last two decades has increased. Previous studies have shown that Mahkota Dewa leaf extract can reduce inflammation. On the other hand, chitosan nanoparticles can deliver more targeted active compounds to the tissues. The purpose of this study was to observe the effect of Mahkota Dewa leaf extract extract in chitosan nanoparticles on the histopathological picture of mouse small intestine induced by dextran sodium sulfate (DSS).
Method: This study used 36 Swiss Webster mice induced by DSS 2% for 1 week, followed by drinking water without DSS for a week, repeated for up to 3 cycles. The histopathological features used were the number of goblet cells and the focus of inflammatory small intestine, assessed in 6 treatment groups: normal (N), negative control (NC), DSS + Mahkota Dewa leaf extract at a dose of 25 mg (MD25), DSS + Mahkota Dewa leaf extract a dose of 12.5 mg (MD12.5), DSS + Mahkota Dewa leaf extract in chitosan nanoparticles a dose of 12.5 mg (NPMD12.5), and DSS + Mahkota Dewa leaf extract a dose of 6.25 mg (NPMD6.25). Histopathological examination using Hematoxylin-Eosin (HE) staining.
Results: There were no significant differences between groups in goblet cells (p = 0.318) and inflammatory focus (p = 0.496) in the small intestine. There is a tendency for the improvement of goblet cells in the administration of Mahkota Dewa leaf extract without or with chitosan nanoparticles compared to negative controls.
Discussion: Mahkota Dewa leaf extract contains kaempferol, quercetin, and phalerin which can reduce inflammation in the small intestine. Chitosan nanoparticles make targeted active compounds because of its mucoadhesive properties. The results were not statistically significant due to some limitations such as the duration of administration and the inadequate dose of DSS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stepfina
"Diabetes mellitus merupakan penyakit yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahun. Salah satu terapi farmakologi dalam pengobatan diabetes mellitus menggunakan obat antidiabetes oral, yaitu penghambat α-glukosidase yang bermanfaat untuk menunda absorpsi glukosa. Ekstrak metanol daun jambu mede (Anacardium occidentale L.) diketahui memiliki penghambatan aktivitas enzim α-glukosidase yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fraksi-fraksi dari ektrak metanol daun jambu mede yang memiliki kemampuan penghambatan aktivitas α- glukosidase, mendapatkan subfraksi, dan mengetahui golongan senyawa dari subfraksi yang didapatkan. Ektrak metanol yang diperoleh difraksinasi dengan kromatografi kolom menggunakan Sephadex LH-20 dan metanol 50 sampai 100%. Empat fraksi diuji penghambatan aktivitas α-glukosidase dengan metode spektrofotometri menggunakan plate reader pada panjang gelombang 405 nm. Nilai IC50 dari fraksi aktif adalah 69,61 μg/mL. Pada fraksi ini dilakukan penapisan fitokimia dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan diketahui mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan glikosida. Selanjutnya dikolom ulang dengan menggunakan silica gel dan n-heksana, etil asetat, dan metanol. Salah satu subfraksi dilakukan penapisan fitokimia dan mengandung flavonoid dan fenol.

Diabetes mellitus is a diseases related to metabolism abnormality and tend to increase every year. One of a few phamacologic therapies of diabetes mellitus is using oral anti-diabetes drugs, using α-glucosidase inhibitors which delay glucose absorption. Methanolic extract of Anacardium occidentale L. leaves is known to have good inhibitory activity against α-glucosidase enzyme. The purpose of this research is to determine fractions from methanol extract of Anacardium occidentale L. leaves which have the α-glucosidase inhibitory activity, acquire the subfraction, and identify the subfractioned compound group. The methanolic extract was fractioned through column chromatography using Sephadex LH-20 and methanol from 50 to 100%. Four fractions were tested for the α-glucosidase inhibitory activity through spectrophotometry using a plate reader at 405 nm. The IC50 value of most active fraction was 69.61 μg/mL. This fraction was then screened phytochemically using thin layer chromatography and results showed that it contained flavonoid, tanin, saponin, and glycoside. Then the fraction was recolumned using silica gel and n-hexane, ehtyl acetate, and methanol. One of the subfraction was then screneed phytochemically and was known to contain flavonoid and phenol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S44610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riki Kartadinata
"Pendahuluan: Obstruksi strangulasi merupakan kedaruratan di bidang bedah digestif yang ditangani dengan pembebasan obstruksi, diharapkan setelah desobstruksi akan terjaat reperfusi yang akan mengembalikan viabilitas usus. Penilaian viabilitas usus dilakukan dengan mempertimbangkan tampilan Idinis serosa, peristalsis dan pulsasi arteri, dan sama sekali tidak mempertimbangkan lapisan lainnya yang sangat rentan terhadap iskemi-nekrosis. Penelitian terdahulu pada kambing oleh Silaban VUR, Pusponegoro AD, Diah R telah membuktikan bahwa iskemi nekrosis teljadi pada semua lapisan, setelah masa iskemik terlampaui. I Penanganan nekrosis iskemik pascastrangulasi adalah reseksi. Masalah muncul bila viabilitas u~s diragukan, resiko melakukan reseksi usus yang tidak perlu dan ditambah resiko melakukan anastomosis atau pembuatan stoma yang potensial meningkatkan morbiditas. Pada kondisi ini dilakukan penghangatan dengan menggunakan salin bersuhu 39°C dan 45°C, yang bertujuan membantu proses reperfusi agar dapat beJjalan lebih cepat, hal ini diikuti dengan penilaian bila usus menjadi merah muda, peristalsis teljadi dan teraba pulsasi dianggap vital dan tidak perlu dilakukan reseksi. Penelitian ini ingin membuktikan pengaruh penghangatan dengan salin hangat terhadap viabilitas usus pascastrangulasi menurut fungsi waktu, lapisan usus mikroskopik dan perlakuan suhu yang berbeda. Hasil penelitian diharapkan akan menjadi data dasar untuk penelitian berikutnya dan alat untuk melakukan evaluasi tindakan terhadap usus pascastrangulasi. Metoda : Penelitian bersifat eksperimental untuk menilai viabilitas usus halus kambing pascastrangulasi dan dilakukan penghangatan dengan saline. Dilakukan penjepitan selama 30 menit dan 60 menit, penjepitan dilepaskan dan dilakukan penyiraman dengan salin hangat bersuhu 39°C dan 45 0c. Dilakukan reseksi usus yang strangulasi dan disiapkan sebagai sampel untuk pemeriksaan mikroskopik, dengan fiksasi formalin. Kontrol diambil dari usus yang sehat sebelum dilakukan perlakuan. Penilaian histopatologi mukosa, submukosa, muskularis dan serosa pascastrangulasi diperiksa oleh konsultan patologi. Analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows versi 13 dengan Spearman's rho. Dinyatakan bermakna bilap <0,05. Hasil : Penghangatan dengan menggunakan saline hangat tidak memberikan basil bermakna bagi viabilitas usus pascastrangulasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T59024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ishak Firdauzi Ruslan
"Sensor elektrokimia non-enzimatis glukosa berbasis logam nikel dibuat secara elektrodeposisi menggunakan larutan NiCl2 5 mM dalam buffer asetat pH 5 0,1 M pada elektroda Glassy Carbon (GCE). Elektrodeposisi dilakukan dengan potensial -1,376 V vs Ag/AgCl dengan variasi waktu deposisi selama 60, 180, dan 300 s. Lama waktu deposisi mempengaruhi jumlah deposit pada permukaan GCE yang diketahui dengan metode SEM dan jumlah logam Ni diketahui dengan metode EDS. Elektroda GCE terdeposisi nikel selama 300 s (Ni-GCE 300 s) mampu mendeteksi glukosa dengan teknik voltametri siklik kisaran konsentrasi 0,099-0,909 mM dengan kelinearitasan sebesar R2= 0,9982 dan kemiringan sebesar 138,2. Ni-GCE 300 s mampu juga mendeteksi glukosa kisaran 0,999-9,9 mM dengan kelinearitasan sebesar R2= 0,9814 dan kemiringan sebesar 257,89. Ni-GCE 300 s memiliki Repeatabilitas yang baik dimana pada pengukuran 0,909 mM glukosa menghasilkan nilai RSD (n=10) sebesar 0,58 %. Kestabilan Ni-GCE 300 s cukup baik untuk pengukuran glukosa 0,909 mM dengan rentang waktu 12 hari dengan respon arus kisaran 750-800 μA. Dari segi sensitifitas, Ni-GCE 300 s mengalami penurunan arus ketika mendeteksi glukosa 0,099 mM dengan penambahan asam askorbat dan fruktosa pada konsentrasi yang sama dan 1:10 dari glukosa.

Electrochemical non-enzimatic glucose sensor based on nickle metal was made by electrodeposition using NiCl2 5 mM in acetic buffer pH 5 0,1 M solution on Glassy Carbon electrode (GCE). Electrodeposition potential was set on -1,376 V vs Ag/AgCl with varying deposition time of 60, 180, and 300 s. Deposition time affects the amount of deposit at the electrode surface that was analyzed using SEM method and nickle composition was analyzed using EDS method. GCE electrode deposited with nickle for 300 s (Ni-GCE 300 s) can detect glucose using cyclic voltammetry technique with a range of 0,099-0909 mM concentration with a linearity of R2= 0,9982 and a slope of 138,2. Ni-GCE 300 s can also detect glucose with a range of 0,999-9,9 mM concentration with a linearity of R2=0,9814 and a slope of 257,89. Ni-GCE 300 s have a good reproducibillity for detecting 0,909 mM of glucose and gives a RSD (n=10) value of 0,58%. Ni-GCE stabillity was good for detecting 0,909 mM of glucose with a time range of 12 days that gives a current response range of 750-800 μA. In sensitivity, Ni-GCE 300 s experienced on decreasing current response while detecting 0,099 mM of glucose from addition of ascorbic acid and fructose with a same and 1:10 of glucose concentration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57569
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Fildza Fakhira
"Limbah biomassa merupakan sumber daya biologi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Limbah sekam padi mengandung selulosa dalam jumlah tinggi (34,4%). Glukosa dapat diperoleh melalui reaksi hidrolisis selulosa limbah biomassa yang telah terdelignifikasi. Glukosa dapat diubah menjadi berbagai bahan kimia bernilai tambah dimana salah satunya adalah FDCA. Pada penelitian ini, katalis NiO/ZSM-5 dan Mn3O4/ZSM-5 berpori hirarki disintesis untuk konversi glukosa menjadi FDCA melalui intermediet HMF dengan metode one pot. Substrat glukosa yang digunakan adalah komersil dan dari sekam padi. Katalis NiO/ZSM-5 dan Mn3O4/ZSM-5 berpori hirarki disintesis menggunakan metode templat ganda pada ZSM-5 yang diikuti dengan metode impregnasi basah secara spray dan dikarakterisasi dengan XRD, FTIR, XRF, SEM-EDX Mapping, dan BET. Analisis XRD, XRF, dan SEM-EDX menunjukkan keberhasilan impregnasi NiO dan Mn3O4 pada ZSM-5 berpori hirarki. Rentang hasil persen konversi glukosa komersil adalah 40 – 44% setelah reaksi berlangsung selama 8 jam. Yield HMF dan FDCA tertinggi diperoleh menggunakan katalis Mn3O4/ZSM-5 masing-masing sebesar 3,11% dan 0,511 untuk reaksi setelah 4 dan 8 jam berturut-turut. Pada reaksi konversi glukosa dari sekam padi, yield HMF dan FDCA tertinggi juga diperoleh menggunakan katalis Mn3O4/ZSM-5 dengan masing-masing sebesar 0,0008% setelah 4 jam reaksi dan 0,147% setelah 8 jam reaksi.

Biomass waste is a biological resource that can be used as an energy source. Rice husk waste contains high amounts of cellulose (34.4%). Glucose can be obtained through the hydrolysis reaction of delignified cellulose waste biomass. Glucose can be converted into various value-added chemicals, including FDCA. This study synthesized hierarchical porous NiO/ZSM-5 and Mn3O4/ZSM-5 catalysts to convert glucose to FDCA through HMF intermediates using the one-pot method. The glucose substrate used is commercial and made from rice husks. Hierarchical porous NiO/ZSM-5 and Mn3O4/ZSM-5 catalysts were synthesized using the double template method on ZSM-5 followed by the wet spray impregnation method and characterized by XRD, FTIR, XRF, SEM-EDX Mapping, and BET. XRD, XRF, and SEM-EDX analysis showed the successful impregnation of NiO and Mn3O4 on hierarchical porous ZSM-5. The commercial glucose conversion percentage yield range is 40 – 44% after the reaction takes place for 8 hours. The highest yields of HMF and FDCA were obtained by Mn3O4/ZSM-5, respectively, 3.11% after 4 hours of reaction and 0.511% after 8 hours of reaction. In the conversion reaction of glucose from rice husk, the highest yields of HMF and FDCA were obtained by Mn3O4/ZSM-5 with 0.0008% after 4 hours of reaction and 0.147% after 8 hours of reaction, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>