Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119142 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afifatun Nisa
"ABSTRAK
Berbagai fenomena di kalangan mahasiswa seperti bunuh diri dan tawuran menunjukkan bahwa kondisi kesehatan jiwa mahasiswa sebagai warga kota semakin mengkhawatirkan. Sejumlah penelitian telah menghubungkan pemanfaatan ruang terbuka publik dengan fasilitasi interaksi sosial dan kohesi sosial, serta kohesi sosial dengan kesehatan jiwa. Kontribusi original penelitian ini adalah menjadikan persepsi kerekatan sosial (kohesi sosial) menjadi mediator hubungan integratif antara pemanfaatan ruang terbuka publik dengan kesehatan jiwa. Desain penelitian ini adalah noneksperimental, korelasional prediktif, dengan teknik analisis data berupa analisis jalur. Penelitian dilakukan terhadap 375 mahasiswa (182 laki-laki, 193 perempuan) dari berbagai universitas dan program studi di Jakarta dengan teknik penyampelan convenience dan insidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan ruang terbuka publik mampu memprediksi kesehatan jiwa melalui kohesi sosial (χ2 = 0, df = 1, p > 0.05, RMSEA < 0.05).
Various phenomena involving university students such as suicide and gang fights indicate that students mental health conditions of need to be worried about. Some studies had linked the public space utilization with social interaction facilitation and social cohesion, as well as social cohesion with mental health. The original contribution of this research is that it employed perceived social cohesion as the mediating variable of the predictive relationship between public open space utilization with mental health. The design of this research is non-experimental, predictive correlational. As
many as 375 university students in Jakarta participated in this research (Mage = 20.8 years old; SDage = 1.4 years old). This research used convenience, incidental sampling technique. The path analysis showed that the perceived public open space utilization is able to predict mental health level through perceived social cohesion (χ2 = 0, df = 1, p > 0.05,
RMSEA < 0.05)."
Surakarta: Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maureen, Cindy
"Skripsi ini berusaha mengkaji bagaimana respon manusia pada suatu ruang publik terkait dengan persepsi visual, respon manusia tersebut dilihat dan ditangkap dari stimulus-stimulus fisik yang berada pada lingkungan sekitar. Pengkajian persepsi visual manusia difokuskan kepada hukum ketertupan Gestalt dan juga teori transaksional-teori ekologi. Studi kasus pada skripsi ini difokuskan kepada ruang publik pada tiga fakultas di Universitas Indonesia. Penelitian pada skripsi ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif.
Hasil dari observasi dan pengkajian teori yang dilakukan bertujuan untuk memberi masukan kepada perancang bahwa komponen-komponen fisik ruang dapat dipersepsikan dan diterjemahkan kembali menjadi suatu ruang baru sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan terjadi, maka penting bagi perancang untuk mampu menjawab kebutuhan manusia pada suatu area ruang publik kampus terutama kebutuhan utama mahasiswa di area publik kampus. Konteks dan kebiasaan dari pengguna juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang.

This thesis is trying to examine how the human response toward public spaces in associated with visual perception, human response is seen and captured from the physical stimuli that are available in our environment. The aassessment of human visual perception are focused on Gestalt law of closure and also Gibson ecological theory. The studies case in this thesis focused on public space on three faculty at the University of Indonesia. The rresearch in this thesis using a descriptive research method.
The purpose from observational and theoretical studies that has been done for this thesis is to give feedback to the architect that the components of physical space can be perceived and translated back by human into a new space in accordance with the expected demand, it is important for designers to be able to answer the needs of people in a public space area at campus, especially the main needs of students. The environment and the habits of the users are also become a factor that worth considered in designing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1198
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isabella Sasqia Mulya
"Individu dengan orientasi homoseksual seringkali mendapatkan prasangka, diskriminasi, dan kekerasan berkenaan dengan orientasi seksual yang dimilikinya. Oleh karena itu, individu homoseksual mengalami salah satu stressor spesifik yaitu stres minoritas yang dapat termanifestasi dalam bentuk kesadaran akan stigma yang akan mengarahkan individu homoseksual pada gejala depresi. Namun, sebelum memiliki pengaruh kepada gejala depresi, kesadaran akan stigma terlebih dahulu mempengaruhi kualitas intrapersonal dari individu homoseksual, yaitu persepsi dukungan sosial dan resiliensi. Penelitian kali ini dilakukan untuk melihat efek mediasi dari persepsi dukungan sosial dan resiliensi pada hubungan antara kesadaran dan gejala depresi. Terdapat 116 partisipan dalam penelitian ini dengan kriteria; memiliki orientasi homoseksual, berusia minimal 18 tahun, warga negara Indonesia, dan cisgender. Analisis regresi berganda menggunakan PROCESS for SPSS model 4 menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini didukung data yaitu persepsi dukungan sosial dan resiliensi memediasi hubungan antara kesadaran akan stigma dan gejala depresi. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bagi individu homoseksual, masyarakat, dan praktisi untuk memahami stres minoritas serta mengidentifikasi faktor-faktor yang turut berpengaruh pada kemunculan gejala depresi yang dapat pada  individu homoseksual.

Homosexuals often experience prejudice, discrimination, and violence regarding their sexual orientation. Therefore, homosexuals experience one specific stressor, namely minority stress which can be manifested in the form of stigma consciousness which will lead homosexuals to depressive symptoms. However, the environment can provide a protective factor in the form of social support and at the intrapersonal level there is a protective factor from the emergence of depressive symptoms, namely resilience. The present study was conducted to examine the mediating effect of perceived social support and resilience on the relationship between stigma consciousness and depressive symptoms. There were 116 participants in this study with the criteria; homosexual, at least 18 years old, Indonesian citizens, and cisgender. Multiple regression analysis using the PROCESS for SPSS model 4 shows that the research hypothesis is supported by data, perceived social support and resilience fully mediate the relationship between stigma consciousness and depressive symptoms. Based on the results of this study, it is important for homosexual individuals, the public, and practitioners to understand the stress of minorities and identify the factors that contribute to the emergence of depressive symptoms that can occur in homosexual individuals."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pipin Farida Yosefina
"Salah satu masalah paling pokok dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan adalah yang menyangkut sumber daya tenaga. Hal ini juga berlaku dalam kegiatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan mempunyai sumber daya manusia yang kualitasnya sangat berperan dalam menunjang pelayanan tersebut. Sumber daya terpenting dalam rumah sakit adalah perawat, karena selain jumlahnya yang terbesar dari seluruh tenaga yang ada, mereka memberikan pelayanan 24 jam sehari selama tujuh hari dalam seminggu serta kontak yang konstan dengan pasien. Meningkatnya prevalensi gangguan jiwa akhir-akhir ini dan persentase rawat inap yang mengalami peningkatan, memerlukan pelayanan yang optimal dari RS Jiwa. Apalagi RS Jiwa Pusat Bogor sebagai pusat rujukan tertinggi dalam bidang kesehatan jiwa dituntut untuk senantiasa meningkatkan sumber daya manusianya secara terus menerus, sehingga mampu memberikan konstribusi bagi peningkatan kinerja RS Jiwa Pusat Bogor. Secara teori dijelaskan bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja adalah terpenuhinya faktor kepuasan dalam pelaksanaan tugasnya. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja perawat dengan kinerja menurut persepsi mereka (perawat) di RS Jiwa Pusat Bogor.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah "Cross sectional", dengan responden seluruh perawat pelaksana fungsional di ruang rawat inap sebanyak 137 orang, dari 172 orang perawat. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Analisis dilakukan dengan univariat, selanjutnya analisis bivariat dengan uji "Kai Kuadrat". Adapun analisis multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik untuk mengetahui variabel independen yang paling berhubungan dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan lebih sedikit responden yang mempunyai kinerja yang baik menurut persepsi mereka sendiri yaitu 35.04 % dan hasil uji bivariat diketahui variabel kepuasan kerja tidak ada yang memiliki nilai p value 0.05, berarti tidak ada variabel independen yang menunjukkan adanya hubungan bermakna secara statistik dengan persepsi kinerja, serta variabel kontrol adalah pendidikan yang memiliki nilai p value < 0.05 (0.003) mempunyai hubungan bermakna dengan persepsi kinerja. Hasil uji multivariat dengan regresi logistik menunjukkan tidak ada variabel yang berhubungan dengan persepsi kinerja. Sesuai dengan hasil penelitian ini. maka disarankan kepada pimpinan RS Jiwa Pusat Bogor untuk mengupayakan program peningkatan kinerja perawat melalui peningkatan kemampuan (ability) dan motivasi (motivation), antara lain dengan memberi kesempatan mengikuti pendidikan keperawatan baik jalur formal dan non formal, sesuai dengan perencanaan rumah sakit.
Bagi peneliti lain disarankan melakukan penelitian sejenis dengan populasi yang lebih luas dan mencakup seluruh variabel kepuasan kerja dari Herzberg serta pengukuran kinerja dengan metoda lainnya, sehingga data yang diperoleh lebih akurat, reliabel dan tidak bias.

Relationship between Job Satisfaction and Performance Appraisal Perception of the Nurses at the Bogor Mental Hospital 2000. One of the main problems in health service is the human resources. That human resources is an important element is the success of this health services in the hospital. The most important human resources in the hospital is nurses, they give a 24 hour service a day. 7 days service a week, and they make a constant contact with the patients. The increase of mental sickness prevalence and the increase of the patients recently cause an optimum service need in a mental hospital, especially Bogor Mental Hospital is the centre of mental health referral. It this, therefore, demanded to always improve the quality of its human resources continuously. This will also give an impact on the improvement Bogor Mental Hospital performance. Theoretically, its said that one factor Co improve the performance appraisal is the fulfillment of one's satisfaction in doing jobs.
The study was done to find out the relationship between nurses' job satisfaction and performance appraisal Perception in the Bogor Mental Hospital. Cross Sectional approach were used in this study. As many as 137 out of 172 functional nurses become the respondents. Questionnaires the respondents filled in were used to collect the data.
The result of study shows that fewer nurses have a good performance appraisal perception 35.04 %. And bivariat analysis that there is no job satisfaction variables which has p value < 0.05. Control variable is education which has p value <0.05 (p = 0.003) has a significant correlation with a performance appraisal. Multivariat analysis shows that there no independent variables (job satisfaction) correlation with performance appraisal perception.
Considering these promising results, it`s recommended that the ability and motivation improvement be continued, and to other researchers it?s suggested the same study involving a larger population which covers all job satisfaction from Herzberg and the data gained with other methods.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1900
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sigit Shiamtafa
"Siswa SMA berada pada tahap tumbuh kembang remaja tengah memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap perkembangan seksualnya Sehingga UKS sebagai wadah formal sebenarnya dapat menjadi senjata ampuh dalam pendidikan kesehatan termasuk juga pendidikan seksual. Sehubungan dengan hal tersebut evaluasi ataupun gambaran persepsi siswa terhadap peran UKS dalam pendidikan seksual perlu diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa SMA yang terbentuk di memori siswa terhadap peran UKS dalam pendidikan seksual di SMA 81 Jakarta Timur dengan model penelitian deskriptif sederhana. Pengambilan responden dilakukan secara acak sederhana dimana diperlukan 97 responden. Data dikumpulkan dengan pengisian kuesioner dan kemudian diolah dengan analisa deskriptif atau univariat. Hasil penelitian menunjukan 52% siswa memiliki persepsi positif dan 48% siswa memiliki persepsi negatif terhadap peran UKS dalam pendidikan seksual di SMA 81 Jakarta Timur. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5348
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Syakina
"Time theft merupakan tindakan yang merugikan bagi organisasi, bukan hanya merugikan secara produktifitas tetapi juga secara ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara conscientiousness, self control, persepsi terhadap integritas atasan dan sikap terhadap time theft yang dimoderatori oleh kohesi sosial dengan sampel PNS (N=258) pada tiga instansi pemerintahan. Metode yang digunakan untuk mengukur sikap terhadap time theft menggunakan skenario kasus yang dikembangkan dari Kulas et al., (2007) sedangkan variabel lain dalam penelitian ini menggunakan self report.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap integritas atasan dan sikap terhadap time theft (β= 0,010 p>0,05). Ditemukan hubungan antara conscientiousness dan sikap terhadap time theft, (β= -0,235, p<0,01) dan self control dan sikap terhadap time theft (β= -0,195, p<0,05). Kohesi sosial memoderasi hubungan self control dan sikap terhadap time theft, tetapi tidak pada hubungan cosncientiousness dan sikap terhadap time theft.

Time theft is a disservice to the organization, not only harm in productivity but also economically. This research aims to exemine the relationship between conscientiousness, self-control, perceived supervisor behavioral integrity and attitude towards time theft: moderated by social cohesion. Sampel of this research is civil servant (N = 258) at three government institutions. Atittude toward time theft is measured using case scenarios developed from Kulas et al.,(2007) and other variabel in this research measured using self report.
The results shows that there is no correlation between perceived supervisor behavioral integrity and attitude toward time theft (β=0.010 p> 0.05). There is correlation between conscientiousness and attitude toward time theft (β = -0.235, p <0.01) and self-control and attitude toward time theft (β = -0. 195, p <0.05). Social cohesion moderates the relationship between self-control and attitudes toward time theft, but not in the relationship between conscientiousness and attitude towards time theft.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ediyana Wulan Kusuma
"ABSTRAK
Bekerjanya migran sirkuler di kota ternyata membawa konsekuensi ekonomi dan sosial. Konsekuensi ekonomi dapat dilihat melalui kenyataan bahwa penghasilan migran sirkuler di kota dapat digunakan untuk menunjang kehidupan rumah tangganya di desa asal. Sedangkan salah satu konsekuensi sosialnya adalah, adanya perubahan orientasi nilai pada migran dalam menggunakan uangnya. Uang tidak lagi semata-mata sebagai alat tukar dalam hubungan ekonomi tetapi juga dapat dipergunakan sebagai suatu alat tukar non-ekonomi. Hal ini didasari oleh pengalaman-pengalaman dari migran sirkuler selama bekerja di kota. Misalnya saja, di kota uang dapat dipergunakan migran sirkuler untuk melindungi dirinya dari razia yang dilakukan oleh pihak Kamtib untuk mendapatkan kartu musiman dan untuk menggantikan gilirannya dalam tugas siskamling. Orientasi nilai penggunaan uang dalam hubungan sosial juga dibawa oleh migran sirkuler kedesa asalnya. Uang dipergunakan oleh migran sirkuler untuk menggantikan ketidak hadirannya dalam berbagai kegiatan di desa asal. Hasil penelitian ini diperoleh dari sebuah desa yang bernama Karyasari, sebuah desa di kecamatan Leuwiliang, kabupaten Bogor bagian barat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara mendalam berdasarkan pedoman wawancara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Prasojo
Jakarta: YAPPIKA (aliansi masyarakat sipil untuk demokrasi), 2006
361.3 EKO k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Maulani
"Akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan hal yang urgen bagi semua orang di dunia ini. Namun kenyataannya, orang tuli menghadapi berbagai hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang akhirnya berdampak kepada pemanfaatan pelayanan kesehatan mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara persepsi orang tuli terhadap akses pelayanan kesehatan. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian ini sebanyak 100 orang tuli yang dipilih secara purposive sampling. Instrumen penelitian ini terdiri atas tiga bagian yaitu data demografi, akses pelayanan kesehatan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil uji Chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi orang tuli terhadap akses pelayanan kesehatan (p=0,732). Meskipun tidak ada hubungan diantara keduanya, namun hasil uji Chi Square menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara acceptability dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan (p=0,001). Penelitian ini merekomendasikan institusi pendidikan untuk menerapkan pelatihan dan mata kuliah yang dapat mempromosikan akses dan pemanfataan pelayanan kesehatan.

Access and utilization of health care are urgent for everyone in the world. But in reality, deaf people face various obstacles in accessing health services which have an impact on the utilization of their health services. The purpose of this study was to identify the correlation between the perceptions of deaf people to health care access with health care utilization. The design of this study used a descriptive analytic design with cross sectional approach. The respondents of this study were 100 deaf people who were selected by purposive sampling. The instrument of this study consisted of three parts, there is demographic data, access to health care, and health care utilization. Chi-square test results showed no significant correlation between the perceptions of deaf people to health care access with health care utilization (p=0.732). Although there is no correlation between the two, the Chi Square test results state that there is a significant correlation between acceptability and health care utilization (p=0.001). This study recommends educational institutions to implement training and courses that can promote access and health care utilization."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Muladi
"Masyarakat ada dalam dunia sosial yang kemudian menghasilkan produk sosial; salah satunya adalah ruang. Ruang seringkali diartikan sebagai sesuatu dimana kita dapat bergerak di dalamnya, atau secara konseptual diartikan sebagai tempat dimana tindakan-tindakan dilakukan. Dalam konteks tersebut, keragaman kebutuhan masyarakat akan sangat mendorong lahirnya konsep pemanfaatan ruang, termasuk ruang publik.
Ruang publik didefinisikan sebagai tempat yang responsif, demokratis dan penuh makna dimana kepentingan penggunanya dilindungi. Ruang publik dapat diakses oleh berbagai kelompok untuk tindakan-tindakan bukan hanya yang bersifat bebas namun juga untuk klaim penguasaan yang temporer. Sebuah ruang publik dapat berupa ruang dimana setiap orang dapat bertindak secara Iebih bebas. Konsekuensinya, ruang publik dapat diubah oleh tindakan publik karena ruang publik dimiliki oleh semua orang.
Ruang publik tersebut di atas, kemudian berubah menjadi ruang kuasi-publik (ruang publik semu) oleh mereka yang menginginkan akses tak terbatas, dan rentan dengan interpretasi negara akibat berbagai peraturan yang dilekatkan di dalamnya. Negara yang dianggap sebagai moderator penciptaan ruang-ruang publik, kemudian dengan representasi dari ?kepublikan' mempunyai peranan dan porsi besar di dalam bentuk kekuasaan. Ia memegang legitimasi kekuasaan yang besar melalui kelegalan, hukum dan perundangan. Kekuasaan negara yang dijalankan dengan mengatasnamakan yang "pubIik" tersebut tidak lain adalah "privat" alias merepresentasikan kemenangan sebuah kepentingan.
Studi dilakukan di Hutan Kota Srengseng, kelurahan Srengseng, kecamatan Kembangan, Jakarta Barat sebagai salah satu Ruang Terbuka Publik yang ditetapkan berdasarkan SK Gubernur No. 202 tahun 1995. Metode yang diterapkan dalam Studi ini adalah metode kualitatif dengan pengamatan dan wawancara mendalam. Studi berisi gambaran tentang pemanfatan Hutan Kota oleh berbagai peran di dalamnya dan berbagai relasi sosial dan kekuasaan yang dijalinnya baik oleh kelompok maupun individu. Studi bertujuan memperlihatkan adanya hubungan antara penguasaan dan pemanfaatan ruang publik dengan bentuk-bentuk relasi sosial dan kekuasaan yang dibangun.
Temuan dalam studi ini adalah bahwa relasi-relasi sosial dan kekuasaan ditandai dengan adanya hubungan kekuatan (sosial dan ekonomi) yang bertujuan pada pembentukan situasi yang dianggap strategis demi tujuan-tujuan berbagai peran yang rnemanfaatkan ruang publik. Relasi-relasi tersebut mendorong terjadinya perubahan gagasan secara terus menerus berhubungan dengan ketentuan: apa yang boleh, apa yang tidak boleh; apa yang dianjurkan dan apa yang ditentang. Pembahan yang terus menerus tersebut berkaitan dengan berkembangnya konflik-konflik, negosiasi-negosiasi dan teknik-teknik untuk menjaga dan meningkatkan posisi sosial berbagai peran, mulai dari cara-cara psikologis hingga melakukan kekerasan lewat intervensi material terhadap ruang kehidupan peran lainnya. Hal tersebut dapat terjadi karena Negara dengan Kekuasaannya yang besar sekaligus lemah dalam pelaksanaan peraturan akibat mengemukanya kepentingan pribadi aparat negara."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>