Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6253 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulkarnain
"Indonesian females lecture are expected to perform double roles to do their jobs and to take care of their families. This condition may create conflicts if female lecturers cannot perform their duties as expected by their employers and families. These conflicts then turn into mental pressure and experiences of burnout. The aim of this study is to find out the impacts of work-family conflicts and burnout among female lecturers. The subjects of this study are 160 lecturers who are female, are married, and have children. Research data are generated using family-work conflict scale and burnout scale. The data are analyzed using regression analysis technique. The results of data analysis also show that the conflict between work and family strongly associate with burnout among female lecturers. The result findings also show that there are two dimensions of work-family conflicts which may cause burnout: behavior-based conflict dan timebased conflict. By implication, this study can help expand the understanding of burnout among female lecturers which may lead to the improvement of the quality of their working environments. In this way, better understanding of the impacts of living environments and individual characteristics on burnnouts can benefit the lecturers themselves and the institutions they work at.

Tridarma perguruan tinggi menuntut dosen untuk lebih optimal menjalankan tugas di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Di sisi lain, wanita di Indonesia dituntut untuk menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak di rumah. Kondisi ini dapat menimbulkan konflik jika dosen wanita tidak mampu memenuhi kewajibannya di pekerjaan maupun di keluarga. Konflik yang terjadi akan menyebabkan tekanan yang pada akhirnya menimbulkan burnout. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak konflik pekerjaan-keluarga terhadap burnout pada dosen wanita. Subjek pada penelitian ini adalah 160 dosen wanita, menikah, dan telah memilikki anak. Data penelitian diungkap dengan skala work family conflict dan skala burnout. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh terhadap burnout di kalangan dosen wanita. Hasil analisis juga menunjukkan ada dua dimensi konflik pekerjaan-keluarga yang berpengaruh terhadap burnout yaitu behaviour-based conflict dan time-based conflict. Implikasi dari studi ini dapat membantu meningkatkan pemahaman mengenai burnout yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bekerja. Pemahaman akan pengaruh lingkungan dan pribadi terhadap burnout memiliki keuntungan bagi lembaga dan dosen."
Medan: Universitas Sumatera Utara. Faculty of Psychology, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain
"Tridarma perguruan tinggi menuntut dosen untuk lebih optimal menjalankan tugas di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Di sisi lain, wanita di Indonesia dituntut untuk menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak di rumah. Kondisi ini dapat menimbulkan konflik jika dosen wanita tidak mampu memenuhi kewajibannya di pekerjaan maupun di keluarga. Konflik yang terjadi akan menyebabkan tekanan yang pada akhirnya menimbulkan burnout. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak konflik pekerjaan-keluarga terhadap burnout pada dosen wanita. Subjek pada penelitian ini adalah 160 dosen wanita, menikah, dan telah memilikki anak. Data penelitian diungkap dengan skala work family conflict dan skala burnout. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh terhadap burnout di kalangan dosen wanita. Hasil analisis juga menunjukkan ada dua dimensi konflik pekerjaan-keluarga yang berpengaruh terhadap burnout yaitu behaviour-based conflict dan time-based conflict. Implikasi dari studi ini dapat membantu meningkatkan pemahaman mengenai burnout yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bekerja. Pemahaman akan pengaruh lingkungan dan pribadi terhadap burnout memiliki keuntungan bagi lembaga dan dosen.

Indonesian females lecture are expected to perform double roles to do their jobs and to take care of their families. This condition may create conflicts if female lecturers cannot perform their duties as expected by their employers and families. These conflicts then turn into mental pressure and experiences of burnout. The aim of this study is to find out the impacts of work-family conflicts and burnout among female lecturers. The subjects of this study are 160 lecturers who are female, are married, and have children. Research data are generated using family-work conflict scale and burnout scale. The data are analyzed using regression analysis technique. The results of data analysis also show that the conflict between work and family strongly associate with burnout among female lecturers. The result findings also show that there are two dimensions of work-family conflicts which may cause burnout: behavior-based conflict dan time- based conflict. By implication, this study can help expand the understanding of burnout among female lecturers which may lead to the improvement of the quality of their working environments. In this way, better understanding of the impacts of living environments and individual characteristics on burnnouts can benefit the lecturers themselves and the institutions they work at."
Medan: Universitas Sumatera Utara. Faculty of Psychology, 2015
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nabeela
"Burnout sering terjadi di kalangan tenaga kesehatan, terutama pada perawat. Pekerjaan perawat, yang membutuhkan tenaga, perhatian, serta waktu yang banyak, rentan menyebabkan work-family conflict (WFC). Penelitian ini bertujuan melihat peran work-family conflict (WFC) terhadap burnout pada perawat di Rumah Sakit Kelas A di Jakarta. Subjek penelitian didapatkan sebanyak 124 dengan teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Work Family Conflict Scale (WAFCS) dan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Hasil analisis dilakukan menggunakan SPSS v.25 dan hasil menunjukkan bahwa terdapat peran work-family conflict (WFC) terhadap burnout. Dapat disimpulkan bahwa work-family conflict (WFC) memprediksi terjadinya burnout pada perawat di Rumah Sakit Kelas A di Jakarta.

Burnout is often observed among healthcare professionals, particularly nurses. The demanding task of nursing requires significant energy, attention, and time, which can lead to work-family conflict (WFC). This study aims to examine the role of work-family conflict (WFC) in burnout among nurses at a Class A Hospital in Jakarta. A total of 124 subjects were recruited using convenience sampling. The measurement tools used were the Work Family Conflict Scale (WAFCS) and the Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Analysis was conducted using SPSS v.25, revealing a significant relationship between work-family conflict (WFC) and burnout. It can be concluded that work-family conflict (WFC) predicts the occurrence of burnout among nurses at a Class A Hospital in Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Alsyifa Mawira Aura
"Flexible working arrangements (FWA) yang didukung oleh work-family culture (WFC) – dapat menjadi solusi untuk mengurangi persepsi karyawan tentang work-family conflict (WFCON) yang pada akhirnya akan meningkatkan job satisfaction (JS) karyawan. Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya intervensi organisasi untuk mendukung keterkaitan antara peran pekerja dalam kehidupan pribadi dan profesional karyawannya. Belum banyak penelitian tentang topik ini di Asia dimana kasus work-family conflict lebih banyak dialami oleh karyawan perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh hubungan antara FWA dan WFC dengan memediasi WFCON terhadap JS karyawan wanita. Penelitian ini menggunakan hasil survei terhadap 295 karyawan wanita dari perusahaan jasa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) sebagai metode analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan wanita memiliki persepsi positif tentang flexible working arrangements (FWA), yang memengaruhi job satisfaction (JS) secara keseluruhan. Variabel work-family culture (WFC) berperan signifikan dalam meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi work-family conflict (WFCON). Sedangkan pada hubungan pengaruh tidak langsung, diidentifikasi bahwa WFCON memediasi hubungan WFC terhadap JS serta pada hubungan FWA terhadap JS. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa penelitian bagi manajer SDM khususnya pada organisasi tentang dampak penerapan FWA dan budaya kerja-keluarga bagi JS melalui peran mediasi konflik kerja-keluarga untuk dapat menggali lebih jauh terkait hal-hal tersebut.

Reduced employee perceptions of work-family conflict (WFCON) can be achieved by flexible working arrangements (FWA) supported by work-family culture (WFC), which will ultimately lead to an increase in job satisfaction (JS). Several studies highlight the value of organizational interventions in establishing connections between employees' roles in their personal and professional life. Yet, research on this subject is lacking in Asia, where female employees are more likely to face work-family conflicts. This research aims to clarify how FWA and WFC affect on JS of female employees through the mediating role of WFCON. This study uses the results of a survey of 295 female employees from Information and Communication Technology (ICT) service companies using Structural Equation Modeling (SEM) as a data analysis method. The results showed that most female employees positively perceived flexible working arrangements (FWA), which influenced overall job satisfaction. The work-family culture variable plays a significant role in increasing job satisfaction by reducing work-family conflict. In the indirect influence relationship, the identification of WFCON mediates the relationship between WFC and JS also between FWA and JS. This research is expected to contribute to the form of research for HR managers, especially in organizations about the impact of implementing FWA and work-family culture for JS through the mediation role of work-family conflicts to be able to explore further related to these things."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beatrice Clarisa
"Work-family conflict merupakan konflik antar peran yang terjadi ketika tuntutan peran dalam kehidupan pekerjaan dan keluarga bersifat saling bertentangan dalam beberapa hal.
Ketidakmampuan untuk menyeimbangkan dua tuntutan peran yang berbeda dapat memberikan dampak negatif bagi individu, keluarga, maupun perusahaan. Ketersediaan dukungan sosial dapat menyediakan sumber daya bagi individu untuk mengelola tuntutan peran pekerjaan dan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan sosial supervisor, rekan kerja, dan pasangan dengan work-family conflict pada perawat wanita yang telah menikah. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2023 dengan responden 75 perawat wanita yang telah menikah, yang dipilih dengan menggunakan stratified random
sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Hasil penelitian melalui uji korelasi Kendall’s tau-b menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial pasangan dan dukungan sosial rekan kerja dalam beberapa aspek (dukungan emosional,
dukungan informasi, dan dukungan penilaian) dengan work-family conflict. Sedangkan itu, ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial supervisor dengan work-family conflict. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat dukungan sosial pasangan dan rekan kerja yang dimiliki, maka akan semakin rendah tingkat
work-family conflict yang dialami. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi manajemen organisasi pelayanan kemanusiaan dalam mengembangkan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupan pekerjaan-keluarga pekerja

Work-family conflict is a form of an inter-role conflict that occurs when the demands of roles in work and family life are mutually contradictory in several ways. The inability to balance the demands of two different roles can have a negative impact on individuals, families and
even companies. The availability of social support can provide additional resources for
individuals to manage the competing demands of work and family roles. This research aims
to determine the relationship between the social support of supervisors, colleagues, and
partners with work-family conflict in married female nurses. This study used quantitative
methods with descriptive objectives. Data collection was conducted in June 2023 with 75
married female nurses as respondents, who were selected using stratified random sampling
as the sampling method. The research results obtained from Kendall's tau-b correlation test
showed that there was a significant negative relationship between spousal social support and
coworker social support in several aspects (emotional support, informational support, and
appraisal support) with work-family conflict. However, it was found that there was no
significant relationship between the social support of supervisors and work-family conflict.
The results showed that the higher the level of spousal and co-worker social support an
individual received, the lower the level of work-family conflict experienced. This research is
expected to contribute for the management of human service organizations in developing
efforts to improve the welfare in the work-family life of workers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyak Cut Nadira Azzahra
"Penelitian ini bertujuan mengungkap work-family conflict yang dihadapi perempuan pelaku usaha kecil di sektor fashion. Kajian terdahulu menggambarkan perempuan pelaku usaha mengalami peran ganda harus mengurus keluarga dan menjalankan usahanya sehingga kesulitan menyeimbangkan antara keduanya. Dampaknya perempuan sering kali harus memilih untuk menghentikan inovasinya dan membuat usahanya tetap berskala kecil. Usaha fashion merupakan usaha yang lekat dengan perempuan dan memberikan fleksibilitas pada pelakunya serta tidak membutuhkan latar belakang khusus. Kajian terdahulu telah menjelaskan tantangan perempuan pelaku usaha fashion dalam aspek manajemen dan organisasi. Kajian yang telah ada belum mengidentifikasi situasi yang dihadapi bentuk work-family conflict dan strategi menghadapinya. Peneliti berargumen bahwa perempuan pelaku usaha mengalami conflict karena adanya tuntutan dari pekerjaan dan keluarga. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui metode studi kasus. dan menggali data dengan wawancara mendalam. Hasil temuan menunjukkan perempuan pelaku usaha pada dasarnya cenderung mengalami family-work conflict yaitu keluarga memengaruhi pekerjaan, karena kontribusi usahanya dibangun sesudah menikah. Bentuk konfliknya dalam bentuk waktu, tekanan, dan perilaku. Sumber konflik adalah faktor sosial di keluarga, faktor pekerjaan terkait kebutuhan sumber daya, serta faktor personal terkait emosi dan kesadaran individu.. Dalam menghadapi konflik, strategi perempuan pelaku usaha adalah membangun komunikasi dengan keluarga dan karyawan, serta mencari dukungan sosial baik dari keluarga maupun orang yang dipercaya. Selain itu kecenderungan perempuan untuk mendahulukan keluarga menjadi salah satu strategi mereka dalam mengatasi konflik.

This study aims to uncover the work-family conflict faced by women small business entrepreneur in the fashion sector. Previous studies describe that women entrepreneurs experience dual roles, having to take care of their families and run their businesses, making it difficult to balance it. As a result, women have to choose to stop their innovation and keep their businesses in small-scale. The fashion business is a sector that is related to women and provides flexibility to its owners and does not require a special background. Previous studies have explained the challenges faced by women fashion entrepreneurs in terms of management and organization. However existing studies have not identified the situations faced in the form of work-family conflict and the strategies to dealing with it. The researcher argues that women entrepreneurs in fashion small business experience conflict due to demands from work and family. The study was conducted using a qualitative approach through a case study method and exploring data through in-depth interviews. The findings show that women entrepreneurs basically tend to experience family-work conflict, namely that family influences work, because their business contributions are built after marriage. The forms of conflict are based on: time, role pressure/demands, and behavior. The sources of conflict are family factors, work factors related to resource needs, and personal factors related to emotions, including individual awareness. To dealing with conflict, the strategy of women entrepreneurs is to build communication with family and employees, and seek social support from both family and trusted people. In addition, the tendency of women to prioritize family is one of their strategies in overcoming conflict.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Yunia Fitriani
"ABSTRAK
Pendahuluan. Gangguan mental emosional adalah keadaan distress psikologik yang jika tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan gangguan jiwa berat dan disabilitas. Prevalensi gangguan mental emosional yang dialami oleh perawat perempuan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr.Cipto Mangunkusumo, rumah sakit rujukan tersier di Indonesia, pada tahun 1998 adalah sebesar 17,7%. Salah satu bahaya potensial psikososial yang diduga berhubungan dengan gangguan kesehatan mental adalah konflik pekerjaan-keluarga.
Metode. Disain penelitian menggunakan studi potong lintang dengan mencari hubungan antara variabel bebas konflik pekerjaan-keluarga dan faktor individu serta faktor pekerjaan lainnya dengan variabel terikatnya yaitu gangguan mental emosional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner konflik pekerjaan-keluarga, SRQ 20 dengan populasi penelitian perawat perempuan yang bekerja di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
Hasil. Prevalensi gangguan mental emosional pada perawat perempuan di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo adalah sebesar 23,5%. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan gangguan mental emosional pada perawat perempuan di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo adalah konflik pekerjaan-keluarga (OR 2,59, CI 95% 1,44-4,65, p<0,001) dan tingkat pendidikan (OR 0,07, CI 95% 0,01-0,62, p:0,010).
Kesimpulan. Didapatkan hubungan yang bermakna antara konflik pekerjaan-keluarga dengan gangguan mental emosional pada perawat perempuan di Indonesia.

ABSTRACT
Introduction: Emotional mental disorder is a state of psychological distress that, if not handled properly, can lead to severe mental disorders and disabilities. The prevalence of emotional mental disorder experienced by female nurses at the National General Hospital (RSUPN) Dr.Cipto Mangunkusumo, tertiary referral hospital in Indonesia, in 1998 was 17.7%. One potential psychosocial hazard that is thought to be related to mental health disorders is the work-family conflict.
Methods: This was a cross-sectional study by looking for relationship between the independent variable work-family conflict, individual factors and work factors with dependent variable emotional mental disorder. The instruments used in this study are work-family conflict questionnaire and SRQ 20 with study population is female nurses whom are working at RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
Results: The prevalence of emotional mental disorder in female nurses at Dr.Cipto Mangunkusumo RSUPN is 23.5%. The most dominant factor associated with emotional mental disorder in female nurses at RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo is work-family conflict (OR 2,59, CI 95% 1,44-4,65, p<0,001) and level of education (OR 0,07, CI 95% 0,01-0,62, p:0,010).
Conclusion: There is a significant relationship between work-family conflicts and emotional mental disorders in female nurses in Indonesia."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafirah Zhafarina Irawan
"Peran wanita saat ini semakin luas, karena tidak hanya bertanggungjawab dalam keluarga, namun juga turut berperan aktif dalam bekerja. Perencanaan untuk memiliki peran yang seimbang antara keduanya tidak lepas dari antisipasi munculnya konflik antar peran atau yang disebut dengan antisipasi konflik kerja-keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek trait kepribadian dan self efficacy work-family conflict terhadap antisipasi konflik kerja-keluarga pada wanita. Penelitian nonexperimental ini menggunakan anticipated work-family conflict scale untuk mengukur AWFC, Big Five Inventory untuk mengukur trait kepribadian dan work-family conflict self efficacy scale untuk mengukur work-family conflict self efficacy. Partisipan penelitian ini sebanyak 148 orang wanita pada tahap emerging adulthood M = 20.10, SD = 1.551 yang belum bekerja dan berumah tangga. Hasil yang didapatkan berdasarkan analisis mulitple regression menunjukkan bahwa trait conscientiousnessberperan terhadap time based anticipated family interfere work, trait neuroticismberperan terhadap strain based anticipated work interfere family/ family interfere work dan trait agreeablenessberperan terhadap behavior based anticipated family interfere work. Tidak ditemukan pengaruh dari self efficacy terhadap anticipated work-family conflict. Adapun trait kepribadian memiliki kontribusi yang lebih besar dibandingkan self efficacy work-family conflict.

Women rsquo s role is increasing on our society, which is not only responsible in their family as housewife but they also play an active role as a worker. Have balanced life between the two role can rsquo t be separated from the expectation that there will be conflict emerged between roles, which called anticipated work family conflict. This study aims to see the effect of personality trait and self efficacy on anticipated work family conflict among women. This study is nonexperimental study that used Anticipated Work Family Conflict Scale, Big Five Inventory BFI and Work Family Conflict Self Efficacy. Based on women N 148 in their emerging adulthood M 20.10, SD 1.551 , current paper found that conscientiousness significantly predicted time based anticipated family interfere work, neuroticism predicted strain based anticipated work interfere family family interfere work, and agreeableness predicted behavior based anticipated family interfere work. There was no role of self efficacy on anticipated work family conflict. In general, personality trait contributed extensively on anticipated work family conflict more than self efficacy."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rimba Eka Handini
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara work-family conflict dan keterikatan kerja pada ibu bekerja. Pengukuran work-family conflict dilakukan dengan alat ukut Work-Family Conflict Scale (Carlson, Derr, & Wadsworth, 2003) dan pengukuran keterikatan kerja dengan alat ukur utretch work engagement scale (Schaufeli, Bakker, & Salanova, 2006). Partisipan berjumlah 72 orang ibu yang bekerja di sektor formal baik sebagai pegawai negeri maupun pegawai swasta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan anatara work-family conflict dan keterikatan kerja pada ibu yang bekerja (r = -0,080; p = 0,507).

This research was conducted to find correlation between work-family conflict and work engagement among working mother. Work-family conflict was measured using a modification instrument named work/family conflict scale (Carlson, Derr, & Wadsworth, 2003) and work engagement was measured using a modification instrument named utrecth work engagement scale (Schaufeli, Bakker, & Salanova, 2006). The participants of this research were 72 mother who work in the formal sector, both public servant and private sector employees. The main result of this research showed that work-family conflict doesn’t have a significant relation with work engagement among working mother (r = -0,080; p = 0,507)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfianti Zakia
"Seperti negara berkembang lainnya, industri garmen merupakan salah satu industri andalan bagi perekonomian Indonesia. Namun, disamping menjadi industri andalan, industri garmen masih mengantongi banyak masalah terutama terkait kondisi kerja. Kondisi kerja yang buruk ini kemudian mempengaruhi kehidupan pribadi para pekerjanya, hingga menimbulkan konflik dan berbagai pengaruh negatif lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk memahami bagaimana work-family conflict yang dialami oleh pekerja di industri garmen di Indonesia diakibatkan oleh kondisi kerja yang buruk, dan bagaimana dukungan sosial berperan dalam hubungan antara keduanya. Data dikumpulkan dari 10 kelompok FGD yang melibatkan 93 responden yang berasal dari lima kota pusat industri garmen di Indonesia. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui proses coding manual dibantu dengan Qualitative Data Analysis Software (QDAS) berupa Nvivo 12. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa pekerja pada industri garmen masih merasakan kondisi kerja yang buruk berupa target harian yang berlebih dan jam kerja yang panjang. Akibat dari kondisi tersebut, banyak pekerja mengalami work-family conflict terutama yang berkaitan dengan anak-anak. Dukungan sosial dari pasangan dan rekan kerja ditemukan dapat mengurangi work-family conflict yang dirasakan pekerja. Perusahaan dapat membuat kebijakan untuk mengurangi beban kerja dan jam kerja menjadi lebih masuk akal. Dengan jam kerja dan target kerja harian yang lebih sedikit, work-family conflict dan efek negatif dari work-family conflict yang dirasakan pekerja akan berkurang

Garment industry is one of the mainstay industries for the Indonesia economy. However, despites being a mainstay industry, garment industry still holds many problems, especially related to its working conditions. These poor working conditions then affect the personal lives of workers, causing conflicts and other negative effect. This research was conducted to understand how work-family conflict which was experienced by workers in the garment industry in Indonesia derived from poor working condition and how social support plays a role in the relationship between the two. Data from 10 focus group discussion, wich involved 93 participants from five major garment industry cities in Indonesia, were gathered. The analysis was carried out using qualitative methods trough manual coding process assisted with Qualitative Data Analysis Software (QDAS) in the form of Nvivo 12. The analysis found that workers in the garment industry still experience poor working conditions in the form of excessive daily targets and long working hours. As a result of these conditions, many workers experience work-family conflicts, especially related to children. Social support from spouses and coworkers was found to reduce work-family conflict felt by workers. Companies can create policies that will reduce workload and work hours and make it more sensible. With fewer work hours and daily targets, work-family conflict and negative effects of work-family conflict felt by workers will decrease"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>