Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosari Saleh
Jakarta: UI-Press, 2003
PGB 0539
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Tangerang: Masyarakat Nanoteknologi Indonesia , 2008
R 620.5 SER
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Ramsden, Jeremy J.
Jakarta: Erlangga, 2011
620.5 RAM at (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Salim
"Bentonit asal Merangin -Jambi telah dimodifikasi menjadi organoclay dengan menggunakan surfaktan nonionik triton X-100 sebagai agen penginterkalasi. Kemudian produk hasil modifikasi dikarakterisasi dengan XRD, FTIR, dan EDX. Sebelum modifikasi, dilakukan fraksinasi bentonit sehingga diperoleh Fraksi 1 yang kaya montmorillonite (MMT) yang kemudian diseragamkan kation bebasnya dengan Na+ (menjadi Na-MMT). Selanjutnya dengan menggunakan metode tembaga amin, nilai KTK Na-MMT diperoleh sebesar 71 mek/100gram Na-MMT. Variasi konsentrasi triton X-100 yang digunakan untuk preparasi organoclay adalah 1070, 4280, 6848, 8560, dan 10272 mg/L. Pengaruh konsentrasi triton X-100 yang ditambahkan terhadap jarak basal spacing organoclay, diamati dengan XRD, dan hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan basal spacing dari 15,74 Å untuk Na-MMT menjadi 20,08 Å, 19,51Å, 18,57Ao dan 17,43Å untuk OC 8560 , OC 6848 , OC 4280 dan OC10272. Kesetabilan organoclay dalam air telah diuji dan hasilnya menunjukkan bahwa semakin besar kandungan surfaktan dalam organoclay semakin rendah kesetabilannya. Jarak basal spacing organoclay mengalami penurunan dari 20,08Ao menjadi 17,62 Ao untuk OC-8560, dari 19,51Ao menjadi 17,28 Ao untuk OC-6848, dan dari 18,57 Ao menjadi 17,20 Ao untuk OC-4280. Hal ini mengindikasikan bahwa surfaktan banyak mengalami pelepasan dari interlayer organoclay ketika jumlah surfaktan yang tersisipkan lebih dari 25,8 mg/g (OC-4280). Kemampuan OC-8560 , dan OC-4280 sebagai adsorben p-klorofenol dibandingkan dengan Na-MMT. Data yang diperoleh pada kurva isotherm adsorpsi menunjukkan bahwa kemampuan organoclay dua kali lebih efektif dibanding NaMMT dalam menyerap p-klorofenol. Proses penyerapan p-klorofenol oleh Na-MMT dan OC-4280 mengikuti kurva isotherm adsorpsi Langmuir. Sedangkan OC-8560 cenderung mengikuti kurva isoterm adsorpsi Freundlich.

Bentonite from Merangin Jambi has been modified into organoclay using nonionic surfactant Triton X-100 as intercalating agent. Then the products were characterized by XRD, FTIR, and EDX. Prior to modification, bentonite fractionation was performed in order to get Fraction 1 which is rich with montmorillonite (MMT) phase, and then is cation-exchanged with Na+ (called Na-MMT). Furthermore, using a copper amine methode, its cation exchange capacity (CEC) value was determined as 71 mek/100gram Na-MMT. Variation of Triton X-100 concentration used for the preparation of organoclay is 1,070; 4,280; 6,848; 8,560; and 10,272 mg/L. The effect of the addition of Triton X-100 to Na-MMT?s basal spacing, observed by XRD, shows an increase in basal spacing of initially 15.74Å for Na-MMT to 20.08 Å, 19.51Å, 18.57Ao and 17.43Å for OC 8560 , OC 6848 , OC 4280 dan OC10272, respectively. The stability of organoclay in water has been investigated and the result shown that organoclay containing the largest amount of surfactant is more unstable. The basal spacing of organoclays decrease from 20.08oA to 17.62oA for OC-8560, from 19.51oA to 17.28oA for OC-6848 and from 18.57oA to 17.20 for OC-4280. This indicates that more surfactant are removed from the interlayer of organoclay when the amount of surfactant introduced is more than 25.88 mg/g (OC-4280). Organoclay adsorption capacity was observed by using it as adsorbent for p-Chlorophenol and compared with the capacity of Na-MMT. Data obtained on the adsorption isotherm curve shows that the organoclay is twice more effective in adsorbing p-chlorphenols. The adsorption process p-chlorofenol by OC-4280 and Na-MMT follows Langmuir adsorption isotherm curve. While OC-8560 tends to follow Freundlich adsorption isotherm curve."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30710
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus Wirutomo
Jakarta: UI-Press, 2001
PGB 0536
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Suryandaru
"Inovasi pengembangan produk baru atau NPD (New Product Development) adalah kunci dalam persaingan dunia industri cat dan coating Indonesia saat ini. Nanoteknologi diprediksi oleh banyak pakar mampu menjadi solusi mutakhir peningkatan nilai tambah dan daya saing produk coating menjadi produk nanocoating (NC). Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan potensi pengembangan produk NC (NPD Mapping), Prioritas pengembangan produk NC (NPD Priority) dan rekomendasi pengembangan produk NC (NPD Recommendation). Setelah dilakukan pengolahan data dengan analisis SWOT-AHP-IPA maka diperoleh 12 kriteria pengembangan dan 5 alternatif produk nanocoating dengan tingkat prioritas adalah NC anti korosi (0,224), NC Anti Suhu Tinggi (0,199), dan NC Anti Fouling (0,197).
Berdasarkan analisis dengan metode IPA, diperoleh faktor yang dianggap paling penting (importance) oleh prespektif industri namun memerlukan perbaikan segera (sebagai rekomendasi NPD) karena memiliki tingkat (performance) rendah yaitu, (1) pentingnya ketersediaan fasilitas riset, peralatan, dan infrastruktur, (2) pentingnya pertimbangan industri nasional terhadap biaya produksi aplikasi nanoteknologi, dan (3) pentingnya dukungan pemerintah dalam menyediakan kebijakan bagi industri nasional.

The innovation of new product development (NPD) is a key for Indonesia paint and coating industry competitiveness. Nanotechnology is predicted by many experts will be able to becoming a revolutioner solution to make additional value and competitiveness product becoming nanocoating (NC) product. The aims of this research are to know NPD Mapping, NPD Priority, and NPD Recommendation. After data processing using SWOT-AHP-IPA analysis, thus it obtained to 12 development atributs and 5 nanoproduct alternatif with priority level are NC Corrosive resistance (0,224), NC High Temperature resistance (0,199), and NC Fouling resistance (0,197).
Based on the analysis of the IPA method, obtained factors considered most important (importance) by the industry perspective, but requires immediate repair (as a recommendation NPD) because it has a level (performance) low ie, (1) the importance of the availability of research facilities, equipment, and infrastructure, (2) the importance of the consideration of the national industrial production costs nanotechnology applications, and (3) the importance of government support for the industry in providing national policy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jufri
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang batasan-batasan suatu perbuatan pencemaran nama
baik dapat dikategorikan masuk dalam delik pers dan batasan-batasan suatu
perbuatan pencemaran nama baik dapat dikategorikan masuk dalam delik KUHP,
faktor-faktor yang menjadi pembeda suatu perbuatan pencemaran nama baik
dikategorikan masuk dalam delik pers atau dikategorikan masuk dalam delik
KUHP serta penegak hukum dalam hal ini Mahkamah Agung RI mengukur suatu
peristiwa pencemaran nama baik oleh pers sebagai suatu tindak pidana. Penelitian
yang dilakukan sifatnya yuridis normatif yaitu penelitian berdasarkan sumber data
sekunder yang meliputi bahan hukum primer, sekunder, dan tersier, dengan
pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual
(conceptual approach), serta metode penelitian kepustakaan dan penelitian
empiris. Mengenai data yang diperoleh, yaitu data dari Mahkamah Agung RI
dianalisa dan disajikan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa batasan-batasan suatu perbuatan pencemaran nama baik dapat
dikategorikan masuk dalam delik pers diantaranya melanggar beberapa pasal
tentang pencemaran nama baik dalam KUHP dan informasi yang diketahui umum
merupakan pernyataan pikiran atau perasaan pelaku sehingga bertentangan
dengan peran dan fungsi pers serta kode etik jurnalistik, sedangkan batasanbatasan
suatu perbuatan pencemaran nama baik dapat dikategorikan masuk dalam
delik KUHP diantaranya perbuatan melanggar pasal tentang pencemaran nama
baik dalam KUHP, informasi yang diketahui umum merupakan pernyataan
pikiran atau perasaan pelaku namun tidak berkaitan dengan peran dan fungsi pers
serta kode etik jurnalistik. Salah satu faktor yang menjadi pembeda suatu
perbuatan pencemaran nama baik dikategorikan masuk dalam delik pers atau
dikategorikan masuk dalam delik KUHP adalah terletak pada metode
penyelesaian setelah terjadinya perbuatan. Sedangkan Mahkamah Agung RI
mengukur suatu peristiwa pencemaran nama baik oleh pers sebagai suatu tindak
pidana dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Meminta Keterangan Saksi Ahli.

ABSTRACT
This thesis is discuss about the limitations of a defamation action which can be
categorized into the press offenses and the limits of a defamation action can be
categorized into KUHP offenses, the factors that made the difference a defamation
action categorized into the press offenses or KUHP offenses as well as law
enforcement in this case the Supreme Court measure a defamation event by the
press as a criminal offense. This thesis is conducted by normative juridis which
based on secondary data source that is including primary legal materials,
secondary, and tertiary, with the approach of legislation (statute approach) and the
conceptual approach, as well as the method of literature research and empirical
research. Regarding the data which acquired from the Supreme Court analyzed
and presented in descriptive qualitative. The results shows that the limitations of a
defamation action can be categorized into the press offenses such as violating
several articles about defamation in the KUHP and the information known by
public is constitute state of mind or feelings is so contrary to the role of the
offender and the function of the press and journalistic ethics , while the limits of a
defamation action can be categorized into KUHP offenses of which actions
violated article about defamation in the, KUHP commonly known information by
public is a state of mind or feelings of the offender, but not related to the role and
function of the press as well as the code of ethics journalism. One factor that made
the difference a defamation action categorized into the press offenses or KUHP
offenses is located on the method of completion after the act. While the Supreme
Court measure an event defamation by the press as a crime by issuing Circular
No. 13 year 2008 regarding Request The Expert Witness Testimony."
2013
T33737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Veronika Listyani
"Selain peran utamanya sebagai molekul kehidupan, DNA telah menarik perhatian banyak peneliti karena diyakini memiliki sifat-sifat elektronik yang memungkinkannya untuk dapat dipergunakan sebagai divais elektronika molekuler. Namun penelitian-penelitian yang telah dilakukan ternyata menghasilkan temuan yang beragam mengenai karakteristik molekul tersebut. Sejumlah peneliti yang berbeda menyatakan bahwa DNA dapat bersifat sebagai isolator, semikonduktor dengan pita terlarang yang lebar, konduktor, ataupun superkonduktor. Karakteristik yang bervariasi ini disebabkan oleh berbagai faktor. Diantaranya yaitu perbedaan pada struktur molekul itu sendiri, atau penggunaan metode, substrat, elektrode, kontak logam, serta pengaruh lingkungan sekitar yang berbeda-beda pula. Untuk dapat menentukan sifat-sifat elektronik yang benar dari suatu molekul DNA, penelitian dan perhitungan yang akurat sangat diperlukan. Penelitian yang dilakukan pada skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan sifat-sifat elektronik yang akurat dari suatu molekul DNA, yaitu "potongan" pasangan basa nitrogen A-T dan C-G. Perhitungan struktur elektronik dari kedua molekul ini dilakukan dengan menggunakan program SIESTA yang berlandaskan density functional theory. Saat ini DFT dipercaya sebagai metode yang paling akurat untuk melaksanakan perhitungan struktur elektronik. Delapan perhitungan dilakukan untuk 2 struktur molekul yang berbeda, menggunakan 2 metode DFT dan 2 nilai lattice constant yang berbeda pula. Pada SIESTA dan DFT, pertama-tama hams dibuat suatu pseudopotential untuk masing-masing atom yang menyusun molekul yang hendak dipelajari. Pseudopotential-pseudopotential ini harus memenuhi sejumlah persyaratan untuk dapat dikatakan sebagai 'norm-conserving' pseudopotential dan agar dapat digunakan untuk perhitungan molekul selanjutnya. Salah satu cara untuk memeriksa hal ini adalah dengan memperhatikan fungsi gelombangnya. Untuk perhitungan yang dilakukan pada skripsi ini, semua pseudopotential untuk atom-atom Karbon, Hidrogen, Nitrogen, dan Oksigen telah diperiksa dan memenuhi persyaratan 'norm-conserving'. Dilihat dari grafik pita energi setiap molekul yang dihasilkan dari perhitungan, secara umum terindikasi bahwa pasangan basa nitrogen A-T bersifat seperti semikonduktor tipe-p dengan lebar pita terlarang sebesar 3.7-3.8 eV, sementara pasangan basa nitrogen C-G bersifat seperti semikonduktor tipe-n dengan lebar pita terlarang sebesar 2.4 - 2.5 eV. Hasil paling baik didapatkan dari perhitungan yang menggunakan metode GGA dengan nilai lattice constant yang memberikan nilai energi total molekul paling kecil. Perbedaan karakteristik antara kedua molekul ini mungkin disebabkan karena lebih rendahnya nilai potensial reduksi-oksidasi pasangan basa C-G dibandingkan pasangan basa A-T.

Apart from its major role as the molecule of life, DNA has attracted many scientists' interest because of its electrical properties which can cause it being used as molecular electronic device. However, researches done have revealed its diverse characteristics. Some said that DNA is an insulator; others claim that it is a large band gap semiconductor, conductor, or even superconductor. These various characteristics are caused by its various structures, or by the diversity of measurement methods, electrodes, substrates, metal contacts, and environment conditions. To determine DNA's appropriate electronic properties, accurate research and calculation are very important. Research done in this thesis aim to get accurate electronic properties of DNA in single base-pair level. A-T and C-G base pair electronic structure is calculated using SIESTA software package which is based on density functional theory. DFT is currently believed as the best method to perform electronic structure calculations accurately. Eight calculations are done with two molecular structures, two methods of DFT, and two given values of lattice constant. In SIESTA and DFT method, first we have to generate pseudopotentials for each atomic species used in the system we want to calculate. These pseudopotentials have to fulfill some requirements to be regarded as "norm-conserving" and able to be used for farther calculations. One of the ways to check these conditions is by observing their wavefimctions. For calculations done in this research, all pseudopotentials for Carbon, Hydrogen, Nitrogen, and Oxygen atoms present in DNA molecules are thoroughly checked and "norm-conserving". By looking at the band structures resulted by the calculations, it is generally indicated that A-T base-pair acts as p-type semiconductor with bandgap (HOMO-LUMO gap) value approximately 3.7-3.8 eV, while C-G base-pair acts as n-type semiconductor with bandgap value 2.4 - 2.5 eV. Best results are produced using GGA method and the value of lattice constant that corresponds to the minimum total energy of the molecules. The difference of the results for these two molecules is most likely being caused by the lower redox potential of C-G base-pair rather than that ofA-T base-pair."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romualdus Enggar P.W.
"Nanofluida adalah suspensi dari partikel-partikel berukuran nano yang didispersikan ke dalam suatu fluida dasar. Saat ini nanofluida menarik minat banyak peneliti karena sifat hantaran panasnya yang melebihi teori-teori suspensi yang sudah ada. Dalam penelitian ini digunakan nanopartikel TiO2 yang disintesa dengan metode ko-presipitasi. Nanopartikel ini dikarakterisasi struktur kristalnya dengan XRD, karakterisasi optis dengan UV-Vis, dan dianalisa keadaan lingkungannya dengan ESR. Nanopartikel kemudian didispersi dalam fluida dasar akuades membentuk nanofluida TiO2-akuades, dengan konsentrasi nanofluida: 0,05%Vol, 0,1%Vol, 0,5%Vol, 1%Vol, 3%Vol, dan 5%Vol. Nanofluida kemudian diuji kestabilannya dengan UV-Vis, juga diuji konduktivitas panasnya, dan viskositasnya. Nanofluida kemudian diaplikasikan sebagai fluida kerja dalam Screen Mesh Heat Pipe dan diuji kinerjanya. Kinerja heat pipe pada orientasi berbeda(00, 450, 900) dan pada persentase fluida kerja berbeda (40%, 60%, 80%) juga diuji.
Dari karakterisasi XRD diketahui bahwa nanopartikel TiO2 memiliki struktur Kristal anastase, dengan parameter kisi a = 3,78 Ǻ dan c = 9,52 Ǻ dan ukuran Kristal rata-rata= 33 nm. Melaui karakterisasi UV-Vis diketahui pita energy nanopartikel sebesar =3,19 eV, dan melalui ESR dilihat adanya indikasi trapping electron pada kisi nanopartikel TiO2. Pada pengujian UV-Vis nanofluida terlihat bahwa penyerapan meningkat ketika konsentrasi nanofluida meningkat, namun terjadi penurunan pada konsentrasi 3%Vol dan 5%Vol. Konduktivitas nanofluida meningkat pada peningkatan konsentrasi dan viskositas nanofluida meningkat secara signifikan pada peningkatan konsentrasi nanofluida. Kinerja Heat Pipe meningkat pada peningkatan konsentrasi nanofluida, namun menurun pada konsentrasi 3%Vol dan 5%Vol. Heat Pipe menunjukkan perfroma terbaik pada orientasi 450. Tidak ada pengaruh yang signifikan dari persentase fluida kerja.

Nanofluids is suspension of particles with dimension of at least 100 nm dispersed in base fluid. In recent times it has attracted many scientists as it has heat transfer characteristic that exceeded classical model of particles-suspension. In this study TiO2 nanoparticles was synthesized by co-precipitation method and were characterized by XRD, UV-Vis, as well as ESR to analyze its structure, optical, and environmental system respectively. Nanoparticles was then dispersed in de-ionized water to synthesizes six concentration of TiO2-deionized water: 0,05%Vol, 0,1%Vol, 0,5%Vol, 1%Vol, 3%Vol, and 5%Vol. The synthesized nanofluids then are characterized with UV-Vis spectrophotometer to analyze its dispersion, and also have its thermal conductivity and viscosity characterized. The nanofluids were then applied as working fluid of screen mesh heat pipe and has its thermal performance measured. The effect of heat pipe orientation (00, 450, 900) and percentage of working fluid (40%, 60%, 80%) was also characterized.
From XRD it was known that the TiO2 nanoparticle has anastase structure, with lattice parameter: a = 3,78 Ǻ and c = 9,52 Ǻ. It also has average crystallite size of 33 nm. It was also known that TiO2 has energy gap of 3,19 eV, and has indication of electron trapping in anastase lattice sites from UV-Vis and ESR characterization respectively. The Absorbance of TiO2 nanofluids was increasing as the nanofluid concentration increase, but is decrease in the concentration of 3%Vol and 5%Vol, in UV-Vis characterization. The thermal Conductivity of nanofluids is increasing as the nanofluids concentration increase, and the viscosity is increasing significantly as nanofluids concentration increase. The thermal performance of heat pipe is increasing as the nanofluids concentration increase, but is decrease at concentration of 3%Vol and 5%Vol. The heat pipe has shown its maximum kinerjance at orientation of 450. There is no significant effect from percentage of working fluid.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>