Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163783 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joni
"Dewasa ini, tren gaya hidup sehat semakin mendapat perhatian dari masyarakat kita karena selain biaya pengobatan yang semakin tinggi akibat krisis ekonomi, juga ditunjang dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti penting hidup sehat. Salah satu produk yang mempunyai potensi untuk menunjang tren tersebut adalah jamu yang sudah sejak lama dikenal masyarakat kita. Hal ini disebabkan penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan dasar jamu diyakini mempunyal efek samping yang lebih kecil dan kurang berbahaya dibandingkan dengan penggunaan senyawa kimia sintetik yang banyak terdapat dalam obat obatan modern/farinasi. Oleh karena ini, seiring dengan berkembangnya tren gaya hidup sehat di tanah air, maka dapat diharapkan potensi penggunaan jamu oleh masyarakat Indonesia akan semakin besar pula di masa yang akan datang.
Penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap produk jamu ini melibatkan responden sebanyak 100 orang (wanita dan pria) yang diambil menggunakan pendekatan non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Pemilihan responden dibatasi dengan kriteria mereka yang berusia antara 18 tahun sampai 55 tahun dari lokasi penelitian ini meliputi daerah Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan untuk pelaksanaan penelitiannya digunakan metode drop-off survey dengan media self-administered questionnaire. Data primer yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan program komputer SPSS versi 11.
Dalam penelitian ini ditemukan 4 (empat) buah asosiasi yang dominan terhadap Produk jamu, yaitu: (1) rasa pahit dan aroma khas jamu, (2) sebagai obat, (3) bermanfaat untuk kebugaran tubuh, dan (4) bersifat natural. Juga diketahui bahwa tingkat pengetahuan terhadap jamu di tingkat merek (brands) dinilai kurang baik sedangkan di tingkat yang lebih luas, yaitu nama perusahaan (product class), ternyata cukup baik. Sebagai konsekuensinya, konsumen produk jamu kemungkinan besar melakukan keputusan pembelian pada tingkat product class, yaitu mereka terlebih dahulu akan memutuskan untuk memilih nama perusahaan penghasil produk jamu tersebut, baru selanjutnya melakukan pemilihan merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Hasil penelitian juga menunjukkan ada 6 alasan utama mengkonsumsi produk jamu, yaitu: (1) terbuat dari bahan alami, (2) untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, (3) efek samping yang relatif kecil, (4) harga yang terjangkau, (5) untuk menghílangkan gejala penyakit ringan, dan (6) tanpa bahan pengawet. Sedangkan berdasarkan tingkat kepentingan atribut dalam mengkonsumsi produk jamu diketahui bahwa faktor keamanan dan kemudahan memperoleh produk adalah faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan konsumsi tersebut. Adapun faktor keamanan yang dimaksud adalah: (1) terdaftar di Departemen Kesehatan, (2) terbuat dari bahan alami, (3) efek samping kecil, (4) kelengkapan informasi produk, (5) kualitas, (6) tanpa bahan pengawet, dan (7) proses produksi.
Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk jamu lebih disukai dan dipersepsikan sebagai produk untuk mengatasi situasi atau masalah kesehatan yang cukup ringan, seperti untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh, capek-capek, masuk angin, pegal linu, dll. Produk jamu juga dipersepsikan dengan baik sebagai alternatif dan obat barat/farmasi walaupun responden dalam penelitian ini mempunyai kecenderungan untuk menggunakan obat farmasi/barat untuk mengatasl keadaan sakit atau penyakit tertentu, seperti kencing manis, asam urat, darah tinggi, dli. Sedangkan berdasarkan citranya, produk jamu tidak dipersepsikan sebagai produk untuk golongan atau lapisan masyarakat manapun terutama terhadap masyarakat yang bersifat tradisional dan tinggal di pedesaan atau kota kecil.
Beberapa saran berikut diajukan berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, yaitu: pertama strategi merek yang dapat digunakan oleh produsen jamu adalah menggabungkan nama/merek individu dengan nama perusahaan (corporate name) agar konsumen lebih mudah dan lebih cepat mengingat merek produk yang dihasilkan. Agar mempunyai kesempatan berhasil yang lebih besar, maka strategi ini dapat ditunjang dengan melakukan kegiatan corporate advertising yang bertujuan meníngkatkan pengenalan terhadap perusahaan dan citranya di benak konsumen. Kedua, produsen jamu juga dapat mencoba untuk memberikan citra tertentu kepada produk jarnu yang dihasilkan dengan tujuan untuk positioning produk terhadap segmen tertentu yang dapat ditempuh melalui media ikian secara gencar.
Terakhir, untuk memanfaatkan potensi produk jamu sebagai alternatif bagi obat barat/farmasi, maka produsen produk jamu dapat melakukan program periklanan yang bersifat mengedukasi masyarakat mengenai efektifitas jamu sebagai obat penyembuhan penyakit tertentu. Program ini sebaiknya ditujukan kepada industri jamu secara umum (bukan untuk perusahaan atau produk jamu tertentu) dan dilakukan oleh Gabungan Pengusaha Jamu yang saat ini sudah terbentuk. Dengan demikian, dapat diharapkan industri jamu ini akan semakin berkembang lagi di masa yang akan datang seiring dengan kemajuan tren gaya hidup sehat di masyarakat kita."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selmy Patrica Wibawa
"ABSTRAK
Pasar media olahraga khususnya Tabloid Olahraga semakin marak dengan hadirnya pemain-peman baru dalam bisnis ini. Hal ini didorong pula oleh banyaknya tayangan olahraga di berbagai stasiun televisi yang menyajikan program-program siaran yang semakin menarik. Kehadiran Tabloid-Tabloid Olahraga baru ini tentu saja dengan mengusung berbagai atribut-atribut dan inovasi penerbitan yang semakin menarik. Untuk itu merupakan sebuah tantangan bagi pemain lama seperti Tabloid BOLA untuk dapat mempertahankan loyalitas konsumennya ditengah persaingan dengan pemain-pemain baru tersebut.
Keputusan untuk membeli sebuah Tabloid Olahraga akan berubah dengan cepatnya sejalan dengan cepat berubahnya kebutuhan informasi mereka akan dunia olahraga. Oleh karena itu perlu diketahui atribut-atribut apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih sebuah Tabloid Olahraga dan pada akhirnya akan membentuk persepsi konsumen terhadap Tabloid Olahraga tersebut. Untuk itu penelitian ini memiliki tujuan yaitu : (1) mengetahui atribut-atribut apa yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli suatu produk media olahraga, dan (2) Mengetahui persepsi konsumen terhadap Tabloid BOLA didasarkan pada atribut-atribut yang terdapat dalam produk Tabloid olahraga tersebut.
Digunakan 2 metode penelitian yaitu metode penelitian eksploratory dan metode penelitian deskriptif Untuk metode penelitian eksploratory dilakukan dengan menggunakan metode FGD (focus Group Discussion) yang dilakukan bersama 10 orang responden dan bertujuan untuk mengetahui atribut-atribut yang menjadi pertimbangan mereka dalam memilih sebuah Tabloid Olahraga. Untuk metode deskriptif digunakan beberapa metode analisis data yaitu : analisis frekuensi, analisis tabulasi silang/asosiatif dan analisis diskriminan.
Dari hasil penelitian eksploratory diperoleh 10 atribut yang menjadi pertimbangan responden dalam memilih Tabloid Olahraga. Atribut-atribut tersebut yaitu: cover/halaman depan, tata letak dan pengaturan isi tabloid, jumlah halaman, mutu kertas yang digunakan, variasi cabang olahraga yang dita1npilkan, harga, intensitas penerbitan dan isi berita/rubric yang ditampilkan. Dari analisis terhadap nilai mean dari tingkat kepentingan atribut, maka atribut isi berita/rubrik yang ditampilkan merupakan atribut yang paling dianggap penting oleh responden.
Dari penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap atribut-atribut dalam Tabloid BOLA diperoleh keterangan bahwa persepsi responden terhadap Tabloid BOLA adalah baik dan bahkan terdapat atribut-atribut yang memiliki persepsi yang sangat baik. Untuk analisis tabulasi silang diperoleh hubungan antara variabel demografi dengan variabel persepsi terhadap atribut dan variabel perilaku dengan variabel persepsi terhadap atribut. Selain itu dilakukan pula analisis tabulasi silang untuk beberapa variabel yang diasumsikan memiliki hubungan akan tetapi setelah dilakukan analisis tabulasi silang ternyata variabel-variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan. Sedangkan dari analisis diskriminan diperoleh keterangan bahwa konsumen dengan tingkat pengeluaran yarig berbeda dapat dibedakan persepsinya oleh atribut harga yang teijangkau.
Untuk memenuhi keinginan konsumen yang selalu setia menanti kehadiran Tabloid BOLA, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya Tabloid BOLA secara temporer diupayakan untuk dapat menyajikan beberapa cabang olahraga (diluar sepakbola) guna memenuhi kebutuhan informasi olahraga konsumen usia muda yang biasanya menggemari beberapa cabang olahraga yang lebih beragam. Hal lain yang harus dipertimbangkan adalah mengenai penetapan harga yang harus mengakomodasi kepentingan konsumen dengan tingkat pengeluaran dibawah Rp 800.000,- yang merupakan konsumen terbesar Tabloid BOLA selama ini.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Sehyanto
"ABSTRAK
Pembayaran tagihan listrik, air, telepon, kartu kredit, dan lain-lain melalui
bank merupakan produk layanan perbankan yang relatif baru dan telah menjadi
populer dewasa ini. Pembayaran dapat dilakukan melalui loket-loket yang telah
disediakan oleh bank, langsung ke teller, atau bisa lewat mesín ATM, seperti yang
ditawarkan oleh beberapa bank. Banyak bank telah meluncurkan produk ini karena
selain agar dapat bersaing bank juga memperoleh pendapatan yang disebut fee
based income.
Produk layanan pembayaran terpadu tersebut berhasil memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen terhadap layanan yang cepat, mudah, dan nyaman.
Namun seberapa cepat, mudah, atau nyaman? Karena keinginan konsumen
semakin meningkat. Pelayanan yang dahulu cepat sekarang menjadi lambat.
Apalagi dengan munculnya electronic banking atau on-line banking, yang
menjanjikan pelayanan perbankan anytime dan anywhere. OIeh karena itu perlu
dijajaki kernungkinan diluncurkannya produk pembayaran secara on-line, melalui
media elektronik tersebut.
Dari semua medía eíektronik yang dapat digunakan untuk on-line banking,
telepon merupakan media yang paling bersahabat dengan konsumen. Selain
Penyebarannya lebih merata, penggunaannya pun leblh mudah. Bandingkan
dengan Internet dan on-line PC. Selain itu beberapa bank ternyata sudah memiliki
fasilitas Phone banking (transaksi perbankan lewat telepon) sejak lama. Selama ini
fasilitas tersebut kebanyakan hanya digunakan untuk pemberian informasi
perbankan seperti informasi saldo, produk, rate deposito. Padahal phone banking
dapat diguriakan Iebih dari itu. Phone banking dapat melayani transaksí perbankan
seperti halnya transaksi di depan teller, kecuali uang kas. Sehingga secara teknis
maupun konsep, phone banking dapat digunakan untuk melakukan pembayaran,
sehingga konsumen dapat melakukannya anytime dan anywhere.
Namun, walaupun secara teknis dan konsep dapat dilakukan, harus diselidiki
dahulu bagaimana kemauan serta persepsi konsumen, Dengan menggunakan
metode riset kuantitatif, dilakukan survei terhadap 110 responden. Dari penelitian
tersebut diperoleh kesimpulan berikut : Pertama, Yang paling dianggap penting
oleh konsumen terhadap layanan pembayaran tagihan adalah adanya bukti
pembayaran, disusul oleh layanan yang dapat diakses anytime dengan proses yang
cepat (kurang dan lima menit), dapat diakses dari berbagai tempat (anywhere),
dapat dilakukan secara debet rekening, tanpa perlu membawa uang tunal, serta
mendapatkan panduan dalam melakukan pembayaran. Kedua, Terjadi gap antara
keinginan konsumen terhadap layanan pembayaran dengan fitur-fitur phone
banking secara umum. Misalnya, konsumen menginginkan adanya bukti
pembayaran, sedangkan pada phone banking tanda bukti pembayaran langsung
berupa kertas kurang / tidak ditawarkan. Sebaiknya phone banking menawarkan
alternatif transaksi lewat media elektronik, namun hal tersebut kurang diminati oleh
konsumen. Ketiga, dari segi persepsi, terlihat bahwa pembayaran melalui phone
banking dianggap cepat, mudah, efisien, dan nyaman. Tingkat kecepatan dan
kemudahan dianggap lebih dan baik sedangkan efisiensi dan kenyamanan
berada dalam kategori baik. Khusus tingkat keamanan dan kerahasiaan, bagi
konsumen tingkat keamanan dan kerahasiaan pembayaran melalui phone banking
masih berada di bawah kategon baik. Keempat, pilihan konsumen atas fitur-fitur
pembayaran yang tepat untuk diterapkan pada phone banking menunjukkan
kecenderungan pada fitur-fitur yang sudah dikenal, mísalnya tagihan telepon, listrik,
air minum, dan kartu kredit.
Penelitian ini dibatasi pada wants dan persepsí konsumen. Wants dan
persepsi hanya salah satu faktor yang mempengaruhi pengadaan keputusan
manajemen bank. Sedangkan masíh banyak faktor lain yang harus
dipertimbangkan seperti biaya, kemampuan sumber daya, trend teknologi, dan
tujuan perusahaan (bank) itu sendiri. OIeh karena itu hasil penelitian ini belum
menjamin kesuksesan hasil keputusan yang diambil oleh manajemen. Penelitian ini
harus didukung oleh analisis yang jitu terhadap faktor-faktor tersebut.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradissa
"Persaingan global semakin intensif dengan maraknya perusahaan melakukan pemasaran internasional dan terjadinya persaingan antar merek dari berbagai kategori produk. Kesadaran akan pentingnya merek sebagai aset yang paling bernilai, yang tercakup dalam apa yang disebut ekuitas merek. Ekuitas merek ini mencakup 5 kategori yaitu kesadaran nama, asosiasi-asosiasi merek, kesan kualiats, loyalitas merek dan aset-aset merek lainnya (seperti paten, cap dan lainnya).
Merek itu sendiri bisa diasosiasikan dengan negara asal (country of origin), dimana negara asal itu berpengaruh dalam menilai suatu produk. Konsumen cenderung mempunyai kesan terntentu terhadap suatu produk yang dihasilkan suatu negara, seperti cina dengan obat-obatan, Perancis dengan mode pakaian dan parfum dan lain-lain.
Penelitian ini difokuskan untuk memberikan gambaran yang mendekati mengenai pengaruh negara asal (country of origin) terhadap kesan kualitas serta melihat hubungan antara persepsi harga dan kualitas khususnya untuk kategori produk makanan/minuman dan otomotif.
Bentuk penelitian yang dilakukan adalah dengan deskriptif analisis. Data primer didapat dengan teknik survei dengan face to face interview. Survei dilakukan dalam bulan Mei 1998 di wilayah DKI Jakarta dengan jumlah responden 400 orang. instrumen utama dalam survei adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi terhadap kualitas dan harga produk makanan/minuman buatan negara Amenka Indonesia, Jepang, Belanda dan Cina sedangkan untuk produk otomotif buatan negara Jerman, Indonesia. Jepang, Korea dan Amerika Kuesioner ini menggunakan 5 points likert scale untuk persepsi kualitas, dimana 1 berarti kualitas sangat rendah dan 5 berarti sangat tinggi. Untuk variabel harga ditanyakan kepada responden persepsi barga kedua produk lersebut apakah Iebih tinggi, sarna saja atnu lebih rendah (kira-kira berapa persan), apabila produk Indonesia dijadikan patokan 100%.
Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini :
Untuk produk makanan/minuman, produk negara Amerika dipersepsikan berkualitas paling tinggi (mean 40) dibandingkan negara lainnya dengan urutan selanjutnya produk buatan Jepang (mean 3,79), Indonesia (mean 3,68), Belanda (mean 3,60) dan Cina (3,54). Dari uji statistik yang dilakukan dengan one-way anova terhadap persepsi kualitas produk Makanan/minuman buatan Amerika, tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk variabel usia, jenis kelamin, pendidikan yang ditamatkan dan pernah/tidak ke luar negeri kecuali untuk variabel pengeluaran per bulan. Untuk produk buatan Indonesia, variabeÍ usia, jenis kelamin, pengeluaran per bulan, dan pendidikan yang ditamatkan tidak berpengaruh nyata terhadap persepsi kualitas, kecuali variabel pernah/tidak ke luar negeri.
Harga produk makanan/minuman buatan Amerika, Belanda, Jepang dan Cina jika harga produk Indonesia dijadikan patokan 100% dipersepsikan lebih mahal oleh responden, dengan produk Amerika mempunyal rata-rata harga tertinggi yaitu 189,63% selanjutnya diikuti produk buatan Belanda, Jepang dan Cina.
Dari hasil matrik hubungan antara harga dan kualitas produk makanan/minuman terlihat bahwa produk buatan Amerika dipersepsikan mempunyai kualitas tertinggi sekaligus mempunyai harga tertinggo dibandingkan negara lainnya selanjutnya berlaku juga untuk produk Jepang Produk buatan Indonesia sendiri kualitasnya lebih tinggi dari Belanda dan Cina namun harganya dipersepsikan lebih rendah dibandingkan keempat negara lainnya.
Untuk produk otomotif, produk negara Jerman dipersepsikan berkualitas paling tinggi (mean 4,56) dibandingkan negara Iainnya dengan urutan selanjutnya produk buatan Jepang (mean 4,29), Amerika (mean 4,24), Korea (mean 3,4 1) dan Indonesia (2,48). Dari uji statistik yang dilakukan dengan One-Way anova terhadap persepsi kualitas produk otomotif buatan Jerman, tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk variabel jenis kelamin, pengeluaran per bulan, pendidikan yang ditamatkan dan pernah/tidak ke luar negeri kecuali variabel usia responden. Selanjutnya untuk produk buatan Indonesia, variabel usia, pengeluaran per bulan, pendidikan yang ditamatkan dan pernah/tidak ke luar negeri, tidak berpengaruh nyata terhadap persepsi kualitas, kecuali variabel jenis kelamin.
Harga produk otomotif buatan Jerman, Amerika, Jepang dan Korea jika harga produk Indonesia dijadikan patokan 100% dipersepsikan Iebih mahal oleh responden, dengan produk Jerman mempunyai rata-rata harga tertinggi yaitu 245,71% (2,5 kali harga produk Indonesia) selanjutnya Amerika 222,78%, Jepang hampir 2 kalinya dan Korea 1,5 kali.
Terakhir hasil matrik hubungan antara harga dan kualitas produk otomotif terlihat bahwa produk buatan Jerman dipersepsikan mempunyal kualitas tertinggi sekaligus mempunyai harga tertinggi dibandingkan negara lainnya, selanjutnya berurutan berlaku juga untuk produk Amerika, Jepang dan Korea. Sedangkan produk otomotif buatan Indonesia sendiri kuaiitasnya dan harganya paling rendah dipersepsikan oleh responden yang semuanya berasal dari Indonesia. Hal ini dapat dipahami karena Indonesia memang baru beberapa tahun terakhir mengeIuarka produk otomotifnya dan terkenal dengan harganya yang murah dibandingkan lainnya yang beredar di Indonesia.
Sebagai implikasi manajerial dan penemuan diatas dianjurkan pertama untuk produk Makanan/minuman buatan negara Amerika dan Jepang dalam strategi promosinya sebaiknya memuat label ?made in? dalam produknya karena dipersepsikan berkualitas tinggi oleh responden hal ini juga dapat dilakukan untuk produk otomotif buatan Jerman, Jepang dan Amerika. Dengan tingginya persepsi kualitas untuk produk tadi, maka pemasar juga dapat mengambil keuntungan dengan menawarkan price premium bagi produknya. Kedua bagi pemasar Indonesia, sebaiknya meningkatkan kualitas aktual produk, terutama untuk produk makanan/minuman dibandingkan produk otomotifnya. Untuk itu sebaiknya memuat label "made in Indonesia" pada kemasannya, selain ¡tu perlu untuk mengadakan promosi dalam menggiatkan gerakan cinta produk makanan/minuman Indonesia seperti lewat iklan-iklan dan lain-lain. Sebaliknya untuk produk otomotif buatan Indonesia, slogan mobnas tidak akan berarti banyak karena terbukti kualitas otomotif Indonesia dipersepsikan rendah s/d blasa saja berada jauh di bawah kualitas produk otomotifbuatan Jerman, Jepang, Amerika dan Korea. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Johanna
"ABSTRAK
Minum teh merupakan kebiasaan yang telah dianut oleh sebagian besar masyarakat di seluruh dunia, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Salah satu perkembangan produk teh adalah pearl tea. Jenis minuman yang juga dikenal dengan nama pearl miik tea ini pertama kali muncul di Taiwan sekitar 20 tahun yang Jalu dengan komposisi awal yang terdiri dari teh yang dicampur dengan susu dan didalamnya terdapat pearl (bola-bola kecil berwarna hitam yang terbuat dari tepung tapioka) yang kenyal. Produk minuman ini mendapat respon yang sangat baik dari konsumen, baik di negara asalnya maupun di negara-negara lain. Di Indonesia, produk pearl tea mulai dikenal beberapa tahun yang lalu dan awalnya hanya merupakan bagian dari menu tambahan yang tersedia pada restoran dan kafe tertentu. Fenomena pearl tea di Indonesia terutama di kota Jakarta cukup menarik karena berdasarkan pengamatan dapat dilihat bahwa konsumen ibu kota cukup merespon produk minuman tersebut. Selanjutnya industri ini mulai berkembang dengan munculnya pemain-pemain pasar yang mengusung mereknya masingmasing. Salah satu dari pelaku pasar pearl tea tersebut adalah Quickly, dengan PT. Lingkar Natura Inti selaku master franchisee di Indonesia.
Penelitian ini memiliki 3 tujuan utama yaitu mengetahui preferensi konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada pearl tea, melakukan analisis pada persepsi konsumen terhadap merek Quickly selaku salah satu merek minuman pearl tea di Jakarta. dan pada akhimya mencoba memberikan saran untuk merencanakan strategi pemasaran produk kepada perusahaan terse but.
Metode penelitian yang diterapkan adalah secara eksploratif melalui in-depth interview, dan secara deskriptif melalui penyebaran kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan menerapkan convenience sampling untuk me.mperoleh 200 responden yang memenuhi kriteria domisili di Jakarta, mengetahui produk pearl tea dan merupakan konsurnen pearl tea Quickly. Metode analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif, analisis asosiatif dan analisis tingkat kepentingan atribut.
Dari penelitian eksploratif diperoleh 9 buah atribut minuman pearl tea yaitu rasa minuman, harga minuman, variasi minuman yang tersedia, lokasi penjualan, nutrisi yang terkandung dalam minuman, merek minuman, desain kemasan yang meliputi ukuran dan warna, kebersihan dan kesterilan minwnan, dan sales promotion. Diantar kesembilan atribut tcrsebut, ditemukan bahwa rasa minuman merupakan atribut yang paling penting bagi konsumen.
Penelitian terhadap perilaku konsumen menunjukkan bahwa informasi mengenai produk pearl tea berasal dari teman, sedangkan iklan memegang peranan yang tidak begitu besar dalam memberikan keterangan mengenai minuman tersebut. Selain itu jenis pearl tea yang disukai oleh konsumen cenderung menjadi produk yang dibeli. Waktu pengkonsumsian pearl tea bagi para konsumen adalah pada siang hari dan sore hari, sedangkan fungsi pearl tea bagi mereka adalah sebagai minurnan yang menyegarkan.
Persepsi konsumen terhadap minuman pearl tea merek Quickly berdasarkan atributatribut yang telah ditentukan sebelumnya secara keseluruhan dapat dikategorikan cukup positif. Sedangkan jika dibandingkan secara khusus dengan 2 merek pesaingnya yaitu Hop Hop dan Kuick Kuick, maka Quickly merupakan produk pearl tea yang lebih unggul. Namun keunggulan yang dimilikinya belum cukup kuat untuk memposisikan dirinya secara berbeda terhadap para pesaingnya.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahmud Syaltout
"ABSTRAK
Kebijakan "Limited Open Sky" yang diberlakukan oleh pemerintah memberi dampak pada peningkatan persaingan dalam bisnis jasa angkutan udara baik domestik maupun intemasional. Hal ini menjadi ancaman serius bagi maskapai penerbangan nasional jika tidak profesional dalam bidangnya. Hal ini telah dibuktikan sejalan dengan beriringan waktu, bermunculan beberapa maskapai penerbangan bam dan dengan semakin ketatnya persaingan dalam industri penerbangan, ada maskapai penerbangan yang dapat bertahan tetapi tidak sedikit maskapai yang pada akhimya menghentikan kegiatan operasionalnya.
Untuk dapat bersaing didalam bisnis penerbangan, bisnis yang mengutamakan keselamatan dan kenyamanan penumpang, perusahaan dapat memberikan pelayanan kepada penumpangnya baik pelayanan sebelum keberangkatan (pre-flight), pelayanan selama penerbangan (in-flight) dan pelayanan setelah tiba di tujuan (post-flight).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentiftkasi perilaku konsumen melalui faktorfaktor yang mempengaruhi konsumen didalam memilih maskapai penerbangan pada jalur Jakarta-Palembang, mengetahui segmentasi konsumen penerbangan jalur Jakarta-Palembang dan mengidentifikasi atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi tiap-tiap segmen konsumen dalam memilih maskapai penerbangan, dan mengetahui perceptual map maskapai penerbangan yang melayani jalur Jakarta-Palembang.
Studi karya akhir ini menggunakan dua pendekatan yaitu penelitian eksploratori dan penelitian deskriptif. Penelitian eksploratori dilakukan untuk mengetahui atribut-atribut yang menjadi pertimbangan konsumen berkaitan dengan pemilihan maskapai penerbangan, sedangkan penelitian deskriptif dilakukan dalam bentuk penyebaran kuesioner terhadap 200 responden yang bertujuan untuk mendapatkan informasi data pnmer mengenai perilaku konsumen penerbangan jalur Jakarta-Palembang. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan penerbangan jalur Jakarta-Palembang dalam satu tahun terakhir (dari bulan Agustus 2002 hingga bulan Agustus 2003).
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis cluster. Hasil analisis yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan pemilihan maskapai penerbangan menunjukkan bahwa top of mind maskapai penerbangan merupakan penerbangan yang paling banyak digunakan oleh responden didalam melakukan perjalanan Jakarta-Palembang.
Sumber informasi responden didalam memilih maskapai penerbangan adalah ternan dan sebagian lagi mengetahui dari iklan. Iklan mengenai maskapai penerbangan diketahui responden melalui surat kabar. Pengaruh terkuat bagi responden didalam memutuskan maskapai penerbangan mana yang akan dipilihnya berasal dari keluarga dan sebagiannya lagi memutuskannya sendiri.
Responden melakukan perjalanan secara terencana atau mendadak juga berpengaruh didalam pengambilan keputusan maskapai apa yang akan menjadi pilihan responden. Jika responden melakukan perjalanan dengan perencanaan terlebih dahulu, maka faktor kualitas dan reputasi penerbangan menjadi pertimbangan utama responden, sedangkan jika perjalanan dilakukan secara mendadak, maka jadwal penerbangan menjadi pertimbangan utama resoponden.
Sebagian besar responden memiliki tingkat loyalitas yang rendah terhadap suatu maskapai penerbangan. Alasan responden tidak menggunakan maskapai penerbangan yang sama adalah faktor tarif penerbangan, sedangkan responden yang loyal dikarenakan maskapai penerbangan yang sekarang telah cukup memadai.
Konsumen penerbangan dapat dikelompokkan menjadi empat cluster berdasarkan tingkat kepentingannya terhadap atribut-atribut yang mempengaruhi pemilihan suatu maskapai penerbangan. Cluster pertama adalah kelompok responden yang memilih penerbangan berdasarkan pertimbangan tarif penerbangan. Cluster kedua adalah kelompok responden yang memilih penerbangan berdasarkan kombinasi antara waktu dan harga. Cluster ketiga adalah kelompok responden yang memilih penerbangan berdasarkan pertimbangan waktu dan pelayanan yang diberikan oleh maskapai penerbangan. Cluster keempat adalah kelompok responden yang memilih penerbangan berdasarkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh maskapai penerbangan.
Beberapa maskapai penerbangan yang melayani jalur Jakarta-Palembang memiliki persepsi yang berdekatan di mata responden. Misalnya Lion Air, Bali Air dan Batavia Air dipersepsikan sama oleh responden sebagai maskapai penerbangan yang menawarkan tariff penerbangan murah.
Usaha pemasaran yang dilakukan oleh suatu maskapai penerbangan tidak akan memenuhi seluruh lapisan konsumen. Hal ini disebabkan karena tiap-tiap konsumen pengguna jasa penerbangan memiliki tingkat keunikan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Keefektifan pemanfaatan perbedaan ini tergantung dari kemampuan perusahaan penerbangan untuk mensegmentasikan permintaan, kemudian dipilih segmen pasar mana yang akan dilayani oleh maskapai penerbangan. Setelah dipilih target pasar yang akan dilayani oleh maskapai penerbangan, maka dikembangkan program pemasaran berdasarkan atribut-atribut yang menjadi pertimbangan konsumen didalam memilih penerbangan."
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irdina Tiara Putri
"Kehadiran media sosial meningkatkan kesempatan pelaku bisnis untuk memasarkan produknya secara lebih kreatif dan inovatif. Peningkatan media sosial juga menghadirkan definisi baru terhadap kemunculan artis di media sosial yang dikenal sebagai Youtuber dan juga Celebgram dalam platform Youtube dan Instagram. Fenomena ini mendorong pemasar untuk melakukan endorsement terhadap influencer di media sosial. Penelitian ini ditujukan untuk melihat pengaruh Youtuber dan Celebgram dalam bentuk interaksi parasosial parasocial interaction yang terjadi antara influencer terhadap followersnya dalam membentuk persepsi dan niat beli konsumen terhadap produk yang di endorse para influencer. Untuk itu, penelitian ini mengembangkan model penelitian yang melihat pengaruh parasocial interaction terhadap brand perception. Model yang dikembangkan kemudian divalidasi menggunakan Structual Equation Modelling SEM , data penelitian didapat dari hasil survey dengan menyebarkan kuesioner kepada wanita berusia 18 hingga 34 tahun. Hasil penelitian ini mengkonfirmasi bahwa atribut dari PSI yaitu ketertarikan fisik, sosial, dan sikap homofili dapat mempengaruhi persepsi merek dan pada akhirnya mendorong konsumen untuk melakukan pembelian.

Social media presence increases the chances businesses to market their products in a more creative and innovative way. Increased social media also presents a new definition to the emergence of artists in social media known as YouTuber and also Celebgram in Youtube and Instagram. This phenomenon encourages marketers to make endorsement to Youtuber and Celebgram. This study aimed to determine the effect YouTuber and Celebgram in the form of interaction parasosial parasocial interaction that occurs between the influencer to their followers in shaping consumer perceptions and purchase intentions for the product that was endorsed by the influencers. Therefore, this study developed a research model that saw parasocial interaction effect on brand perception. The models were developed and then validated using structual Equation Modeling SEM , the research data obtained from the survey by distributing questionnaires to women aged 18 to 34 years. The results of this study confirm that the attributes of the PSI that is, physical attractiveness, social and homophile attitude can affect brand perception and in turn encourage consumers to make purchases."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Nisa Amalia Sofyan
"Perluasan merek merupaka salah satu strategi yang cukup populer dikalangan pemasar pada pasar global saat ini. Penggunaan strategi ini bertujuan untuk meminimalisir biaya dan resiko dari pembuatan sebuah produk baru. Dalam benak konsumen terdapat persepsi bahwa produk yang memiliki nama populer tidak akan mempertaruhkan reputasinya dengan membuat produk baru namun dengan kualitas yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sikap terhadap merek inti dan persepsi kesesuaian konsumen dalam mempengaruhi minat beli terhadap perluasan merek. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode Structural Equation Model (SEM). Dengan variabel independen kesadaran merek,preferensi merek, pengalaman penggunaan, asosiasi merek, koneksi produk, citra merek inti, persepsi kesesuaian konsumen, sikap terhadap merek inti. dan untuk variabel dependennya yaitu Purchase Intention. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh sikap terhadap merek inti, dan persepsi kesesuaian konsumen terhadap minat beli pada perluasan merek.

Brand Extension is one of the most popular strategy among marketers in global market. This strategy aims to minimize the cost and the risk of creating a new product. In consumer?s mind there is a perception that a popular brand will not be risking the reputation by creating a new products but with a poor quality. The purpose of this study is to know the Influence of Attitude toward Core Brand and Consumer Perception on Purchase Intention towards Brand Extension. This research is quantitative descriptive interpretive with Structural Equation Model. Independent variables in this study are brand awareness, brand preference, use experience, brand association, product connection, core brand image, consumer perceptional fit, core brand attitude and dependent variable is Purchase Intention. The conclusion of this research are Core Brand Attitude and Consumer Perception fit doesn?t affecting Purchase Intention toward extended product."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunjaya Louis
"ABSTRAK
Konsumsi roti di Indonesia masih jauh dibandingkan dengan di Negara maju, tetapi terus meningkat setiap tahun sebesar 15%. Jadi Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar. Dengan kenaikan BBM, listrik dan tarif telepon otomatis menyebabkan kenaikan dari harga roti itu sendiri. Bagaimanakah perilaku dan persepsi konsumen terhadap produk dari Sari Roti tersebut? Dengan semakin ketatnya persaingan di bisnis roti dewasa ini, maka Sari Roti harus dapat memasarkan produknya dengan lebih baik lagi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar.
Tujuan dari Karya Akhir ini terdiri dari mengetahui tingkat awareness produk roti, mengetahui tingkat kepentingan terhadap atribut roti dan faktor-faktor yang terbentuk dari tingkat kepentingan atribut tersebut, mengetahui persepsi konsumen terhadap atribut produk dari Sari Roti mengetahui perilaku konsumen terhadap produk Sari Roti dan memberikan masukan terhadap manajemen Sari Roti berdasarkan temuan diatas.
Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu exploratory research dan descriptive research dengan sample size 100 respond en. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling, jenis convenience sampling. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis means score, analisis top of two boxes analisis asosiatif, analisis tingkat kepentingan atribut, analisis faktor, dan uji n sampleberhubungan dengan metode Friedman (nonparametric).
Hasil penelitian terhadap awareness berbagai merek roti menunjukkan bahwa Top of mind terbesar adalah Sari Roti 31%, diikuti Holland Bakery 30%, dan Eaton 10%. Responden mengetahui suatu merek roti terntama dari gerobak/motor/mobil keliling sebanyak 51%, diikuti teman/orangtua/saudara sebanyak 46% dan TV sebanyak 44%.
Hasil analisis terhadap kepentingan atribut-atribut roti diperoleh hasil bahwa ada 12 atribut utama yang menjadi pertimbangan responden dalam memilih produk roti, yaitu: baru-tidaknya roti (freshness), rasa roti, informasi produk (waktu kadaluarsa, bahan-bahan yang digunakan), tanpa bahan pengawet, kelembutan roti, keempukan roti, higienis, terdaftar di Departemen Kesehatan, ketersediaan jenis dan rasa yang diinginkan, tahan lama rotinya, terbuat dari bahan yang berkualitas dan kemudahan memperoleh.
Persepsi responden terhadap atribut Sari Roti yang paling menonjol adalah faktor keamanan produk. Sari Roti diinterpretasikan sangat terdaftar oleh responden. Sedangkan 12 atribut lainnya diinterpretasikan sebagai produk yang halal, informasi produknya lengkap, higienis, mudah diperoleh, enak rasa rotinya, empuk rotinya, lembut rotinya, tanpa bahan pengawet, tahan lama rotinya, proses produksi modem, terbuat dari bahan yang berkualitas dan merek terkenal. Untuk harga, aroma, iklan, kemasan, banyaknya pilihan rasa, banyaknya
jenis roti, barn tidaknya roti, bentuk roti diinterpretasikan sebagai biasa saja. Dan untuk persepsi yang terburnk adalah ketersediaan jenis dan rasa yang diinginkan yang dipersepsikan sebagai tidak tersedia.
Perilaku konsumen Sari Roti dalam mengkonsumsi roti dapat dijelaskan sebagai berikut: jenis yat1g paling sering dikonsumsi oleh responden adalah roti isi (53%) dan roti tawar (39%), tempat yang paling sering dikunjungi oleh responden untuk membeli roti adalah Boutique roti (38%), gerobak/mobiVmotor keliling (33%), dan supermarket/minimarket/ hypermarket (25%). 38% responden loyal dan 62% tidak loyal. Jika
jenis dan merek roti tidak tersedia, 41% menjawab bahwa mereka tetap membeli di tempat yang sama dengan merek yang lain tetapi dengan rasa dan jenis yang diinginkan, 34% tetap membeli di tempat tersebut dengan merek yang sama tetapi dengan rasa!jenis yang berbeda, 15% mejawab tidak jadi membeli dan 9% menjawab pergi ke tempat lain yang menjual jenis, rasa dan merek yang sama. Yang paling sering membeli adalah responden sendiri (63%), diikuti dengan orang tua (30%). Sumber informasi yang paling dipercaya tentang roti
sebagian besar bersifat word of mouth yaitu keluarga (45%), ternan (18%) dan penjual roti (14%). Dari penelitian diketahui bahwa 28% responden yang terlibat dalam peneltian ini menggangap kenaikan harga yang terjadi pada produk Sari Roti (10%-20%) terlalu mahal sehingga mereka mencari merek roti lain yang lebih murah.
Masukan yang dapat diberikan pada pihak manajemen adalah pihak manajemen harus memperhatikan pengaruh dari word of mouth yang dapat meningkatkan dan juga dapat menurunkan volume penjualan dan juga perlu dilakukan berbagai kegiatan promosi untuk memperoleh awareness konsumen serta mempertahankan citra yang telah terbentuk. Sebaiknya pihak Sari Roti membuat suatu boutique roti dengan mencari tempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau oleh konsumen. Sistem inventori yang ada juga harus diperbaiki sehingga roti selalu tersedia.
Hasil peneiitian yang diperoleh tidak terlepas dari limitasi penelitian seperti jumlah sampel yang hanya betjumlah 100 responden. Metode Convinence sampling serta periode waktu penelitian yang hanya dimulai dari Januari- Maret 2003 karena perilaku konsumen dari masa ke masa dapat mengalami perubahan.
Saran terhadap manajemen adalah pihak manajemen harus memperhatikan faktor rasa, kemudahan memperoleh dan harga, yang merupakan alasan konsumen loyal. Manajemen harus melakukan perhitungan ulang dengan kenaikan yang terjadi dan sedapat mungkin menurunkan harga yang terlalu tinggi sehingga dapat menarik kembali konsumen yang sudah berpindah ke merek lain.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Endatetha
"Penggunaan selebriti sebagai juru bicara bagi perusahaan menjadi metode periklanan yang umum Alasan mengapa iklan yang dibintangi oleh selebriti menjadi terkenal adalah karena pengiklan percaya bahwa pesan yang disampaikan oleh individu yang dikenal konsumen akan lebih mendapatkan perhatian bagi beberapa konsumen Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dimensi kredibilitas endorser terhadap sikap konsumen pada iklan merek dan minat beli Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode non probability sampling bagi responden yang berada di wilayah Jabodetabek Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi kredibilitas endorser attractiveness dan trustworthiness mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan merek dan minat beli.

The use of celebrity endorser as a spokespeople to be a prominent method of advertising. The reason of using the popularity of celebrity in advertising isis advertiser rsquo s belief that messages delivered by well -known figure attract more attention for some consumer. This research is conducted to analyze influence of endorser credibility to consumer attitude towards advertisement, brand and purchase intention. The research uses quantitative approach with non-probability sampling method for respondent live in Jabodetabek area. The result shows that dimension of credibility endorser (attractiveness and trustworthiness) are affecting attitude towards advertisement, brand and purchase intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44365
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>