Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6112 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riska Inki Fitria
"Suatu tujuan wisata, terutama di negara-negara berkembang menghadapi tantangan untuk membuat posisi tertentu yang berbeda dari tujuan lain. Sebuah cara yang potensial untuk membangun adalah dengan melihat ke dalam item yang benar-benar melekat dengan tujuan khusus pada budaya dan kearifan lokal, salah satunya adalah ikon kuliner sebagai bagian dari budaya tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati pemahaman tentang alasan kuliner ikon dapat digunakan sebagai ikon tujuan wisata dan untuk menganalisis bagaimana ia dapat mengambil bagian dalam proses branding tujuan melalui metode kualitatif. Dengan menyelidiki pada dimensi simbolis dan fungsional kuliner ikonik dan menganalisis proses branding tujuan wisata, penelitian ini menemukan bahwa ikon kuliner memiliki hubungan erat dengan tujuan. Selain itu, juga melakukan sebagai peran utama untuk mewakili pariwisata identitas tujuan dalam destination branding. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati pemahaman tentang alasan kuliner ikon dapat digunakan sebagai ikon tujuan wisata ini. Penelitian ini menggambarkan analisis mendalam pada dimensi simbolis dan fungsional kuliner ikonik. Hal ini juga untuk memahami dan menganalisis tentang bagaimana kuliner ikon sebagai ikon tujuan ini mengambil bagian dalam proses branding tujuan wisata ini.
A tourism destination, especially in developing countries faced a challenge to create a specific positioning that is different from other destinations. A potential way to establish is by looking into item that really attached with the destination specifically on culture and local wisdom, one of them is iconic culinary as part of the destinations culture. The objective of this research is to observe an understanding on the reason of iconic culinary could be used as tourism destination?s icon and to analyze how it can take a part in destination branding process through qualitative methods. By investigating on symbolic and functional dimensions of iconic culinary and analyzing tourism destination branding process, this study found that iconic culinary has a tight association with destination. Moreover, it also performs as a primary role to represent tourism destination identity in destination branding. The purpose of this research is to observe an understanding on the reason of iconic culinary could be used as a tourism destination?s icon. This study describes a thoughtful analysis on symbolic and functional dimensions of iconic culinary. It is also to understand and analyze on how the iconic culinary as a destination?s icon takes part in tourism destination?s branding process."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Inki Fitria
"Destinasi wisata, terutama yang terletak di negara berkembang memiliki tantangan untuk dapat mengembangkan positioningnya secara spesifik agar berbeda dengan destinasi lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melihat kepada item yang sudah sangat melekat di dalam destinasi wisata, terutama berkaitan dengan budaya dan kearifan lokal. Salah satu cara potensial yaitu melalui iconic culinary sebagai bagian dari kebudayaan di destinasi wisata. Penelitian ini membahas mengenai iconic culinary dalam pemanfaatannya sebagai icon destinasi wisata, menginvestigasi dimensi simbolik dan fungsional dari sebuah iconic culinary serta menganalisis bagaimana iconic culinary tersebut menjadi bagian dari proses destination branding sebuah destinasi wisata. Konsep iconic culinary pada penelitian ini sejalan dengan konsep iconic product yang dikonsepsikan oleh Soroka dan Lominadze. Sedangkan untuk proses destination branding mengacu pada tahapan destination branding yang dicetuskan oleh Morgan dan Pritchard.
Penelitian dilakukan melalui metodologi kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan diperkuat oleh pengamatan lapangan. Selanjutnya dianalisis melalui analisis thematic. Hasil penelitian menemukan bahwa iconic culinary dapat bertindak sebagai salah satu icon yang potensial untuk merepresentasikan sebuah destinasi wisata karena secara simbolik dan fungsional bersifat melekat dengan kehidupan sehari-hari (everydayness) pada budaya serta tradisi yang ada di masyarakat. Iconic culinary juga menjadi sumber dari identitas destinasi dan berperan dalam proses destination branding.

A tourism destination, especially in developing countries faced a challenge to create a specific positioning that is different from other destinations. An impactful way to establish is by looking into item that really attached with the destination specifically on culture and local wisdom, one of the potential approach is through an iconic culinary as part of the destinations culture. This study investigate on symbolic and functional dimensions of iconic culinary, the role of iconic culinary as an icon of a destination and analyze on tourism destination branding process. Iconic culinary concept for this research refer to iconic product conceptualized by Soroka and Lominadze. And for destination branding process refer to five phases by Morgan and Pritchard.
This study is using qualitative methods and collect the data through in depth interview and field observation, then analyze using thematic methods. This study found that iconic culinary has the ability to characterize the destination, because it has a symbolic and functional dimention that melt with everydayness, tradition, and local wisdom. Moreover, it is also performs as a part of primary role to represent tourism destination identity in destination branding."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Aryati Rahman
"Tesis ini membahas tentang strategi komunikasi city branding melalui duta pariwisata yang dilaksanakan oleh Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu bekerja sama dengan Ikatan Abang None Jakarta Kepulauan Seribu. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Penelitian ditujukan untuk menjawab Bagaimana strategi komunikasi pariwisata kepulauan seribu ? Bagaimana peran ikatan abang none jakarta kepulauan seribu dalam strategi komunikasi pariwisata kepulauan seribu? Dan Bagaimana bentuk kerjasama ikatan abang none jakarta kepulauan seribu dengan suku dinas pariwisata dan kebudayaan kepulauan seribu? Penelitian dilakukan di Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu dan Ikatan Abang None Jakarta Kepulauan Seribu yang menjelaskan tentang city branding kepulauan seribu yang dilakukan lewat peran duta pariwisata kepulauan seribu yang disebut dengan Abang None Jakarta Kepulauan Seribu.
Hasil penelitian menemukan bahwa efektivitas dari kehadiran Abang None Jakarta Kepulauan Seribu sebagai public relation pariwisata Kepulauan Seribu dirasa cukup mewakilkan upaya city branding Kepulauan Seribu yang menjadi tujuan dari Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu bekerja sama dengan Ikatan Abang None Jakarta Kepulauan Seribu.

This thesis discusses the communication strategy of city branding through tourism ambassador conducted by Departement of Tourism and Culture of Kepulauan Seribu in collaboration with the Association of Abang None Jakarta Kepulauan Seribu. This research is qualitative descriptive design.
This Thesis is aimed to answer : How Kepulauan Seribu Tourism communication strategy? How the role of the league of Abang None Jakarta Kepulauan Seribu in Kepulauan Seribu tourism communication strategy?and How cooperation between of the league of Abang None Jakarta Kepulauan Seribu with Departement of Tourism and Culture of Kepulauan Seribu ? The research was conducted at the Department of tourism and culture of Kepulauan and the league of Abang None Jakarta Kepulauan Seribu that describes about city branding of Kepulauan Seribu is done through the role of tourism ambassador Kepulauan Seribu called Abang None Jakarta Kepulauan Seribu.
The results found that the effectiveness of the presence of Abang None Jakarta Kepulauan Seribu as a public relations of tourism of Kepulauan Seribu are considered to represent a city branding effort Kepulauan Seribu is the purpose of the Department of Tourism and Culture of Kepulauan Seribu in collaboration with the league of Abang None Jakarta Kepulauan Seribu.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hermawan Kartajaya, 1947-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013
910.68 HER h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Puspita Karwinandhi
"Penelitian ini menganalisis destination branding pariwisata Indonesia di akun Instagram resmi yang dimiliki oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yaitu @kemenparekraf.ri. Destination branding terdiri atas dua poin penting yaitu identifikasi dan diferensiasi. Dengan menggunakan analisis semiotik pemasaran terhadap program kerja 10 Bali Baru, studi ini melihat brand dari kacamata pemilik brand. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi terhadap studi brand yang kebanyakan berfokus pada konsumen sehingga membuat kita mengerti bagaimana pemilik brand menerjemahkan pesan yang ingin disampaikan ke follower melalui post (gambar/video) dan caption di Instagram sehingga menghasilkan pesan yang dimaksud. Temuan antara lain bahwa hanya tiga dari sepuluh post terpilih yang mendukung program kerja tersebut. Sisanya dinilai tidak menjalankan poin diferensiasi dengan baik karena tidak mengenalkan destinasi wisata sebagai bagian dari 10 Bali Baru. Dari tujuh post yang tersisa, walaupun tidak mengenalkan sebagai bagian dari program kerja, namun tetap memberikan awareness berupa menampilkan update dari program kerja yaitu berupa perkenalan destinasi wisata dan atraksi wisata baru yang ada di destinasi wisata utama. Hal ini membuat tujuan dari akun tersebut tidak tercapai dengan sempurna. Post terpilih dinilai tidak digunakan secara maksimal karena hanya berisi update program kerja dan kebijakan yang telah dilaksanakan namun tidak dibarengi dengan konsistensi terhadap destination branding yang ada.

This is an analysis study of destination branding on Indonesia tourism at official Instagram account owned by the Ministry of Tourism and Creative Economy (Kemeparekraf) @kemenparekraf.ri. Destination branding comprises of two key points that are identification and differentiation. By using marketing semiotic analysis against 10 Bali Baru programs, to the study views the brand from brands owner perspective. This research expects to provide a reference for brand study which mostly focused on consumers, so it will make us understand how the brand owner translate the message that want to convey through post (image/video and caption) in Instagram so it will be understood. Findings show that only three out of ten selected posts support the program. The rest are viewed didnt follow the differentiation point well because these posts didnt introduce the destination as part of 10 Bali Baru. Despite the lacking in programs introduction, the seven posts still provide awareness through update of the program which are travel destination introduction and their main attraction. This matter suggests that the purpose of the account have not yet been achieved. The selected posts are viewed as underutilized because they are only filled with the policy and programs update that already been implemented, and not aligned with the remining destination branding consistency.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tritama Chaerani
"Tesis ini membahas strategi investasi simbolik yang dilakukan Syahrini pada akun Instagram miliknya sebagai upaya pencarian distinction melalui tiga pola konsumsi penampilan budaya dan makanan Konsep distinction digunakan untuk mengeksplorasi konsep personal branding. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam perspektif kritis dengan analisis isi dan metode semiotika. Hasil penelitian menunjukkan Syahrini menempatkan penampilan barang mewah dan mode busana dalam proporsi yang paling besar untuk menggambarkan distinction melalui media sosial Instagram namun tidak membuat Syahrini meraih kapital simbolik dan personal branding yang efektif.

This thesis describes Syahrini rsquo s symbolic investment strategy on her instagram account as one effort to find distinction based on three consumption patterns performance culture and food. The concept of distinction is utilized to elaborate the concept of personal branding. This study used a qualitative approach in a critical perspective with content analysis and semiotics method. The results shows that Syahrini puts performance luxury brands and fashion in the greatest proportion to potray distinction through Instagram but this effort do not make Syahrini gain symbolic capital and achieve an effective personal branding.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Holloway, J. Christopher
"The tourism industry is in a constant state of flux, where trends and attitudes are frequently susceptible to outside influences including factors such as technological and economic change The Business of Tourism by Chris Holloway and Claire Humphreys is the ideal textbook to help you to not only understand these new changes but look at them with a critical eye and predict future trends.
This book is the ideal foundation text for students of Tourism Management or Travel and Tourism. The historical context is combined with background theory and research plus up-to-date international case studies. It examines in detail the tourism product, its impacts and the tourist to provide the reader with a comprehensive understanding of the management of this important global industry. The result is a practical and relevant text for any student wishing to work in one of the many diverse sectors of the tourism industry"
Harlow: Pearson education, 2012
910.68 HOL b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Marshanda Nasya Widyarso
"Tesis ini mengeksplorasi kompleksitas industri fashion premium di era digital , dengan penekanan khusus pada pengaruh konsumen Generasi Z. Penelitian ini menonjolkan fokus mereka (gen z) pada nilai, keberlanjutan, dan personalisasi. Penelitian ini juga menyelidiki peran nilai-nilai Gen Z, kesadaran merek, dan niat perilaku dalam membentuk persepsi mereka terhadap merek fashion premium. Lebih lanjut, tesis ini membahas struktur hierarki merek fashion , dengan fokus pada tingkat hirarki merek fashion premium, yang memiliki makna khusus bagi Gen Z karena kesadaran sosial dan fokus pada nilai. Penelitian ini menggunakan Structural Equation Model–Partial Least Square (SEM-PLS) pada SMARTPLS untuk menganalisis 194 responden. Semua jawaban juga terkait dengan pertanyaan perilaku yang mereka jawab berdasarkan pengalaman mereka. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa niat berperilaku dipengaruhi secara signifikan oleh nilai-nilai terminal dan instrumental secara tidak langsung tanpa adanya mediator.

This thesis explores the complexities of the premium fashion industry in the digital age, with a particular emphasis on the influence of Generation Z (Gen Z) consumers. This research highlights their focus on values, sustainability, and personalization. This research also investigates the role of Gen Z's values, brand consciousness, and behavioral intentions in shaping their perception of premium fashion brands. Furthermore, this thesis discusses the hierarchical structure of fashion brands, with a specific focus on the premium tier, which holds particular significance for Gen Z due to their social consciousness and focus on value. Behavioral The study used Structural Equation Model-Partial Least Square (SEM-PLS) on SMARTPLS methodology to analyze 194 respondents. All the answers are also related to behavioral questions that they answered based on their experience. The research result proves that behavioral intention is significantly influenced by terminal and instrumental values indirectly without any mediator."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza Alfathan
"Alokasi luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) harus menjadi isu penting yang harus dipertimbangkan oleh Pemerintah Kota Bogor. Pasalnya, luas RTH publik di Kota Bogor sebesar 468,18 hektare atau 4,2% per 2021, masih jauh di bawah ketentuan yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang mensyaratkan alokasi minimal 20% dari total luas wilayah kota untuk ruang terbuka hijau publik. Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Bogor berkolaborasi dalam merencanakan pembangunan dan revitalisasi alun-alun di Kota Bogor. Di samping itu, pembangunan alun-alun di Kota Bogor diharapkan dapat mewujudkan wajah kota (appearance) yang menjadi bagian Smart Branding Kota Bogor. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses interaksi antar aktor dalam jaringan berdasarkan perspektif governance networks pada kebijakan pembangunan Alun-alun Kota Bogor Sebagai Bagian dari Perwujudan Smart Branding Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam dengan 10 informan penelitian sebagai sumber data primer dan studi kepustakaan dari penelitian terdahulu, publikasi dokumen kelembagaan, peraturan perundang-undangan, dan berita media massa sebagai sumber data sekunder. Penelitian ini menggunakan perspektif governance networks oleh Klijn & Koppenjan (2016) dengan menekankan pada tiga (3) dimensi yaitu kriteria substantif, proses, dan institusional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antar aktor kebijakan pembangunan Alun-alun Kota Bogor sebagai bagian dari perwujudan Smart Branding Kota Bogor telah sesuai dengan perspektif governance networks oleh Klijn & Koppenjan (2016).

The allocation of green open space should be an important issue to be considered by the Bogor City Government. This is because the area of public green space in Bogor City is 468,18 hectares or 4,2% as of 2021, which is still far below the provisions outlined in Law No. 26/2007 on Spatial Planning, which requires a minimum allocation of 20% of the total city area for public green open space. The West Java Provincial Government and Bogor City Government are collaborating in planning the development and revitalization of the square in Bogor City. In addition, the development of the square in Bogor City is expected to realize the face of the city (appearance) which is part of the Smart Branding of Bogor City. Therefore, the purpose of this study is to determine the process of interaction between actors in the network based on the perspective of governance networks in the Bogor City Square development policy as Part of the Realization of Smart Branding of Bogor City. This research uses a post-positivist approach with qualitative data collection techniques through in-depth interviews with 10 research informants as primary data sources and literature studies from previous research, publications of institutional documents, laws and regulations, and mass media news as secondary data sources. This research uses the perspective of governance networks by Klijn & Koppenjan (2016) by emphasizing three (3) dimensions, namely substantive, process, and institutional criteria. The results showed that the interaction between the actors of the Bogor City Square development as Part of the Realization of Smart Branding of Bogor City was in accordance with the perspective of governance networks by Klijn & Koppenjan (2016)."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>