Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181979 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inna Indriati
"Banyak negara di wilayah regional Asia Pasifik termasuk Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang negara-negara tersebut. Akibat utamanya adalah langkanya likuiditas, tingginya tingkat bunga dan kurs mata uang asing. Kondisi ini mencakup pula pengetatan penyediaan kredit dan penghentian atau penundaan pelaksanaan proyek konstruksi tertentu.
Dalam menghadapi kondisi ekonomi yang masih belum stabil yang ditandal dengan masih berfluktuasinya kurs mata uang asing dan harga saham di pasar modal, manajemen masing-masing perusahaan dalam industri semen mengambil langkah-langkah antara lain; menaikkan harga jual, melakukan ekspor, melakukan penghematan biaya, melakukan investasi sesuai skala prioritas dan mencari alternatif dengan membeli produk-produk lokal dengan kualitas yang sama dengan komponen impor mesin dan suku cadang.
Dampak negatif krisis yang berkepanjangan berimbas pada kinerja perusahaan perusahaan yang bergerak dalam industri semen. Penurunan kinerja terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Industri ini dipengaruhi oleh jatuh bangunnya sektor property. Akibat krisis yang terjadi menimbulkan keterpurukan sektor ini diinana terjadi penundaan proyek konstruksi dan berkurangnya daya bell masyarakat.
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan semakin besarnya beban hutang luar negeri yang harus ditanggung perusahaan. akibat beban bunga yang jumlahnya besar.
Krisis ekonorni yang terjadi memberikan tekanan negatif terhadap laju perkembangan konsumsi senen nasional indonesia. Konsumsi semen nasional menurun menjadi 19,24 juta ton tahun 1998, kemudian menurun kembali ke 18,77 juta ton di tahun 1999. Untuk tahun 2000, konsumsi semen nasional menìngkat ko 22,33 juta ton tetapi masih jauh di bawah tingkat konsumsi yang pemah dicapai pada tahun 1997.
Perkembangan sektor perumahan, sektor komersil dan berbagai proyek industri merupakan tiga faktor kunci berkembangnya penggunaan semen di Indonesia. Konsumsi semen berkorelasi positif dengan keadaan umum, aktivitas ekonomi khususnya sektor konstruksi. Adapun penelitian dilakukan melalui studi pustaka yaitu berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan masing-masing perusahaan selama periode krisis moneter dan artikel beberapa media yang berhubungan dengan topik yang diteliti.
Kinerja ketiga perusahaan mengalami penurunan dari tahun 1997 hingga 2000 dan pada tahun 2001 mengalami peningkatan. Harga saham INTP dan SMCB overvalue sedangkan harga saharn SMGR undervalue. Dari ketiga perusahaan yang diteliti, Semen Gresik memiliki kinerja yang cukup baik karena dapat bertahan selania masa krisis meski mengalami penurunan laba bersih, sedangkan PT Semen Cibinong sebaiknya perlu melakukan efisiensi mengingat perusahaan belum mampu bekerja secara optimal dalam menggunakan sumber daya yang ada disamping besamya beban hutang dalam mata uang asing yang ditanggung. Dengan keberhasilan restrukturisasi hutang (debt to equity) yang dilakukan PT Indocement prakarsa, perusahaan ini mampu memperbaiki kinerja keuangannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmi Rahman Ibrahim
"Privatisasi industri semen merupakan kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi perkembangan ekonomi di Indonesia pasca krisis ekonomi. Privatisasi bagi pemerintah merupakan upaya pemulihan ekonomi dan perbaikan kinerja BUMN terutama pada industri semen. Namun, privatisasi yang dilaksanakan pemerintah terhadap PT Indosemen Tunggal Prakarsa Tbk. telah mengundang perhatian publik, karena selain dapat berdampak pada struktur industri semen di Indonesia juga dapat menciptakan terjadinya kenaikan harga semen dalam negeri.
Privatisasi industri semen di Indonesia banyak mendapat kritikan dari masyarakat karena proses privatisasinya dilakukan melalui penjualan langsung dengan menjual saham kepada swasta asing, yaitu Heidelberger. Adanya kekhawatiran masyarakat akan kemungkinan terjadinya kartelisasi sebagai bagian dari kerjasama yang melibatkan pemain global seperti Cemex, Holcim, Heidelberger dan Laparge mungkin dapat terjadi, melihat peran yang ditunjukkan dalam penguasan produsen semen di berbagai kawasan.
Argumen ini didasarkan pada kemampuan dan kekuatan jaringan keempat pemain besar tersebut. Kasus Filipina patut dijadikan pengalaman berharga dalam program privatisasi semen di Indonesia. Harga semen di Filipina sebelum dikuasai mayoritas sahamnya oleh pemain global, relatif terjangkau oleh masyarakat, namun ketika saham itu didominasi oleh swasta asing, maka kenaikan harga semen pun tidak dapat dihindari lagi. Harga semen di Filipina bergerak naik dari harga US$ 30 perton menjadi 70-80 dollar perton.
Oleh karena itu, privatisasi industri semen yang dilaksanakan pemerintah harus mempertimbangkan kepentingan jangka panjang. Kenaikan harga semen dapat diakibatkan karena adanya kertelisasi regional dimana harga semen di Indonesia akan disesuaikan dengan harga produsen semen yang ada di beberapa negara ASEAN, sebagai bentuk aliansi strategis dengan produsen besar lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3098
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsellinus Bachtiar
"Privatisasi Semen Gresik sebagai salah satu bagian dari proses privatiasi BUMN mengandung kontroversi seputar perlu atau tidaknya Pemerintah Indonesia menjual 51% kepemilikannya pada Cemex seperti tercantum pada klausul put option yang jatuh tempo pada 26 Oktober 2001. Di satu sisi Pemerintah membutuhkan dana yang besar sedangkan banyak kalangan menilai harga jual sebesar US$ 1.38 per saham sangat murah ditambah keberatan dari pemerintah daerah.
Penilaian nilai Semen Gresik berkaitan dengan rencana put option menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) dan Free Cash Flow to Equity (FCFE) dan perbandingan Enterprise Value per Tonne Capacity yang lebih umum digunakan pada industri semen.
Hasil dan perhitungan DCF adalah Rp. 6,310.90 per saham dan EV/Ton sebesar US$ 52.52. Hasil perhitungan dengan dua metode ini menghasilkan penilaian yang berbeda dimana harga saham sebesar Rp. 6,310.90 mencerminkan harga saham yang dinilai terlalu tinggi (overvalued) dan mendorong investor untuk menjual saham. Sedangkan harga EV/Ton memberi kesimpulan harga jual Semen Gresik yang sangat murah dibandingkan harga jual regional dan nasional yang rata-rata di atas US$ 100 per ton kapasitas, dan penilaian ¡ni mendorong pemerintah untuk hold dan negosiasi ulang.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah penilaian nilai perusahaan dapat berbeda tergantung dari motivasi dan ekspektasi masing-masing investor. Dari hitungan di atas kertas pemerintah akan memperoleh keuntungan bila menaikkan harga jual Semen Gresik sesuai harga pasar (sekitar US$ 100/ton kapasitas), dengan kata lain tidak melaksanakan put option. Walaupun option itu in the money bagi pemerintah, namun dengan menjual pada tingkat harga US$ 100/ ton, pemenntah dapat meraih dana sebesar US$ 943,500,000 dibanding hanya US$ 526,363,084 dañ pelaksanaan put option.
Sedangkan investor di bursa menilai harga Semen Gresik terlalu tinggi dibanding nilai intrinsiknya dan menilai negatif penundaan put option oleh pemerintah. Penilaian dengan metode apapun mengandung asumsi-asumsi, namun EV/ton mencerminkan posisi perusahaan di antara pesaingnya dan lebih disesuaikan dengan pasar, sehingga lebih umum dipakai di industri semen. Sedangkan analisa fundamental dalam thesis ini lebih fokus pada ekpektasi pelaku bisnis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayuda
"Kenaikan jumlah penduduk menyebabkan kenaikan jumlah limbah padat baik dari sektor perumahan, komersial, maupun industri. Limbah padat dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif BBA di industri semen dalam kegiatan co-processing, yaitu proses pemanfaatan limbah pada proses industri untuk diambil kembali energi dan sifat material yang berasal dari limbah. Penelitian yang menggunakan pendekatan eksperimental kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui potensi pemanfaatan limbah padat dengan melihat jenis, sumber, komposisi, kuantitas, kontinuitas, dan kualitas dari BBA, serta pengaruh pemanfaatan kombinasi BBA terhadap kualitasnya. Sampel BBA yang digunakan adalah serbuk gergaji, sekam padi, limbah kopi, RDF eksternal dan shredded AF yang diambil selama empat hari dalam dua minggu untuk diuji kualitasnya. Data hasil pengujian dan data sekunder dari PT Indocement Tunggal Prakarsa ITP Tbk. dibandingkan dan digunakan sebagai dasar estimasi kadar energi dari kombinasi BBA. Dibuat empat variasi kombinasi BBA yang terdiri dari campuran sampel BBA dengan dasar komposisi saat ini dan kecenderungan perubahan komposisi yang mungkin terjadi. Dari empat variasi tersebut, variasi 4 yang terdiri dari 60 RDF eksternal, 20 shredded AF, 10 serbuk gergaji, 5 sekam padi, dan 5 limbah kopi menjadi variasi terbaik dengan kadar energi kotor pada kisaran 4.320-4.721 kkal/kg, kadar air 10,3, kadar abu 12,4, dan kadar volatil 69,6.

The increasing number of population leads to increasing amount of solid waste from residential, commercial, and industrial. Solid waste can be utilized as alternative fuel AF in cement industry in co processing activity, a process which utilizes waste in industrial processes to recover its energy and material properties derived from waste. This research uses quantitative experimental approach which aims to know the potential of solid waste utilization as AF by looking at its type, source, composition, quantity, continuity, and quality from AF, also to know how AF combination affects its quality. The AF samples used in this research consist of sawdust, rice husk, coffee waste, external RDF, and shredded AF. These samples were taken for four days in two weeks to get their quality tested. The primary data from test result and secondary data from PT Indocement Tunggal Prakarsa ITP Tbk. are compared and used as a basis for energy content estimation of AF combinations. Four variations of AF combinations are made with AF samples, which are determined according to its current composition and possible changes in composition. From four variations, variation 4 which consisted of 60 external RDF, 20 shredded AF, 10 sawdust, 5 rice husk, and 5 coffee waste, become the best variation with 4.320-4.721 kcal kg gross energy content, 10,3 moisture content, 12,4 ash content, and 69,6 volatile content.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felder, Mickey
"Didalam memasuki era 1990 kebutuhan atas manajemen distribusi dirasakan sangat diperlukan perusahaan di Indonesia didalam menghadapi gejolak ekonomi yang semakin tidak menentu, adanya persaingan yang ketat antara perusahaan di dalam industri yang sejenis atau terbukanya kesempatan untuk memasuki segmen pasar yang baru baik di dalam negeri maupun dì luar negeri, membuat perusahaan untuk merencanakan, mengatur, dan mengendalikan sistim manajemeri distibusinya.
Bagi industri semen masalah manajemen distribusi ini juga menjadi salah satu pokok masalah, khususnya masalah transportasi yang akan digunakan. Selama ini, transportasi yang digunakan oleh seluruh pabrik semen di Indonesia untuk mengangkut semen dan pabrik selalu menggunakan truk. Sedangkan kalau melihat dari karakteristik semen sendiri, barangnya bersifat "bulky" sehingga dibutuhkan alat transportasi yang dapat mengangkut banyak dan secara relatif murah.
Tujuan penulis untuk meneliti lebih mendalam mengenai pola distribusi semen ini, karena ingin melihat apakah ada kemungkinan ataupun alternatif bagi distribusi semen sehingga biaya distribusi nantinya dapat ditekan. Penelitian dilakukan di PT. Indoement Tunggal Prakarsa yang merupakan produsen semen terbesar di Indonesia
Pendekatan analisa yang dilakukan adalah dari segi biaya transportasi maupun kecepatan, dan akses yang dimiliki oleh cara transportasi yang dipergunakan. Dan hasil analisa tersebut maka didapat beberapa kesirnpulan yaitu ;
1. Alat transportasi truk masih merupakan pilihan utama karena mampu mengantarkan secara langsung dari pabnik produsen ke konsumen (untuk daerah Jawa). Dari segi biaya dan kecepatan, alat angkut ini secara relatip Iebih baik dibandingkan angkutan darat lainnya yaitu kereta api. Diperkirakan alat transportasi ini masih akan menjadi prioritas utama untuk masa?masa mendatang selama pra-sarana untuk angkutan kereta api belum ditambah dan sistimnya diperbaiki. Namun untuk itu diperlukan pengaturan antrian truk yang baik dan tentunya pra?sarana jalan yang memadai.
2. Alat angkut kereta api masih belum banyak digunakan untuk mengangkut semen, menurut data DPS Pada periode 1980 sampai dengan 1986 di Jawa, rata?rata hanya 7,5 % dari seluruh hasil produksi semen diangkut dengan kereta api. Hal ini disebabkan karena Pra--sarana berupa gerbong serta pergudangan di stasiun yang belum memadai.
3. Alat angkut kapal laut sangat penting untuk pengangkutan ke luar pulau Jawa. Produk semen harus bersaing dengan produk?produk lainnya agar mendapat tempat untuk diangkut. Pihak perusahaan memiliki sendiri gudang di Pelabuhan yang berfungsi untuk menyimpan barang yang akan diangkut ke luar pulau. 4. Selain gudang di pabrik dan Tanjung Priok, perusahaan, tidak memiliki gudang di tempat lain. Fasilitas Perggudangan di kota?kota lain seperti di Bandung atau di Surabaya dimiliki oleh pihak distributor.
dari hasil analisa yang dibuat, maka dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan suatu pra?sarana Jalan kereta api dari lokasi pabrik ke stasiun Bekasi. Sehingga nantinya akan diperoleh alternatif transportasi semen dari pabrik ke tempat penjualan, selain itu sarana kereta apÍ tersebut dapat dipergunakan untuk mengangkut bahan bakar batu bara dari Cigading. Sehingga nantinya akan dapat diperoleh biaya transportasi yang efisien. Dimasa mendatang seandainya pra?sarana jalan kereta api jadi dibangun, maka diperlukan Juga untuk membangun facilitas pergudangan di stasiun?stasiun pada daerah?daerah potensil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
T1746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sara Yuniandari
"Pertambahan jumlah penduduk Indonesia berbanding lurus dengan kebutuhan manusia yang berakibat pada kenaikan jumlah industri yang menghasilkan limbah padat. Limbah padat industri dapat dimanfaatkan sebagai Alternative Fuel and Raw Material (AFR) untuk industri semen. Penelitian dilakukan dengan metode perancangan yang bertujuan untuk merancang platform pengolahan limbah padat industri menjadi AFR dengan pengolahan yang tepat dan estimasi biaya yang sesuai. Jenis limbah yang digunakan dalam perancangan adalah Bottom Ash & Fly Ash, Contaminated Goods, Oil Sludge, Waste Paint, dan WWT Sludge. Limbah yang digunakan harus memenuhi kriteria limbah yang dapat diterima menjadi AFR. Beberapa kriteria tersebut antara lain nilai kalor, kadar air, kadar sulfur, kadar klorin, dan kadar merkuri. Untuk memenuhi kriteria tersebut dilakukan pengolahan dengan cara pencacahan dan pencampuran limbah dengan efisiensi pengolahan 95%. Kebutuhan AFR yang dibutuhkan oleh PT. ITP Tbk adalah sebesar 300 ton/ hari. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka dilakukan pengolahan yang terbagi menjadi 2 shift, dengan waktu operasional setiap shiftnya adalah 7 jam. Dengan kapasitas pengolahan limbah sebesar 13 ton/ jam, maka dalam 1 hari pengolahan tersebut dilakukan sebanyak 28 batch/ hari. Apabila kapasitas pengolahan limbah sebesar 9 ton/ jam, maka dalam 1 hari pengolahan tersebut dilakukan sebanyak 26 batch/ hari. Mesin pengolahan yang digunakan adalah primary shredder dan secondary shredder. Alat pendukung lainnya yang digunakan antara lain forklift dengan kapasitas 8 ton, wheel loader dengan kapasitas 9 ton, belt conveyor, dan hopper. Untuk perhitungan estimasi biaya yang dilakukan dalam perancangan platform pengolahan limbah menjadi AFR dengan kapasitas pengolahan 13 ton/ jam terdiri dari biaya investasi sebesar Rp. 46.929.923.400,00,- biaya tenaga kerja sebesar Rp. 8.536.916.760,00,- biaya operasional sebesar Rp. 5.517.993.520,- dan biaya pemeliharaan sebesar Rp. 738.759.020,-. Apabila kapasitas pengolahan 9 ton/ jam maka biaya investasi sebesar Rp. 46.283.048.900,00,- biaya tenaga kerja sebesar Rp. 9.136.916.760,00,- biaya operasional sebesar Rp. 6.278.356.720,- dan biaya pemeliharaan sebesar Rp. 665.830.556,-.

Indonesia's population growth is diectly proportional to human needs which results in an increase in the number of industries that produce solid waste. Industrial solid waste can be used as Alternative Fuel and Raw Material (AFR) for the cement industry. The study was conducted with a design method that aims to design an industrial solid waste treatment platform into AFR with appropriate processing and appropriate cost estimates. The types of waste used in the design are Bottom ash & fly ash, contaminated goods, sludge oil, waste paint, and WWT sludge. The waste used must meet the acceptance criteria that can be used as AFR. Some of these criteria include heating balue, water content, sulfur content, chlorine levels, and mercury levels. To fulfill the criteria, processing is carried out by shredding and mixing waste with a processing efficiency of 95%. AFR needs needed by PT. ITP Tbk is 300 tons/ day. To meet these needs, the processing is divided into 2 shift, with the operational time of each shift being 7 hours. With a waste treatment capacity of 13 tons/ hour, 28 batches/ day will be processed in 1 day. The processing machine used is the primary shredder and secondary shredder. Other supporting tools used include 8 tons of forklift, 9 tons of wheel loaders, conveyor belts, and hoppers. For the calculation of the estimated cost carried out in the design of a waste processing platform to become an AFR with a processing capacity of 13 tons/ hour an investment cost of Rp. 46.929.923.400,00,- labor costs of Rp. 8.536.916.760,00,- operational costs of Rp. 5.517.993.520,- and maintenance costs of Rp. 738.759.020,-. If the processing capacity is 9 tons/hour, the investment cost is Rp. 46.283.048.900,00,- labor costs of Rp. 9.136.916.760,00,- operational costs of Rp. 6.278.356.720,- and maintenance costs of Rp. 665.830.556,-."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia
"Pertambahan jumlah penduduk Indonesia berbanding lurus dengan kebutuhan manusia yang akan berakibat pada kenaikan jumlah industri yang menghasilkan limbah padat. Limbah padat industri dapat dimanfaatkan menjadi Alternative Fuel and Raw Material (AFR) dalam proses pembuatan semen. Limbah padat industri tersebut harus diolah agar memenuhi acceptance criteria AFR untuk industri semen sehingga dibutuhkan platform sebagai tempat pengumpul dan pengolah limbah industri. Penelitian ini bertujuan untuk merancang pengumpulan limbah padat industri dari waste generator ke platform dan pengangkutan AFR dari platform ke PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) Tbk serta menghitung estimasi biaya yang dibutuhkan dalam perancangan. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif metode historis ini didasarkan pada rutinitas pengumpulan limbah padat industri berdasarkan data sekunder kedatangan limbah 1 Januari-8 Juni 2018 dari PT ITP Tbk. Jenis limbah yang digunakan pada perancangan ini adalah bottom ash & fly ash, contaminated goods, oil sludge, waste paint, dan WWT sludge yang berasal dari industri di wilayah Jabotabek dan Karawang. Perancangan pengumpulan limbah padat industri dilakukan untuk memenuhi kebutuhan AFR PT ITP Tbk sebesar 300 ton/hari dengan kebutuhan alat angkut berupa 12 unit wing box truck 18 ton. Sedangkan kebutuhan alat angkut dalam perancangan pengangkutan AFR ke industri semen berupa 2 unit dump truck 30 ton atau 3 unit dump truck 18 ton. Pada perancangan ini juga dibutuhkan 1 unit forklift 3 ton, wheel loader, jembatan timbang 60 ton, serta timbangan digital 5 ton. Estimasi biaya perancangan opsi pertama menggunakan dump truck 30 ton adalah biaya investasi sebesar Rp 10.559.969.000, biaya tenaga kerja sebesar Rp 1.354.000.000/tahun, dan biaya operasi dan pemeliharaan sebesar Rp 2.188.057.600/tahun. Sedangkan estimasi biaya perancangan opsi kedua menggunakan dump truck 18 ton adalah biaya investasi sebesar Rp 11.099.289.000, biaya tenaga kerja sebesar Rp 1.450.000.000/tahun, dan biaya operasi dan pemeliharaan sebesar Rp 2.215.494.000/tahun.

Indonesias population growth is directly proportional to human needs which result in an increase in the number of industries that produce solid waste. Industrial solid waste can be used as Alternative Fuel and Raw Material (AFR) for cement manufacturing process. Industrial solid waste must be processed to fulfill the AFR acceptance criteria for cement industry so the platform is needed as a place for collecting and processing industrial waste. This study aims to design the collection of industrial solid waste from the waste generator to platform and transportation of AFR from platform to PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) Tbk and calculate the estimated cost of the design. This study with the quantitative approach of historical method is based on the routine of industrial solid waste collection based on secondary data about waste arrival 1 January 2018-8 June 2018 from PT ITP Tbk. The types of waste that used in this design are bottom ash & fly ash, contaminated goods, oil sludge, waste paint, and WWT sludge from industries in Jabotabek and Karawang regions. The design of industrial solid waste collection is carried out to fulfill PT ITP Tbk's AFR needs of 300 tons/day with transportation equipment needs are 12 units of 18 tons wing box truck. Transportation equipment needs for the design of AFR transportation to the cement industry are 2 units of 30 tons dump truck or 3 units of 18 tons dump truck. In this design also need 1 unit of 3 tons forklift, wheel loader, 60 tons weighbridge, and 5 tons digital scales. The estimated cost for first option design with 30 tons dump trucks are Rp 10.559.969.000,- for investment cost, Rp 1.354.000.000,-/year for labor cost, and Rp 2.188.057.600/year for operating and maintenance cost. The estimated cost for second option design with 18 tons dump trucks are Rp 11.099.289.000,- for investment cost, Rp 1.450.000.000/year for labor cost, and Rp 2.215.494.000,-/year for operating and maintenance cost.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Noeke Oktoliani K.
"Sebagai salah satu pendukung pada sektor konstruksi. industri semen sangat dibutuhkan untuk pembangunan fisik seperti gedung-gedung perkantoran. perumahan dan jalan. Tetapi pada masa krisis ekonomi saat ini, konsumsi semen dalam negeri menurun karena tidak berjalannya kegiatan pembangunan dibidang konstruksi dan turunnya daya beli masyarakat. Konsumsi semen nasional masih meningkat pada tahun 1997 dan mulai menurun pada tahun 1998 hìngga 30%. Hingga tahun 1999 jurnlah perusahaan yang memproduksi semen tercatat 10 buah. dengan 5 perusahaan diantaranya adalah BUMN (Badan Usaba Milik Negara) dan 5 perusahaan laìnnya milik swasta. Sedikitnya jumlah perusahaan yang memproduksi semen telah menempatkan industri semen sebagai industri yang bersifat oligopolistik, sehìngga kondisi ¡ni sering dikaitkan dengan terjadinya ke[angkaan suplai semen dan fluktuasì harga semen di pasaran. Pemerintah semula menerapkan regulasi melalui penetapan harga seperti HET (Harga Eceran Tertinggi) pada tahun 1974-1979 dan kemudian sejak bulan April 1979 diganti dengan HPS (Harga Pedoman Setempat) yang diikuti dengan regionalisasi penjualan semen. Dengan dihapuskannya HPS oleh pemerìntah pada bulan November 1997 berarti selanjutnya harga semen akan ditentukan okh penawaran dan permintaan pasar.
Berkaitan dengan deregulasi tersebut, PT.Indocement Tunggal Prakarsa, kemungkiflan akan mengbadapi persaingan yang semakin ketat dalarn industri semen ini dan di sisi lain juga mendapatkan peluang dalam menciptakan pangsa pasar barn diluar wilayah pemasarannya selama ini. Sebagaimana diketahui, persaingan yang terjadi dalam industri semen yang semakin ketat rnendorong perusahaan-perusahaan semen untuk memperoleh posisi yang Iebih kuat dengan menggunakan berbagai cara antara lain, memberikan harga jual yang kompetitif. menggunakan media iklan sebagai sarana informasi dan promosi, serta memberikart layanan yang Iebih baLk pada para pelanggannya. Selain itu, produk semen telah menjadi suatu kebutuhan utama yang tetap bagi industri properti dan konstruksi, sehingga perusahaan semen yang telab menjadi pemimpin (leader) dalam industri ¡ni akan dapat lebih berkembang lagi. Produk semen yang tidak memiliki perbedaan dalam bentuk dan kualitas menyebabkan para produsen hams berkompetisi berdasarkan barga, dimana cil Indonesia harga semen ditentukari oleb mekanisme pasar. Strategi bersaing yang dapat diterapkan PT indocernent Tunggal Prakarsa dalam menghadapi persaingan di industri semen ini adalab dengan strategi cosi leadership atau biaya terendah.
Langkah yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menerapkan strategi tersebut antara lain dengan menekan biaya produksi seefi sien mungkin dad aktivitas rainai nilai perusahaan. Dengan mengoptimalkan masing-masing aktivitas dan rantal nilai yang dimilikinya, perusahaan dapat menekan biaya produksi dan mengambil margin yang besar dan penjualan semennya sehingga perusahaan dapat membangun citra dan semen ?Tiga Roda? pada masyarakat melalul prornosi dan media ikian, menetapkan harga jual yang kompetitií menjalin hubungan pernasaran dengan para konsumen, ineningkatkan pelayanan perusahaan, sefla melakukan perluasan proyek guna menambab kebuluhan kapaskas produksi Keunggulan strategik lain yang dimiliki perusahaan yaitu sebagai market leader dapat rnemungkinkan perusahaan untuk menetapkan acuan hargajual semen bagi para pesaingnya.
Masuknya Heidelberger sebagai investor strategis yang menanamkan dana di PT Indocement Tunggal Prakarsa alcan dapat membantu perusahaan dalam mengembangkan jangkauan pemasarannya, balk di pasar dornestik maupun pasar global. dengan menggunakan jalur perdagangari strategis Heidelberger Meskipun industri semen kini termasuk pada tipe standard cycles dan halangan untuk masuk ke dalam industri ¡ni cukup besar, pemain-pemain baru mutai terlihat dan tuait meramaikan industri ¡ni. Hal ini menunjukkan bahwa prospek industri semen sebenarnya rnasìh cukup menjanjikan di tengah kondisi ekonomi dan politik yang hingga saat ¡ni masih belum stabil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian S. Herlambang
"ABSTRAK
Industri semen di Indonesia sekarang sedang mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat, karena peningkatan permintaan semen disertai dengan perluasan
kapasitas perusahaan-perusahaan semen di Indonesia. Pada tahun 1993 Indo
nesia akan mengalami kelebihan kapasitas kurang lebih 9.502 ribu ton yang harus
dicarikan pasar di pasar internasional. Itu berarti tiga kali peningkatan ekspor
semen tahun 1989.
Tetapi selama ini ekspor semen dari Indonesia, yang telah mampu menunjang
perolehan devisa sejak tahun 1985, mengalami hambatan dari dalam negeri
sendiri yaltu bila pasar dalam negeri mengalami kekurangan semen dan harga
membumbung tak terkendali pemerintah menghentìkan ekspor semen. Bahkan
pada bulan Oktober 1990 penghentian ekspor semen disertai dengan pembebasan
bea masuk untuk impor.
Situasi semacam ini bila dibiarkan terus-menerus tanpa dicarikan jalan
keluar dan ditangani secara nasional, akan merusak citra produsen semen
Indonesia dimata mitra dagangnya di luar negeri. Bila eksportir semen Indonesia
di luar negeni tidak dapat dipercaya lagi, maka dalam jangka panjang akan
sangat membahayakan.
Bila melihat potensi permintaan pasar semen internasional dan potensi In
donesia untuk melakukan ekspor, sebetulnya Indonesia mempunyai kekuatan yang
sangat besar untuk melakukan ekspor semen. Untuk wilayah Asia, Indonesia
mempunyai biaya transport yang paling murah. Padahal di dalam industri semen,
biaya angkutan merupakan unsur biaya yang dominan. Di samping faktor
kelebihan kapasitas, secara ekonomis pasar ekspor lebih menarik dìbandingkan
pasar di dalam negeri, karena pada pasar domestik harga telah ditentukan
pemerintah melalui HPS (Harga Pedoman Setempat).
Indocement sebagai perusahaan semen terbesar dengan lokasi produksi
terletak berdekatan dengan wilayah pemasaran domestik yang paling potensial
yaitu DKI dan Jawa Barat dan dengan fasilitas-fasilitas penunjang ekspor seperti
fasilitas transportasi menuju pelabuhan ekspor yang dimiliki sangat berkepentingan
untuk menyelesaikan masalah ekspor semen karena bila pasar di dalam negeri
mengalami stagnasi, maka akan berpengaruh buruk terhadap Indocement. Masalah
ini harus diselesaikan secara terpadu dengan memperbaiki kelancaran pasok
semen di dalam negeri terlebih dahulu, yaltu dengan melakukan pemantauan
produksi semen nasional, sehingga risiko eksportir Indonesia dapat diperkecil.
Kekosongan semen didalam negeri sebaiknya tidak diatasi dengan penghentian
ekspor semen, tetapi sebaiknya diatasi dengan cara impor, sehingga kontrak
ekspor yang telah disepakati tidak tertanggu dan reputasi eksprotir semen In
donesia diluai negeri tetap terjaga dengan balk. Cara lain yang dapat ditempuh
adalah dengan melakukan investasi pabrik di negara lain sehingga pasar internasbflal
dapat dipasok balk dan indonesia maupun dan negara lain tempat didirikanflya
pabrik milk produsen semen Indonesia tersebut.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astried Damayanti
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
S26001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>