Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197462 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theresia Nadindra Sindhuasti
"Coworking space menjadi pilihan baru bagi freelancer atau pun startup untuk bekerja. Berawal dari keinginan orang-orang yang bekerja sesuai dengan apapun keinginannya, baik waktu, tempat, dan bagaimana cara mereka bekerja. Nilai utama yang menjadi acuan dalam menjalankan konsep coworking ialah community, openness, collaboration, accessibility, dan sustainability. Hal ini menunjukan bahwa coworking space lebih dari tempat orang bekerja bersamasama. Selain itu, coworking space menawarkan suasana kerja baru yang lebih relaks dan nyaman dibandingkan dengan kantor pada umumnya. Untuk menciptakan suasana relaks namun tetap nyaman untuk bekerja, coworking space memerlukan pencahayaan buatan yang tepat.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui standar pencahayaan di ruang kerja coworking space dan untuk memaparkan pendapat mayoritas coworker mengenai coworking space. Metode yang akan dilakukan untuk penulisan skripsi ini adalah studi literatur dan studi kasus di lapangan. Studi literatur dilakukan dengan mempelajari teori cahaya, persepsi visual, pencahayaan interior, dan pencahayaan ruang kantor. Studi kasus dilapangan dengan mengamati pencahayaan buatan di coworking space serta mengamati pengaruhnya pada coworker.

Nowadays, coworking space becomes a new option to work for freelancer or startup. It begun with the need for flexibility in working. The core values of coworking space are community, openness, collaboration, accessibility, and sustainability. With these values, coworking space shows something more than simply that of people working in the same place. Moreover, coworking space offers a new work's ambience which are more relaxed and comfortable than an office in general. To create the relaxed ambience but still comfort to work, coworking space needs proper artificial light.
This thesis aims to determine the lighting system in coworking space and to explain coworker's opinions about coworking space. I use literature studies and case studies as research methods in this thesis. Literature studies were done by studying lighting theory, visual perception, interior lighting, and office lighting. Case studies were done by observing artificial light and its effects to coworker behavior.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ayunda Putri
"Pengunjung kafe umumnya ingin merasakan suasana yang nyaman dan rileks, dan cahaya yang agak redup dan kekuningan dinilai dapat memberikan kesan rileks. Sedangkan sebuah kafe perpustakaan memiliki aktivitas membaca sebagai aktivitas tambahan, yang membutuhkan cahaya yang terang. Beberapa lembaga juga mengeluarkan rekomendasi tingkat iluminasi untuk sebuah ruang baca. Namun setelah dilakukan kajian teori dan studi kasus didapat bahwa pencahayaan yang dapat membuat rileks tidak hanya bergantung dari warna cahaya akan tetapi ada pengaruh dari penempatan sumber cahaya, arah cahaya dan elemen-elemen lain dalam sebuah ruang. Untuk aktivitas membaca tidak harus terang sesuai tingkat iluminasi yang direkomendasikan, namun tetap harus cukup untuk kenyamanan manusia ketika membaca.

Guests of cafe in general way want to feel relax ambience, generally dreary and warm light claimed can create impression of relax. While library cafes have reading as additional activity that require bright light. Some institute also published recommendation of illuminance for a reading room. However after did theory research and study case, found that lighting which can make relax not only depend by color of light but also effected by location of light source, direction of light and other elements of a room. For reading activity must not bright as recommendation of illuminance, but still must enough for human comfort when reading."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Kurniawati
"Atmosfir ruang yang nyaman, menarik dan berkesan adalah sesuatu yang diinginkan pengunjung disamping rasa makanan dan minuman selama mengunjungi suatu café atau restoran. Hal ini sangat mempengaruhi penataan interior dan pencahayaannya. Fungsi cahaya pada café dan restoran bukan hanya secara fungsional dan estetika, namun juga dapat menarik perhatian dan mempengaruhi mood pengunjung.
Berbagai macam lampu dan teknik pencahayaan secara konvensional telah banyak dilakukan, namun terkadang masih membatasi keinginan untuk menampilkan pencahayaan yang atraktif, dinamis dan efektif.
Light Emitting Diode (LED) merupakan teknologi lampu terbaru yang memberikan solusi pencahayaan baru yang inovatif dengan instalasi yang fleksibel, warna yang excellent (baik sekali) dan umur yang panjang.
Cafe dan restoran yang dibahas dalam studi kasus adalah 33 Restoran dan Lounge, Lux Lounge dan restoran Sushi Samba. Masing-masing cafe dan restoran ini menggunakan LED pada pencahayaan interior sesuai dengan kebutuhan ruangnya.
Pembahasan topik ini berdasar pada bagaimana teknik pencahayaan LED dan efeknya terhadap suasana interior cafe dan restoran melalui studi kepustakaan dan analisis.
Dengan pencahayaan LED melalui sistem dynamic lighting dapat menghasilkan suasana ruang cafe dan restoran yang lebih atraktif dan dinamis. Selain itu, pencahayaan ruang menjadi lebih efektif karena dengan satu macam luminaire bisa menghasilkan berbagai macam suasana yang mempengaruhi dan menarik perhatian pengunjung.

Cozy, Interesting and impressive in atmosphere of space is one thing desired by visitor besides foods and drinks during visiting a café or restaurant. This case very influences in ordering their interior and lighting design. The function of lighting in a café or restaurant not only for functional and aesthetics, but also for collect attention and influence mood the visitor.
Many kinds of lamp and lighting techniques as convensional do, but sometimes its limited desire to show an attractive, dynamic and effective lighting.
Light Emitting Diode (LED) is the newest lamp technology that gives solution for innovative lighting with flexible installation, excellent color and long lifetime.
The case study of café and restaurant in this topic is 33 Restaurant and Lounge, Lux Lounge and Sushi Samba Restaurant. Each places using LED for their interior lighting as their spaces needed.
This topic is about how LED lighting techniques and its effect for ambience or atmosphere interior café and restaurant space through literacy study and analysis.
With LED lighting through dynamic lighting system can produce an attractive and dynamic atmosphere of cafe and restaurant. Beside that, lighting design will be more effective because with one type of luminaire can produce many kind of ambiences that influence and attract visitor attention.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48405
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Windi Huliana
"ABSTRAK
Generasi Y atau yang lebih sering dikenal sebagai millennials, memasuki tingkatan usia adulthood sejak awal abad ke-21. Mereka adalah golongan masyarakat yang saat ini kehadirannya sangat signifikan di dunia kerja. Globalisasi dan berkembangnya industri 4.0 menjadi pengaruh utama dalam pembentukan karakter generasi tersebut. Keduanya telah mengubah bagaimana mereka bermasyarakat. Karakter ini pun tercerminkan pada kehidupan kerja mereka dalam bentuk collaboration dan cooperation. Hal inilah yang kemudian menyebabkan coworking space hadir menjadi sebuah tren global. Coworking space mulai muncul sebagai manifestasi dari adaptasi generasi milenial dalam dunia kerja. Berjalan dengan prinsip shared knowledge, keberadaan coworking space membutuhkan kedekatan (proximity) dengan satu sama lain. Hal ini berdampak pada organisasi spasial coworking space di kota yang memiliki kecenderungan untuk berkonsentrasi pada suatu wilayah tertentu, terutama pada wilayah klaster industri eksisting. Fenomena ini disebut juga aglomerasi ekonomi atau spatial clustering.
Di Indonesia, kemunculan coworking space pada klaster industri masih menjadi hal yang baru. Jika dibandingkan dengan klaster industri maju seperti Silicon Valley atau Boston Innovation District, Indonesia masih berada pada tahap awal perkembangannya. Dengan berefleksi pada kedua klaster tersebut dan dengan teori pendukung seperti teori aglomerasi, proximity, dan klaster dan innovation district penelitian ini akan membahas bagaimana klaster yang terdiri dari coworking space tersebar di Jakarta, posibilitasnya untuk berkembang menjadi sebuah innovation district dan pengaruh keduanya terhadap struktur ruang kota.

ABSTRACT
Y generations, or better known as the millennials, reach their adulthood in the early 21st century. They are currently the most significant addition in work place. Globalization and industry 4.0 development are the biggest external factors that shaped their character. Both of them has changed the way millennials live as a part of the society. This characters are reflected in work place in a form of collaboration and cooperation. It is further become the main reason why coworking spaces are now a global trend. Coworking spaces exist as a manifestation of millenials adaptation in work force. With its shared-knowledge based system as the main concept, coworking spaces need a certain proximity with one another. It is have an impact on coworking spaces spatial organization that has the tendency to concentrated in a certain area, particularly in existing industrial cluster. This phenomenon is often called economic agglomeration or spatial clustering. The emergence of coworking spaces and the phenomenon of agglomeration economies are most likely occured simultaneously in urban environment. It is also occurred in Indonesia. However, it is still in its early development compared to Silicon Valley or Boston Innovation District. Reflecting on those two successful clusters and based on current development studies on agglomeration economies, proximity, and cluster, this paper will further discuss about coworking space and existing industrial cluster spatial relation and its impact on city spatial structure."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Asyari Putri
"ABSTRAK
Pekerja kantor berbasis internet dituntut untuk terus berikir kreatif sehingga untuk mendukung hal tersebut, suasana yang ada didalam kantor terutama break lounge sebagai tempat istirahat sementara harus dibuat menyenangkan. Suasana rileks dan menyenangkanpun dapat hadir dengan pencahayaan yang redup serta kekuningan. Namun karena area break lounge masih berupakan bagian dari kantor sehingga walaupun area ini merupakan area untuk beristirahat maka ruang ini memiliki rekomendasi tingkat iluminasi standart pencahayaan. Setelah melakukan peneilitian ini didapatkan bahwa selain pengaruh warna cahaya kekuningan tingkat iluminasi, teknik pencahayaan, dan pola pencahayaan juga mempengaruhi terciptanya suasana ruang work and fun. Dan diketahui pula bahwa penggunaan break lounge-pun juga dipengaruhi oleh budaya kerja masing-masing kantor, sehingga penggunaan standart tingkatan iluminasi yang di rekomendasikan pada area break lounge, sebaiknya disesuaikan kembali dengan budaya kerja yang ada dimasing-masing kantor.

ABSTRACT
Internet-based office workers required to continue berikir creative so as to support it, the atmosphere is in the office especially break lounge as a temporary resting place should be made fun. Menyenangkanpun relaxed atmosphere and can present with dim lighting and yellowish. However, due to the break lounge area still berupakan part of the office, so even though this area is an area to rest then this space has a recommendation level standard illumination lighting. After doing this peneilitian found that in addition to the effect of light yellowish color illumination level, lighting engineering and lighting patterns also affect the creation of the atmosphere of the room work and fun. And note also that the use of break-lounge was also influenced by the work culture of each office, so that the use of standard illumination levels are recommended on a break lounge area, should be adjusted back to the existing work culture in the respective offices.
"
2016
S65458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ray Gusty Ramia Jasin
"Coworking space merupakan sebuah ruang kerja kolaboratif yang muncul akibat adanya perkembangan teknologi yang berdampak pada berkembangnya budaya bekerja. Sehingga, bekerja dapat dilakukan dimana saja. Coworking space hadir dengan konsep interior yang beragam. Salah satunya terdapat beberapa coworking space yang mengangkat konsep home dan berusaha untuk menghadirkan home di dalamnya. Hal tersebut menjadi menarik apabila dilihat dari sudut pandang arsitektur dan interior, karena antara home dan tempat untuk bekerja memiliki atmosfer ruang yang berbeda. Tulisan ini akan memfokuskan pembahasan kepada bagaimana home dapat hadir di dalam sebuah coworking space sehingga kehadiran home dapat dirasakan oleh para coworkers ketika bekerja di dalamnya karena terdapat intimacy antara ruang dan penggunanya. Serta, dengan hadirnya home di dalam ruang untuk bekerja juga dapat membuat orang tetap bekerja dengan produktif.

Coworking space is a collaborative work space which arise as a result of technological developments which have an impact on the development of work culture. It makes work can be done everywhere. Coworking space comes with a diverse interior concept. One of them, there are some coworking space which use the concept of home and try to presents home in it. It becomes interesting when being viewed from the perspective of architecture and interior, because there is different space atmosphere between home and work place. This paper will focus the discussion on how home can be present in a coworking space. So, the presence of home can be felt by the coworkers when they are working there, because there is intimacy between the space and its users. As well, with the presence of the home in a work space, the coworkers still can work productively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Taufiqurrakhman
"ABSTRAK
Properti terbentuk oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi ini disebut atribut. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemunculan tempat kerja yang dinamakan coworking space yang merupakan tempat kerja yang didalamnya terdapat sekelompok orang dari generasi milenial yang berbagi ruang kerja dan sumber daya bersama seperti internet, peralatan kantor dan penyediaan makanan dan minuman ringan dalam satu ruangan. Coworking space tidak hanya sekedar bekerja pada ruangan yang sama, namun sekalian bertujuan untuk membangun jejaring antara penggunanya. Perkembangan coworking space di Amerika Serikat sangat tinggi tetapi tidak di Indonesia. Penulis mengajukan pertanyaan penelitian. Mengapa perkembangan coworking space di Indonesia lambat dan tidak begitu laku?Untuk menjawab pertanyaan penelitian maka penulis melakukan penelitian dengan metode mencari atribut dari coworking space dan user potensialnya .Metode dalam analisis data menggunakan uji chi square dan melihat ruang-ruang yang mencerminkan atribut fisik coworkingspacenya. Batasan penelitian disini adalah menggunakan responden user potensial coworking space di Indonesia serta objek penelitiannya coworking space yang ada di Jakarta.Kesimpulan penelitian ini adalah perkembangan coworking space di Indonesia lambat dan tidak begitu laku karena kebutuhan penggunanya sudah terpenuhi oleh properti lain.Kata Kunci: atribut,coworking space, jejaring,properti, tempat kerja.

ABSTRACT
The property was formed by factors that influence it. Factors that influence this are called attributes. This research was motivated by the emergence of a workplace called coworking space which is a work place in which there are a group of people from the millennial generation who shared workspaces and shared resources such as the Internet, office equipment and the provision of food and soft drinks in one room. Coworking space is not just work in the same room, but all aim to build networking between the users. The development of coworking space in the United States is very high but not in Indonesia. The author proposes the research question. Why coworking space development in Indonesia was slow and not so salable To answer the research questions the authors conducted research with methods of searching for the attributes of a coworking space and their potential user. Methods in data analysis using chi square test and see spaces that reflect the physical attributes coworking spacenya. Limitation of the study here is to use the potential user respondents coworking space spread across Indonesia and coworking space in South Jakarta.The conclusion of this study is the development of coworking space in Indonesia was slow and not so salable because its needs are met by another property.Keywords attributes, coworking space, networking, property, workplace. "
2017
T47011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fauzia
"ABSTRAK
Coworking space adalah sebuah ruang kerja temporer yang
kemunculannya didorong oleh kebutuhan gaya kerja baru yang dibawa oleh
knowledge worker dan digital nomad. Gaya kerja baru ini memunculkan suatu
ruang kerja yang merupakan wadah kerja bagi berbagai profesi, namun, berbeda
dengan kantor konvensional, karena keberadaan teritori para pekerjanya tidak
permanen dan tidak adanya hirarki kerja. Ketika kegiatan kerja dilihat sebagai
sebuah aktivitas dwelling, maka para pekerja cenderung melakukan adaptasi ruang
sesuai kebutuhan. Skripsi ini bertujuan untuk mempelajari lebih lanjut bagaimana
pola pengkondisian ruang terjadi di ruang kerja temporer. Dari kajian teori,
penulis mendapat kesimpulan bahwa untuk mendapat kualitas dwelling, manusia
cenderung melakukan place-making, dengan melakukan pengkondisian terhadap
ruangnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis, di antaranya untuk
menciptakan privasi dan kendali, serta untuk membangun rasa keterkaitan antara
dirinya dengan ruang yang ia huni. Melalui penyebaran kuesioner dan observasi di
Coworkinc, Kemang, ditemukan bahwa kegiatan pengkondisian ruang tersebut
memang terjadi, namun polanya berbeda dengan di kantor konvensional,
dikarenakan beberapa hal, salah satunya adalah temporalitas teritori.

ABSTRACT
Coworking space is a temporary workspace that exists as new working
needs emerged because of the birth of knowledge workers and digital nomads.
This new work style gives birth to a workspace that co-locate different
professions. However, this workspace is considered different from an office,
because it provides temporary territories for each workers, and doesn?t have any
office hierarchies between the workers. When working is considered as dwelling,
workers tend to adapt their space according to their needs. This research?s purpose
is to study further about the patterns of space conditioning that?s done by the
workers in a temporary workspace. From theoretical studies, the writer concludes
that to find dwelling qualities in a space, human tend to do place-making, which is
conditioning their space to fulfill their physical and psychological needs, such as,
needs of privacy and control, and also to construct a connection between them and
the dwelling place. Through questionnaires and observations done in Coworkinc,
Kemang, the writer found that the workers do condition the space, but the patterns
are different with the ones done in offices, mostly because of the temporality of
the territory.;"
2016
S65732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifan Budiawan Syarif
"Ruang kreatif personal merupakan ruang yang dirancang untuk memfasilitasi penggunanya dalam berpikir dan bekerja kreatif secara individual. Salah satu caranya adalah dengan memberikan stimulasi visual spasial yang merangsang proses kreatif pada penggunanya. Dalam kajian ini saya ingin mengkaji dan memaparkan mengenai pemahaman bagaimana stimulasi visual spasial pada ruang kreatif personal bekerja. Oleh karena itu, saya mencoba untuk melihat keterhubungan dan pengaruh stimulasi visual spasial dan proses kreatif yang ada di dalamnya. Penulisan skripsi ini menggunakan desain deskriptif dan didukung dengan studi kasus kualitatif. Hasil penulisan ini menjelaskan bahwa pertama, visual spasial dapat menstimulasi pengguna dalam merangsang kreatifitasnya pada ruang kreatif personal. Kedua, stimulasi visual spasial pada ruang kreatif dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu referensial dan non referensial. Ketiga, melalui studi kasus dan didukung oleh sumber literatur dapat dipelajari jika intensitas waktu, posisi dan komposisi ruangan mempengaruhi stimulasi visual spasial pengguna, dimana stimulasi ini bersifat subjektif.

Personal creative space is a space designed to facilitate its users in thinking and working creatively individually. One way is to provide spatial visual stimulation that stimulates the creative process of its users. In this study I would like to examine and explain the understanding of how spatial visual stimulation in personal creative spaces works. Therefore, I try to see the connection and influence of spatial visual stimulation and the creative process in it. This thesis writing uses a descriptive design and is supported by qualitative case studies. The results of this paper explain that first, spatial visuals can stimulate users in stimulating their creativity in personal creative spaces. Second, spatial visual stimulation in creative space can be divided into two types, namely referential and non-referential. Third, through case studies and supported by literature sources, it can be learned that the intensity of time, position and composition of the room affect the user's spatial visual stimulation, where this stimulation is subjective."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tifanny Febrina
"Pencahayaan buatan merupakan salah satu aspek desain interior untuk menerangi interior ruang komersil yang bergerak di bidang food & beverages. Dalam hal ini, pencahayaan buatan juga berperan penting untuk membentuk suasana interior dan suasana hati pengunjung, karena berkaitan dengan interaksi visual pengunjung dalam mengalami sebuah ruang ketika sedang menikmati makanan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kriteria mendesain interior ruang komersil yang menjual western cake melalui pencahayaan buatan serta standar iluminasi yang dibutuhkan untuk sebuah kios di pasar dan kafe sehingga dapat mengetahui pengaruh pencahayaan buatan terhadap persepsi visual manusia. Penulisan ini menggunakan metode studi kepustakaan, studi kasus, wawancara dan kuisioner untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Studi kasus dilakukan dengan mengamati dan membandingkan karakteristik suasana yang terbentuk melalui pencahayaan buatan pada sebuah kios dan kafe yang masih tergolong baru. Pencahayaan buatan pada suasana interior di kedua tempat tersebut membentuk karakteristik yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi visual manusia dalam menerima intensitas cahaya yang dibutuhkan ketika sedang menikmati kue, kawasan dimana kios dan kafe tersebut berada, dan target pengunjung yang datang untuk menikmati kue.
Artificial lighting is one aspect of interior design to illuminate the interior of commercial space engaged in food & beverages. In this case, artificial lighting also has an important roles to form the interior atmosphere and mood of visitors, because it related to the visual interaction of visitors in experiencing a space while enjoying the food. This thesis aims to determine the criteria for designing the interior of commercial space that sells western cake through artificial lighting and illumination standards required for a kiosk at the market and cafe so it can determine the effect of artificial lighting on human visual perception. The methods used literature studies, case studies, interviews and questionnaires to obtain the required data. Case studies conducted by observing and comparing the characteristics of the atmosphere that is formed through artificial lighting at a new kiosk and cafe. Artificial lighting on the interior atmosphere in both places forming different characteristics. It is influenced by human visual perception in receiving the required light intensity while enjoying cake, an area where the kiosk and cafe are located, and the targeted visitors who come to enjoy the cake."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>