Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172450 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fetrizal Bobby Heryunda
"Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 membawa pengaruh besar terhadap industri pesawat televisi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang mengalami penurunan tingkat produksi karena tingginya production cost yang harus ditanggung. Namun demikian, persaingan antar merek televisi yang terjadi di pasar terus marak, baik merek-merek terkenal maupun merek-merek tidak terkenal terus meramalkan persaingan di pasar televisi berwarna Indonesia. Merek-merek yang sudah terkenal mengandalkan diferensiasi dalam teknologi yang sudah mereka kuasai sebagai senjata untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar. Sedangkan pendatang-pendatang baru yang belum terkenal umumnya menerapkan strategi low cost dengan memasang harga murah bagi produknya untuk menarik konsumen agar berpindah ke produk mereka.
Salah satu produk yang cukup terkenal dalam industri ini adalah pesawat TV merek Panasonic. Pesawat TV merek Panasonic ini diproduksi dan dipasarkan oleh PT. National Panasonic Gobel. Walaupun sampai saat ini penjuaiannya cukup baik namun perjalanan Panasonic untuk menjadi yang teratas dalam market share tidaklah mudah, karena banyaknya pesaing yang lebih kuat, seperti Sony, Toshiba dan Sharp. Tahun 1996 Panasonic tidak mampu masuk 3 besar brand awareness, walaupun berada diperingkat ke-6 untuk perceived quality. Sedangkan tahun 2001 Panasonic sama sekali tidak mampu masuk 6 besar untuk semua kategori, mulai dari top of mind brand, top of mind advertising, brand share, quality sampai satisfaction.
Dengan kondisi persaingan yang sedemikian ketatnya saat ini, sangat penting bagi Paasonic untuk mengetahui dengan siapa la berkompetisi, bagaimana persepsi konsumen terhadap produknya jika dibandingkan dengan produk kompetitor dan strategi positioning apa yang pantas diterapkan saat ini.
Sehubungan dengan itu, kemudian diadakan penelitian untuk melihat persepsi konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki oleh masing-masing merek dan kinerja merek-merek tesebut dalam setiap atribut. Selanjutnya, diharapkan akan ditemukan strategi positioning yang tepat bagi Panasonic.
Mengingat banyaknya merek yang ada di pasar industri pesawat TV saat ini, maka penelitian hanya dibatasi pada 3 merek yang menduduki peringkat 3 besar brand equity tahun 2001, yaitu Sharp, Sony dan Toshiba, ditambah merek Panasonic. Dan produk yang diteliti hanya pesawat televisi berwarna, tidak termasuk hitam putih.
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perilaku konsumen pemakai pesawat televisi di Indonesia.
2. Mengetahui persepsi konsumen mengenai atribut-atnbut yang penting dan keempat merck TV yang menjadi objek penelitian.
3. Menetapkan strategi positioning yang tepat bagi Panasonic.
Riset pemasaran yang dilakukan diawali dengan exploratory research (kualitatif) yang terdiri dari secondary data analysis dan Individual In-depth Interview, kemudian dilanjutkan dengan descriptive research (kuantitatif). Mengingat adanya keterbatasan waktu dan biaya, maka akses data primer dilakukan dengan cara self administered-drop off survey. Sedangkan akses data sekunder dIakukan meialui internet, perpustakaan dan kunjungan ke PT National Panasonic Gobel. Sampel ditetapkan sejumlah 120 orang dengan metode convenience sampling. Hasil survey ketnudian dianalisa dengan menggunakan metode frekuensi distribusi, cross lab analysis, analisjs aijbut, brand analysis untuk setiap atribut dan bi-plot analysis.
Beberapa temuan yang didapat dari hasil penelitian antara lain:
- Atribut kualitas gambar adalah atribut terpenting dimata responden
- Kesembilan atribut yang ada dapat diwakili oleh 4 faktor/dimensi, yaitu dimensi produk, dimensi kualitas, dimensi service dan dimensi harga
- Merek Sony adalah merek yang paling dominan. Tiga metode analisa yang dilakukan yaitu analisa kinerja merek dalam setiap atribut. analisa modd Fishbein dan analìsa biploe menunjukkan bahwa Sony memiliki kinerja terbaik disemua atribut kecuali atribut harga
- Dengan melihat semua hasil analisa, maka dalam jangka pendek Panasonic sebaiknya memfokuskan strategi positioning-nya untuk membangun kedekatan asosiasi dengan atribut gambar. diikuti dengan atribut suara. Untuk itu, kualitasyang ditawarkan Panasonic harus berada diatas Sharp dan Toshiba. minimal mendekati kualitas yang ditawarkan Sony.
Beberapa saran yang dapat diberikan adalah:
1. Pihak manajemen Panasonic sebaiknva merumuskan sebuah positioning statement yang khusus digunakan bagi produk televisi.
2. Sebaiknya Panasonic membentuk dan mengembangkan sebuab divisi atau unit khusus yang bertugas melakukan berbagai kegiatan riset di pasar.
Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa kelemahan yang pada umumnya ditimbulkan oleh adanya berbagai keterbatasan dari peneliti. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain adalah metode sampling yang digunakan tìdak memilìkì tingkat keacakan yang teruji dan jumlah merek yang diuji hanya sebanyak 4 merek Sehingga ada kemungkinan hasil yang diperoleh tidak bisa niewakili persepsi dan perilaku semua konsumen pesawat TV di indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T2890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Dharmawan S.
"Kompetisi bisnis ritel swalayan di Indonesia akhir-akhir ini semakin intens sebagai akibat dari ekspansi yang dilakukan oleh peritel global di pasar Indonesia, menyambut gayung deregulasi yang ditetapkan pemerintah. Tesis ini meneliti persepsi dan perilaku konsumen ritel swalayan dengan tujuan untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat bagi pelaku bisnis ritel swalayan. Persepsi yang diteliti meliputi awareness, persepsi terhadap tingkat kepentingan atribut dan persepsi terhadap kinerja 5 ritel swalayan yang diteliti (Indomaret, Hero, Matahari, Carrefour, Makro) dalam tiap atribut. Perilaku yang diteliti meliputi ritel swalayan yang paling sering dikunjungi, frekuensi kunjungan, durasi kunjungan, hari kunjungan, uang yang dibelanjakan dalam setiap kunjungan, cara pembayaran, rencana belanja dan kategori produk yang dibeli di ritel swalayan.
Hasil penelitian dianalisis dengan frekuensi distribusi, crosstab analysis, analisis atribut, brand positioning map, analisis hirarki dan analisis kuadran. Untuk mendukung analisis tersebut, penulis melakukan studi literatur yang meliputi klasifikasi institusi ritel, analisis trading format, diferensiasi kompetitif ritel, keyakinan/sikap/penilaku konsumen ritel, generic business level strategy, strategi segmentasi/targeting/posi(ioníng, strategi bauran pemasaran dan profil kelima perusahaan ritel yang diteliti.
Dengan mengetahui persepsi dan perilaku konsumen ritel swalayan, tesis ini memberikan beberapa rekomendasi strategi pemasaran bagi ritel swalayan path umumnya dan kelima ritel swalayan yang diteliti pada khususnya.
Dari segi persepsi konsumen terhadap ritel swalayan secara umum, penulis merekomendasikan ritel swalayan untuk meningkatkan top of mind (TOM) awareness melalui pembukaan gerai besar di lokasi strategis dan memenuhi kebutuhan konsumen terhadap ritel swalayan berupa kelengkapan produk, kualitas produk serta harga.
Dari segi persepsi konsumen terhadap kelima ritel swalayan yang diteliti, penulis merekomendasikan Indomaret untuk memperbaiki kinerjanya dalam kelengkapan produk dan kenyamanan berbelanja serta memposisikan diri sebagai tempat belanja murah sehari-hari, Hero untuk memperbaiki kinerjanya dalam harga dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang nyaman dan berkualitas, Matahari untuk memperbaiki kinerjanya dalam harga dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang lengkap dan berkualitas, Carrefour untuk memperbaiki kinerjanya dalam lokasi dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang Iengkap dan nyaman, Makro untuk memperbaiki kinerjanya dalam lokasi dan memposisikan din sebagai ritel swalayan termurah.
Dari segi perilaku konsumen, penulis merekomendasikan ritel swalayan untuk meningkatkan loyalitas peJanggan melalui continuity program, meningkatkan frekuensi kunjungan pelanggan melalui penciptaan pengalaman berbelanja yang unik, meningkatkan durasi kunjungan pelanggan melalul pembukaan gerai luas dengan banyak kategori produk, melakukan antisipasi terbadap peningkatan jumlah pelanggan pada hari libur, menyediakan kategori produk yang dibeli konsumen di ritel swalayan, menyediakan pilihan produk yang sesuai bagi kelas sosio ekonomi yang lebih tinggi, meneria pembayaran dengan kartu kredit dan memfokuskan promosi hemat untuk low involvement product."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Korry
"Berbagai penelitian yang pernab dilakukan menyatakan peminum kopi biasanya sangat loyal dan tidak jarang yang sangat fanatik pada minuman ini. Hal inilah yang menyebabkan pada masa krisis, tidak terlihat penurunan yang drastis pada angka konsumsi kopi masyarakat Indonesia. Jumlah produsen kopi pun tetap banyak, bahkan
semakin kreatif mengembangkan produk baru.
Pasar kopi instant jumlahnya hanya 5 % dari pasar kopi secara keseluruhan. Nescafe yang merupakan pemimpin dalam pasar kopi instant dengan pangsa pasar mencapai 65 % berkeinginn meluaskan pasarnya karena melihat baliwa pasar kopi di Indonesia sebenarnya sangat besar. Segmen yang menjadi target Nescafe adalah segmen anak muda, yaitu konsumen berusia 18 hingga 26 tahun, yang tinggal di daerah perkotaan dan dan keJas menengah. Segmen ¡ni dinilai potensial karena path usia inilah konsumen kopi mulai melakukan fría!, belum menjadi peminum kopi dan beluxn mempunyai kesetiaan path merek kopi tertentu.. Konsumen segmen ini dianggap lebib mudah untuk dipengaruhi dibanding peminum kopi lama yang biasanya telah setia pada merek kopi tertentu.
Agar dapat mencapai tujuan yaitu meuaskan pasar, diperlukan strategi yang tepat. Karena itu perlu dipahami terlebih dahulu kebutuhan, keinginan, persepsi dan prilaku dan konsumen yang menjadi target. Tujuan dan penelitian adalah untuk mengetahui prilaku konsumen kopi berusia muda, sesual dengan target konsumen Nescafe. Perilaku konsumen yang ingin dilihat antara lain adalah volume konsumsi, kepuasan, lama mengkonsumsi, loyalitas merck sefla merek yang paling dikonsumsi. Konsumen menginginkan produk yang dapat memberikan apa yang diharapkannya dan produk ¡tu. Untuk itu perlu diketahui atribut-atribut yang diinginkan konsumen dan produk kopi. Selain itu penelitian
ini juga bertujuan untuk mengetahui asosiasi yang dihubungkan konsumen dengan Nescafe. Setelah mengetahul prilaku, kombinasi atribut dan asosiasi, akan dilakukan
evaluasi terhadap strategi yang diterapkan Nescafe terutama strategi repositioninnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen segmen anak muda memang belum menjadi peminum kopi yang setia. Sebagian besar volume konsun?sinya rendah, yaitu
maksimal hanya I cangkir setiap hari. Segmen ini juga terlihat belum mempunyai kesetiaan pada merck kopi tertentu Jika path saat hendak menabeli kopi mereka tidak
dapat menemukari merck yang blasa mereka konsumsi, mata sebagian besar konsumen akan menean kopi merek lain, bukan berusaha menead merek langganan mereka di tempat lain. Hal ini berarti, strategi Nescafe yang menjadikan konsumen usia muda sebagai target konsumennya sudah tepat, karena segmen itu lebih mudah dipengaruhi dibanding segmen yang lebih tua usianya.
Ada beberapa atribut yang mereka inginkan terdapat pada produk kopi, dimana mereka menganggap atnibut ini sangat penting dan mempengaruhi mereka dalam memilih meracik kopi, atribut itu adalah rasa, aroma dan kemudahan mendapat atau avaibiliry. Atribut-atribut lain seperti kemasan dan iklan dari produk ¡tu sendirì ternyata kecil
pengaruhnya pada konsumen.
Persepsi responden terhadap Nescafe menunjukkan bahwa tidak semua pesan yang disampaikan Nescafe dalam iklaii-iklannya dapat diterima dengan baik oleh konsumen.
Konsumen umurnnya mempersepsikari Nescale sebagai produk yang praktis, berkualitas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2001
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
J. Suprapto
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007
658.27 SUP p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Nugrahani
"Kompetisi bisnis telekomunikasi seluler di Indonesia tampak semakin intens sebagai akibat dari ekspansi yang dilaksanakan oleh pemain lama seperti Telkomsel, Satelindo dan Excelcomindo, serta masuknya 2 pemain raksasa seperti Telkom dengan TelkomMobile dan Indosat dengan IM3 (indosat Multimedia Mobile), menyambut gayung deregulasi yang didengungkan oleh pemerintah pasca UU No. 36/1999.
Karya akhir ini meneliti tentang persepsi dan perilaku pemakai Kartu GSM pra bayar di wilayah Jabotabek dengan tujuan untuk menentukan strategi positioning yang tepat bagi TelkomMobile dalam memasuki pasar Kartu GSM pra bayar di Indonesia, melalui proses positioning?. Persepsi yang diteliti meliputi awareness, persepsi terhadap tingkat kepentingan atribut dan persepsi terhaclap kinerja 3 kartu GSM pra bayar dalam setiap atribut, yaitu atribut kemampuan jelajah (roaming), kualitas jaringan, ketersediaan fitur, kemudahan memperoleh, pelayanan puma jual, harga (termasuk biaya airtime, biaya roaming/jelajah), serta rekomendasi pihak ketiga (teman, keluarga dan kerabat) dan promosi.
Perilaku yang diteliti meliputi alasan pemilihan kartu pm bayar tertentu, biaya pemakaian telepon seluler per bulan, perilaku pemakaian telepon seluler, trial terhadap komunikasi data (internet), pola pemakaian internet, kern ungkinannya dalam mengakuisisi produk GSM 1800 generasi 2,5 (purchase intention) serta beberapa alasan yang menyebabkan belum pastinya konsumen membeli produk tersebut. 1-lasil penelitian kemudian dianalisis secara deskriptif, inferensial, asosiatifdan compare mean seria bi plot analysis yang dikembangkan bersama studi literature yang berkaitan dengan industri seluler di Indonesia, keyakinanlsikap dan perilaku konsumen seria strategi positioning.
Dengan mengetahui persepsi dan perilaku pemakai kartu GSM pra bayar, karya akhir ini akan memberikan rekomendasi strategi positioning bagi TelkomMobile dalam memasuki pasar GSM pra bayar Indonesia, yaltu:
Sebagai later entrant, strategi positioning yang tepat bagi TelkomMobile adalah imitative positioning (memposisikan dirinya pada dua atribut yang hampir sama dengan Pro XL pra bayar, yaitu ketersediaan fitur dan kualitas jaringan). TelkomMobile memiliki peluang untuk mendayagunakan distinctive advantages-nya untuk memperkuat positioning, seperti platform teknologi GSM 1800, kapabilitas network, dan saluran distribusinya yang tersebat di seluruh wilayah tanah air.
TelkomMobile dapat diposisikan dengan pendekatan:
atribut, yaitu ketersediaan fitur dan kualitas jaringan, dimana keduanya termasuk ke dalam dimensi teknis (analisis faktor), sehingga memudahkan manajemen untuk memfokuskan kegiatan operasionalnya, dengan ouput leverage yang tinggi, karena meningkatnya penilaian konsumen terhadap atribut ketersediaan fitur akan menaikkan pula atribut kualitas jaringan, sehingga dapat mendongkrak kinerja merek TelkomMobile secara keseluruhan dalam persepsi konsumen.
manfaat, yaitu membantu untuk mencapai nilai kebersamaan (komunitas hidup), pemenuhan din/status (emosional), kenyamanan dan kemudahan dalam hidup dengan biaya ekonornis (the benefit segment).
imajinasi, yaitu mengembangkan positioning TelkomMobile dengan menggunakan imajinasi seperti situasi yang jadi Iebih mudah dan nyaman untuk kehidupan social (seperti mcnghubungi keluarga dan teman).
Konsekuensinya, TelkomMobile harus mampu menuangkannya ke dalam positioning statement, sebagai .single positioning claim. Pernyataan tersebut harus dapat diungkapkan dengan bahasa yang jelas, singkat dan mudah diulang-ulang, serta mengandung klaim yang unik yang berkaitan dengan aspek ketersediaan fitur dan kualitas jaringan. Untuk mempercepat penetrasi pasar, TelkomMobile harus mengoptimalkan saluran koniunikasi personal, yaitu lingkungan social dan para expert untuk mengungkapkan pengalamannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutasuhut, Maslina W.
"Kesempatan yang terbuka bagi swasta untuk berperan serta dalam industri televisi
di Indonesia membuka peluang yang luas bagi pendatang baru dan bersamaan dengan itu menciptakan ancaman bagi perusahaan yang Iebih dulu ada dalam industri. Dampak terbukanya kesempatan ini juga terasa bagi masyarakat dan produsen (pemasang iklan. Pilihan yang lebih banyak bagi masyarakat urnuk mendapatkan informasi dan hiburan bertambah dengan meningkatnya jumlah Staslun Penyìaran Televisi Swasta (SPTS). Banyaknya alternatif pilìhan masyarakat ini , mengharuskan pemasang ìklan lebih teliti dalam memlih SPTS agar target pemasangan iklannya tercapai. Input mengenai tingkat popularitas suatu acara dan populasi penontonnya didapat dari rating yang dikeluarkan oleh Survey Research Indonesia) dan data mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah tertentu penonton ( Cou per Million I CPM) merupakan bahan pertimbangan pemulihan SPTS untuk penempatan iklan.
Di sisi lain , anggaran iklan dalam sektor industri akan naik sebagai akibat meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Semakin tìnggi tingkat pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi tìngkat pendapatan domestik bruto yang berarti semakin tinggi disposable income. Karena itu dengan naiknya tingkat pertumbuhan ekonomi Indone sia, pengeluaran iklan perlu ditingkatkan untuk menarik masyarakat membelanjakan uangnya. Sejalan dengan itu. penempatan Ikian di media televisi sejak SPTS melakukan siaran komersial, terus meningkat dan mengurangi pangsa ikian media cetak dan media audio. Kedua peningkatan tersebut yaltu peningkatan belanja iklan dan peningkatan penempatan ikian pada media televisi merupakan hal yang menarik bagi investor baru dan SPTS yang sudah ada. Perebutan ikian inìlah yang menjadi pokok persaingan antara perusahaan dalam industri televisi.
Dalam Karya akhir ini pembahasan dimulai dengan studi literatur, kemudian diikuti dengan industri televisi di Indonesia termasuk didalamnya menganalisis posisi persaingan SCTV dalam industri televisi. Selanjutnya dibahas mengenai internal perusahaan SCTV mulai dari misi, filosofi, Organisasi, posifinoning dan Tujuan Jangka Panjang. Analisis terhadap strategi yang sebaiknya diterapkan oleh SCTV dibahas kemudian diawali dengan melakukan analisis SWOT. Analisis ini berdasar pada mecoda Expert Choice. Penulis menyiapkan angket (kuesioner) bagi seluruh manajer SCTV, kemudian data diolah dengan menggunakan perangkat lunak Expert Choice dengan metoda Proses Hirarkhi Analitis. Hasil yang diperoleh berupa besaran kuan titatif terhadap Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threats), dimana besaran Kekuatan dan Kelemahan diperlakukan seba gai vektor yang berlawanan arah sehingga dapat langsung dijumlahkan untuk menda patkan absis. Perlakuan yang sama diberikan kepada Peluang dan Ancaman, sehingga diperoleh kordinatnya. Analisis terhadap SCTV menghasilkan posisi pada kuadran I dengan Strategi Aggresif.
Analisis berikutnya mengenai core strategy SCTV yang mendasari semua strategi yang akan diterapkan. Dalam hal ini SCTV memilih strategi Differensiasi karena walaupun target pasarnya masyarakat berusia 15 - 40 tahun, pada kenyataannya ada juga acara khusus untuk anak-anak, sehingga pada dasarnya positioning tidak dijalan kan dengan konsisten. Pemilihan alternatif Grand Strategy SCTV kemudian dilakukan dengan melihat posisi persaingan dan kecepatan pertumbuhan pasar. Pemilihan alterna tif strategi dengan cara yang lain dilakukan dengan melihat kekuatan SCTV dan peng gunaan Sumber Daya perusahaan. Dapat dilihat bahwa alternatif pilihan strategi sesuai dengan hasil strategi yang harus diterapkan yang diperoleh dengan analisis SWOT. Alternatif strategi dan kedua pendekatan tersebut kemudian disesuaikan dengan misi, tujuan dan strtegi generik dan diperoleh Grand Strategy Pengembangan Pasar, inovasi, Integrasi Vertikal dan Integrasi Konsentrik. Keempat Grand Strategy ini dapat diterapkan satu demi satu atau sekaligus secara simultan.
Grand Strartegy Pengembangan Pasar perlu diterapkan untuk meningkatkan keunggulan bersaing secara berkesinambungan pada bidang-bidang yang sudah ada. Grand Strategy Inovasi diperlukan untuk menciptakan bidang keunggulan bersaing yang baru, sedangkan Grand Strategy Integrasi Vertikal perlu dilakukan untuk mengurangi tekanan?tekanan yang dialami SCTV dalam industri. Yang terakhir Grand Strategy Dìversifikasi Konsentrik diperlukan untuk memperkuat citra masyarakat terhadap SCTV dan juga sebagai portfolio perusahaan dalain upaya mengurangi risiko usaha."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryono
"Tugas akhir ini secara luas membahas mengenai persaingan yang terjadi dalam Industri siaran televisi swasta di Indonesia. Lebih khusus lagi, tugas akhir ini lebih jauh lagi mengungkap bagaimana ANTEVE, sebagai salah satu stasiun tv swasta yang termasuk masih muda, menghadapi pesaing-pesaingnya (RCTI, SCTV, TPI, dan Indosiar).
Persaingan yang terjadi dalam industri ini pada dasarnya adalah dalam hal memperebutkan ikian dan pemirsa. Untuk kedua hal ini, ANTE VE masih di bawah pendahulu-pendahulunya (RCTI, SCTV, dan TPI), bahkan kini ANTEVE mulai dilewati oleh Indosiar. Ketertinggalan ANTEVE dibanding pesaing-pesaingnya ini disebabkan oleh masih kalah bersaingnya acara-acara yang disajikan ANTEVE.
Kurang lebih permasalahan yang dihadapi ANTEVE dalam persaingannya dengan stasiun tv swasta Iainnya adalah:
Keunggulan-keunggulan apakah yang dimiliki oleh pesaing-pesaing ANTEVE, seberapa besarkah peluang yang dimiliki ANTEVE, apa sajakah yang selama ini menjadi kelemahan dan kekuatan ANTEVE yang dapat dimanfaatkannya untuk bersaing dengan tv swasta lain, bagaimanakah ANTEVE menyusun strategi acara siarannya?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada jalan lain bagi ANTEVE, selain dengan melakukan serangkaian pembenahan dan peningkatan kualitas tayangan acaranya untuk dapat menìngkatkan daya saingnya dalam industri ini. Untuk menghasilkan suatu tayangan acara yang menarik, maka strategi di bidang acara saja tidak mencukupi, dibutuhkan strategi dibidang lain untuk mendukungnya, yaitu strategi di bidang pemasaran, teknologi dan investasi, kerjasama dengan pihak-pihak terkait, pengembangan sumber daya manusia.
Untuk tetap dapat mempertahankan kehadirannya di dalam industri ini dan agar tetap dapat bersaing dengan tv-tv swasta lain, maka ANTEVE perlu menerapkan beberapa strategi di masa depan. Strategi-strategi tersebut diantaranya adalah melakukan diversifikasi usaha di berbagai bidang yang belum dimasukinya, peningkatan pemanfaatan kecanggihan teknologi, menggiatkan pengembangan sumber daya manusia, bekerjasama dengan pihak-pihak tertentu yang mempunyai kompetensi yang dapat diandalkan, dan penambahan investasi untuk mendukung semua itu."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Chrismanaria
"Tingkal kompetisi dalam industri selular kian hari kian meningkat. Pertumbuhan industri selular yang sedemikian tinggi dipacu antara lain oleh tingkat mobilitas masyarakat, harga ponsel yang semakin terjangkau, dan tarif kartu perdana dari operator selular yang murah. Saat ini, operator berlomba mempertahankan dan menambah pelanggannya dengan promosi yang memicu permasalahan baru yaitu menurunnya margin. Alternalif solusinya adalah dengan membangun ekuitas merek.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh program pemasaran yaitu price deals. intensitas iklan dan intensitas distriibusi terhadap ekuites merek dan dimensi-dimensinya dengan menggunakan analisis regresi. Penelitian membuktikan pula bahwa program pemasaran memberikan pengaruh positif terhadap dimensi-dimensi ekuitas merek yang selanjutnya memberikan efek positif terhadap ekuitas merek. Elemen price deals yang diduga berpengaruh negatif terhadap persepsi kualitas dan brand awareness tcmyata justru berpengaruh positif. Intensitas iklan berpengaruh paling dominan diikuti intensitas dislribusi dan price deals. Oleh sebab itu disarankan kepada operator selular untuk berhati-hati dalam memberikan price deals, terutama dengan adanya potensi turunnya tingkal revenue dan profit perusahaan. Proporsi iklan untuk mengkomunikaslkan keunggulan kompetitif, positioning dan image merek perlu ditingkatkan. Hubungan baik dan kerjasama dengan berbagai mitra saluran distribusi seperti outlet ritel operaror dan bank, perlu terus dipelihara dan ditingkatkan.

Day by day competition level of cellular industry is growing. This growth was accelerated by the mobility of the people, low handset price. and low subscription fee. Nowadays operators are competing in maintain and adding customers by using promotions which gives operators a new problem that is the decrease of profit margin. An alternative solution to this situation is brand equity.
This research objectives was to analyze the effects of marketing activities (consist of : price deals, advertising intensity dan distribution intensity) upon brand equity and its dimensionality by using regression analysis. The research proves that marketing activities correlates positively to dimensionality of brand equity and brand equity itself as well. Although price deals was Hypothezed to correlate negatively to perceived quality and brand awareness, it turns out that the research proves it correlates positively. Advertising intensity has the biggest effects to brand equity, followed by distribution intensity and price deals. Operator should implement price deals carefully, especially by the possibility of revenue and profit decrease. Proportion of advertising to communicate competitive advantage, positioning, and brand image must be elevated. Good relationships and cooperations with channel partners such as banking and outlets must be kept and increased all the time.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Sehyanto
"ABSTRAK
Pembayaran tagihan listrik, air, telepon, kartu kredit, dan lain-lain melalui
bank merupakan produk layanan perbankan yang relatif baru dan telah menjadi
populer dewasa ini. Pembayaran dapat dilakukan melalui loket-loket yang telah
disediakan oleh bank, langsung ke teller, atau bisa lewat mesín ATM, seperti yang
ditawarkan oleh beberapa bank. Banyak bank telah meluncurkan produk ini karena
selain agar dapat bersaing bank juga memperoleh pendapatan yang disebut fee
based income.
Produk layanan pembayaran terpadu tersebut berhasil memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen terhadap layanan yang cepat, mudah, dan nyaman.
Namun seberapa cepat, mudah, atau nyaman? Karena keinginan konsumen
semakin meningkat. Pelayanan yang dahulu cepat sekarang menjadi lambat.
Apalagi dengan munculnya electronic banking atau on-line banking, yang
menjanjikan pelayanan perbankan anytime dan anywhere. OIeh karena itu perlu
dijajaki kernungkinan diluncurkannya produk pembayaran secara on-line, melalui
media elektronik tersebut.
Dari semua medía eíektronik yang dapat digunakan untuk on-line banking,
telepon merupakan media yang paling bersahabat dengan konsumen. Selain
Penyebarannya lebih merata, penggunaannya pun leblh mudah. Bandingkan
dengan Internet dan on-line PC. Selain itu beberapa bank ternyata sudah memiliki
fasilitas Phone banking (transaksi perbankan lewat telepon) sejak lama. Selama ini
fasilitas tersebut kebanyakan hanya digunakan untuk pemberian informasi
perbankan seperti informasi saldo, produk, rate deposito. Padahal phone banking
dapat diguriakan Iebih dari itu. Phone banking dapat melayani transaksí perbankan
seperti halnya transaksi di depan teller, kecuali uang kas. Sehingga secara teknis
maupun konsep, phone banking dapat digunakan untuk melakukan pembayaran,
sehingga konsumen dapat melakukannya anytime dan anywhere.
Namun, walaupun secara teknis dan konsep dapat dilakukan, harus diselidiki
dahulu bagaimana kemauan serta persepsi konsumen, Dengan menggunakan
metode riset kuantitatif, dilakukan survei terhadap 110 responden. Dari penelitian
tersebut diperoleh kesimpulan berikut : Pertama, Yang paling dianggap penting
oleh konsumen terhadap layanan pembayaran tagihan adalah adanya bukti
pembayaran, disusul oleh layanan yang dapat diakses anytime dengan proses yang
cepat (kurang dan lima menit), dapat diakses dari berbagai tempat (anywhere),
dapat dilakukan secara debet rekening, tanpa perlu membawa uang tunal, serta
mendapatkan panduan dalam melakukan pembayaran. Kedua, Terjadi gap antara
keinginan konsumen terhadap layanan pembayaran dengan fitur-fitur phone
banking secara umum. Misalnya, konsumen menginginkan adanya bukti
pembayaran, sedangkan pada phone banking tanda bukti pembayaran langsung
berupa kertas kurang / tidak ditawarkan. Sebaiknya phone banking menawarkan
alternatif transaksi lewat media elektronik, namun hal tersebut kurang diminati oleh
konsumen. Ketiga, dari segi persepsi, terlihat bahwa pembayaran melalui phone
banking dianggap cepat, mudah, efisien, dan nyaman. Tingkat kecepatan dan
kemudahan dianggap lebih dan baik sedangkan efisiensi dan kenyamanan
berada dalam kategori baik. Khusus tingkat keamanan dan kerahasiaan, bagi
konsumen tingkat keamanan dan kerahasiaan pembayaran melalui phone banking
masih berada di bawah kategon baik. Keempat, pilihan konsumen atas fitur-fitur
pembayaran yang tepat untuk diterapkan pada phone banking menunjukkan
kecenderungan pada fitur-fitur yang sudah dikenal, mísalnya tagihan telepon, listrik,
air minum, dan kartu kredit.
Penelitian ini dibatasi pada wants dan persepsí konsumen. Wants dan
persepsi hanya salah satu faktor yang mempengaruhi pengadaan keputusan
manajemen bank. Sedangkan masíh banyak faktor lain yang harus
dipertimbangkan seperti biaya, kemampuan sumber daya, trend teknologi, dan
tujuan perusahaan (bank) itu sendiri. OIeh karena itu hasil penelitian ini belum
menjamin kesuksesan hasil keputusan yang diambil oleh manajemen. Penelitian ini
harus didukung oleh analisis yang jitu terhadap faktor-faktor tersebut.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmie Kasmy
"ABSTRAK
Dalam persaingan merek, merupakan tantangan bagi pemasar untuk meningkatkan
ekuitas mereknya karena ekuitas merek yang tinggi bisa menciptakan keuntungan yang tinggi
pula bagi manufaktur komputer Ekuitas merek yang tinggi akan menciptakan loyalitas dan
memberikan peluang bagi perusahaan untuk menawarkan produk dengan harga yang sesuai
dengan perceived quality dari konsumen.
Pada beberapa jurnal pemasaran khususnya mengenai co-branding ditemukan hahwa
Co-branding memberikan kesan tertentu terhadap kualitas suatu produk yang dipasarkan
sebagai contoh: Ssangyong dengan Mercedes-Benz, CitiBank dengan Visa atau Master Card,
diet Coke dengan Nutrasweet. Patria dengan Komatsu. Kesan tersebut tercakup didalamnya
kualitas dan harga produk yang dipasarkan. Sehingga tiga tujuan utama di dalam penelitian ini
yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh co-branding terhadap kesan kualitas
produk komputer dan sejauh mana kesan kualitas itu berubah setelah dilakukan co-branding
dengan suatu processor, mengetahui perubahan harga dan sebelum dilakukan co-branding dan
setelah dilakukan co-branding untuk kategori produk komputer, mengetahui pengaruh Co-
branding komputer dengan prosessor terhadap dasar pertimbangan konsumen didalam
pembelian.
Bentuk penelitian yang dilakukan adalah dengan descriptive analysis. Survei dilakukan
di wilayah DKI Jakarta dengan jumlah responden 200 orang. Data primer diperoleh melalui
metode sample survey dengan instrumen utama kuesioner. Variabel utama yang diukur
didalam penelitian ini terdiri dari perceived quality, perceived price, serta variabel pendukung
Iainnya (product attribute, brand awareness, advertising awareness, buying behaviour,
product usage). Responden dalam penelitian ini mengisi sendiri kuesioner (self-administered
survey) yang diberikan kepadanya dengan cara drop-off Khusus untuk variabel brand
awareness dan brand association dilakukan dengan teknik in-depth interview.
Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi terhadap
kualitas dan harga produk komputer dan prosessor. Ada tiga merek yang di analisis untuk
kedua produk, masing-masing mewakili brand power: strong, moderate, dan weak. Untuk
produk prosessor digunakan merek Intel Pentium, AMD Athion. dan VIA Cyrix. Sedangkan
untuk produk komputer digunakan merek Compaq, Zyrex, dan Extron. Untuk mengukur
perceived qualiiv digunakan 6 points liken scale, dimana 1 berarti kualitas sangat rendah dan
6 berarti kualitas sangat tinggì. Untuk variabel perceived price ditanyakan kepada responden
persepsinya terhadap harga apakah lebib tinggi, Iebih rendah, atau sama saja (kira-kira berapa
persen), apabila diberikan sebuah zero origin dengan patokan 100%. Sedangkan dalam
meneliti variabel product attribut digunakan 6 points liken scale untuk tingkat kepentingan
atribut dan ordinal scale untuk prioritas kepentingan atribut.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka pada para responden ditanyakan
persepsinya terhadap kualitas dan harga sebelum dan sesudah co-branding. Hasil yang
diperoleh untuk kondisi perceived quality dan price adalah: pertama, bagi host brand terlihat
bahwa secara keseluruhan persepsi kualitas akan meningkat apabila beraliansi dengan
ingredient brand yang Iebih kuat danpada dengan ingredient brand yang lebih lemah. Kedua,
secara keseluruhan persepsi terhadap harga akan cenderung meningkat apabila beraliansi
dengan ingredient brand yang Iebih kuat daripada ingredient brand yang lebih lemah.
Untuk mengukur tingkat signifikansi perubahan pada perceived quality dan price
dilakukan uji paired sample t-test. Dan uji yang dilakukan diperoleh hasil bahwa: pertama,
persepsi kualitas konsumen terhadap merek komputer secara signifikan dipengaruhi oleh
semua merck co-brand prosessor kecuali co-branding antara merek Intel Pentium dengan
Compaq dimana kedua merek merupakan brand yang sama-sama kuat. Kedua, untuk host
brand Compaq, Zyrex, dan Cyrix, perceived price akan menìngkat secara signifikan apabila
melakukan co-branding dengan ingredient brand yang kuat seperti Intel Pentium. Sebaiknya,
perceived price akan menurun secara signifikan apabila dilakukan co-branding dengan
ingredient brand yang lemah seperti VIA Cyrix. Sedangkan apabila host brand melakukan co-
branding dengan ingredient brand yang kuat secara moderat, maka terdapat kecenderungan
bahwa perceived price akan meningkat atau menurun secara tidak signifikan.
Dari analisis terhadap atribut fisik maupun non fisik, diperoleh kesimpulan bahwa
prosessor merupakan atribut penting dan diprioritaskan di dalam proses pertimbangan
konsumen dalam melakukan pembelian komputer. Sehingga dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa co-branding manufaktur komputer dengan processor sebagai secondary
association merupakan Iangkah yang tepat. Uji anova yang dilakukan terhadap tingkat
kepentingan dan prioritas atribut, membuktikan bahwa kecepatan dan merek prosessor tidak
secara signifikan dipersepsikan berbeda dalam proses pembelian PC baik bagi owner maupun
non owner.
Dari hasil penelitian yang didapat, maka beberapa hal yang dapat disarankan. Pertama,
bagi manufaktur komputer secara umum, co-branding meniiliki pengaruh yang signifikan
untuk mempengaruhi perceived quality dan price terhadap produk komputer sehngga
merupakan langkah yang potensial untuk melakukan aliansi dengan prosessor untuk
menerapkan pemasaran bersama dengan co-branding atau lebih spesifik dengan ingredient
branding. Namun perlu diingat, persepsi kualitas dan harga akan cenderung meningkat secara
signifikan apabila metakukan co-branding dengan merek prosessor yang lebih kuat daripada.
host brand.
Kedua, bagi merek-merek komputer yang diteliti, untuk merek Zyrex dan Extron co-
branding seharusnya dilakukan dengan merek prosessor yang kuat seperti Intel Pentium agar
peningkatan terhadap perceived quality dan price dapat Iebih signifikan. Bagi Compaq yang
cenderung memiliki brand power yang sama dengan merek kuat seperti Pentium, ada baiknya
untuk mempertimbangkan untuk melakukan alternatif co-branding dengan merek produk
komplementer seperti Windows atau melalui peningkatan terhadap value to the customers
dengan mengeksploitasi atribut-atribut produk lainnya yang penting bagi konsumen seperti
garansi dan afler sales service. Hal ini disebabkan karena peningkatan terhadap perceived
quality cenderung tidak bertambah secara signifikan apabila Compaq melakukan co-branding
dengan intel Pentium.
Ketiga, bagi para akedemisi, hasil yang diperoleh dari penelitian ini menguatkan
kesimpulan bahwa co-branding dapat secara signifikan meningkatkan perceived quality dan
price bagi host brand apabila dilakukan dengan ingredient brand dengan kekuatan merck
( brand power) tertentu.
"
2002
T3574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>