Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33695 dokumen yang sesuai dengan query
cover
B.Y. Hendro C.
"ABSTRAK
Dewasa ini, dimana tingkat persaingan semakin tinggi serta lingkungan usaha
yang berubah semakin cepat membutuhkan penilaian penilaian kinerja yang bukan
hanya faktor keuangan saja tetapi juga faktor non keuangan.
Konsep Balanced Scorecard merupakan konsep yang relatif baru yang
dikembangkan oleh Robert S Kaplan dan Norton David P sebagai perfonnance
management suatu perusahaan. Konsep ini bukan hanya mempertimbangkan
faktor keuangan saja, tetapi juga faktor non-keuangan dan suatu perusahaan yaitu
perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta tumbuh dan belajar.
Dengan cakupan perspektif yang diniilikinya maka konsep ini menjadi menarik
untuk dipelajari.
PT X yang merupakan market leader di dalam bisnis kontraktor pertambangan
merasakan kebutuhan untuk mengimplementasikan konsep ini kedalam
performance management perusahaan tersebut. Untuk itu PT X berusaha untuk
mengaplikasikan konsep tersebut dengan cara mengembangkan konsep ini ke
dalam sistem penilaian kinerjanya.
Pada saat ini, penilaian kinerja yang ada pada PT X belum memakai konsep
Balanced Scorecard. Meskipun demikian PT X telah mengembangkan penilaian
kinerja berdasarkan Key Performance Indikator sebagal kontraktor pertambangan
Untuk mengimplementasi konsep Balanced Scorecard tersebut, PT. X
membagi pengembang tersebut menjadi tahap-tahap pelaksanaan yaitu
pembuatan penilaian kineija secara makro yang merupakan dashboard bagi PT X
tersebut. Pada tahap ini dikembangkan dengan cara membuat penilaian kinerja
berdasar analisis sebab akibat dan dalam empat perspektif yang ada.
Tahap selanjutnya adaiah membuat cascade berdasarkan area yang ada yang
merupakan divisi dan PT X. Turunan dan tahap ini adalah sampai dengan level
Group Leader di distrik yang ada di PT X. Pada tahap ini, penurunan yang ada
tidak dibagi secara eksplisit ke dalam ke empat perspektif tetapi lebih berdasarkan
kebutuhan akan performance measurement setiap level serta berdasar diagram
pohon dan divisi tersebut.
Pada akhirnya adalah penentuan performance measurement per level dan target
dan performance measurement yang ada.
Tahapan benikut yang ingin dicapai oleh PT X adalah mengembangi konsep
Balanced Scorecard ini berbasis teknologi informasi sehingga konsep ini lebih
berdaya guna sesuai dengan bisnis PT X.
Pada akhir penulisan ini, kesimpulan yang didapat di dalam analisa dan
pembahasan serta saran yang dirasa perlu untuk PT X dalam menyempurnakan
konsep penilaian kinerjanya.
"
2001
S-Pdf (sedang dalam proses digitalisasi)
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawati
"ABSTRAK
Salah satu komponen yang mempengaruhi laba rugi sebuah perusahaan asuransi jiwa adalah cadangan polis (policy reserve). Cadangan polis dicatat pada sisi kewajiban dalam laporan keuangan perusahaan, dan kenaikan cadangan polis akan dibukukan sebagai biaya perusahaan.
Cadangan polis dapat dikatakan sebagai kewajiban masa datang atas sejumlah manfaat asuransi yang dijanjikan perusahaan untuk dibayarkan kepada pemegang polis sesuai dengan yang ditetapkan dalam polis.
Karena adanya unsur ketidakpastian dalam kewajiban tersebut, maka terdapat lebih dari satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung cadangan, yang akan menghasilkan cadangan yang berbeda pula. Dengan demikian perbedaan metode penghitungan cadangan akan menghasilkan laba akunting yang berbeda.
Secara intuitif dapat diduga bahwa seharusnya cadangan polis tidaklah mempengaruhi laba secara keseluruhan karena cadangan bukanlah arus kas. Juga sebelum pertanggungan dimulai dan setelah pertanggungan selesai, tidak ada cadangan yang diperlukan bagi pertanggungan tersebut, sehingga besarnya cadangan polis adalah nihil, apapun metode pencadangan yang digunakan.
Tulisan ini bertujuan untuk memperhatikan perbedaan arus laba yang terjadi karena perbedaan metode pencadangan. Selain itu juga akan dibuktikan bahwa dalam kondisi tertentu, perbedaan metode tersebut hanya terjadi pada arus laba (earning emergence), sedangkan nilai sekarang dan laba tersebut akan bernilai sama dan tidak dipengaruhi oleh metode pencadangan.
Pengamatan dilakukan terhadap suatu perusahaan hipotetis (hypothetical company) yang memiliki sebuah kohor dengan produk dwiguna 10 tahun. Selain terhadap perbedaan metode pencadangan, pengamatan juga dilakukan untuk liga skenario premi bruto yang berbeda: premi dengan marjin positif, premi tanpa marjin dan premi dengan marjin negatif.
Metode pencadangan yang digunakan adalah metode pencadangan earning reserve di Indonesia dan metode pencadangan statutory reserve di Indonesia. Sebagai pembanding lainnya juga dipilih Policy Premium Method (PPM).
Pemilihan PPM sebagai pembanding didasarkan pada dua hal. Pertama, metode ini merupakan metode premi bruto, yang secara teoretis memiliki kelebihan dibandingkan metode premi murni, yang digunakan untuk earning reserve dan statutory reserve Indonesia. Kedua, metode ini pernah digunakan sebagai earning reserve sekaligus statutory reserve di Kanada, sehingga diasumsikan bahwa metode ini dapat mempertemukan dua kepentingan yang berbeda, yaitu pihak investor dan pihak regulator.
Pengamatan menunjukkan bahwa ternyata cadangan PPM memberikan arus Laba yang paling konsisten, yaitu memiliki pola menarik. Selain itu juga dapat dibuktikan bahwa nilai sekarang dan laba mendatang yang dihitung dengan tingkat bunga investasi riil akan memberikan hasil yang sama, tidak dipengaruhi oleh metode pencadangan yang digunakan."
2002
S-Pdf (sedang dalam proses digitalisasi)
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Desy Chaerani
"Penilaian Kinerja yang dilakukan selama ini dapat merubah prinsip - prinsip manajemen yang digunakan, pada masa sekarang pengukuran kinerja perusahaan tidak hanya dilihat dari perspektif keuangan tetapi juga melihat perspektif non keuangan, yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif penumbuhan dan perspektif pembelajaran. Pengukuran kinerja dengan keempat perspektif ini disebut dengan konsep Balanced Scorecard merupakan konsep pengukuran kinerja dari sistem manajemen suatu perusahan yang dilakukan tehadap perspektif keuangan dan non keuangan seperti yang tersebut diatas.
Penerapan Balanced Scorecard yang tepat akan sangat berguna bagi Bank Indonesia dalam menilai kinerja organisasi terutama untuk mengetahui serta mendeteksi sejak dini terjadinya inefisiensi dalam perusahaan, terjadinya kerugian serta karyawan yang tidak memiliki kapabilitas ataupun hal - hal lain yang membuat kinerja perusahaan menurun ataupun mengalami kerugian. Selain itu dengan penerapan Balanced Scorecard yang sesuai dengan perusahaan maka penentuan KPI dapat mencakup sasaran - sasaran strategis yang telah ditetapkan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan masukan - masukan kepada Bank Indonesia dalam penerapan Balanced Scorecard, terutama dalam menentukan tolak ukur yang lebih memadai untuk setiap perspektif yang ada pada Balanced Scorecerd disesuaikan dengan kondisi lembaga / instansi serta sasaran - sasaran strategis yang telah ditetapkan Bank Indonesia.
Bank Indonesia (BI) Bank Sentral memiliki culture yang merupakan faktor penentu keberhasilan yang memberikan keunggulan dan nilai tambah. Adapun Faktor Penentu Keberhasilan (FPK) yaitu Kompetensi, Integritas, Transparansi dan Akuntabilitas (KITA / KOMPAK). Untuk meneaapkan Balanced Scorecard lebih lanjut maka perlu adanya komitmen serta dukungan dari seluruh personel yang ada dalam organisasi. Selain pemahaman dan penerapan Bank Indonesia core value pads setiap personel juga mendukung penerapan Balanced Scorecard supaya berjalan dengan lancar.
Untuk itu diperlukan proses interaksi yang lebih intensif antara penyusun konsep SPAMK dengan para pekerja, disaru pihak guna mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari para pekerja dan dipihak lain untuk mendapatkan feedback bagi penyempurnaan sistem. Untuk Pelaksanaanya diperlukan dukungan dan komitmen manajemen puncak serta integritas yang tinggi dari setiap individu yang terkait dalam penilaian.
Menurut konsep BSC strategi organisasi perlu dipetakan, disosialisasikan dan dijabarkan kebawah agar setiap individu dalam bekerja dan beraktivitas berfokus pada strategi yang tepadu. Corporate scorecard memiliki posisi strategis untuk mengkoordinasikan sistem manajemen strategik, yaitu berperan dalam prose manajemen kinerja yang berorientasi jangka pendek dalam mengelola operasi, dan juga berperan dalam jangka panjang dalam proses pengelolaan strategi, yaitu memperbaharui dan menguji strategi, sehingga memberikan landasan pross pengelolaan strategi yang berkelanjutan.
Disamping itu Corpoate scorecard juga berfungsi sebagai sarana untuk menjembatani kesenjangan manajerial bagi pengelolaan human capital dan struktural capital yang masing masing merupakan komponen knowledge capital. Corporate scorecad mengkoordinasikan dan menyelaraskan aktifitas struktural capital dalam bentuk proses kerja, cars kerja, budaya kerja, koordinasi, kinerja kelompok, dsb, sehingga akan memberikan kontribusi pada peningkatan knowledge capital dalam rangka menciptakan nilai tambah bagi lembaga instansi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T18203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi
Jakarta: Salemba Empat , 2001
658.401 2 MUL b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2007
658.401 2 MUL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jerry Heikal
"Toyota Tsusho Corporation merupakan sebuah perusahaan trading Jepang yang termasuk kedalam Sogo Sosha. Bisnisnya di Indonesia antara lain adalah pada divisi metal, mesin, kimia dan tekstil. Core business perusahaan adalah pada divisi metal dimana share terbesar untuk revenue perusahaan berasal darinya.
Dalam usaha mempertahankan keunggulannya, perusahaan dirasa sangat memerlukan suatu strategi yang efektif dimana diperlukan sistem penilaian kinerja perusahaan (company wide performance measurement) yang fleksibel dan mampu mengintegrasikan seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan.
Munculnya pendekatan Balanced Scorecard juga didorong oleh semakin tajamnya persaingan usaha dan meningkatnya tuntutan pasar bahwa untuk meraih sukses sebuah organisasi perlu mengelola seluruh sumber daya yang dimilikinya. Saat ini perusahaan-perusahaan yang ada sangat kental diwarnai oleh tolak ukur keuangan seperti ROI, EPS dan EVA. Masalahnya sekarang adalah bahwa kinerja yang hendak di ukur dalam suatu perusahaan ataupun dalam bidang usaha tidak terbatas pada faktor keuangan saja melainkan juga meliputi kondisi lainnya seperti visi, strategi, organisasi, tingkat pencapaian operasi, kondisi persaingan, pengembangan sumber daya manusia, tingkat kepuasan pelanggan dan indikator-indikator lainnya.
Cara penilaian kinerja Toyota Tsusho Corporation saat ini masih berdasarkan pada target-target pencapaian finansial. Hal ini cukup baik hanya saja target-target yang diberikan masih bersifat jangka pendek dan tidak mampu merefleksikan kondisi kinerja perusahaan secara jelas. Dengan kondisi lingkungan yang terus berubah, Toyota Tsusho sebaiknya diupayakan untuk tidak lagi mengukur kinerjanya dengan cara lama namun harus mampu secara lebih jelas, komprehensif dan terukur.
Salah satu metode pengukuran strategis yang ada adalah Balanced Scorecard. BSC mengetengahkan satu sistem terintegrasi yang menggabungkan tolak ukur keuangan dan non keuangan. Penjabaran dan penilaian kinerja melalui BSC membantu perusahaan melakukan integrasi seluruh rangkaian strategi manajemen Seperti rekayasa ulang proses bisnis, sistem manajemen yang terpadu dan pemberdayaan karyawan. Sistem yang dibangun melalui BSC juga memberikan gambaran strategis serta terdapat juga analisa sebab-akibat atas seluruh kegiatan dan kinerja perusahaan sehingga proses pelaksanaan strategi perusahaan dan kegiatan pembangunan kompetensi dasar tergambar.
Dengan menerapkan BSC, perusahaan bukan saja memiliki tolok ukur kinerja yang komprehesif, tapi para karyawannya juga memahami keadaan perusahaan yang sebenamya. Dengan demikian alcan tumbuh semangat kebersamaan clan rasa tanggung jawab diantara para karyawan terhadap maju-mundumya perusahaan. Untuk itu seluruh karyawan seharusnya mengetahui dan memahanii semua tolok ukur kinerja keempat perspektif serta mengetahui dan memahami cara dan arti angka-angka tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T2889
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Prameswari
"ABSTRAK
Untuk mempertahankan dan memperbesar pangsa pasar diperlukan langkah-langkah yang inovatif. Walaupun untuk melakukan perubahan bukan merupakan suatu hal yang mudah, namun harus tetap dilakukan untuk memperpanjang siklus hidup perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk berubah dan beradaptasi dengan lingkungannya sangat menentukan agar perusahaan tetap bertahan dan berkembang dalam industri yang semakin kompetitif. Hal yang harus diperhatikan adalah setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi yang jelas serta perencanaan yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Untuk mengakomodir perubahan tersebut, perusahaan memerlukan suatu sistem manajemen strategis yang melibatkan seluruh bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan sistem yang terstruktur dalam mengimplementasikan strategi perusahaan. Salah satu konsep manajemen yang dapat digunakan dalam proses perencanaan strategis adalah Balanced Scorecard. Sebagai sebuah system manajemen, Balanced Scorecard juga digunakan untuk sistem dan alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Dengan Balanced Scorecard, pengukuran kinerja manajemen perusahaan dapat dilihat dari sisi keuangan dan non keuangan secara komprehensif dan seimbang.
Penulis mengangkat topik bahasan ini yang akan dibatasi pada satu perusahaan yang bernama PT. SI. PT. SI adalah sebuah perusahaan yang memproduksi produk-produk elektronik. Dalam perusahaan yang menghasilkan produk yang memiliki tingkat inovasi tinggi perusahaan harus mampu memberikan produk yang memiliki nilai tambah dan mampu memberikan kepuasan pada pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengevaluasi kinerja perusahaan dengan optimal. Pengukuran kinerja yang dilakukan oleh PT. SI selama ini berfokus pada analisis kuantitatif. Dengan pengukuran yang demikian,
manajemen puncak mengharapkan dapat memacu pertumbuhan pendapatan perusahaan. Pada kenyataannya, pengukuran seperti ini kurang efektif. Hal ini dikarenakan kinerja perusahaan tidak dapat diukur secara optimal hanya dengan aspek kuantitatif saja, melainkan ada aspek-aspek kualitatif yang selama ini belum terukur dengan baik.
Balanced Scorecard membedah strategi perusahaan secara mendalam, yaitu melalui perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, mulai dari tahap perumusan strategis hingga tahap implementasi dan pengawasan. Hal ini memacu setiap karyawan dalam perusahaan untuk berpikir secara strategis dan inovatif.
Evaluasi dan perubahan yang dihasilkan dari aplikasi dan implementasi Balanced Scorecard yang efektif diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan membuat perusahaan memiliki nilai lebih dibandingkan para kompetitornya.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Suryaning Oktalianto
"ABSTRAK
Pengukuran kinerja penting bagi organisasi karena dapat diketahui keselarasan antara pencapaian organisasi dengan strategi bisnis yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja yang berkala akan memastikan bahwa TI dapat berjalan sesuai dengan ekspektasi top management dan membantu organisasi bertahan serta sukses dalam persaingan bisnis di masa kini dan yang akan datang. pengukuran kinerja antara lain harus verifiable yaitu menyediakan informasi yang menjadi patokan pencapaian, kemudian sebisa mungkin pengukuran kinerja ini mendekati tujuan dari maksud pengukuran serta harus komprehensif yaitu memenuhi semua aspek penting dalam pengukuran kinerja.
PT PGN yang diwakili SBU I merasa pencapaian Divisi TI belum sesuai dengan ekspektasi stakeholder yang mungkin disebabkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang digunakan belum efektif untuk mengukur kinerja Divisi TI secara komprehensif. IKU saat ini menggunakan pendekatan Kriteria Penilaian Kinerja Unggul yang diadopsi dari Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence dan penggunaannya disyaratkan oleh Kementerian BUMN. Terdapat pendekatan lain untuk menyusun IKU yaitu berdasarkan kerangka Balanced Scorecard yang memiliki keunggulan pengukuran yang seimbang antara aspek finansial dan operasional.
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif, peneliti melakukan in-depth interview terhadap pihak terkait untuk mempelajari lebih dalam tentang IKU saat ini dan mengetahui ekspektasi dari pihak-pihak tersebut dalam proses penyusunan IKU berdasarkan kerangka IT BSC dan COBIT 5 yang digunakan sebagai panduan untuk menyusun sasaran strategis berdasarkan visi Divisi TI. Penelitian ini diakhiri dengan analisis perbandingan IKU berdasarkan ketujuh kriteria KPKU dan IKU berdasarkan keempat perspektif IT BSC. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa IKU saat ini belum mampu mengukur kinerja TI secara komprehensif karena belum mengikutsertakan aspek pengukuran kontribusi perusahaan dan orientasi pengguna. Sebagai solusi dalam hal ini, pengukuran kedua aspek tersebut tercakup dalam IKU berdasarkan IT BSC. Kedua perspektif tersebut menjadi IKU saat ini yang menjadi perrmasalahan terkait domain pengukuran kinerja dalam tata kelola TI.

ABSTRACT
Performance measurement is important for organizations because it can be seen between the achievement of organizational alignment with the business strategy that has been set. Periodic performance measurement will ensure that IT can be run in accordance with the expectations of the top management and to help organizations survive and succeed in a competitive business in the present and future. performance measurement, among others, must be verifiable that provide information that is to be the benchmark of achievement, then as much as possible the performance measurement approach and objectives of intent must be comprehensive measurement that meets all the important aspects of performance measurement.
PT PGN which represented by SBU I felt the achievement of IT Division has not been in accordance with the expectations of stakeholders that may be due to the Key Performance Indicators (KPI) that have not been effectively used to measure the performance of IT department in a comprehensive manner. KPI is currently using the Assessment Criteria for Performance Excellence approach adopted from the Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence and its use is required by the Ministry of SOEs. There is another approach to prepare KPI is based on the Balanced Scorecard framework which has the advantage of measuring the balance between the financial and operational aspects.
This study was included in the qualitative research, researchers conducted in-depth interviews with relevant parties to learn more about the current KPI and knowing the expectations of the parties are in the process of preparation of KPI based IT BSC framework and COBIT 5 is used as a guide for preparing strategic goals based on the vision of the IT Division. This study concludes with a comparative analysis based on the seven criteria KPKU KPI and KPI based on the four perspectives of BSC IT. This study resulted in the conclusion that the KPI has not been able to comprehensively measure the performance of IT because it has not included the measurement aspects of corporate contributions and user orientation. As a solution in this case, the measurement of these two aspects are included in the KPI based IT BSC. With the addition of this KPI is a solution for problems related to IT governance domains.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Arifin
"Perusahaan garmen di Indonesia mengalami tantangan dari luar dan dalam perusahaan. Faktor eksternal yang mempengaruhi meliputi meningkatnya biayabiaya baik karena kebijakan pemerintah maupun tingkat inflasi dan faktor lainnya. Adanya perdagangan garmen ilegal yang berasal dari Cina juga menambah tantangan yang hams dihadapi perusahaan. Dari dalam perusahaan, umumnya tantangan yang dihadapi adalah kenyataan bahwa operasionalisasi perusahaan garmen memberikan margin yang ketat sedangkan kualitas hams tetap terjaga. Konsekuensi dari tantangan-tantangan di atas adalah perusahaan hams dapat menentukan strategi yang tepat untuk bertahan dan menjadi yang termaju dalam industrinya. Pengendalian biaya merupakan hal krusial yang narus dilakukan, namun untuk berkembang menjadi yang terbaik, perusahaan haruys mampu mengelola semua aspek dari operasi perusahaan menjadi kesatuan integrasi berdasarkan strategi yang tepat. Analisis secara keseluruhan dilakukan melalui Analisis Lingkungan Jauh (Remote Environment), Analisis Lingkungan Industri (Porter's Five Forces Model), Analisis Lingkungan Perusahaan (Value Chain), Analisis SWOT, dan perancangan Balanced Scorecard. Berdasarkan seluruh analisis yang dilakukan pada perusahaan, tampak bahwa PT XYZ memiliki keunggulan dalam hal operasi yaitu melalui sistem subkontrak yang dilakukan oleh perusahaan, sedangkan kelemahan perusahaan yang mendasar adalah kurangnya penekanan pada kegiatan penjualan perusahaan dan diperlemah dengan keadaan intern perusahaan yang meliputi kompetensi sumber daya manusianya yang kurang, sistim informasi yang belum terintegrasi, maupun iklim yang belum optimal dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Keadaan perusahaan yang belum optimal semakin memperkuat kebutuhan PT XYZ akan suatu sistem manajemen yang strategis dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan, terutama dengan meniadakan kelemahan perusahaan dan menangkap peluang-peluang yang menarik pada lingkup pasar perusahaan. Rancangan Balanced Scorecard yang diusulkan dapat digunakan untuk tujuan tersebut dan meningkatkan posisi perusahaan dalam pencapaian rumusan visi PT XYZ menjadi pemimpin dalam pasar pakaian dalam laki-laki yang memiliki keunggulan dalam kualitas dan harga melalui penetrasi pasar domestik dengan pengelolaan yang profesional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>