Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164081 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudhis M. Burhanuddin
Yogyakarta: Kanisius, 2008
305.8 YUD b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Brayut is a phenomenal myth figure in Balinese culture. He is adored and also pleaded for a child by those who want a child in their families. On the other hand, he is disrespected as a family that is lack of attention on the prosperity of their family because he has to grow many children in his family. At the present, his existences is decorating the gardens lots as an absurd family which described briefly in a literary work known as Brayut geguritan. Implicitly, behind the absurdity of this family described in the beginning of the geguritan, can be found that the concept of Tantrayana strongly influence the social diversity system of the Baliiese Hindus in Bali. Tantrayana is a religious sect of Hindus in India which then localized in Bali. It might be influenced with Balinese local genius which obtain similar concepts that enable the Tantric teachings to be acculturated."
MUDRA 31:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan P. Windia
Denpasar: Udayana University Press, 2010
340.57 WAY b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Ganis Pradnyawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui agensi dan posisi perempuan Hindu Bali dalam relasi kasta dan gender pada perkawinan Nyerod melalui subjek dua generasi. Dengan menempatkan perempuan Bali Nyerod sebagaiĀ  subjek, studi tentang perkawinan Nyerod pada penelitian ini berusaha untuk menelusuri pengalaman perempuan Bali Nyerod sebelum dan ketika menjalani masa pernikahannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus yang menggunakan analisis kerangka teori agensi dari Sherry B. Ortner dan Interseksionalitas dari Kimberly Crenshaw. Dalam penelitian ini, saya menghadapkan pada pembaca mengenai analisis pengalaman perempuan Bali Nyerod dalam membangun agensinya, menentukkan posisinya di dalam keluarga dan masyarakat serta pemaknaan dukungan yang diterima maupun tidak diterimanya. Dalam studi ini, saya melakukan penelusuran pengalaman serta her life story dari keempat narasumber perempuan Bali golongan Triwangsa atau bangsawan melalui wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan latar belakang sosial masing-masing narasumber perempuan Bali Nyerod yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam proses membangun agensi berupa negosiasi pernikahan dan upaya penghidupan yang mereka tunjukan. Perbedaan proses agensi ini juga membawa perbedaan juga pada proses penentuan posisi para narasumber dalam melawan interseksi diskriminasi. Melalui lintas generasi, menghasilkan juga pemaknaan yang beragam mengenai bentuk dukungan baik moril atau materiil yang mereka terima maupun tidak mereka terima.

This study aims to examine the agency and position of Balinese Hindu women in caste and gender relations in Nyerod marriages through two generations of subjects. By placing the Balinese Nyerod woman as the subject, the study of Nyerod marriage in this research seeks to explore the experiences of Nyerod Balinese women before and during their marriage. This research is a qualitative research with study case approach that uses agency theory framework analysis from Sherry B. Ortner and Intersectionality from Kimberly Crenshaw. In this research, I confront the reader with an analysis of the experience of the Bali Nyerod woman in building her agency, determining her position in the family and society and the meaning of support she receives or does not receive. In this study, I traced the experiences and her life stories of the four Balinese women of the Triwangsa or aristocratic class through in-depth interviews. The results of this study indicate that there are differences in the social background of each of the Bali Nyerod female informants which causes differences in the agency building process in the form of marriage negotiations and the livelihood efforts they show. This difference in agency processes also brings differences to the process of determining the positions of the informants in fighting intersectional discrimination. Through cross-generations, it also produces various meanings regarding the forms of support, both moral and material, that they receive or do not receive."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswoyo
"
ABSTRAK
Jika terjadi gempabumi, efek yang ditimbulkan pada suatu tempat diantaranya adalah percepatan tanah maksimum dan cepat rambat maksimum. Harga besaran kedua parameter ini merupakan resiko gempabumi tektonik. Dari beberapa faktor tertentu akan didapatkan nilai percepatan tanah di setiap tempat yang berbeda,dan diambil nilai percepatan tanah yang terbesar (maksimum) di tempat atau titik tersebut.
Dalam penelitian ini didapatkan nilai percepatan maksimum mulai dari 40.0 gal sampai dengan 180.0 gal dengan interval 10.0 gal. Angka ini dapat digunakan dalam perencanaan bangunan tahan gempa.
Berdasarkan pola penyebaran nilai percepatan tanah maksimum yang berbeda di jeberapa titik tertentu dapat dibuat kontur yang merupakan peta hasil, yang dapat dipergunakan sebagai informasi faktor resiko pada perhitungan perencanaan bangunan tahan gempa di wilayah Bali dan Lombok.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S33748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Holmes, Derek
Jakarta: Puslitbang Biologi LIPI, 1999
598.059 82 HOL bt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnaesih Maulana
"ABSTRAK
Permasalahan yang menjadi pokok bahasan timbul dengan ditemukannya data lapangan yang menunjukkan bahwa, 1. arca- arca kuna di Bali masih dianggap suci dan keramat, namun tidak lagi dijadikan sarana pemujaan meskipun masyarakat Bali adalah penganut agama Hindu. 2. Di Bali, area-area kuna yang kita temukan, penempatannya di dalam candi atau pura tidak seperti yang kita temukan di Jawa atau India, yaitu di tempatkan di dalam relung-relung candi.3. Adanya penggolongan pura menurut fungsinya. Kenyataan tersebut menimbulkan suatu pertanyaan "adakah kaitan antara area-area dan penggolongan pura di Bali".
Penelitian ini merupakan rangkaian penelitian yang bertujuan mewujudkan gagasan guna menyusun buku Ikonografi Hindu Indonesia. Ikonografi, merupakan suatu bidang penelitian ilmu arkeologi yang erat kaitannya dengan ciri-ciri dan pembuatan arca pada hakekatnya merupakan telaah mengenai pandangan suatu masyarakat terhadap pembuatan dan fungsi area dewa pujaannya, dapat memberi gambaran tentang kehidupan masyarakat bersangkutan.Pene1itian mengenai fungsi area, cara-cara penyembahan terhadap kedewaan kiranya dapat membantu memperjelas pemahaman tentang berkembang dan timbulnya filsafat yang terkait, yang umumnya berpengaruh terhadap cara berfikir masyarakat bersangkutan.
Salah satu cara yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini, adalah melalui tahapan-tahapan penelitian yang terdiri dari 1.pengumpulan data, baik data lapangan maupun data tertulis, 2. membuat klasifikasi, 3. menganalisa, baik data arkeologi maupun data penunjang, dan 4. tahap interpretasi, yaitu berusaha menarik kasimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi orang Bali yang beragama Hindu dimana ajaran yajna memegang peranan yang amat panting dan menjadi sendi kehidupan, maka pemujaan dewa dengan cara yajna merupakan oara terbaik, Untuk sampai pada tingkat sebuah aroa diterima sebagai unsur pendekat atau sarana para pemuja kepada Tuhan (= Istadewata) atau prinsip tertinggi terlebih dahulu harus melalui proses tersandiri, melalui pemujaan dan rituil tertentu sesuai peraturan. Kedudukan,sebuah area dalam upacara yajna erat kaitannya dengan keletakkan area itu sendiri di dalam sebuah pura."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Dang Hyang Nirartha adalah Tokoh Sejarah yang menjadi Tokoh legendaris masyarakat Bali, baik sebagai Ulama Hindu yang memperkuat akar-akar agama dan kebudayaan Hindu, baik sebagai budayawan dengan karya sastra dan filsafatnya serta arsitektur puranya, maupun sebagai tokoh yang berhasil mengadakan pembakuan stratifikasi sosial masyarakat Bali. Dyang Hyang Nirartha adalah cicit Mpu Bharadah (generasi ke empat Mpu Bharadah). Mpu Bharadah adalah seorang pendeta utama Kerajaan Kadiri dalam masa pemerintahan Erlangga. Pendeta ini ikut menentukan pembagian Kerajaan Kadiri menjadi dua, yaitu Daha dan Jenggala. Nirartha lahir dari perkawinan antara Dang Hyang Smaranata dengan Dewi Diah Sumawati. Keluarga Dang Hyang Smaranata beristana di di Daha (Jawa Timur). Beliau dahulunya migrasi ke Bali sekitar tahun 1546-1550 M. Pada masa itu Bali sedang berada pada puncak kebesarannya, di bawah pemerintahan Raja Dalem Waturenggong. Dyang Hyang Nirartha, selain sebagai seorang pendeta, ternyata juga memiliki berbagai keahlian lain. Sebagai seorang Ulama, beliau telah berhasil mengadakan pembaharuan untuk memperkuat akar-akar budaya dan ajaran agama Hindu di Bali, dengan menyebarkan Sekte Siwa. Sebagai seorang sastrawan, Dyang Hyang Nirartha telah memperkaya khasanah kesusastraan Bali, dengan beberapa karangannya, baik dalam bentuk sastra, filsafat, agama dan sejarah. Keahlian dan keberhasilan Dang Hyang Nirartha dalam berbagai bidang itu, telah menempatkannya pada status yang tertinggi, sebagai cikal-bakal Wangsa Brahmana Ciwa di Bali."
JNANA 18:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>