Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36527 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Aiginat digunakan di bidang bio medis, antara lain sebagai bahan baku pembalut luka primer (kontak langsung dengan luka) karena bersifat nontoksik, biodegradable, biocompatible dan dapat mempereepat pertumbuhan jaringan baru. Produk tersebut mulai diteliti sebagai biomaterial dengan teknologi elektrospining. Serat - serat hasil elektrospining berukuran diameter <100 nm - 500 nm, umumnya digolongkan sebagai serat nano. Polimer alginat tidak dapat membentuk serat nano, sehingga harus dieampur dengan polimer lain, misalnya PVA (polivinil alkohol). Dari penelitian terdahulu diperoleh membran alginat yang dapat digunakan sebagai pembalut luka, tetapi dengan metoda elektrospining, maka akan diperoleh membran berkualitas lebih tinggi karena mempunyai luas permukaan yang sangat besar dan berpori. Untuk itu dilakukan penelitian pembuatan webs (Iembaran tipis) atau membran dari serat alginaUPVA melalui teknologi elektrospining, karena metodanya mudah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pembalut luka berskala mikro hingga nano. Pereobaan dilakukan dengan mengunakan variasi komposisi larutan pintal Aiginat 3%/PVA 10% ( 7/3, 6/4, 5/5,4/6, 3/7), jarak (10 em, 15 em, 20 em, 25 em) dan tegangan (12 KVA, 15 KVA, 18 KVA, 23 KVA). Pengujian terhadap produk akhir meliputi analisa gugus fungsi, analisa struktur mikro, uji resistensi terhadap mikroba dan uji pre klinis. Hasil penelitian menunjukkan proses elektrospining menggunakan larutan Aiginat 3%/PVA 10% 4/6, pad a tegangan 15 KVA dengan jarak 15 em, akan menghasilkan webs serat dengan ukuran diameter mayoritas antara 100 nm - 300 nm. Selain itu, produk tersebut bersifat anti bakteri dan lolos uji pre klinis, karena tidak menyebabkan iritasi serta dapat berfungsi sebagai pembalut luka dengan kualitas yang lebih baik dibanding pembalut luka alginat konvensional, yaitu mampu mempereepat penyembuhan luka dari 24 jam menjadi 1 jam."
620 JSI 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Shanty
"Produk yang di tujukan untuk wanita begitu banyak
ragamnya. Dari sekian banyak produk tersebut, produk pembalut
wanita yang ada di pasaran pun b e gitu· banyak, bai k dari merek
yang ada maupun jumlahnya. Masing.,...masing ·menawarkan kelebihan
produk, dan menawarkan s uatu perne cahan· masa ah yang dialami
dalam kehidupan wanita. Car e free adalah salah satunya.
Produk ini mempos isikan produknya sebagai pembalut
.
wanita yang bukan untuk m a s~ haid, tetapi di pergunakan
setiap hari guna mengatasi kelembaban sebe l um dan sesudah
masa haid wanita.
Untuk membangun pengetahu n mengenai produk pembalut irii
memang tidak mudah , kare na masyarakat umumnya hanya mengenal
pembalut-pembalut wanita yang dipergunakan untuk masa haid
saja. Salah satu strategi promosi yang mereka pilih adalah
iklan. Media yang dipilih hanya majalah wanita, seperti
Femina, Kartini, dan Sarinah. Setelah lima tahun, pihak Johnson. & Johnson mulai
memperluas segmen pasarnya ke remaja,.melalui majalah Gadis.
Untuk melihat sampai seberapa j~uh pengetahuan remaja putri,
maka dilihat dari proses persepsi dimana akan dilihat juga
· apakah unsur...;.unsur iklan Carefree mampu menarik perhatian
mereka.
Penulis mengambil 100 responden remaja putri SMP dan
SMA, yang pernah li at iklan Carefree d i wilayah Pondok Indah
dengan pengambilan. sampel secara acak sederhana. Tehnik
pengumpul an ~at a menggunakan wawancara berstr uktur , wawancara
dengan pihak Johnson & Johnson, serta studi kepustakaan .
Penelitian · ini menghasilkan jawaban , bahwa ilustrasi
(gambar utama) merupak:an unsur yang paling menarik , yang
p~rt am a kali d ilihat, dan juga unsur y ang pa1ing mudah
diingat . Sebagiban besar r esponc;ten kurang mengetahlii mengenai
headline iklannya, mayoriias responden cukup mengetahui
ilustrasi ikl an , dan umumny l ebih mampu menyebutkan gambar
utama saja dar i 4 ilustrasi ¥ang ada. Responden yang pernah
membaca naskah iiklan · rnaupun yang t iaak pernah cukup
mengetahuinya. Baik responden yang pernah membaca naskahnya
maupun yang tidak pernah membaca ternyata kurang tahu
penggunaan sebenarnya dari
pembalut tersebut digunakan
Carefree, mereka beranggapan
untuk masa-masa haid. Mengenai slogan yang digunakan, mayoritas responden tidak pernah
membacanya, sehingga pengetahuan mereka mengenai unsur iklan
ini adalah rendah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S4047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Runia Aisyah Isnaini
"Sistem penghantaran obat ke kolon harus mampu menunda pelepasan obat hingga sistem mencapai tempat targetnya, yaitu kolon. Pada penelitian ini dipilih bentuk sediaan beads menggunakan gabungan dua polimer alginat dan Polivinil Alkohol PVA sebagai sistem pembawa Tetrandrine menuju kolon. Beads diformulasikan ke dalam tiga formula dengan perbandingan konsentrasi alginat:PVA yang berbeda-beda yaitu 2:0,5, 2:0,75 dan 2:1. Kemudian dilakukan karakterisasi meliputi morfologi, distribusi ukuran partikel, efisiensi proses, efisiensi penjerapan, penentuan kadar air, uji termal DSC, Difraksi Sinar X XRD , Spektroskopi FTIR, index mengembang, dan uji pelepasan obat secara in vitro. Formula 3 dengan perbandingan alginat dan PVA 2:1 merupakan formula terbaik dengan diameter rata-rata beads 790,87 75,64 ?m dan efisiensi penjerapan 32,12 0,84 . Uji pelepasan obat dilakukan dalam medium HCl pH 1,2 2jam , dapar fosfat pH 7,4 Tween80 2 3 jam dan dapar fosfat pH 6,8 Tween80 2 3 jam. Profil pelepasan obat in vitro dalam medium HCl pH 1,2 Formula 1, Formula 2, dan Formula 3 secara berurutan adalah 84,13 0,60, 73,12 1,64 , dan 66,57 1,56. Hasil ini menunjukan semua formula belum mampu menghasilkan sediaan kolon tertarget yang ideal.

Colon drug delivery system should be able to maintain drug release until the system reaches its target. In this research, beads was selected as drug carrier system to deliver tetrandrine to colon using combination of two polymers, alginate and Polyvinyl Alcohol PVA . Beads were formulated into three formulas with different alginate PVA concentration 2 0.5, 2 0.75, and 2 1. Each formula were characterized based on morphology beads, particle size distribution, process efficiency, entrapment efficiency, drug loading percentage, moisture content, thermal test DSC , X ray Diffraction XRD , FTIR, swelling analysis and in vitro drug release test. Formula 3 with concentration alginate PVA 2 1 was the best formula with size of beads 790,87 75.64 m and an entrapment efficiency 32.12 0.84 . Drug release test was perform in HCl pH 1,2 2 hours , phosphate buffer pH 7,4 Tween80 2 3 hours , and phosphate buffer pH 6,8 Tween80 2 3 hours . Cumulative drug release of three formulas beads in hydrochloric acid medium was 84.13 0,60 , 73.12 1,64 , and 66.57 1,56 , respectively. Based on those result, all formulas beads are not ideal to be colon targeted dosage form, yet.
"
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Azzahra
"Evaluasi efikasi dan keamanan obat baru atau bahan kosmetik dengan menggunakan hewan merupakan percobaan yang memiliki permasalahan etika serta memakan waktu dan biaya tinggi. Berbagai alternatif diusulkan untuk menggantikan uji in vivo pada hewan, salah satunya perancah kulit buatan berupa matriks. Matriks adalah biomaterial yang terdiri dari jaringan polimer ikatan silang yang dapat dibuat dari rantai polimer, salah satunya dari polimes sintetis seperti polivinil alkohol (PVA). Akan tetapi, matriks dari polimer sintetis sebagai rekayasa jaringan in vitro masih memiliki kekurangan, terutama sifat fungsionalnya yang buruk. Upaya penyempurnaan sifat matriks dapat dilakukan dengan penggabungan polimer sintesis dan alami, dimana pada penelitian ini polimer PVA ditambahkan polimer kitosan atau alginat pada tahap fabrikasi matriks. Peninjauan formulasi optimal matriks nantinya akan dilihat dari tiga aspek, yaitu kemampuan adsorpsi protein, sitotoksisitas, dan efisiensi perlekatan sel matriks. Pada penelitian ini, penambahan kitosan dan alginat pada fabrikasi matriks PVA meningkatkan viabilitas sel (46.13±0.46%-61.53±1.21% dan 46.83%±1.23%-57.78%±01.73%) dan perlekatan sel (66.061±2.957%-97.879±0.262% dan 65.606±2.740%-99.091±0.455%). Dengan begitu, penambahan baik kitosan maupun alginat dapat meningkatkan sifat fungsional dari matriks PVA.

Evaluation of the efficacy and safety of new drugs or cosmetic ingredients using animals is an experiment that has ethical issues, high-cost, and time-consuming. Various alternatives have been proposed to replace in vivo animal testing, one of which is an artificial skin scaffold in the form of a matrix. Matrix are biomaterials consisting of crosslinked polymer networks that can be made from polymer chains, one of which is from synthetic polymers such as polyvinyl alcohol (PVA). However, matrix from synthetic polymers as in vitro tissue engineering still has many drawbacks, especially their poor functional properties. Efforts to improve matrix properties can be made by combining synthetic and natural polymers, where in this study chitosan or alginate polymer is added to PVA polymer at the matrix fabrication stage. The study of optimal matrix formulation will be seen from three aspects, namely protein adsorption ability, cytotoxicity, and matrix cell attachment efficiency. In this study, the addition of chitosan and alginate to the PVA matrix fabrication increased cell viability (46.13±0.46%-61.53±1.21% and 46.83%±1.23%-57.78%±01.73%) and cell attachment (66.061±2.957%-97.879±0.262% and 65.606±2.740%-99.091±0.455%). Thus, the addition of both chitosan and alginate can improve the functional properties of the PVA matrix."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Jumlah dokter gigi selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut akan sebanding dengan penggunaan alginat. Polisakarda pada pati garut memiliki karakteristik yang sama dengan sodium alginat, hal tersebut menandakan bahwa kedua bahan tersebut dapat icampur. Karaktersitik amilosa dan amilopektin dalam pati garut dapat mengikat air sehingga dimensi hasil cetakan dapat stabil dari pengkerutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pati garut pada alginat terhadap dimensi hasil cetakan alginat. Penelitian ini menggunakan 60 sampel yang dibagi menjadi 4 kelompok (alginat 100% sebagai kontrol, kelompok perlakuan, yaitu alginat yang ditambahkan patigarut 45%, 50%, 55%). Sampel dan kontrol dimanipulasi dengan 17,5 ml akuades. Setelah sampel mengalami setting, hasil cetakan diukur dengan menggunakan sliding caliper elektrik dengan ketelitian 0,01mm pada menit ke 0, 30, dan 60 yang ditutup dengan kapas basah dan dimasukkan ke dalam inkubator Memmert 20 derajat C dan kelembaban 96%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pati garut berpengaruh terhadap stabiltas diameter hasil cetakan (p=0.000), akan tetapi tidak berpengaruh terhadap stabilitas tinggi hasil cetakan (p=0,251). Kelompok sampel dengan penambahan pati garut sebesar 50% merupakan kelompok yang memiliki stabilitas dimensi yang paling baik karena tidak banyak terjadi perubahan dimensi, baik karena pengkerutan maupun imbibisi (p=0.000)."
610 MUM 10:2(2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hegi Adi Prabowo
"Pemberian bromelain secara oral dapat menurunkan bioaktivitasnya setelah kontak dengan asam lambung. Oleh karena itu, Bromelain dimuat ke dalam mikrosfer berbasis alginat (Alg) dan/atau pektin (Pek) untuk menghindari degradasi dan pelepasannya segera di usus. Bromelain kasar dimurnikan dengan presipitasi amonium sulfat dan proses dialisis. Mikrosfer dikarakterisasi meliputi analisis fisik, analisis FTIR, dan analisis DSC. Fraksi dialisis bromelain memiliki aktivitas spesifik 67,93 U/mg. Fraksi tersebut dienkapsulasi dalam beads Alg, Pek, dan AP dengan kisaran efisiensi enkapsulasi sekitar 82,70–91,39%. Mikrosfer Pek dan AP19 yang dimuat bromelain pada akhirnya dipilih untuk dipelajari kemampuan pelepasan in vitro berdasarkan sifat pembengkakan dan efisiensi enkapsulasi. Mikrosfer AP19 termuat bromelain memiliki pelepasan yang lebih rendah dari mikrosfer Pek termuat bromelain di medium disolusi asam dan buffer fosfat. Pelepasan kumulatif bromelain terenkapsulasi pada AP19 adalah 9,99 dan 87,81% masing-masing dalam 0,1 N HCl dan media penyangga fosfat pH 6,8. Model kinetika mikrosfer Pec dan AP termuat bromelain keduanya mengikuti orde nol dan mekanisme pelepasannya merupakan non-Fickian atau kombinasi dari difusi dan erosi. Aktivitas antiplatelet in vitro alikuot disolusi (20,51 dan 18,48%) lebih rendah dibandingkan fraksi dialisisnya (56,04%). Data penelitian in vitro ini menunjukkan potensi AP yang menjanjikan sebagai pembawa untuk pemberian bromelain secara oral sebagai agen antiplatelet.

Oral administration of bromelain can decrease its bioactivity once it makes contact with stomach acid. Bromelain was therefore loaded into alginate (Alg) and/or pectin (Pec) beads to control its release into the intestines and avoid degradation. Crude bromelain was purified by ammonium sulphate precipitation and the dialysis process. The beads were characterized using physical analysis, FTIR analysis, and DSC analysis. The dialysis fraction of bromelain has a specific activity of 67.93 U/mg. That fraction was encapsulated in Alg, Pec, and AP beads with range of encapsulation efficiency around 82.70−91.39%. Bromelain-loaded Pec and AP19 beads were chosen to study in an in vitro release based on their swelling properties and encapsulation efficiency. Bromelain-loaded AP19 beads have lower release than bromelain-loaded Pec beads in the acid and phosphate buffer dissolution medium. The cumulative releases of AP19 are 9.99 and 87.81% in 0.1 N HCl and phosphate buffer medium, respectively. Bromelain-loaded Pec and AP beads both follow the zero orders kinetics model and the dissolution mechanism of the beads is non-Fickian with a combination of diffusion and erosion. The in vitro antiplatelet activity of dissolution aliquots (20.51 and 18.48%) is lower than its dialysis fraction (56.04%). This in vitro research data shows promising potency for AP as a carrier for oral administration of bromelain as an antiplatelet agent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najmi Maulidaningrat
"Latar Belakang: Hasil cetakan alginat yang dikeluarkan dari rongga mulut pasien mengandung banyak mikroorganisme, sehingga beresiko terjadinya infeksi silang. Oleh karena itu, diperlukan prosedur disinfeksi dan terdapat teknik baru, yaitu swa-disinfeksi. Indonesia telah memproduksi material cetak alginat sendiri, yaitu Hexalgin. Belum ada penelitian mengenai pengaruh penggunaan obat kumur antiseptik sebagai agen swa-disinfeksi terhadap sifat pada material cetak alginat Hexalgin. Tujuan: Mengetahui waktu pengerasan dan pemulihan elastis material cetak alginat Hexalgin menggunakan obat kumur antiseptik sebagai agen swa-disinfeksi. Metode: Spesimen dibuat sebanyak 36 dan dibagi kedalam 6 kelompok perlakuan obat kumur antiseptik yang berbeda. Dilakukan pengujian waktu pengerasan dan pemulihan elastis mengikuti standar ISO 21563 tahun 2013. Analisis data secara statistik pada pengujian waktu pengerasan menggunakan uji One Way Anova dan uji Post-Hoc Bonferroni, sedangkan pada pengujian pemulihan elastis menggunakan uji Kruskal Wallis dan uji Post-Hoc Mann-Whitney. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan terhadap nilai waktu pengerasan dan pemulihan elastis. Kesimpulan: Material cetak alginat dengan obat kumur antiseptik memiliki waktu pengerasan lebih lama dibandingkan dengan material cetak alginat dengan akuades. Material cetak Hexalgin dengan obat kumur antiseptik memiliki pemulihan elastis lebih tinggi dibandingkan dengan material cetak alginat Hexalgin dengan akuades, kecuali obat kumur listerine.

Background: Alginate impressions that have been removed from the patient's oral cavity contain many microorganisms, so there is a risk of cross-infection. Therefore, a disinfection procedure is needed and there is a new technique, called self-disinfecting. Indonesian has produced its own alginate impression material, namely Hexalgin. There has been no research on the effect of using antiseptic mouthwash as a self-disinfecting agent on the properties of Hexalgin. Objective: Determine the setting time and elastic recovery of Hexalgin using antiseptic mouthwash as a self-disinfecting agent. Methods: There were 36 specimens made and divided into 6 different antiseptic mouthwash treatment groups. The setting time test and elastic recovery test were carried out according to ISO 21563 2013 standards. Statistical analysis of the data on the setting time test used the One Way Anova test and the Bonferroni Post-Hoc test, while the elastic recovery test used the Kruskal Wallis test and the Post-Hoc Mann-Whitney test. Results: There was a statistically significant difference (p<0.05) between the control group and the treatment groups to the setting time and the elastic recovery value. Conclusion: Alginate impression material with antiseptic mouthwash has a longer setting time compared to alginate impression material with distilled water. Hexalgin with antiseptic mouthwash has higher elastic recovery compared to Hexalgin with distilled water, except Listerine mouthwash."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Ramadhani Firdaus
"Pada penelitian ini, nanokomposit alginat/CMC/ZnO telah berhasil disintesis dan didukung dengan karakterisasi menggunakan FTIR, XRD, SEM, EDX, TEM, dan UV-DRS. Alginat dan CMC merupakan biopolimer yang memiliki keunggulan masing-masing dan dapat membentuk komposit dengan sifat yang baik jika digabungkan serta didukung oleh semikonduktor ZnO. Nanokomposit yang diperoleh memiliki band gap 2.94 eV dengan ukuran partikel ZnO sekitar 58 nm. Nanokomposit alginat/CMC/ZnO diaplikasikan untuk uji aktivitas fotokatalitik dari larutan zat warna congo red. Aktivitas fotokatalitik dilakukan dengan sinar UV, matahari, sinar tampak, dan tanpa menggunakan sinar. Keadaan optimum reaksi fotokatalisis diperoleh dengan berat nanokomposit 60 mg, pH larutan pada daerah pH 3, rasio alginat dan CMC (1:1), dan lama reaksi selama 110 menit. Hasil degradasi yang paling baik diperoleh dengan menggunakan sinar matahari. Produk degradasi diuji dengan menggunakan LC-MS lalu diperoleh hasil degradasi yang mendekati senyawa air karena pada hasil degradasi terdapat adanya puncak pada waktu retensi 1.23 yang mengindikasikan bahwa zat warna belum sepenuhnya terdegrasi menjadi senyawa air. Untuk proses fotokatalisis, telah dipelajari studi kinetika dimana reaksi yang berjalan mengikuti kinetika orde satu dengan nilai R2 yaitu 0.9885 dan konstanta laju k sebesar 0.0058 menit-1 dan proses adsorpsi mengukuti isoterm Langmuir dengan R2 sebesar 0.9875. Nanokomposit yang diperoleh dapat menjadi solusi untuk mengurangi limbah zat warna dan bersifat biodegradable sehingga ramah terhadap lingkungan.

In this study, nanocomposite alginate/CMC/ZnO was successfully synthesized and supported by characterization using FTIR, XRD, SEM, EDX, TEM, and UV-DRS. Alginate and CMC are biopolymers that have their advantages and able to form composites with good properties when combined and supported by ZnO semiconductors. The nanocomposite obtained has a band gap of 2.94 eV with a particle size of ZnO of around 58 nm. Alginate/CMC/ZnO nanocomposite was applied to test the photocatalytic activity of a solution of congo red dyes. Photocatalytic activity is carried out with UV light, sun, visible light, and without using light. The optimum condition of the photocatalytic reaction was obtained by weight of 60 mg nanocomposite, pH of the solution at pH 3, alginate and CMC ratio (1: 1), and reaction time for 110 minutes. The best degradation results are obtained using sunlight. The degradation products were tested using LC-MS and then the degradation results were approached due to the water compound because at the degradation results there were peaks at the retention time of 1.23 indicating that the dyestuffs had not been fully degradaded into water compounds. For the photocatalytic process, kinetics studies have been conducted in which the reaction that follows the first order kinetics with the value R2 is 0.9885 and the k constant rate is 0.0058 minutes-1 and the adsorption process follows the Langmuir isotherm with R2 of 0.9875. Nanocomposite can reduce dyestuff waste and be biodegradable so that it is environmentally friendly.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Alifia Fadhilah
"Pesatnya perkembangan industrialisasi dan pertambahan penduduk secara besar-besaran telah menyebabkan pencemaran air yang serius. Timbal (Pb) dan tembaga (Cu) merupakan logam berat beracun yang menjadi penyebab utama pencemaran lingkungan karena pengaplikasiannya dalam berbagai industri. Adsorpsi dianggap sebagai salah satu cara efektif yang digunakan dalam mengolah air terkontaminasi logam berat karena pengoperasiannya sederhana, konsumsi energi rendah, sesuai dengan ekonomi sirkular dan pembangunan berkelanjutan. Pada studi ini telah berhasil disintesis hidrogel komposit alginat/gelatin/bentonit (ALG/GEL/BT) yang digunakan sebagai adsorben logam berat Pb2+ dan Cu2+. Hidrogel komposit ALG/GEL/BT dikarakterisasi menggunakan FTIR, SEM-EDX, AAS, dan XRD. Efisiensi adsorpsi ALG/GEL/BT untuk Cu2+ mencapai 79,24% dan kapasitas adsorpsi sebesar 33,97 mg/g. Pada adsorpsi Pb2+, efisiensi yang diperoleh mencapai 98,98% dan kapasitas adsorpsi hingga 43,64 mg/g. Hidrogel komposit ALG/GEL/BT mampu mengadsorpsi secara optimum dengan dosis adsorben 0,07 g, komposisi bentonit 42,9 wt%, temperatur 55 ºC, pH 7, selama 100 menit. Studi kinetika adsorpsi Pb2+ dan Cu2+ menggunakan hidrogel komposit ALG/GEL/BT mengikuti pseudo orde kedua dan model isoterm adsorpsi sesuai dengan Freundlich untuk Pb2+ dan Cu2+.

The rapid development of industrialization and massive population growth have caused serious water pollution. Lead (Pb) and copper (Cu) are toxic heavy metals which causes environmental pollution due to their application in various industries. Adsorption is considered as one of the effective methods used in treating water contaminated by heavy metals due to its simple operation, low energy consumption, in line with circular economy and sustainable development. In this study, an alginate/gelatin/bentonite (ALG/GEL/BT) composite hydrogel was successfully synthesized which was used as an adsorbent for heavy metal Pb2+ dan Cu2+. ALG/GEL/BT composite hydrogel were characterized using FTIR, SEM-EDX, AAS, and XRD. The adsorption efficiency of ALG/GEL/BT for Cu2+ reached 79.24% and the adsorption capacity was 33.97 mg/g. In Pb2+ adsorption, the efficiency obtained reached 98.98% and the adsorption capacity was up to 43.64 mg/g. The ALG/GEL/BT composite hydrogel was able to adsorb optimally with a dose of 0.07 g adsorbent, 42,9 wt%bentonite composition, temperature 55 ºC, pH 7, for 100 minutes. The adsorption kinetics study of Pb2+ dan Cu2+ using the ALG/GEL/BT hydrogel composite followed the pseudo-second order and the adsorption isotherm model according to Freundlich for Pb2+ dan Cu2+."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Apriliany
"Pengujian bahan kosmetik pada hewan terutama untuk memeriksa apakah produk tersebut aman dan hipoalergenik. Untuk membuat produk kosmetik aman untuk digunakan masyarakat, perusahaan wajib melakukan tes ini. Namun, setelah lahirnya gerakan keadilan sosial global, dan penerapan sertifikat bebas dari kekejaman oleh industri perawatan pribadi, konsep penggunaan hewan dalam uji klinis sudah mengalami penurunan. Sejak itu, perancah untuk kultur sel kulit telah berkembang untuk mendapatkan biomaterial yang lebih memiliki biokompabilitas yang sesuai dan memungkinkan untuk meniru properti dan memprediksi perilaku kulit. Peninjauan formulasi optimal perancah nantinya dilihat dari empat aspek, yaitu sifat antibakteri, viabilitas sel, efisiensi perlekatan sel, dan kekuatan tekan. Pada penelitian ini, MWCNTs meningkatkan sifat mekanik perancah yaitu perlekatan sel (70±0.021%-90±0%), dan kekuatan tekan (0.202±0.015-0.230±0.034), serta dapat membuat sel lebih berpori. Perlakuan perancah yang di-coating meningkatkan biokompabilitas dengan menjaga viabilitas sel (72±0.054%-85.4±0.134%), perlekatan sel (75±0.354%-100±0.00%), dan nilai kekuatan tekan (0.079±0.026-0.083±0.016) yang menyerupai nilai modulus young kulit. Maka dari itu kombinasi MWCNTs dengan PRP dapat meningkatkan biokompatibilitas perancah sebagai kulit artifisial.

Testing cosmetic ingredients on animals is mainly to check whether the product is safe and hypoallergenic. To make cosmetic products safe for public use, companies are required to conduct this test. However, following the birth of the global social justice movement, and the adoption of cruelty-free certification by the personal care industry, the concept of using animals in clinical trials has gone into decline. Since then, scaffolds for skin cell culture have been developed to obtain biomaterials that have more suitable biocompatibility and make it possible to mimic the properties and predict the behaviour of skin. The review of the optimal scaffold formulation will be seen from four aspects, namely antibacterial properties, cell viability, cell attachment efficiency, and compressive strength. In this study, MWCNTs improved the mechanical properties of the scaffold, namely cell attachment (70±0.021%-90±0%), and compressive strength (0.202±0.015-0.230±0.034) and could make the cells more porous. Coated scaffold treatment increased biocompatibility by maintaining cell viability (72±0.054%-85.4±0.134%), cell attachment (75±0.354%-100±0.00%), and compressive strength values ​​(0.079±0.026-0.083±0.016) which resembles the value of Young's modulus of skin. Therefore, the combination of MWCNTs with PRP can increase the biocompatibility of the scaffold as artificial skin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>