Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54729 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Bioremediasi tanah yang terkontaminasi timbal (Pb) menggunakan konsorsium mikroba telah
dilakukan pada skala laboratorium. Empat jenis bakteri pengakumulasi Pb, PG 65-06 (A): PG 97-02
(B): MR 1.12-05 (C) dan A1 (D) dengan perbandingan 1:1:1:1 digunakan sebagai konsorsium mikroba.
Penelitian dilakukan selama 60 hari dengan variasi penambahan inokulum mikroba 5%, 10%, 15% (v/w)
dan penambahan inokulum 5%+ jerami padi sebagai bulking agents. Pengamatan dilakukan setiap 10 hari
sekali dengan parameter konsentrasi logam Pb, aktivitas mikroba tanah, serta analisis sifat fisika-kimia
tanah pada awal dan akhir proses bioremediasi. Penambahan konsorsium mikroba dapat mempercepat
proses remediasi logam Pb pada tanah terkontaminasi dibandingkan dengan konsorsium mikroba
5%+jerami, yang ditandai dengan menurunnya konsentrasi logam Pb dari fase tertukarkan menjadi fase
residual. Perubahan fase tersebut optimal pada waktu inkubasi 40 hari pada penambahan inokulum
10% (v/w) dan pada waktu inkubasi 50 hari pada penambahan mikroba 5%+jerami. Penambahan jerami
meningkatkan aktivitas mikroba indigenous yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah mikroba
tanah dan produksi CO2 yang dihasilkan dibandingkan penambahan inokulum mikroba. Karakteristik
tanah terkontaminasi yang telah diremediasi oleh konsorsium mikroba menjadi lebih baik karena
kandungan unsur hara tanah baik makro maupun mikro meningkat dibandingkan sebelum diremediasi."
630 JS 1:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Jannata Shafira
"Bioremediasi merupakan upaya untuk menghilangkan zat kontaminan dari lingkungan menggunakan bantuan makhluk hidup. Azolla sp. merupakan tumbuhan paku air yang memiliki kemampuan bioremediasi karena memiliki kemampuan produksi biomassa yang cepat dan ketahanan terhadap zat kontaminan. Air limbah laundry adalah air yang dibuang setelah digunakan untuk mencuci pakaian. Penelitian uji kemampuan Azolla sp. sebagai agen bioremediasi air limbah laundry bertujuan untuk menganalisis pengurangan konsentrasi fosfat, nitrat, TSS, dan COD pada air limbah laundry. Penelitian dilakukan selama 21 hari dengan perlakuan air limbah laundry, yaitu 20% (P1), 40% (P2), 60% (P3), 80% (P4) dan 100% (P5) air limbah laundry. Masing-masing perlakuan dilakukan dalam empat kali ulangan. Analisis statistik menggunakan uji non-parametrik korelasi Spearman untuk mengetahui korrlasi antara biomassa basah Azolla sp. dengan perubahan konsentrasi fosfat, nitrat dan TSS pada air limbah laundry. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah biomassa tertinggi terdapat pada perlakuan P1 pada waktu tanam T14. Persen efisiensi pengurangan konsentrasi fosfat, nitrat dan TSS tertinggi pada waktu tanam T7—T14 terjadi pada perlakuan P3, P4 dan P1 sebanyak 72%, 77% dan 33% berturut-turut. Persen efisiensi pengurangan konsentrasi COD tertinggi pada perlakuan P5 waktu tanam T21 sebanyak 45%. Persen efisiensi pengurangan kadar fosfat, nitrat, dan TSS tertinggi terdapat pada minggu kedua (T7—T14) percobaan. Penelitian ini menunjukkan titik jenuh Azolla sp. dalam menolerir kontaminan fosfat dan TSS adalah 14 hari, sedangkan nitrat dan COD adalah 21 hari. Nilai korelasi antara biomassa basah Azolla sp. dengan perubahan konsentrasi kontaminan air limbah laundry beragam.

Bioremediation is an effort to remove contaminants from the environment using the help of living things. Azolla sp. is a water fern that has bioremediation ability because it has the ability to produce fast biomass and is resistant to contaminants. Laundry wastewater is water that is discharged after being used to wash clothes. Research on the ability test of Azolla sp. as a laundry wastewater bioremediation agent aims to analyze the reduction in the concentration of phosphate, nitrate, TSS, and COD in laundry wastewater. The study was conducted for 21 days with laundry wastewater treatment, namely 20% (P1), 40% (P2), 60% (P3), 80% (P4) and 100% (P5) laundry wastewater. Each treatment was carried out in four replications. Statistical analysis using non-parametric Spearman correlation test to determine the correlation between wet biomass of Azolla sp. with changes in the concentration of phosphate, nitrate and TSS in laundry wastewater. The results obtained from the study were that the highest biomass was found in the P1 treatment at T14 planting time. The highest percentage reduction efficiency of phosphate, nitrate and TSS concentrations at planting time T7-T14 occurred in treatments P3, P4 and P1 as much as 72%, 77% and 33%, respectively. The highest percentage of COD concentration reduction efficiency in P5 treatment at T21 planting time was 45%. The highest percentage of phosphate, nitrate, and TSS reduction efficiency was found in the second week (T7-T14) of the experiment. This study shows the saturation point of Azolla sp. in tolerating phosphate and TSS contaminants is 14 days, while nitrate and COD are 21 days. The correlation value between the wet biomass of Azolla sp. with changes in the concentration of laundry wastewater contaminants varies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Yoswaty
"Kegiatan industri migas sangat potensial menyebabkan pencemaran air, tanah, dan udara. Minyak yang merembes ke dalam tanah dapat menyebabkan tertutupnya suplai oksigen dan meracuni mikroorganisme tanah sehingga mengakibatkan kematian mikroorganisme tersebut. Tumpahan minyak di lingkungan dapat mencemari perairan dan tanah hingga ke daerah sub-surface dan lapisan aquifer air tanah.
Bioremediasi memainkan peranan penting yang makin meningkat pada remediasi lingkungan tercemar polutan organik dan telah diterima secara luas sebagai teknologi inovatif. Bioremediasi adalah suatu teknologi aplikasi proses biologis untuk melenyapkan bahan kimia beracun dan berbahaya dari lingkungan dengan melibatkan agen biologis seperti tanaman, mikroorganisme, dan enzim tanaman/mikroorganisme.
Untuk mengatasi pencemaran limbah minyak, maka diperlukan suatu cara penanggulangan yang efisien, efektif, ekonomis, dan tidak merusak lingkungan. Penelitian ini akan menguji sejauhmana keefektifan pemanfaatan bakteri pemecah minyak dalam proses bioremediasi. Dengan demikian, diharapkan dapat diperoleh jenis bakteri yang dapat mendegradasi minyak bumi secara cepat sehingga tidak lagi berperan sebagai pencemar di lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah: (a) memperoleh jenis bakteri pemecah minyak yang mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon dalam proses bioremediasi; (b) mengetahui pengaruh jenis bakteri, pH, dan waktu degradasi terhadap pertumbuhan bakteri pemecah minyak dan proses bioremediasi; (c) membandingkan pertumbuhan bakteri pemecah minyak dalam mendegradasi tanah terkontaminasi minyak dan tanah tidak terkontaminasi minyak; (d) mengetahui kondisi lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan bakteri; dan (e) mengetahui alternatif penanggulangan pencemaran minyak bumi dalam upaya pengelolaan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh: (a) informasi dasar tentang pemanfaatan bakteri pemecah minyak dalam proses bioremediasi sehingga akan menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya; (b) bakteri pemecah minyak dalam penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan di lapangan dalam proses bioremediasi; dan (c) upaya pengelolaan lingkungan yang tepat untuk mengatasi pencemaran limbah minyak.
Hipotesis yang diajukan adalah: (a) jenis bakteri, pH, dan waktu degradasi berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri pemecah minyak dan proses bioremediasi; (b) kondisi tanah terkontaminasi minyak dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri pemecah minyak daripada tanah tidak terkontaminasi minyak.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen, dimana sampel tanah terkontaminasi minyak dan tanah tidak terkontaminasi minyak diperoleh dari lokasi 9C-68, Minas SBU, PT. CPI, Riau. Sampel bakteri Pseudomonas fluorecence dan Bacillus subtilis diperoleh dari Laboratorium Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-September 2001.
Analisis kandungan minyak total (TPH) dan kromatogram dilakukan di Environmental and Technology Support Laboratory, PT. CPI, Duri. Analisis kualitas tanah (tekstur tanah, N, P, dan K), kualitas air (pH, DO, CO2, BOD5, dan COD), dan mikrobiologi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI.
Data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran secara langsung di Laboratorium. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, studi pustaka, dan sebagainya. Data primer dan data sekunder ini kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu dilakukan uji statistik ANAVA untuk menguji keberartian variabel pada perlakuan.
Isolat bakteri Pseudomonas fluorescence, Bacillus subitilis, dan kultur campuran (Pseudornonas fluorescence T Bacillus subtilis) dapat digunakan dalam proses bioremediasi. Namun, bakteri Pseudomonas fluorescence pada pH 8 lebih cepat mendegradasi senyawa hidrokarbon pada tanah terkontaminasi minyak dengan laju biodegradasi sebesar 96,1 ppm/hari dan persentase penurunan sebesar 91,51%.
Kultur campuran pada pH 7 merupakan isolat dengan aktivitas metabolisme yang lebih tinggi dilihat dari total bakteri pemecah minyak, baik pada tanah terkontaminasi minyak maupun tanah tidak terkontaminasi minyak. Berdasarkan hasil kerjanya, kedua bakteri ini bersifat sinergisme.
Perlakuan kontrol (B0) mempunyai pH lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya, baik pada tanah terkontaminasi minyak maupun tanah tidak terkontaminasi minyak. Kegiatan bakteri pemecah minyak dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon menyebabkan penurunan pH.
Waktu degradasi berpengaruh terhadap total bakteri, dimana semakin lama waktu degradasi, maka semakin tinggi total bakteri sampai batas tertentu sebelum terjadi fase kematian. Waktu degradasi juga berpengaruh terhadap persentase degradasi senyawa hidrokarbon, dimana kandungan TPH yang terendah terdapat pada minggu II (T2). Proses bioremediasi ini telah berlangsung dengan baik karena kandungan TPH telah mencapai 1% atau kurang dari 10.000 ppm.
Pada tanah terkontaminasi minyak terdapat total bakteri pemecah minyak yang lebih tinggi dibandingkan tanah tidak terkontaminasi minyak. Bakteri pemecah minyak memanfaatkan senyawa hidrokarbon sebagai sumber energi dan sumber karbon sehingga meningkatkan pertumbuhan bakteri tersebut.
Untuk penelitian selanjutnya, maka perlu dilakukan penelitian proses bioremediasi di lapangan yang terkontaminasi minyak. Penelitian juga perlu dilakukan mengenai jenis bakteri pemecah minyak lainnya yang mampu mendegradasi hidrokarbon dalam limbah minyak sehingga dapat dilakukan proses pembiakan dan pembuatan isolat untuk tujuan komersial. Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai proses bioremediasi, maka perlu diteliti faktor-faktor lain yang belum diamati dalam penelitian ini seperti kandungan bahan organik, anorganik, dan unsur hara tanah.
Upaya pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan konsep minimisasi limbah baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, tindakan pencegahan lebih berharga daripada penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran limbah minyak di lingkungan. Pengelolaan lingkungan dapat terlaksana dengan baik apabila didukung oleh kesadaran dan peran serta masyarakat. Disamping itu, perlu dilengkapi dengan peraturan hukum yang berlaku.

The Utilization of Hydrocarbon Degradation Bacteria in Bioremediation Process (A Case Study in Processing of Contaminated Ground Oil in Minas SBU, PT. Caltex Pasific Indonesia, Riau)Migas industry activity is very potential to cause water, ground, and air pollution. The infiltration of oil into ground layer will cover the oxygen supply, poison and kill the ground microorganism. Oil spilled into environment also pollute the aquatic environment, sub surface area of ground and aquifer layer of ground water.
Bioremediation plays an important role in remediation of polluted environment by organic pollutant and has been widely accepted as an innovative technology. Bioremediation is an applied biological process technology to disappear poison and dangerous substances from the environment with involves biological agents such as plant, microbial and plant/microbial enzymes.
To overcoming of earth oil pollution, an efficient, effective, economics, and not damage environment method is needed. This research will test how the effective the utilization of hydrocarbon degradation bacteria in bioremediation process. So hopefully it can find type of bacteria that able to degrade hydrocarbon compound so quickly until it can not participate as a polluter in environment.
The objectives of this research were: (a) to find type of hydrocarbon degradation bacteria that able to degrade hydrocarbon compound in bioremediation process; (b) to know the influence of bacteria type, pH, and degradation time on the growth of hydrocarbon degradation bacteria and bioremediation process; (c) to compare the growth of hydrocarbon degradation bacteria in degrading contaminated ground oil and uncontaminated ground oil; (d) to know the optimum environment condition for the bacteria growth; and (e) to know the alternatives to overcome earth oil spilled in environmental management efforts.
Accordance with the results of this research expected: (a) to give information about the utilization of hydrocarbon degradation bacteria in bioremediation process for become the basic considerations of further research; (b) hydrocarbon degradation bacteria on this research could be applied into environment in bioremediation process; and (c) the efforts of approsiate environmental management to overcome waste oil pollution.
Hypothesis of this research were: (a) type of bacteria, pH, and degradation time influence the growth of hydrocarbon degradation bacteria and bioremediation process; (b) contaminated ground oil condition could increase the growth of hydrocarbon degradation bacteria than uncontaminated ground oil.
This research was done by used of experimental method. Samples of contaminated and uncontaminated ground oil were obtained from 9C-68 location, Oil area Minas SBU, PT. CPI, Riau. Samples Pseudomonas fluorescence and Bacillus subtilis were obtained from Food and Nutrient Laboratory, Bogor Agriculture Institute. The research was conducted on April-September 2001.
Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) and chromatography analysis were conducted at Environmental and Technology Support Laboratory, PT. CPI, Duri District. Analysis of ground quality (ground texture, IN, P, and K), water quality (pH, DO, COz, BOD5, and COD) and microbiology were conducted at Food Microbiology Laboratory, Faculty of Fishery and Marine Science, University of Riau.
Data in this research were consisting of primary and secondary data. Primary data was obtained by directly measurement in laboratory. Secondary data was obtained by literature study, in interrelated office, and so on. These two types of data were analyzed descriptively with ANAVA statistical test to examine the variable significance in every treatment.
Isolated of Pseudoinonas fluorescence, Bacillus subtilis, and mixture culture of (Pseudomonas fluorescence Bacillus subtilis) can be used in bioremediation process. But, Pseudomonas fluorescence bacteria at pH 8 can accelerate to degrade hydrocarbon compound in contaminated ground oil with biodegradation rate of 96,1 pprnlday and decreasing percentage rate of 91,51%.
Mixture culture bacteria at pH 7 are isolate with higher metabolism activity viewed by total of hydrocarbon degradation bacteria, both in contaminated ground oil and in uncontaminated ground oil. According to its activity production, both bacteria have synergism characteristic.
Control treatment (BO) has pH value lower than the other treatment, both in contaminated ground oil and uncontaminated ground oil. The activity of hydrocarbon degradation bacteria to degrade hydrocarbon compound has decreased pH value.
Degradation time influenced bacteria total where longer of degradation time will increase the bacteria total until in fixed level before lethal phase occurs. Degradation time also influenced hydrocarbon compound degradation percentage where the lowest of TPH content found at second week (T2). This bioremediation process occurred well because the TPH content has reached of 1% or less than 10.000 ppm.
In contaminated ground oil has higher total of hydrocarbon degradation bacteria than in uncontaminated ground oil. Hydrocarbon degradation bacteria used hydrocarbon compound as energy source and carbon source until increase that bacteria growth.
For the next research, it is necessary to search the bioremediation at polluted field of oil waste. Research is also necessary doing to the other types of hydrocarbon degradation bacteria that able to degrade hydrocarbon in oil waste so breeding process and isolate making could be done for commercial perspectives. To find entirely description of bioremediation process, it is necessary to search the other factors that still not observed and measured in this research such as organic, inorganic substance content, and ground nutrients.
Efforts of waste management can be done with waste minimization concept either directly or indirectly manners. But, prevention action is more valuable than to overcome oil waste pollution in environment. Environmental management will be well implemented if it is supported by awareness and participation of community. In addition, it should be provided by law regulations."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T 10367
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Abdurrahman
"ABSTRAK
Kegiatan eksplorasi dan produksi minyak bumi berpotensi menimbulkan kontaminasi minyak pada tanah, misalnya dari kegiatan operasional, kebocoran pipa, maupun akumulasi timbulan limbah minyak di masa lalu. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 128 tahun 2003 menyatakan bahwa tanah yang terkontaminasi minyak dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan. Pemulihan tanah tercemar oleh minyak bumi dapat dilakukan secara biologis, dengan menggunakan kapasitas kemampuan mikroorganisme. TPH atau Total Petroleum Hydrocarbons dalam hal ini merupakan jumlah hidrokarbon minyak bumi yang terukur dari media tanah. Dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.128 tahun 2003 dijelaskan bahwa target konsentrasi TPH yang aman bagi lingkungan ialah dibawah 1%. Landfarming merupakan salah satu teknik yang dapat diterapkan dalam pemulihan tanah tercemar minyak bumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis bulking agent yang paling efektif dalam pelaksanaan proses bioremediasi. Sampel tanah terkontaminasi minyak bumi yang diolah diambil dari tanah terkontaminasi minyak mentah (Crude Oil Contaminated Soil) di Pre-treatment pit dalam (SBF) Soil Bioremediation Facility PT. Chevron Pacific Indonesia di Minas, Riau. Bulking agent yang digunakan dalam penelitian adalah serbuk kayu dan cacahan serabut tandan kosong kelapa sawit. Selama 6 minggu penelitian, penyisihan konsentrasi TPH terbesar yaitu 41,04% pada sampel dengan penambahan bulking agent serbuk kayu 4% (w/w). Sedangkan pada sampel dengan penambahan bulking agent serabut tandan kosong kelapa sawit 4% (w/w) dan tanpa penambahan bulking agent berturut-turut adalah 40,45% dan 35,04%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sampel dengan penambahan bulking agent serbuk kayu 4% (w/w) yang paling efektif dalam proses degradasi minyak bumi.

ABSTRACT
Exploration and production of oil has potential to contaminate soil, such as from operations, pipeline leak, and accumulation of oil waste. Ministry of Environment through the Ministry of Environment Decree No. 128/2003, stated that oil contaminated soil is classified as hazardous and toxic waste (B3) that could potentially cause damage to the environment. The remediation of oil contaminated soil can be purified by using microbial activity. TPH or Total Petroleum Hydrocarbons is the amount of petroleum hydrocarbons measured from the soil media. In MOE Decree No. 128/2003 stated that TPH concentrations target that are safe for the environment is below 1%. Landfarming is one of the most preferred technique that can be applied in the remediation of oil contaminated soil. The main purpose of this study was to determine which type of bulking agent is the most effective on bioremediation process. Crude Oil Contaminated Soil sample were taken from pre-treatment pit in Soil Bioremediation Facility PT. Chevron Pacific Indonesia in Minas, Riau. Bulking agents used in the study were wood chip and oil palm shell fiber. During 6 weeks of the study, the largest TPH removal was 41.04% which is a sample with the addition of 4% wood chip (w/w). While the sample with the addition of 4% oil palm shell fiber (w/w) and the sample without the addition of bulking agent were respectively 40.45% and 35.04%. From this study, it can be concluded that the sample with the addition of 4% wood chip (w/w) was the most effective in the crude oil biodegradation process."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian digestasi anaerobik telah dilakukan selama 3 tahun dalam 3 sistem percobaan yaitu digestasi
anaerobik satu tahap sistem batch; digestasi anaerobik dua tahap sistem batch dan sistem kontinyu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa teknologi digestasi anaerobik dua tahap lebih efektif untuk mengolah lumpur biologi IPAL industri kertas. Hasil yang diperoleh dari proses digestasi lumpur biologi adalah dapat mereduksi jumlah lumpur sampai 88% dengan kadar padatan meningkat dari 2% ke 6% serta sisa efluen yang lebih mudah diolah. Berdasarkan kajian teknoekonomi pengolahan lumpur dengan digestasi anaerobik dua tahap, dapat
menghemat biaya operasional sebesar 18% dan diperoleh keuntungan lain dari produk samping biogas
sebanyak 1,75 L/g VS.hari dan pupuk organik sebanyak 25 kg/g VS.hari."
620 JSI 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marsya Dyasthi Putri
"Kegiatan industri pertambangan minyak bumi di Indonesia telah menimbulkan banyak kasus pencemaran limbah berbahaya dan beracun (B3). Kasus tersebut dapat menimbulkan dampak buruk bagi kualitas lingkungan. Pada KepMenLH No. 128 Tahun 2003, disebutkan bahwa pemulihan lahan tercemar oleh minyak bumi dapat dilakukan secara biologis, dengan menggunakan kapasitas kemampuan mikroorganisme. Salah satu teknik penerapan pemulihan tersebut adalah dengan menggunakan teknik Bioventing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh injeksi udara dan mikroorganisme yang berperan dalam proses remediasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya bioventing. Minyak bumi yang digunakan merupakan crude oil yang berasal dari PPPTMGB Lemigas. Selama 5 minggu penelitian, didapatkan penyisihan konsentrasi TPH terbesar yaitu sebesar 82% yang terdapat pada sampel dengan konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 10% v/v. Sedangkan pada sampel dengan konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 15% v/v, dan tanpa penambahan bakteri (bakteri indigenous) 1 dan 2 secara berurut adalah 67,1%, 54,24%, dan 68,12%. Penyisihan konsentrasi BTEX terbesar, yaitu sebesar 66,65% pada kontrol 2. Sedangkan sampel dengan kontrol 1, konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 10% v/v, dan bakteri Bacillus Subtilis 15% v/v secara berurut adalah 23,39%, 34,41%, dan 37,69%.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sampel dengan konsentrasi bakteri Bacillus Subtilis 10% v/v dan Kontrol 2 yang paling baik dalam mendukung efektivitas proses degradasi minyak bumi.

Oil mining industry in Indonesia has generated many cases of very hazardous waste pollution. Those cases could adversely affect the quality of environment. Ministry of Environment through the Ministry of Environment Decree No. 128/2003, stated that the recovery of oil contaminated area can be purified by using microbial activity, called bioremediation. On of the most preferred methods for the remediation process of oil contaminated soil is bioventing.
The main objective of this study was to determine the effect of air injection and microorganisms that play a role in the remediation process and the factors that affect performance bioventing. Oil used in this study was crude oil which was derived from PPTMGB Lemigas. The purpose of this study. During the 5 weeks of the study, obtained the largest TPH concentrations allowance that is equal to 82% were found in the sample with the concentration of the bacteria Bacillus Subtilis 10% v/v. While the sample with the concentration of bacteria Bacillus Subtilis 15% v/v, and without the addition of bacteria (indigenous) 1 and 2 in sequence is 67.1%, 54.24%, and 68.12%. Provision largest concentration of BTEX, amounting to 66.65% in the control 2. Whereas the control 1, the concentration of the bacteria Bacillus Subtilis 10% v / v, and the bacteria Bacillus Subtilis 15% v / v in the order are 23.39%, 34.41%, and 37.69%.
From this study it can be concluded that the sample with the concentration of the bacteria Bacillus Subtilis 10% v / v and Control 2 is best in support of the effectiveness of oil degradation process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zunuraen
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perokson dalam menyisihkan COD dan TSS dari limbah cair industri tahu. Variasi yang digunakan pada penelitian ini adalah variasi metode (perokson, ozonasi, dan H2O2 saja), rasio H2O2/O3 (1; 0,8; 0,6; 0,4), dosis ozon (124 mg/jam dan 266 mg/jam), dan pengadukan. Sampel diuji selama 120 menit dengan rentang pengambilan sampel pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120. Dari penelitian ini didapatkan penyisihan COD paling optimum dengan menggunakan dosis ozon 266 mg/jam sebesar 1177,28 mg/L. Rasio H2O2/O3 yang paling optimum yaitu 0,4 sebesar 1034,28 mg/L dibandingkan dengan ozonasi sebesar 492,8 mg/L dan H2O2 saja sebesar 169,6 mg/L. Penyisihan TSS yang paling optimum didapatkan pada rasio 0,4 dengan dosis ozon 126 mg/L sebesar 433 mg/L dibandingkan dengan ozonasi sebesar 182 mg/L, H2O2 sebesar 104 mg/L dan tanpa pengaduk sebesar 192 mg/L. Dari penelitian ini didapatkan bahwa proses perokson yang paling optimum untuk penyisihan TSS dan COD dengan rasio 0,4.

ABSTRACT
This research aimed to evaluate the performance perokson remove COD and TSS in wastewater from tofu industry. Variations were used in this study is a variation of methods (peroxone, ozonation and H2O2 alone), the ratio of H2O2/O3 (1; 0.8; 0.6; 0.4), dosage ozone (124 mg/hour and 266 mg/h), and stirring. Samples were tested for 120 minutes with a sampling rate at minute 0, 15, 30, 45, 60, 90, and 120. From this research, the most optimum COD removal using ozone dose of 266 mg/hour of 1177.28 mg/L. The ratio of H2O2/O3 most optimum of 0.4 at 1034.28 mg/L compared with ozonation of 492.8 mg/L and H2O2 alone amounted to 169.6 mg/L. TSS removal most optimum is obtained at a ratio of 0.4 with ozone dose of 126 mg/L at 433 mg/L compared with ozonation of 182 mg/L, H2O2 at 104 mg/L and without stirrer at 192 mg/L. From this research, it was found that the most optimum perokson for TSS and COD removal in the ratio of 0.4.
"
2016
S65012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki sebagai sarjana perikanan IPB, Widan Mathlubi berhasil menyulap limbah kulit ikan menjadi makanan ringan yang dikemas dalam bentuk kerupuk ikan yang kaya akan protein...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"A continuous pilot scale the study has been conducted to investigate the effectiveness of anaerobic digestion of biological sludge. The sludge has a total solid content of 0.53 % - 1.1 %, pH of 7.20 to 7.32. Its organic content is about 97%, the research were conducted in two stages, which are acidification (performed in 3 m3 the continously stirred tank reactor/CSTR at pH of 5.5 to 6.0) and methanation (performed in 5 m3 the up flow anaerobic sludge blanket/UASB reactor at pH 6.5 to 7.0). The retention time (RT) was gradually shortened form 6 days to 1 day for acidification and from 8 days 2 days for methanation. The result showed that operating the CSTR at the RT of 1 day and the organic loading of 8.23 g volatile solid (VS)/m3. Day could produce biogas at an average value of 66.3 L/day, with an average methane content of 69.9%, methane rate of 0.17 L CH/g COD reduction or 19.06 L CH4/kg VS. Furthermore, methanation could reduce COD at an average value of 51.2%, resulting in the effluent average value of COD filtrate and COD total of 210.1 mg/L and 375.2 mg/L, respectively"
JS 4:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>