Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66338 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"EKSTRAKSI PEMISAHAN Th-Ce DARI Ce HIDROKSIDA HASIL OLAH MONASIT MENGGUNAKAN MEMBRAN EMULSI CAIR DENGAN SOLVEN TBP. Telah dilakukanekstraksi membran emulsi cair pemisahan Th dari Ce hidroksida hasil olah monasit memakai solven Tri Butil Fosfat (TBP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor pisah ekstraksi membran emulsi cair Ce dan Th memakai solven TBP. Umpan adalah konsentrat Ce(OH)4hasil olah pasir monasit yang mengandung 5% Th(OH)4yang dilarutkan dalam HNO3 sebagaifasa air eksternal (FAe). Teknik pemisahan ini menggabungkan antara teknik ekstraksi dan stripping. Fasa membran adalah emulsi tipe air dalam minyak dan sebagai surfaktan adalah SPAN – 80 (sorbitan monooleat). Sebagai fasa pendispersi adalah fasa minyak atau fasa organik (FO) TBP dan fasa terdispersi adalah fasa air internal (FAi) H3PO4. Parameter yang diteiti adalah % SPAN – 80, waktu emulsifikasi dan %TBP – Kerosen. Dari data yang diperoleh dan dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum dicapai pada pemakaian SPAN - 80 sebanyak 3,5%, waktu emulsifikasi 15 menit, dan pemakaian TBP – Kerosen sebesar 15%. Pada kondisi ini diperoleh efisiensi ekstraksi Ce = 84,54%, efisiensi stripping Ce =98,05 % dan efisiensi total Ce = 82,85 %, efisiensi ekstraksi Th = 46,41%, efisiensi stripping Th =87,68 % dan efisiensi total Th = 40,69 %. Faktor pisah ekstraksi Ce – Th = 1,8216, faktor pisah stripping Ce– Th = 1,1177 dan faktor pisah total Ce–Th = 2,036. Swelling ratio 0% dan angka creaming 1,2%.
"
620 JTBN 9 (1-4) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
JPEN 13(1-2)2011
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Mineral monasit secara kimia mengandung U, Th dan elemen tanah jarang (REE) yang secara geologi keberadaannya berasosiasi dengan zirkon sebagai endapan plaser pantai dan sungai. Sebaran granit yang mengandung monasit terdapat dalam satu jalur timah Malaysia, Bangka Belitung, Karimata. Kandungan monasit dalam konsentrat pasir 2,72 % dan dalam granit 1 – 2 %. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi karakter geologi, sebaran dan potensi sumberdaya monasit pada area 10 km2. Metode yang dilakukan adalah pengukuran radioaktivitas batuan dan endapan aluvial, pengambilan contoh mineral berat dan analisis laboratorium yang meliputi analisis butir serta kadar U, Th dan RE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara geologi batuan terdiri dari Formasi Kelapa Kampit yang berumur Karbon – Perm yang telah mengalami metamorfosa dan terpatahkan serta terterobos oleh granit berumur Trias – Jura yang mengandung monasit, zirkon. Akibat proses pelapukan, sedimentasi mineral monasit, zirkon terlepas dan terendapkan sebagai aluvial yang tersebar berarah NW – SE, yang tercermin dari data pengukuran radioaktivitas aluvial berkisar antara 75– 400 c/s. Kadar U berkisar antara 9,5 – 76,5 ppm U dan kadar Th 55 – 610 ppm Th dengan luas area prospek 399,3 Ha."
620 EKSPLOR 32:155 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Daerah Semelangan termasuk dalam cakupan area geologi regional Ketapang. Analisis kadar geokimia contoh sedimen yang menunjukkan bahwa daerah Semelangan, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang teridentifikasi mengandung endapan mineral radioaktif berupa monasit yang mengandung uranium (U) dan unsur tanah jarang (rare earth elements, REE) yang cukup potensial. Keberadaan elemen radioaktif telah teridentifikasi dari hasil analisis granulometri beberapa sampel mineral berat yang mengandung mineral monasit mencapai 63% dan beberapa sampel mengandung butiran zirkon mencapai 40% (dari jumlah butiran), hasil analisis butiran dari contoh batuan terdapat contoh yang mengandung monasit 0,11%. Studi di daerah ini dilakukan dengan melakukan kajian data sekunder dan evaluasi data laboratorium. Kajian mencakup aspek geologi, batuan sumber, perangkap dan interpretasi sebaran plaser monasit mengandung U, Th dan zirkon beserta REE. Tujuan yang ingin diperoleh adalah informasi tentang karakter geologi dan sebaran sumberdaya bahan galian monasit mengandung Th dan U serta REE dalam monasit dan zircon. Batuan sumber bahan galian monasit, berupa granit berumur 77–115 juta (Yura – Kapur Akhir), termasuk tipe S dari kelompok granit alkali yang terbentuk pada fasa pegmatitik (pegmatitic stage) yang terdefrensiasi tingkat lanjut pada suhu 550 – 600°C. Nilai radioaktivitas anomali batuan granit biotit (400 c/s - 9200 c/s) dicirikan kandungan oleh mineral berupa K-felspar, kuarsa dan plagioklas (rasio K-felspar terhadap plagioklas bervariasi dari 80 – 100 berbanding 10) mengandung mineral penyerta berupa thorit, monasit, zirkon dan alanit. Kadar U batuan granit berkisar dari 2,5 ppm- 64,8 ppm. Sebaran lateral sedimen plaser aluvium mengandung monasit menempati dataran dari lembah banjir antar perbukitan, terletak terpisah dari dataran pantai mengikuti pola sebaran batuan granit (sumber monasit). Daerah propek monasit terletak pada dataran lembah banjir dari DAS S. Pawan, DAS S. Tulah dan DAS S. Laur dengan luas total 2.113.500 Ha."
620 EKSPLOR 32:155 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian pengolahan monasit telah menghasilkan proses pengambilan rare earth (RE) dengan rekoveri sebesar 62% melalui tahapan dekomposisi, pelarutan parsiil, pengendapan pH 6,3, dan pengendapan pH 9,8. Upaya efisiensi proses dilakukan pada tahun 2009 dengan penggunaan resin penukar ion, dan rekoveri RE meningkat menjadi 85%. Selain RE, diperoleh pula uranium dan thorium tetapi keduanya belum terpisahkan satu sama lain. Penelitian pemisahan U dari Th dengan umpan larutan hasil pelarutan endapan pH 6,3 dengan H2SO4 dilakukan menggunakan metode ekstraksi pelarut, dan pelarut yang digunakan adalah campuran dari Alamine-336, kerosin, dan isodekanol. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimal pemisahan U dari Th dengan metode ekstraksi, dimana U terpisah dari Th semaksimal mungkin. Parameter penelitian meliputi pH umpan, perbandingan O/A, dan waktu ekstraksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimal ekstraksi yaitu pH umpan 1,5 dengan perbandingan O/A = 5 dan waktu ekstraksi 5 menit, dan diperoleh persen terekstrak U sebesar 100% tetapi Th ikut terekstrak 32,44%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pada kondisi optimal tersebut, Th dapat terpisah dari U sebesar 67,56%.
"
620 EKSPLOR 32:155 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Panggah Riyadi
"lndustri elektroplaling nikel-khromium (Ni-Cr) merupakan salah satu unit dalam produksi industri-industri pengerjaan logam, terutama otomotif. Akan tetapi, industri ini mempunyai dampak efek negatif dalam pelestarian lingkungan karena bahan-bahan kimia yang dipergmakan dalam seiuruh pfosesnya dapat menyababkan pencemaran lingkungan berupa B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Di Indonesia, dikeluarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51/MENLH/1995, untuk mencegah semakin banyaknya limbah B3 mencemarI lingkungan di Indonesia, bahkan untuk membuatnya pun industi-industri harus membayar $300/ton. ltulah permasalahan terbesar yang dihadapi dunia industri.
Upaya mengurangi bahkan membenkan keuntungan-keuntungan bagi dunia industri adalah melakukan perolehan kembali limbah tersebut menjadi sesuatu yang lebih berguna. Dalam hal ini, dilakukan penelitian perolehan nikel hidroksida dari limbah elektroplaling nikel-khromium metode pengendapan hidroksida sehingga didapat variabel-variabel yang berpengaruh untuk mendapatkan kadar nikel hidroksida yang tinggi. Oleh karena nikel hidroksida merupakan produk antara untuk menghasilkan logam nikel. Logam nikel itu sendiri memiliki nilai jual Rp. 3.732.400,00/kg.
Berdasarkan hasil penelitian perolehan nikel hidroksida dari limbah cair elektroplaling Ni-Cr PT.XX di dapat persentase kandungan nikel dalam endapan hidroksida sebesar 93,36% dan khromium sebagai pengotor utama limbah sebesar 0,55%. pada kondisi penambahan hidroksida berlebih, reagensia pengoksid ion kromil menjadi kromat dan pencucian yang optimum. Hal ini menandakan bahwa proses pengendapan hudroksuda dapat digunakan untuk memperoleh nikel hidroksida dan memisahkan nikel dan khromium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assyifa Nadifah
"Saat ini, baterai lithium ion merupakan sumber listrik yang digunakan untuk banyak perangkat elektronik. Konsumsi baterai ini pun terus meningkat karena perluasan teknologi informasi serta kendaraan hybrid dan listrik (HEV dan EV). Baterai li-ion lebih dipilih daripada baterai lainnya karena memiliki kemampuan yaitu dapat diisi ulang, ringan dan tidak memerlukan perawatan yang khusus. Limbah baterai li-ion tergolong limbah B3 karena mengandung logam berat. Logam tersebut dapat dilakukan perolehan kembali (recovery) untuk dimanfaatkan kembali dan mengurangi efek bahayanya terhadap lingkungan. Kandungan logam yang terdapat dalam baterai li-ion diantaranya adalah logam nikel dengan persentase sebesar 5-10%. Metode yang dapat dilakukan untuk recovery logam tersebut dari baterai li-ion dengan proses leaching menggunakan asam nitrat (HNO3) sebagai leaching agent dan hidrogen peroksida (H2O2) sebagai reducing agent. Penambahan H2O2 bertujuan untuk meningkatkan efektivitas leaching. Dalam penelitian ini, digunakan 3M HNO3, 3% v/v H2O2 pada kondisi operasi 80OC selama 60 menit, menghasilkan logam Ni ter-leaching sebesar 96,09%. Larutan hasil leaching yang didapat akan dilakukan proses ekstraksi cair- cair menggunakan LIX 84-ICNS sebagai ekstraktan ditambah Tributyl Phospate (TBP) sebagai modifiernya. Hasil dari proses ekstraksi cair-cair dengan konsentrasi ekstraktan sebesar 0,9 M, pH fasa akuatik sebesar 6 selama 45 menit ekstraksi, menghasilkan logam Ni terekstraksi sebesar 90,53%.

Nowadays, lithium ion batteries are a source of electricity used by many electronic devices. This battery use continues to grow due to the expansion of information technology along with hybrid and electric (HEV and EV). Li-ion batteries are favored over other batteries because they are rechargeable, lightweight and do not need special maintenance. Li-ion battery waste is known as B3 waste, as it contains heavy metals. These metals may be recycled in order to be reused and to reduce their adverse effects on the environment. The metal content of the li-ion battery contains nickel metal with a percentage of 5-10 %. The method that can be used to recover the metal from the li-ion battery is leaching process using nitric acid (HNO3) as a leaching agent and hydrogen peroxide (H2O2) as a reducing agent. The aim of the addition of H2O2 is to increase the efficiency of the leaching. The results showed that the leaching process reach the optimum value by using 3 M HNO3, 3% v/v H2O2, at 80oC for 60 minutes leaching process resulting 96,09% Ni extracted. The leaching solution obtained, was then carried out by a solvent extraction process using LIX 84-ICNS as extractand and Tributyl Phosphate (TBP) as the modifier. The result from solvent extraction with 0,9 M LIX 84-ICNS and 0,1 M TBP, pH aqueous phase 6 in 45 minutes extraction time is 90,53% Ni being extracted."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrini Prabandari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Rahma Tifani
"Konsumsi baterai litium-ion di seluruh dunia meningkat secara drastis dari tahun 2010 hingga tahun 2015 yaitu dari 4,6 milyar hingga 7 milyar. Tentunya, peningkatan ini disertai dengan peningkatan jumlah limbahnya. Dalam setiap unit baterai li-ion bekas terkandung beberapa bahan beracun elektrolit yang mudah terbakar yang berbahaya bagi lingkungan. Dalam limbah tersebut juga terkandung logam kobalt yang mencapai 5–20%, sebagai komposisi logam terbesar dalam baterai litium ion bekas. Daur ulang baterai litium ion bekas diperlukan untuk pengurangan penipisan sumber daya logam sekaligus mengurangi dampak kontaminasi lingkungan. Proses daur ulang yang sering digunakan adalah proses hidrometalurgi leaching. Pelarut yang digunakan biasanya berupa asam kuat, seperti asam sulfat dan agen pereduksi digunakan untuk mengurangi jumlah leaching agent yang digunakan. Untuk meningkatkan kemurnian logam kobalt, proses dilanjutkan dengan proses ekstraksi. Dalam penelitian ini, digunakan 2 M H2SO4, 0,25 M C6H8O6 pada kondisi operasi 80OC selama 100 menit, menghasilkan logam Co ter-leaching sebesar 96,22%. Larutan hasil leaching yang didapat kemudian dilakukan proses ekstraksi cair-cair menggunakan Cyanex 272 dan TBP sebagai ekstraktan. Hasil dari proses ekstraksi cair-cair dengan kondisi operasi konsentrasi ekstraktan Cyanex 272 sebesar 0,5 M + TBP 5% v/v, pH fasa akuatik sebesar 4,5 selama 30 menit ekstraksi, menghasilkan logam Co terekstraksi sebesar 95,93%.

The consumption of lithium-ion batteries worldwide increased in 2015, from 4.6 billion to 7 billion. Of course, this increase is accompanied by an increase in the amount of waste. In each used li-ion battery unit contains several toxic electrolytes that are flammable which are harmful to the environment. The waste also contains cobalt metal which reaches 5–20%, as the largest metal composition in used lithium-ion batteries. The recycling of used lithium-ion batteries is necessary to reduce the depletion of metal resources while reducing the impact of environmental contamination. The recycling process that is often used is the hydrometallurgical leaching process. The solvent used is usually a strong acid, such as sulfuric acid and the reducing agent used is ascorbic acid. To increase the purity of cobalt metal, the process is followed by an extraction process. This research is using 2 M of H2SO4 and 0,25 M of C6H8O6, with the operating condition 80oC in 100 minutes leaching process resulting 96,22 % Co extracted. The solvent extraction is using Cyanex 272 and TBP as the extractant. The result from solvent extraction with 0,5 M of Cyanex 272 + 5% v/v TBP, pH aquatic phase 4,5 in 30 minutes extraction process is 95,93% Co being extracted."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kania
"Proses pemisahan bioproduct seperti asam organik membutuhkan kemurnianyang tinggi dan mengalami kendala karena harus memumikan senyawa dalam konsentrasi yang rendah dan kestabilan biomolekuler. Oleh karena itu diperlukan metode yang tepat untuk memisahkan asam organik khususnya asam laktat secara efektif. Sistem membran cair emuisi (MCE) merupakan metode yang tepat untuk mengekstraksi asam organik karena sifat ekstraksinya yang berjalan simultan, dapat memisahkan zat terlarut pada konsentrasi rendah, dan membutuhkan waktu kontak yang singkat. Pada penelitian ini diekstraksi asam laktat menggunakan Tri Butil Posfat (TBP) sebagai ekstraktan. Span 80 sebagai surfaktan, dan kerosin sebagai pelarut organik. Untuk memperoleh suatu sistem membran cair emuisi yang stabil dan dapat menghasilkan persen ekstraksi yang tinggi, dilakukan pengamatan terhadap komposisi membran dan kondisi operasi yang mempengaruhi. Penentuan komposisi membran dilakukan melalui uji solubilitas maksimum berdasarkan nilai HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance) surfaktan dan uji kestabilan emuisi pertama. Sedangkan pengaruh kondisi operasi yang mempengaruhi ekstraksi membran cair emuisi (MCE) yang diamati adalah waktu pengadukan, rasio volume fasa emuisi terhadap fasa umpan, dan konsentrasi ekstraktan. Sistem Membran Cair Emuisi (MCE) dengan komposisi Tri Butil Posfat (TBP) 5 % (w/v), surfaktan Span 80 pada konsentrasi 5 % (w/v), dan kerosin sebagai pelarut organik dengan pengadukan selama 30 menit dapat menghasilkan emuisi pertama yang stabil selama pengamatan 8 jam. Sistem emuisi ini dapat mengekstraksi asam laktat dari larutan umpan sebanyak 98.14 % pada rasio volume fasa emuisi terhadap fasa umpan 1 : 2 dan waktu ekstraksi 30 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>