Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95529 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"PEMBUATAN Zr(SO4)2.xH2O MELALUI JALUR ZIRCONIUM BASIC SULPHATES (ZBS) SEBAGAI UMPAN PADA CONTINUOUS ANNULAR CHROMATOGRAPHY (CAC). Zirkonium sulfat Zr(SO4)2.xH2O merupakan umpan awal pada CAC yang akan digunakan pada pemisahan zirkonium (Zr) dari hafnium (Hf). Dalam industri nuklir, Hf mempunyai tampang lintang sekitar 600 kali Zr sehingga akan mengganggu efektifitas reaksi fisi nuklir. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat umpan pada CAC yaitu Zr-sulfat melalui jalur ZBS agar pengotor-pengotor seperti Fe, Si, Ti, U dan Th berkurang saat centrifuge dan pencucian. Centrifuge bertujuan untuk menghilangkan silica, sedangkan pencucian untuk menghilangkan Th dan uranium serta pengotor lainnya karena sifat ZBS yang berbentuk koloid atau slurry dan tidak larut dalam air. Zirconium Basic Sulphates (ZBS) dibuat dengan cara mereaksikan ZrOCl2·xH2O 0,2 M dengan NH4(SO4) pada perbandingan dan kondisi tertentu agar diperoleh endapan ZBS dengan jumlah pengendapan tertinggi. Kemudian, ZBS dikonversi ke Zr(SO4)2·xH2O dan dilarutkan dengan H2SO4 2M agar menjadi bentuk anion. Bentuk anion tersebut dibuktikan dengan penyerapan dalam resin penukar anion Dowex1-X8. Diperoleh hasil ZBS pada perbandingan Zr/SO4 = 5/2 dan waktu reaksi =1 jam yaitu pH optimum 1,9 dengan Zr terendapkan 92,8%. Diperoleh umpan CAC berbentuk Zr-Sulfat anion sebagai Zr(SO4)3-2atau ZrO(SO4)2-2 atau bentuk anion yang lain dapat dibuktikan dengan penyerapan dalam resin penukar anion Dowex 1-X8 sebesar 29,75%. Prosentase penyerapan yang masih rendah tersebut dimungkinkan karena konversi dari ZBS ke Zr-sulfat belum sempurna yang ditunjukkan oleh data FTIR yaitu adanya puncak pada bilangan gelombang 1404 cm-1, ikatan O=O menunjukkan masih adanya senyawa ZBS.
"
620 JTBN 9 (1-4) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Benedictus
"ABSTRAK
Limbah cair fotografi mengandung logam perak dalam bentuk ion kompleks Ag(S2O3)2 . Berbagai metode pengambilan logam perak dari Iimbah cair fotografi telah banyak dikembangkan, antara lain metode pemindahan logam, pengendapan, elektrolisis dan penukar ion. Metode penukar ion memiliki keunggulan yaltu dapat memekatkan konsentrasi dan memisahkan perak dan bahan-bahan kimia lain yang terkandung dalam limbah cair fotografi.
Penelitian ini bertujuan mengambil perak dan Iimbah cair fotografi dengan metode penukar ion. Resin penukar ion yang digunakan yaitu Lewatit MP-64, suatu resin penukar anion basa Iemah. Pertukaran ion dilakukan dengan variasi pH dan kecepatan alir influen, sedangkan regenerasi dilakukan dengan variasi jenis regeneran dan konsentrasi regeneran. Untuk mendapatkan logam perak dilakukan elektrolisis larutan hasil regenerasi resin penukar ion dengan melakukan variasi potensial katoda terkontrol. Perak yang dihasilkan diamati secara fisik dan kekuatan lapisan diuji dalam HNO3 4 M.
Dan hasil penelitian disimpulkan penggunaan resin penukar anion basa lemah Lewatit MP-64 efektif untuk mengambil perak dan Iimbah cair fotografi dengan kondisi operasi : pH influen 4,00 dengan kecepatan alir 0,21 - 0,15 BV/menit, regenerasi dengan (NH4)2S203 2 M memberikan efisiensi regenerasi 90,6 %. Elektrolisis hasil regenerasi dengan elektroda Pt pada potensial -0,23 V vs EKJ menghasilkan perak dengan kemurnian 98,7 %. Daya tahan produk menurun apabila proses elektrolisis berjalan cepat dan meningkatnya pengotor yaftu sulfur pada lapisan katoda."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helen Kusuma Ardani
"Silver Nano Particle (NPP) can be used to detect heavy metals using colorimetry method. In this research, SNP was modified with polivinyl alcohol (PVA) as the stabilizer agent and anion as agregating agent. The biosynthesis of SNP was conducted through reacting AgNO3 1 mM with the water extract of velvet apple (Diospyros discolor Wild.) leaves as reductor agent with the ratio of (10:1). The formation of NPP was confirmed from the result of UV-vis spectroscopy with the absorption of 400-500 nm wavelength maximum (λmax). Based on the result of TEM (Transmission Electron Microscopy), NPP was spherical shaped with the particle size of <10 nm. While PSA (Particle Size Analyzer) shows that the size of the particle around 4.6-16.8 nm. SNP was then modified with PVA as the ligan with the concentration of 1-5% and 10:1:3 ratio. The PVA 1% modified NPP indicator has a value of zeta potential +90.76 mV and monodysperse (IP = 0,293).
It shows that the indicator tends to be stabile. The increase of PVA's concentration also shows the increase of size. The detection of Cu2+ by the indicator can only be conducted in around 1000 ppm. The sensitivity increase of the indicator was conducted with the anion addition with NPP_PVA of 10:2 ratio (v:v). Qualitatively, the anion addition (Cl-) has a big influence to the change of colour and UV-vis spectrum shifting. The maximum wavelength on the detection shifted to the red shifting in around 500 nm. The anion addition based on TEM gave an aggregation effect. This indicator is proven to detect the existence of Cu2+ in 1 ppm.

Nanopartikel perak (NPP) dapat digunakan untuk mendeteksi logam berat dengan metode kolorimetri. Dalam penelitian ini, nanopartikel perak dimodifikasi dengan polivinil alkohol (PVA) sebagai agen penstabil dan anion sebagai agen pengagregat. Biosintesis nanopartikel perak dilakukan dengan mereaksikan larutan AgNO3 1 mM dengan ektrak air daun bisbul (Diospyros discolor Wild.) sebagai agen pereduksi dengan rasio (10:1). Terbentuknya nanopartikel perak dikonfirmasi dari hasil spektroskopi UV-vis dengan serapan pada panjang gelombang 400-500 nm. Berdasarkan hasil TEM (Transmission Electron Microscopy), nanopartikel perak berbentuk bulat (spherical) dengan ukuran partikel < 10 nm. Sementara itu, hasil PSA (Particle Size Analyzer)menunjukkan bahwa ukuran partikel berkisar 4,6 - 16,8 nm. Selanjutnya, nanopartikel perak dimodifikasi dengan PVA (Polivinil Alkohol) sebagai ligan dengan konsentrasi 1-5% dengan rasio (10:1:3). Indikator NPP yang dimodifikasi PVA1% memiliki nilai zeta potensial 90,76 mV dan monodisperse (IP = 0,293).
Hal tersebut menunjukkan larutan indikator cenderung stabil. Bertambahnya konsentrasi PVA juga menunjukkan adanya pertambahan ukuran. Pendeteksian larutan indikator terhadap ion logam terhadap ion Cu2+ hanya dapat mendeteksi pada kisaran 1000 ppm. Peningkatan sensitivitas dari indikator dilakukan dengan penambahan anion dengan NPP_PVA pada rasio 10:2 (v:v). Secara kualitatif, penambahan anion (Cl-) memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan warna dan pergeseran spektrum UV-vis. Panjang gelombang maksimum (λmax) pada pendeteksian tersebut bergeser ke arah red shifting dikisaran 500 nm. Penambahan anion berdasarkan hasil TEM memberikan efek agregasi. Indikator ini terbukti maupun mendeteksi keberadaan analit ion Cu2+ di 1 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45556
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chiraz Hannachi
"An anion exchange membrane, (AMX) that carries a quaternary ammonium functional group has been investigated for its adsorption of fluoride, nitrate and sulfate from aqueous solutions. Fitting of the Freundlich, Langmuir, and Dubinin–Radushkevich adsorption models to the equilibrium data was performed at different temperatures in the range of 283?313K. The sorption parameters of the studied models were determined by linear regression and discussed. Adsorption analysis results obtained at various temperatures showed that the adsorption pattern on the membrane followed Langmuir isotherms. Thermodynamic studies revealed that the adsorption of the AMX membrane to the studied ions was spontaneous. The 0 ?GT values suggested the affinity order of the membrane for the studied anions. At 283K and 298K, the affinity order was: ? ? ? SO ? NO3 ? F 2 4 . This order was: ? ? ? ? ? 3 2 F SO4 NO at 313K. The standard enthalpy change and the standard entropy change were found to be ?11.63 kJ/mol and ?9.93 J/mol. K for the adsorption of nitrate, 7.42 kJ/mol and 58,73 J/mol. K for the adsorption of sulfate, and 74.21 kJ/mol and 274.9 J/mol. K for the adsorption of fluoride, respectively. The negative values of standard free energy 0 ?GT indicate the spontaneous natures of adsorption of studied anions onto the AMX membrane."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2014
UI-IJTECH 5:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Smirnov, B.M.
New York: McGraw-Hill, 1982
530.43 SMI n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1980
615.3 ANI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Gumilar
"Air baku yang terdapat di alam tidak semuanya memenuhi persyaratan air bersih yang bisa digunakan sesuai dcugan persyaralan yang dilelapl-;an. Kcbululian akan air bersih bagi kehidupan manusia mendorong untuk diremukannya berbagai teknologi pengolahan air, Salah satunya adalah teknologi rnembran mikrofiltrasi.
Melodc unluk meningkalkan elbklifilas koagulasi dan kincrja membran mikrofiltrasi adalah deugau mellanlbalikali hahan hanlu koagulan (L`f1{J'{lfIff'(2'Hf ffffllv) dan penyesuaian pl-I air urnpan sesuai dengan kondisi kerja optimum koagulasi Pada penelitian ini koagulan yang digunakan adalah Aluminum sulfat (Al2(SO4)3_l8H;O) dan bahan bantu koagulan berupa zeolit alam Lampung, dengan variasi perbandingan closis tertentu.
Tujuan penelitian adalah untuk mcngetahui pengaruh penambahan zeolit dan kondisi pH air umpau terhadap efektifitas koagulasi menggunakan koagulan alum sulfat, serta menentukan perbandingan dosis alum:zeolit dan pH operasi optimum untuk proses koagulasi.
Efektiitas koagulasi cendenmg meningkat seiring dengan penambahan zeolit hingga mencapai perbandingan dosis alum : zeolit optimum (l:4). Sedangkan, kondisi pH air umpan mempengaruhi kondisi kerja optimlun koagulan Aluminum sulfat, sehingga akan mempengaruhi efektifitas koagulasi dan kinerja membran.
Dari hasil penelitian didapatkau bahwa untuk koagulan (A|;(SO4)3_l8H3O) dengan dosis 50 ppm, penambahan zeolit dengan perbandingan alum:zeolit sebesar l:4, meningkatkan efektiiitas koagulasi llingga mencapai 52 % unluk penyisihan (removal) TDS dan 48 % umuk penyisillan COD-nya.
Sedangkan untuk pengaruh pH umpan terhadap efektifitas koagulasi didapat bahwa pada pl-l 7 efektifitas koagulasi, menggunakan dosis alum-zeolit optimum, mencapai 50 % untuk penyisihan TDS dan 46 %lu\l11k penyisilian COD-nya_ Fluks permeat yang diperolcli sebesar 0,013 |n3f1n2:’ja1n_ Persentase penyisihan TDS dan COD dalam proses mikrofiltrasinya ialah 37 % dan 24 %.
Selain itu, penelitian ini juga melillal pengaruh zeolil terhadap penyisilian logam Ca dan Mg yang terdapat dalam air Lunpan. Unmk perbandingan dosis allun-zeolit optimum (l:4), persentase penyisilian logam Ca sebesar 7,5 % dan logam Mg sebesar 17 %"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqila Ammar Syarif
"Teknik pemisahan gas digunakan di pabrik pengolahan gas alam untuk memisahkan CH4 dari kontaminan gas utama seperti CO2 dan N2 yang dapat mengurangi nilai kalor, merusak pipa dan peralatan, dan kapasitas pipa limbah. Metode pemisahan berbasis membran sangat diinginkan karena teknologi yang bersih, penghematan energi, serta kemampuannya untuk menggantikan proses konvensional, berbeda dengan distilasi kriogenik yang membutuhkan konsumsi energi yang tinggi dan penyerapan berbasis amina. Baru-baru ini, pemisahan gas menggunakan membrane Metal-Organic Framework Zr-〖fum〗_67-〖mes〗_33-fcu-MOF telah ditemukan untuk memisahkan CH4 dari CO2 dan N2 secara selektif, dan analisis tekno-ekonomi menunjukkan bahwa menggunakan membran seperti itu pada skala industri menjanjikan karena dapat mengurangi secara simultan. penghilangan biaya CO2 dan N2 sekitar 73%, relatif terhadap distilasi kriogenik dan penangkapan CO2 berbasis amina. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa mengendalikan aperture dari membran Zr-X-fcu-MOF dengan jenis yang berbeda dan variasi penghubungnya memiliki keunggulan. Dalam penelitian ini, dengan menggunakan teori fungsional densitas, kami menyelidiki secara komputasi apakah memperkenalkan penghubung asam malonat yang lebih kecil, atau asam mesakonat dan asam malat yang lebih fleksibel dapat meningkatkan pemilihan pemisahan CO2/CH4. Setelah membangun dan mengoptimalkan struktur membran, molekul gas individu (CH4/CO2) ditempatkan sebelum dan sesudah memasuki membran, dan jalur yang disukai secara energetik yang menghubungkan kedua keadaan dicari menggunakan metode climbing image-nudged elastic band (CI-NEB). Profil energi potensial yang dihasilkan dibandingkan dengan profil energi membrane Metal-Organic Framework Zr-〖fum〗_67-〖mes〗_33-fcu-MOF, dan hubungan antara tinggi penghalang dan variasi penghubung akan dianalisis. Semua perhitungan dilakukan dengan menggunakan Quantum Espresso suite, dan VMD sebagai visualisasi. Hasil untuk keempat membran tersebut adalah struktur yang menguntungkan dan konfigurasi yang stabil. Diperoleh melalui perhitungan energi interaktif dengan rentang -13.23 kJ/mol hingga -34.81 kJ/mol. CH4 memiliki hambatan energi yang lebih tinggi daripada CO2. Dengan menganalisis perbedaannya, diketahui bahwa penghubung mesakonat dan malik memiliki perbedaan hambatan energi tertinggi sebesar 9.15 kJ/mol dan 10.07 kJ/mol sesuai urutan, yang berarti lebih baik dalam pemisahan. Hambatan energi tertinggi terdapat pada penghubung malik, sementara hambatan energi terendah terdapat pada penghubung malonat.

Gas separation techniques are employed in natural-gas processing plants to separate CH4 from major gas contaminants such as CO2 and N2 that can reduce the heating value, damage pipelines and equipment, and waste pipeline capacity. Separation methods based on membranes are highly desirable because of a clean technology, saving energy, and its ability to replace conventional processes as compared to the energy-intensive cryogenic distillation and amine-based absorption. Very recently, gas separation using a Zr-〖fum〗_67-〖mes〗_33-fcu-MOF membrane Metal-Organic Framework has been found to separate CH4 from CO2 and N2 selectively, and techno-economic analysis indicated that employing such membrane on an industrial scale is promising as it can reduce simultaneous removal of CO2 and N2 cost by about 73%, relative to cryogenic distillation and amine-based CO2 capture. Previous study revealed that controlling the aperture of Zr-X- fcu-MOF membranes with different type and variation of linkers is advantageous, and in the present study, using density functional theory, we investigate computationally whether introducing smaller malonic acid linker, or more flexible mesaconate acid and malic acid can improve CO2/CH4 separation selectivity. After constructing and optimizing the structure of membranes, individual gas molecule (CH4/CO2) is placed before and after entering membranes, and the energetically favoured path connecting the two states is searched using the climbing image nudged elastic band (CI-NEB) method. The resulting potential energy profiles are compared against those of membrane Metal-Organic Framework Zr-〖fum〗_67-〖mes〗_33-fcu-MOF, and the relation between barrier height and linker variation will be analyzed. All calculations are performed using Quantum Espresso suite, and VMD as visualization. The result for this study, all four membrane is a favorable structure and stable configuration.from interactive energy calculation with the range of -13.23 kJ/mol to -34.81 kJ/mol. CH4 is the higher energy barrier than CO2, both mesaconate and malic linker is the highest differences of activation energy meaning a better at separation with the value of discrepancy 9.15 kJ/mol and 10.07 kJ/mol in order. The highest energy barrier would be malic linker and the lowest energy barrier would be malonic linker.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syubaikah
"Biomaterial berporos telah diusulkan untuk aplikasi implan yang bertujuan untuk meningkatkan osseointegrasi dan mencapai sifat mekanik mendekati tulang manusia. Paduan zirkonium sedang dikembangkan untuk aplikasi biomaterial karena sifat biokompatibilitasnya yang baik dan magnetic susceptibility yang rendah. Logam berporos dari paduan berbasis Zr dikembangkan sebagai material implan ortopedi alternatif melalui penambahan magnesium karbonat sebagai agen pembentuk busa untuk membentuk struktur berpori melalui metode metalurgi serbuk. Pada penelitian ini, magnesium karbonat masing-masing ditambahkan sebanyak 3%, 4% dan 5% dari jumlah total persen berat paduan Zr-6Mo dengan metode metalurgi serbuk. Proses sinter dilakukan dalam atmosfir inert gas argon pada temperatur 600oC selama 1 jam dilanjutkan pada 1100oC selama 2 jam. Karakterisasi dilakukan pada sampel hasil sinter menggunakan pengujian densitas dan porositas, struktur mikro, XRD dan kekerasan. Hasil penelitian pada tiga buah sampel paduan Zr-6Mo (Zr-6Mo-3%MgCO3, Zr-6Mo-4%MgCO3, dan Zr-6Mo-3%MgCO3) menunjukkan nilai densitas dan kekerasan yang semakin menurun seiring dengan porositas yang meningkat karena adanya penambahan kandungan foaming agent MgCO3.

Porous biomaterials have been proposed for implant applications to improve the osseointegration and to achieve the mechanical properties closer to natural bone. Zirconium alloys are being developed due to their low magnetic susceptibility and good biocompatibility properties. Porous Zr-based alloys are being developed as an alternative orthopedic implant material by adding magnesium carbonate as foaming agent to create porous structure using powder metallurgy method. In this study, magnesium carbonate was added 3%, 4% and 5% from the total weight percent of Zr-6Mo powder. Sintering process was done in argon inert gas at temperature of 850oC for 1 hours and continued at 1100oC for 2 hours. Several characterization was performed on samples. The results of the study on three samples (Zr-6Mo-3% MgCO3, Zr-6Mo-4% MgCO3, and Zr-6Mo-3% MgCO3) shows both density and hardness values decreased with the increasing porosity due tothe addition of MgCO3 foaming agent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutariyono
"Surfaktan Fatty Alcohol Sulphate (FAS) merupakan salah satu surfaktan oleokimia yang mulai banyak diproduksi guna menyikapi kelemahan surfaktan petrokimia dalam hal kemampuannya untuk terdegradasi secara biologis dan keterbatasan bahan baku pembuatan. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan surfaktan FAS melalui proses hidrogenasi VCO menggunakan katalis nikel dengan kondisi tekanan yang atmosferik untuk memperoleh fatty alcohol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh beberapa variabel pada reaksi hidrogenasi yang dilakukan yaitu suhu (160°C, 190°C, 220°C, 250°C, 280°C), persen berat katalis nikel (20%, 25%, 30%, 35%, 40%) dan laju alir gas H2 (0,5 mL/s, 1 mL/s, 2 mL/s, 3 mL/s, 4 mL/s).
Pada penelitian ini, diperoleh kemampuan surfaktan yang paling optimal yaitu dengan menggunakan produk hasil hidrogenasi pada suhu reaksi 280°C, katalis nikel sebanyak 30% dan laju alir gas H2 sebesar 2 mL/s berdasarkan kecenderungan data yang diperoleh dari surfaktan menggunakan produk hidrogenasi pada suhu reaksi 280°C, katalis nikel sebanyak 30% dan laju alir gas H2 sebesar 1 mL/s dan 4 mL/s.

Fatty Alcohol Sulphate (FAS) surfactant is one of oleochemical surfactant that have been produce to bridging over the petrochemical surfactant's weakness at unbiodegradable and the limitation of it raw materials. On this study, FAS surfactant is synthesize by VCO hydrogenation reaction using Nickel catalyst in atmosferical condition to produce fatty alcohol.
The aim of this study is to look the influence of some variables on hydrogenation reaction, such as temperature (160°C, 190°C, 220°C, 250°C, 280°C), %wt of catalyst (20%, 25%, 30%, 35%, 40%), and H2 flow at reaction (0,5 mL/s, 1 mL/s, 2 mL/s, 3 mL/s, 4 mL/s).
The results have showed that the optimum surfactant is reaction at condition 250°C using 30% Ni catalyst and H2 flow is 2 mL/s using an approachment from the result in hydrogenation reaction at condition 250°C using 30% Ni catalyst and H2 flow is 1 mL/s and 4 mL/s.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51775
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>