Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103693 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penelitian dan pemantauan Ionosfer semakin berkembang. Hal tersebut ditunjang dengan berkembangnya peralatan pemantau ionosfer, salah satunya adalah penerima ITS (Ionosphere Tomography System) yang menggunakan teknologi CT-Scan. Tomografi lebih dulu dikenal di bidang kedokteran (CT-scan), kemudian teknik ini berkembang ke bidang lain seperti tomografi seismik (tomografi perut Bumi), tomografi akustik (kelautan) dan saat ini dikembangkan tomografi ionosfer. NWRA (NortWest Research Associates) mengembangkan peralatan yang khusus untuk tomografi ionosfer yaitu ITS Receiver dari versi ITS-10 sampai dengan ITS-30. Saat ini penerima ITS-30 digunakan oleh jaringan Low latitude Ionospheric Tomography network (LITN) yang dibentuk oleh National Central University (NCU), Taiwan. Di Stasiun Pengamat Dirgantara Pontianak-LAPAN pun terdapat penerima ITS-30 yang merupakan salah satu jaringan LITN. Salah satu hasil data yang diperoleh adalah indeks S4 di ketinggian 350 kilometer di sepanjang lintasan jejak satelit yang sinyalnya dapat diterima oleh penerima ITS di Pontianak.
"
621 DIRGA 12:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"
Model-model yang digunakan untuk prediksi ionosfer jangka panjang belum mempertimbangkan efek histeresis ionosfer. Beberapa hasil penelitian pengaruh histeresis ionosfer pada pemodelan ionosfer jangka panjang memberikan kesimpulan yang kontradiktif. Data Total Electron Content (TEC) yang diperoleh dari Global Ionosphere Maps (GIM) telah digunakan untuk penelitian variabilitas spasial dan diurnal histeresis ionosfer selama siklus matahari 23. Besar histeresis diestimasi sebagai perbedaan antara rata-rata TEC selama fase turun dengan rata-rata TEC selama fase naik dari siklus matahari. Histeresis ionosfer memiliki variabilitas spasial yang mirip dengan variabilitas anomali ionisasi ionosfer ekuator, dimana nilai terbesarnya terjadi di daerah puncak anomali ionisasi ionosfer ekuator, dan ada ketidaksimetrissan arah lintang dan bujur. Histeresis ionosfer ekuator dan lintang rendah memiliki pola kejadian yang sistematis baik secara spasial maupun temporal sehingga memungkinkan untuk memasukkan efek histeresis dalam model ionosfer jangka panjang. Histeresis ionosfer di daerah lintang rendah bisa menyebabkan kesalahan dari model linier ionosfer sampai 49 %. Oleh karena itu dalam pemodelan ionosfer lintang rendah hendaknya mempertimbangkan efek histeresis dengan menggunakan formulasi yang berbeda untuk fase naik dan fase turun dari siklus matahari."
600 JADIR 11:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam penelitian ini dikaji dua model empiris lapisan E yaitu model Hunsucker-
Hargreaves dan Edinburgh. Analisis dilakukan terhadap data foE hasil simulasi menggunakan dua model tersebut dan data hasilnya dibandingkan dengan data foE hasil pengamatan di Tanjungsari (6,91ºLS, 107,83ºBT) tahun 2001-2002 dan 2009. Dari analisis yang telah dilakukan diperoleh empat kesimpulan yaitu: Pertama, model Hunsucker-Hargreaves dan Edinburgh sama-sama mampu menunjukkan variasi harian, musiman, dan variasi skala siklus Matahari dari lapisan E; Kedua, dua model tersebut tidak mampu menunjukkan variasi lapisan E terhadap garis lintang; Ketiga, erdapat perbedaan cukup besar antara kedua model akan hasil perhitungan foE pada pukul 6:00 WIB dan 18:00 WIB; dan Keempat, jika dilihat dari segi perumusannya, maka model Hunsucker-Hargreaves lebih berpeluang untuk dibangun kembali menggunakan data foE regional Indonesia"
620 DIR 5:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Josef Parsaulian
"Di negara-negara maju kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak yang didapatkan pada laki-laki dan memperlihatkan peningkatan sejak 40 tahun yang lalu, jauh melebihi kanker lain. Sementara Kekerapan kanker paru belakangan ini mulal menunjukkan kecenderungan menurun menyusul menurunnya konsumsi rokok yang dianggap salah satu penyebab terjadinya kanker paru untuk negara-negara maju.
Di Indonesia menunjukkan hal yang sebaliknya dengan makin banyaknya ditemukan penderita kanker paru dan 80% dari penderita ini adalah perokok. Dikatakan pula lingkungan udara yang tercemar oleh hasil gas buang baik dari pabrik ataupun kendaraan yang makin banyak, merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kanker paru. Khusus untuk kita di Indonesia dimana masih tingginya kasus Tuberkulosa paru maka lesifibrotik pada jaringan paru, dapat sebagai prediksi timbulnya kanker paru.
Meskipun belum dapat dipastikan faktor mana yang paling berperan tetapi berbagai faktor ini mempertinggi resiko seseorang mendapatkan kanker paru. Di Jakarta sendiri kanker paru menduduki urutan ke 3 atau 4 diantara 10 jenis tumor ganas yang paling sering ditemukan. (16)
Didalam penatalaksanaan kasus kanker paru penting diketahui a) jenis kanker (histopatologis) b) derajat (stadium) penyakit dan c) tampilan (performance status) penyakit tersebut. (16)
Bidang radiologi mempunyai peranan yang sangat besar pada penatalaksanaan ini baik dalam diagnosa maupun untuk penentuan derajat atau stadium penyakit.
Dalam penentuan derajat penyakit ini harus ditentukan eksistensi tumor serta perluasannya, terlibat atau tidaknya kelenjar getah bening dan kemungkinan adanya metastase. Banyak jenis pemeriksaan radiologis yang dapat dimanfaatkan untuk hal ini baik pemeriksaan konvensional ataupun pemeriksaan yang bersifat invasif.
Tomografi komputer merupakan jenis pemeriksaan yang penting dalam bidang radiologi. Dikatakan jenis pemeriksaan ini selain bersifat tidak invasif juga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis pemeriksaan yang lain, baik didalam mengambarkan eksistensi massa tumor serta perluasannya maupun menilai kemungkinan adanya pembesaran kelenjar getah bening serta metastase."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosiana Anneke Sjahruddin
"Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral pembangunan nasional, dengan sendirinya diarahkan untuk mendukung terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan tersebut dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan, yang bertujuan untuk membawa umat manusia kearah tujuan yang ingin dicapai tersebut. Salah satu wujud nyata dari pembangunan dibidang kesehatan saat ini yaitu kemampuan para ahli menegakkan diagnosa dengan cepat dan tepat. Keadaan seperti ini tak akan mungkin dicapai tanpa ditunjang oleh sarana yang memadai yaitu dengan ditemukannya alat-alat canggih serta kemampuan dalam menggunakannya.
Dibidang radiologi penggunaan alat tomografi terkomputer sudah dikenal sejak awal tahun 1980-an yang mana pada saat itu pemakaiannya terbatas pada kasus-kasus cedera kepala, tetapi dengan makin berkembangnya pengetahuan para pakar, radiologi maka pemanfaatan alat canggih ini sudah makin luas yaitu untuk kasus-kasus tumor jinak maupun ganas. Untuk ilmu kedokteran mata alat penunjang diagnostik yang canggih seperti tomografi terkomputer ini sangat membantu karena dengan alat itu dapat terlihat dengan jelas seluruh jaringan lunak orbita dan tulang-tulangnya sekalipun.
Gambaran klinis tumor orbita umumnya terdiri dari perubahan letak bola mata, gangguan visual dan gangguan pergerakan bola mata. Diagnosis dari gambaran klinis seperti ini saja sulit karena dapat juga disebabkan oleh penyakit non neoplasma. Dalam membuat diagnosis tumor orbita sering diperlukan diagnostik penunjang, seperti foto orbita baku, arteriografi ataupun ultrasonografi.
Tetapi dengan tomografi terkomputer diperoleh kesehatan nilai akurasi sampai sekitar 80-85 %, hal ini dapat dicapai, oleh karena dengan pemeriksaan tomografi terkomputer tampak perbedaan densitas jaringan yang rnembentuk jenis tumor tersehut. Untuk lesi yang terletak di retrobulbair dengan pemeriksaan tomografi terkomputer didapatkan nilai akurasi 99.4 %. Hasil pemeriksaan tomografi terkomputer yang negatif palsu dapat terjadi bila lesi terbatas di daerah bulbus okuli."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T58509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Pratiwi
"Sistem penentuan sumber panas dengan metode tomografi menggunakan 36 sensor termometer digital DS18B20 telah dibuat dengan menggunakan mikrokontroler H8/3069F dengan komunikasi secara 1 wire. Komunikasi secara 1 wire ini memberi kemudahan dan penghematan penggunakan pin mikrokontroler sehingga pada penelitian ini hanya 1 pin mikrokontroler saja yang digunakan untuk memperoleh data yang terukur pada sensor sebanyak 36 secara bersamaan. Sistem ini menggunakan suatu ruang tertutup yaitu sebuah kotak inkubator berdimensi 60 x 40 x 40 cm. Graphical User Interface (GUI) yang dibuat dengan bahasa python digunakan untuk pengolahan data dan penampilan hasil keluaran sensor untuk kemudian disimpan dalam database MySQL. Data temperatur yang diperoleh pada sensor termometer digital DS18B20 dijadikan syarat batas oleh metode finite difference untuk menghasilkan data distribusi temperatur dan diolah menjadi sebuah grafik kontur yang dibuat dalam program wxPython dan Python GUI. Namun dengan pengolahan data menggunakan finite difference, hasilnya kurang baik sehingga dicoba pengolahan data menggunakan interpolasi kriging menggunakan software surfer. Grafik kontur yang dihasilkan adalah berupa hubungan antara letak sensor pada sumbu x dan y dengan temperatur yang terukur pada sumbu x dan y tersebut. Letak sumber panas yang dihasilkan adalah berupa sumbu koordinat x dan y yang menunjukan temperatur yang paling tinggi.

Determination system with the heat source tomography method using a digital thermometer sensor 36 has been made DS18B20 using H8/3069F microcontroller with 1 wire communication.1 wire communication gives convenience and economy, so the use of pin microcontroller in this study only 1 pin microcontroller are used to obtain measurable data on as many as 36 sensors simultaneously. This system uses an enclosed space that is an incubator box dimensions 60 x 40 x 40 cm. Graphical User Interface (GUI) that is made with python language used for data processing and viewing of the sensor output to then be stored in a MySQL database.Temperature data obtained on a digital thermometer sensor DS18B20 made by the boundary condition Finite difference methods to generate data on the distribution of temperature and processed into a contour graph created in the program GUI wxPython and Python. But with data processing using Finite difference, the result is not so good, so try using a data processing kriging interpolation using the software surfer. The resulting graph is the contour of the relationship between the location of sensors on the x and y axis with the temperature measured on the x axis and y are. Location of the source of heat is generated in the form of axis x and y coordinates that show the highest temperatures."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S28946
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian
"CT scan dapat memberikan penderajatan (staging) dari suatu keganasan di sinus secara lebih baik. CT akan memperlihatkan dengan jelas batas-batas invasi tumor ke orbita dan retroorbita, lamina kribrosa, atap etmoid, planum sfenoid dan dapat
dipakai sebagai modalitas untuk menilai basis kranii dan perluasan ke intrakranial 7. Demikian jugs terhadap tumor-tumor ganas yang dilakukan pengobatan dengan radioterapi 8,9,10. Oleh sebab itu CT scan merupakan sumber informasi penting
bagi ahli bedah, dan menjadi suatu pemeriksaan yang dominan untuk penilaian pra dan pasca bedah.
Di Bagian THT FKUI/ RSCM Jakarta, CT scan telah cukup lama dipakai sebagai alat penunjang diagnostik tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Berdasarkan-hal tersebut di atas, dan ditunjang dengan cukup banyaknya materi yang dapat diteliti, membuat penulis tertarik untuk mengemukakan peranan CT scan dalam menunjang
diagnosis dan penatalaksanaan terhadap tumor ganas hidung dan sinus paranasal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emidatul Manzil
"Computed Tomography Dose Index (CTDI) merupakan konsep utama dalam dosimetri CT scan. Berdasarkan rekomendasi IAEA di TRS 457, CTDI dapat diukur di udara dan di fantom khusus CTDI. Ukuran dan massa fantom cukup besar sehingga akan menyulitkan dalam mobilisasi. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran CTDI untuk mengetahui faktor fantom pesawat Siemens Sensation 64. Faktor fantom adalah perbandingan CTDIw terhadap CTDIair. Fantom yang digunakan adalah fantom berbahan polymethil methacrylic (PMMA) berdiameter 16 cm sebagai fantom kepala dan 32 cm sebagai fantom tubuh. Detektor yang digunakan adalah Xi CT Platinum dan Xi Base Unit sebagai elektrometer. Estimasi dosis efektif dihitung berdasarkan nilai CTDIair pengukuran yang dikoreksi dengan perangkat lunak ImPACT CT Dosimetry Patient Calculator version 1.0.4. Nilai faktor fantom yang diperoleh untuk fantom kepala dan tubuh secara berturut-turut ialah 0.702 dan 0.357. Estimasi dosis efektif satu fase (rata-rata ± deviasi standar) ialah: kepala rutin 2.01 ± 0.11 mSv, kepala trauma 2.53 ± 0.16 mSv, thorak 3.4 2 ± 0.79 mSv, abdomen 5.99 ± 2.16 mSv, dan pelvis 2.12 ± 0.99 mSv. Faktor konversi DLP displai scanner terhadap dosis efektif: kepala rutin 0.0021 mSv/mGy.cm, kepala trauma 0.0022 mGy.cm, thorak 0.0182 mSv/mGy.cm, abdomen 0.0151 mSv/mGy.cm, dan pelvis 0.0118 mSv/mGy.cm.

Computed Tomography Dose Index (CTDI) is primary dosimetric concept in CT scan. Based on IAEA TRS 457 recommendation, CTDI can be measured free in air and by using phantom. Phantom size and mass are huge, thus it will complicate the mobilization. This research conducted CTDI measurement to find out the Siemens Sensation 64 phantom factor. Phantom factor is a ratio between CTDIw over CTDIair. A Polymethyl Methacrylic (PMMA) phantom was used in this research, which has 16 cm of diameter for head phantom and 32 cm of diameter for body phantom. The Xi CT Platinum detector was used in this research and Xi base unit is as an electrometer. The estimation of effective dose was calculated using CTDIair value and ImPACT CT Dosimetry Patient Calculator version 1.0.4. In this research was found out that the phantom factors are 0.702 for head phantom and 0.357 for body phantom. The estimation of effective dose for one phase (mean ± standard deviation): head routine 2.01 ± 0.11 mSv, head trauma 2.53 ± 0.16 mSv, thorax 3.4 2 ± 0.79 mSv, abdomen 5.99 ± 2.16 mSv, and pelvis 2.12 ± 0.99 mSv. DLP on scanner display to effective dose conversion factors: head routine 0.0021 mSv/mGy.cm, head trauma 0.0022 mSv/mGy.cm, thorax 0.0182 mSv/mGy.cm, abdomen 0.0151 mSv/mGy.cm, and pelvis 0.0118 mSv/mGy.cm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1242
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengamatan ionosfer di Stasiun Pengamat Dirgantara LAPAN Tanjungsari-Sumedang (6,5 derajat LS, 107,47 derajat BT) tahun 2001-2002 menunjukkan adanya lapisan E sporadis cukup banyak. Variasi musiman menunjukkan maksimum pada bulan Desember-Januari dan Juli-Agustus, sedangkan minimum pada bulan Maret-April dan Oktober-Nopember. Puncak kemunculan lapisan E sporadis pada tahun 2001 terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 95 persen, sementara untuk tahun 2002 pada bulan Januari sebesar 88,9 persen. Besarnya foEs secara umum antara 3 sampai 6 MHz, namun ada beberapa kejadian dimana foEs lebih dari 10 Mhz.
"
621 DIRGA 8 (1-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Satu parameter yang penting untuk menunjukkan akurasi GPS (Global
Positioning System) dalam penentuan posisi adalah UERE (User Equivalent Range
Error). Parameter ini akan lebih memberikan akurasi presisi tinggi yang signifikan
kepada pengguna GPS bila disertai dengan informasi geometri visible satellite yang
lebih dikenal dengan DOP (Dilution Of Precision). Salah satu komponen dari UERE
adalah galat yang disebabkan lapisan ionosfer. Dengan menggunakan data TEC
Bandung dan model DOP Bandung, dapat dilakukan perhitungan total galat GPS
untuk mengetahui UERE. Hasil perhitungan program error budget menunjukkan
bahwa ionosfer memberikan kesalahan terbesar terhadap UERE."
620 DIR 11:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>