Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145604 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desi
"Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi kekurangan gizi pada anak balita 18,4% (gizi kurang 13% dan gizi buruk 5,4%). Prevalensi gizi buruk (underweight) tertinggi di Provinsi Aceh (10,7%) dan prevalensi balita sangat kurus (wasting) adalah 6,2 persen, tertinggi di Provinsi Riau (10,6%). Akibat dari kurang gizi ini menyebabkan kerentanan terhadap penyakit infeksi dan dapat meningkatkan angka kematian balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor?faktor yang berhubungan dengan status gizi anak berusia 6?59 bulan di Pulau Sumatera Tahun 2010. Desain penelitian ini adalah cross sectional, menggunakan data sekunder dari data Riskesdas 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang mempunyai anak usia 6?59 bulan, sedangkan sampelnya ialah sebagian populasi (sebagian rumah tangga yang mempunyai anak usia 6?59 bulan). Dalam penelitian ini didapatkan prevalensi anak gizi kurang 12,5%, gizi buruk 4,9% dan gizi lebih 5,8% (BB/U), prevalensi anak pendek 15,8%, sangat pendek 18,3% (TB/U) dan prevalensi anak kurus 7,3%, sangat kurus 6,3% dan gemuk 13,75% (BB/TB). Pada analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara pemantauan pertumbuhan dengan status gizi anak berdasarkan BB/U, TB/U, antara pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan status gizi anak berdasarkan BB/TB, antara sanitasi lingkungan dengan status gizi berdasarkan BB/U dan BB/TB, antara pengeluaran perkapita dengan status gizi anak baik itu berdasarkan BB/U, TB/U, BB/TB, antara pendidikan ibu dengan status gizi balita baik itu berdasarkan BB/U, TB/U maupun BB/TB, antara jumlah kelahiran anak dengan status gizi balita berdasarkan TB/U. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk meningkatkan kepedulian dan investasi dalam upaya pencegahan masalah gizi.

Based on the Basic Health Research (Riskesdas) 2007, the prevalence of children malnutrition who under five is 18.4% (its underweight 13% and malnutrition 5.4%). The highest of the prevalence of malnutrition (underweight) is in province of Aceh (10.7%) and the thinnest of the prevalence of children under five (wasting) is 6.2 percent which located in province of Riau (10.6%). As a result of this malnutrition the children is vulnerable to infect of diseases and can cause increased of their mortality number. This study has been proposed to determine about factors regarding with nutritional status of children aged 6-59 months on the island of Sumatra in 2010. The design of this study is cross sectional, which formed of secondary data from the data Riskesdas 2010. The population in this study is families that have children aged 6-59 months meanwhile the sample is part of the population (some households who have children aged 6-59 months). Based on this study, the prevalence of child nutrition is 12.5% for malnutrition, 4.9% for severe malnutrition and 5.8% for over. (based on weight / age). The prevalence of children heights is 15.8% for short children, 18.3% for very shorts (based on height /aged). And the prevalence of children weights is 7.3% for skinny children, 6.3% for very skinny and 13.75 for fat (based on weight/height). From two variants analysis, there is found a significant correlation: between the monitoring of growth and nutritional status of children based on weight / age, height / age; between the utilization of health services and nutritional status children based on weight / height; between environmental sanitation and nutritional status based on the weight / age and weight / height; between cost live per capita and child nutritional status based on weight / age, height / age, weight / height; between maternal education with nutritional status of children whether it is based on the weight / age, height / age or weight / height; and between the number of births of children and nutritional status of children under five based height/ age."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Hinelo
"Kekurangan gizi pada anak balita dapat menimbulkan efek negatif seperti otak mengecil, berat badan dan tinggi badan tidak sesuai dengan umur, rawan terhadap penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan dan terganggunya mental anak. Kekurangan gizi yang serius dapat menyebabkan kematian anak. Berdasarkan Riskesdas 2007, prevalensi nasional Balita Kurus adalah 7,4% (wasting-serius) dan Balita Sangat Kurus adalah 6,2% (wasting-kritis), sedangkan Provinsi Sulawesi Tengah masih diatas angka nasional dimana prevalensi balita kurus dan sangat kurus (wasting) 15,5%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak berusia 6-24 bulan di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010. Desain penelitian ini adalah cross sectional, menggunakan data sekunder dari data Riskesdas 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang mempunyai anak usia 6-24 bulan, sedangkan sampelnya ialah sebagian anak yang usia 6-24 bulan dan ibunya. Dalam penelitian ini didapatkan prevalensi anak gizi kurang 10,0%, gizi buruk 3,9% (BB/U), prevalensi anak pendek 15,7% dan sangat pendek 20,4% (TB/U) dan prevalensi anak kurus 7,4% dan sangat kurus 7,5% (BB/TB). Pada analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara pemantauan pertumbuhan dengan status gizi anak berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB. antara pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan status gizi anak berdasarkan BB/TB, antara sanitasi lingkungan dengan status gizi berdasarkan TB/U, antara pengeluaran perkapita dengan status gizi anak baik itu berdasarkan BB/U, TB/U maupun BB/TB dan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita baik itu berdasarkan BB/U, TB/U maupun BB/TB. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk meningkatkan motivasi dan kesadaran masyarakat agar untuk pemanfaatan posyandu.

Malnutrition to child under five can cause negative effect such as diminution brain, weight and height inappropriate to age, vulnerable to disease, decreasing intelligence and disturbed child mental. Serious malnutrition can cause death. According to Riskesdas 2007, national prevalence of thin child under five was 7.4% (wasting-serious) and very thin one was 6.2% (wasting-critical), while in Middle Sulawesi Province, it was above national number 15.5% for thin and very thin child under five (wasting). This study is to find out factors related to nutrient status of child age 6-24 months in Middle Sulawesi Province Year 2010. Study design is cross sectional, using secondary data obtained from Riskesdas 2010. Population in this study are households who have child age 6-24 months, while samples are part of child age 6-24 months and his or her mother. This study shows that prevalence of child with malnutrition is 9.8%, 4.6% (BB/U) for bad nutrition, 14.2% for short body, and very short body is 25.7% (TB/U), and prevalence of thin child is 7.0% and 8.3% for very thin child (BB/TB). In bivariate analysis found meaning relationship between growth monitoring and nutrient status of child based on BB/U, TB/U, between health service utilization and nutrient status of child based on BB/TB, between environmental sanitation and nutrient status of child based on BB/U and BB/TB, between per capita expenditure and nutrient status of child either based on BB/U, TB/U or BB/TB and between mother education and nutrient status of child either based on BB/U, TB/U or BB/TB. Based on this study, it is suggested that Province Health Agency to increase motivation and awareness of community to visit Posyandu."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Assyifa
"ABSTRAK
Kurang gizi merupakan salah satu permasalahan pokok dunia yaitu sebagai penyebab 50 kematian pada balita. Pelaksanaan program pemberian makanan tambahan PMT oleh pemerintah sebagai penanggulangan kurang gizi. Penelitian ini betujuan untuk mengevaluasi manfaat program PMT pada balita dengan kurang gizi terhadap status gizi balita. Penelitian cross sectional melibatkan 100 balita kurang gizi yang telah mendapatkan PMT di Kabupaten Tegal yang dipilih menggunakan teknik cluster sampling. Status gizi akan diukur menurut BB/TB. Hasil dari penelitian yaitu status gizi balita setelah pemberian PMT; 41 normal, 39 gizi kurang dan 20 gizi buruk. Selain itu pemberian PMT yang sesuai ada 13 dan tidak sesuai 87 balita. Sedangkan lamanya balita diberikan PMT 78 balita diberikan lebih dari sama dengan 3 bulan. Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukan ada hubungan antara PMT dengan status gizi nilai p 0,003 dan ada hubungan antara lamanya diberi PMT dengan status gizi nilai p 0,000.

ABSTRACT
Malnutrition is one of the main problems of the world, that is as the cause of 50 infants death. Implementation of supplementary feeding programs PMT by the government as malnutrition prevention. This study aims to evaluate the benefits of PMT programs in infants with malnutrition to nutritional status of children under five. The cross sectional study involved 100 malnourished toddlers who had obtained PMT in Tegal Regency, selected using cluster sampling technique. Nutritional status will be measured by BB TB. The result of the research is the nutritional status of under five children after giving PMT 41 normal, 39 less nutrition and 20 malnutrition. In addition, the provision of appropriate PMT is 13 and not 87 of children under five. While the length of toddlers given PMT 78 of infants given more than equal to 3 months. Based on Chi Square test results showed there is a relationship between PMT with nutritional status p value 0,003 and there is correlation between length of given PMT with nutrient status p value 0,000."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryati
"Ikan sebagai bahan makanan telah diidentifikasi sebagai pangan yang memiliki keunggulan tertentu. Ikan menyediakan protein hewani yang relatif tinggi, juga memberikan asam-asam lemak tak jenuh yang esensial diperlukan bagi tubuh manusia. Ikan juga merupakan sumber vitamin A yang sangat terkenal, di samping sumber vitamin-vitamin lainnya dan berbagai mineral yang diperlukan bagi tubuh manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk Memperoleh Gambarat kebiasaan makan ikan serta hubungannya dengan status gizi anak usia 6-59 bulan pada keluarga nelayan harian di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Variabel yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berat badan dan tinggi badan anak, karakteristik anak, karaktristik ibu, Kebiasaan makan ikan, penyakit infeksi, berat badan lahir. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan pegambilan data langsung di lapangan (data primer). Penelitian ini bersifat cross sectional, diperoleh dengan metode survey dan hasilnya diuraikan secara deskriptif. Sampel yang diperoleh berjumlah orang 42 orang.
Berdasarkan indikator BB/U ditemukan sebanyak 2,4% anak mempunyai status gizi buruk, dan 31% anak mempunyai status gizi kurang, berdasarkan indikator TB/U 26,2% anak mempunyai tinggi badan pendek, dan berdasarkan indikator BB/TB anak dengan kategori sangat kurus sebanyak 2,4% dan 26,2% anak termasuk dalam kategori sangat kurus. Ada hubungan antara kelompok umur anak balita dengan status gizi dengan indeks TB/U. Ada hubungan antara pemberian obat cacing dengan status gizi dengan indeks TB/U. Ada hubungan antara pemberian ASI dengan status gizi dengan indeks BB/U.
Sebaiknya dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yang lebih kuantitiatif dan jumlah sampel yang lebih banyak dan Puskesmas Kelurahan Pulau Tidung perlu adanya peningkatan pemahaman kepada istri nelayan tentang keseimbangan zat gizi dan status gizi dan perlu adanya pelatihan tentang cara pengolahan ikan agar lebih variatif. Untuk Kelurahan Pulau Tidung perlu adanya peningkatan pendidikan nelayan dengan mengadakan program kejar Paket B dan C.

Fish as food substance has been identified as food with certain benefits. Fish provides high animal protein, and also giving essential unsaturated fatty acid which needs by human being body. Fish is one of Vitamin A source which very famous, instead other vitamins and minerals source that needed by human body.
This research was aimed to obtain the description about eating fish habit and its relation with nutrition status of children age 6-59 months at daily fishermen families in Tidung Island, Seribu Archipelago. The selected variable in this research is weight and height of the children, children and mother`s characteristics, eating fish habit, infection disease, and weight born. Research data were primary data. This is cross sectional research with survey method and the result explained descriptively. The samples obtained were 42 people.
Based on BB/U indicator found as 2,4% child having bad nutrition status and 31 children having lack of nutrient status. Based on TB/U indicator 26,2% children have short height, and based on BB/TB indicator children with very thin category as 2,4% and 26,2% include in thin category. There is relation between groups of baby under five year`s old age with nutrition status by TB/U index. There is relation between anthelmintic given with nutrient status by TB/U index. There is relation between mother`s milk with nutrient status by BB/U index.
It`s recommended for other researcher to doing research with more quantitative method and much more samples. The public health center of Tidung Island needs to improve the fishermen`s wife understanding about nutrient balance and status. The training in fish food producing for more varied is need. Tidung district needs fishermen education improvement by running Packet B and C programs.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ana Afiqotul Azqiyah
"Tesis ini membahas status gizi anak bolita usia 6-59 bulan di Pulau Kalimantan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis regresi logistik dengan efek random digunakan untuk mempelajari determinan status gizi secara hirarki. Sebanyak 23,4% anak balita usia 6-59 bulan di Pulau Kalimantan mengalami gizi buruk dan gizi kurang. Hasil analisis menunjukkan bahwa provinsi, tingkat pendidikan ibu dan pengeluaran rumah tangga per kapita merupakan determinan sosial ekonomi (distal factors) yang signifikan mempengaruhi status gizi anak usia balita. Faktor lingkungan dan matemal (intermediate factors) yang mempengaruhi status gizi anak usia balita adalah jumlah anggota rumah tangga, jenis kakus, umur ibu dan IMT (lndeks Massa Tubuh) ibu. Umur dan jenis kelamin anak merupakan faktor individual (proximal factors) yang signifikan mempengarubi status gizi anak usia balita. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat interdependensi keluanm (outcome) status gizi antaranak balita usia 6-59 bulan dari ibu yang sama.

The focus of this study is to asses the nutritional status and to determine potential risk factors of malnutrition in children 6-59 months of age in Kalimanlan. The hierarchical logistic regression analysis was used to study relationship between potential determinants of malnutrition, 23,4% of children (6-59 months) in Kalimantan were underweight. The results of analysis show that province, mother's education and per capita family expenditure were the socioeconomic determinants (distal factors) of nutritional status. The environment and maternal factors (intermediate factors} that was associated with children's nutritional status were household size, kind of latrine, mother's age and mother's BMl (Body Mass Index). Children's age and sex were the individual factors (proximal factors) that was significantly related to underweight. There was also outcome interdependency of nutritional status runong children 6M59 months of age with the same mother."
Lengkap +
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33555
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Kurniawati
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan faktor lainnya dengan nilai z-score BB/U, TB/U dan BB/TB balita usia 6-59 bulan. Data sekunder yang digunakan berasal dari data survei Penilaian Status Gizi (PSG) dan Kadarzi 2012 di Kota Probolinggo. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan melibatkan 337 sampel keluarga. Hubungan antara status Kadarzi dan faktor lainnya dengan nilai z-score BB/U, TB/U dan BB/TB balita dianalisis menggunakan uji T-Test Independen, uji Anova dan uji Korelasi. Uji multivariat yang digunakan adalah uji Regresi Berganda.
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebanyak 32,6% keluarga balita di Kota Probolinggo telah berperilaku Kadarzi. Persentase gizi kurang, pendek dan kurus pada balita masih di atas angka nasional. Nilai z-score BB/U, TB/U dan BB/TB balita adalah -1,06±1,34 SD, -1,45±1,94 SD, dan -0,36±1,56 SD. Uji statistik yang dilakukan menemukan hubungan antara konsumsi garam beryodium, pemberian vitamin A, usia balita, pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan nilai z-score BB/U balita (p<0,005).
Terdapat hubungan signifikan antara pemberian vitamin A dan pengetahuan gizi ibu dengan nilai z-score TB/U balita (p<0,005). Terdapat hubungan antara usia balita dengan nilai z-score BB/TB balita (p<0,005). Uji Regresi Berganda menunjukkan bahwa pendidikan ibu adalah faktor yang paling berhubungan terhadap rata-rata nilai z-score BB/U balita. Konsumsi makanan beraneka ragam adalah faktor yang paling berhubungan terhadap rata-rata nilai z-score BB/TB balita di Kota Probolinggo. Pesan Kadarzi beserta indikatornya masih perlu disosialisasikan untuk mengurangi terjadinya masalah gizi di Kota Probolinggo. Masih perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan serta pengetahuan gizi ibu untuk mengurangi terjadinya masalah gizi di Kota Probolinggo.

This research is aimed to know the relationship between nutritional family awareness, called Kadarzi, and other factors with WAZ, HAZ and WHZ of children 6-59 months. The secondary data was used from survey PSG and Kadarzi 2012 in Probolinggo. This research uses the cross sectional study with 337 samples. The relationship betwees Kadarzi and other factor with WAZ, HAZ and WHZ were analized with Independent T-Test, Annova Test and Correlation Test. Linear Regression Test was used to multivariate analysis.
The result shown that 32,6% family in Probolinggo are Kadarzi. The percentage of underweight, stunting and wasting are above national rates. The mean of WAZ, HAZ and WHZ children are - 1,06±1,34 SD, -1,45±1,94 SD, and -0,36±1,56 SD. The statistical test shows that iodized salt consumption, vitamin A supplementation, children age, father's education and mother's education were associated with the mean of WAZ of children (p<0,005).
There are significantly association between vitamin A supplementation and mother's nutritional knowledge with the mean of HAZ of children (p<0,005). The children age was associated with the mean of WHZ of children (p<0,005). Linier Regression Test shows that mother's education is the most related factor for the mean of WAZ and food diversity consumption is the most related factor for the mean of WHZ of underfive children in Probolinggo. The inform about Kadarzi and its indicators are needed to decrease undernutrition problems in Probolinggo. Besides, up grading mother's education and nutritional knowledge are needed to decrease undernutrition in Probolinggo.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zul Amri
"Kekurangan Energi Protein (KEP) masih merupakan satu masalah gizi utama pada usia balita di Indonesia. KEP ini meningkat di masa krisis ekonomi terutama pada keluarga miskin. KEP ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu faktor langsung meliputi rendahnya asupan makanan dan penyakit infeksi, faktor tidak langsung yang meliputi pola asuh anak yang kurang baik, tingkat ketahanan pangan yang rendah, pelayanan kesehatan yang kurang baik, dan sanitasi lingkungan yang belum memadai, serta penyebab dasar yang meliputi kualitas sumber daya dan pemanfaatannya yang masih kurang (manusia, ekonomi, dan organisasi).
Penelitian cross sectional ini menggunakan data sekunder hasil Studi Epidemiologi masalah Gizi Propinsi Sumatera Barat tahun 2002, atas kerja sama Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat dengan Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode klaster dan ditentukan secara Probability Proportional to Size (PPS). Penelitian ini dilakukan terhadap anak berusia 6-23 bulan yang berjumlah 2251 orang. Analisis regresi logistik berganda dilakukan untuk mendapatkan model prediksi hubungan antara beberapa faktor resiko dengan kejadian KEP anak usia 6-23 bulan.
Hasil penelitian memperlihatkan prevalensi KEP pada anak usia 6-23 bulan untuk indikator BB/UM sebesar 24,7 %, indikator TB/UM sebesar 19,6 %, dan indikator BB/TB sebesar 16,8 %. Berdasarkan indikator BBIUM terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi energi dan protein, penyakit infeksi, pola asuh anak, ketahanan pangan, dan sanitasi lingkungan dengan status gizi anak usia 6-23 bulan. Berdasarkan indikator TB/UM terdapat hubungan yang signifikan antara status konsumsi protein dan sanitasi lingkungan dengan status gizi anak usia 6-23 bulan. Berdasarkan indikator BB/TB terdapat hubungan signifikan antara status konsumsi energi, gala pengasuhan anak, tingkat ketahanan pangan, dan sanitasi lingkungan dengan status gizi anak usia 6-23 bulan.
Tingkat konsumsi energi dan protein, penyakit infeksi, dan pola pengasuhan anak secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian KEP pada anak usia 6-23 bulan berdasarkan indikator BB/UM. Konsumsi protein kurang merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya KEP pada anak usia 6-23 bulan (OR 1,56). Berdasarkan indikator TB/UM variabel yang secara bersama-sama berhubungan dengan status KEP adalah tingkat konsumsi energi dan protein serta sanitasi lingkungan, sedangkan faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian KEP adalah tingkat konsumsi energi (OR 1,71). Faktor-faktor yang secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian KEP pada indikator BB/TB adalah tingkat konsumsi energi dan protein, pola pengasuhan anak, dan tingkat ketahanan pangan. Tingkat konsumsi energi merupakan faktor paling dominan mempengaruhi kejadian KEP (OR 1,58).
Karena variabel sanitasi lingkungan berhubungan signifikan dengan semua kategori status gizi (BB/UM, TB/UM, BB/TB), variabel ini perlu mendapat perhatian serius. Disarankan penanggulangan KEP secara terpadu antara pihak yang berkompeten dengan lintas-lintas program yang diperlukan. Karena besarnya kontribusi tingkat konsumsi energi dan protein terhadap kejadian KEP pada anak usia 6-23 bulan di Propinsi Sumatera Barat, perlu penyuluhan yang lebih intensif terutama terhadap keluarga anak yang menderita KEP perihal pemenuhan makanan seimbang.

Factors that Related with Protein Energy Mal-Nutrition that Occur with Infants on Age between 6 - 23 Month Old at West Sumatra in The Year 2002 (Secondary Data Analysis West Sumatra Nutrition Epidemiological Studies in The Year 2002)Protein Energy Mal-Nutrition (PEM) is still one of major problem that always occur with infants in Indonesia. It is progressively rise in economical crisis situation especially in families that lived in poverty. Three subjects cause it: first, direct factors: less food intake and infectious diseases. Second, indirect factors that cover the lack of quality: infants education pattern, food endurance level, health services, and environmental sanitation. And the last subject causes it, the lack of human resource quality and the benefit of it (man, economy, and organization).
This cross sectional research, using secondary data from epidemiological studies about nutrition at West Sumatra Province in the year 2002, which is collaborates with health department of West Sumatra Province and Nutritional Program of Health Polytechnic in Padang. Taking sample is using Cluster Method and resolute by using Probability Proportional to Size (PPS). Objects of this research are 2251 infants in age area 6-23 months. Multiple logistic regression analysis is used to get connectivity prediction between some risk factors and PEM situation that happened to 6-23 months old infants.
Result of this research shows that PEM prevalence that happened to 6-23 months old infants for BBIUM indicator is 24,7 %, TB/UM indicator is 19,5 %, and BBITB indicator is 16.8 %. BB/UM indicator shows significant relationship between protein and energy level consumption. infectious disease, infants education pattern, food endurance, and environmental sanitation with nutrition status of 6-23 months old infants. TBIUM indicator shows significant relationship between protein consumption status and environmental sanitation with nutrition status of 6-23 months old infants. BB/TB indicator shows significant relationship between energy consumption status, infants education pattern, food endurance level, and environmental sanitation with nutrition status of 6-23 months old infants.
Protein and energy consumption level, infectious disease, and infants education pattern together related with PEM situation that happened to 6-23 months old infants according to BBIUM indicator. Protein consumption is less dominant factor that influence PEM situation to 6-23 months old infants (OR 1.56). According to TBIUM indicator, protein and energy consumption level. and environmental sanitation are the variable that related with PEM status, and factor that dominantly influence PEM situation is energy consumption level (OR 1,71). According to BB/TB indicator, factors that together related with PEM situation are protein and energy consumption level, infants education pattern, and food endurance level. Energy consumption level is the dominant factor that influence PEM situation (OR 1,58).
Because of environmental sanitation had a significant relationship with all nutrition status categories (BB/UM, TB/UM, BB/TB), so this variable must be given serious attention. Action from authority who has a competency with programs that needed is the suggestion to handle the PEM situation. Because of the huge contribution from protein and energy consumption level which influenced the PEM situation to 6-23 months old infants at West Sumatra, more intensive campaign especially to the families which their infants have PEM problems about set of scales food intake.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermansyah
"Penyakit Kurang Energi Protein (KEP) merupakan bentuk kekurangan gizi yang terutama terjadi pada anak-anak umur dibawah lima tahun (balita) dan merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang perlu ditanggulangi. Masalah gizi memiliki dimensi yang luas, tidak hanya merupakan masalah kesehatan tetapi juga meliputi masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan dan Iingkungan. Faktor pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antara wilayah ataupun antara kelompok masyarakat, bahkan akar masalah ini dapat berbeda antara kelompok usia balita.
Kondisi krisis ekonomi yang terus berkelanjutan sampan saat ini, akan menyebabkan daya beli pada masyarakat secara umum menjadi menurun, karena disatu pihak relatif banyak yang kehilangan sumber mata pencaharian sementara dipihak lain adanya peningkatan harga barang dan jasa. Hal ini dapat mengakibatkan dampak buruk terhadap kesehatan dan gizi masyarakat terutama keluarga miskin.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEP anak umur 6 - 59 bulan terutama pads keluarga miskin di daerah IDT Kota Sawahlunto. Faktor-faktor yang diteliti adalah konsumsi energi, konsumsi protein, pemberian kolostrum, pemberian ASI, pemberian makanan tambahan (PMT), diare, ISPA, berat badan lahir umur anak, jenis kelamin anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu clan jumlah anggota keluarga.
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang (cross sectional) dengan pendekatan kuantitatif. Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak umur 6 - 59 bulan di daerah IDT Kota Sawahlunto dan tergolong dalam kelompok keluarga miskin. Analisis data dilakukan analisis multivariat regresi logistik dengan jumlah sampel sebanyak 430 orang.
Hasil pengolahan dan analisis data didapatkan bahwa prevalensi KEP anak umur 6 - 59 bulan pada keluarga miskin di daerah IDT Kota Sawahlunto adalah sebesar 21,6%. Kemudian anak dengan konsumsi energi kurang berisiko untuk menderita KEP 29,42 kali (95% CI : 9,266 - 93,387) dibandingkan anak yang memperoleh konsumsi energi cukup dan anak dengan konsumsi protein kurang berisiko untuk menderita KEP 2,99 kali (95% CI : 1,043 - 8,585) dibandingkan anak yang memperoleh konsumsi protein cukup. Sementara itu anak dengan pola menyusui secara Non Eksklusif berisiko untuk menderita KEP 6,69 kali (95% CI : 2,490 - 17,968) dibandingkan anak yang memiliki pola menyusui secara Eksklusif, anak yang mengalami sakit Diare berisiko untuk menderita KEP 7,74 kali (95% CI: 2,383 - 25,126) dibandingkan anak yang tidak sakit Diare dan anak yang mengalami sakit ISPA berisiko untuk menderita KEP 17,71 kali (95% Cl : 6,167 -- 50,830) dibandingkan anak yang tidak sakit ISPA Selanjutnya anak dengan berat badan lahir rendah berisiko untuk menderita KEP 4,3 I kali (95% CI : 1,342 -- 13,867) dibandingkan anak yang mempunyai berat badan lahir normal serta anak yang tinggal dalam lingkungan keluarga besar berisiko untuk menderita KEP 6,39 kali (95% CI : 2,350 -- 17,372) dibandingkan anak yang tinggal dalam lingkungan keluarga kecil.
Disimpulkan bahwa kejadian KEP anak umur 6 - 59 bulan terutama pada keluarga miskin di daerah IDT Kota Sawahlunto berhubungan erat dengan faktor konsumsi energi, ISPA, Diare, pemberian ASI, jumlah anggota keluarga, berat badan lahir serta konsumsi protein."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T2747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>