Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147876 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Andi Gatot Wijanarko
"Permintaan akan perawatan ortodonti di klinik Spesialis FKG-UI meningkat dengan persentasi yang lebih besar pada usia di atas 16 tahun (67%) dibandingkan usia yang lebih muda. Pada penelitian yang terdahulu ditemukan bahwa pada usia 12 - 14 tahun sudah terjadi maloklusi (89%). Penelitian yang saya lakukan ini merupakan studi epidemiologis dasar untuk melihat prevalensi derajat keparahan maloklusi pada usia 12 - 14 tahun di Jakarta secara "crossectional" 270 sampel diambil secara multi stages cluster random sampling dari populasi remaja di Sekolah Menengah Pertama. Indeks HMAI (Handicapping Malocclusion Assessment index) digunakan untuk menilai derajat keparahan maloklusi baik pada laki-laki maupun perempuan.
Hasil penelitian memberi gambaran bahwa prevalensi terbanyak adalah malokiusi ringan sampai dengan berat (83,4%). Kelainan terbanyak adalah kasus berjejal (44,9%), gigi renggang (16,7%), gigi mendongos (6,3%), tumpang gigit dalam (6,3%), gigitan silang (12,3%) dan gigitan terbuka (13,2%). Tidak terdapat perbedaan prevalensi pada laki-laki atau perempuan. Tingkat kesadaran akan kebutuhan perawatan tinggi sesuai dengan tingkat keparahan maloklusi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harkati Dewanto
Bulaksumur, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1993
617.643 HAR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eriza Louis
"ABSTRAK
Diskrepansi rasio ukuran mesiodistal gigi dapat menjadi salah satu hambatan dalam mencapai oklusi yang ideal terutama jika terdapat pada maloklusi skeletal. Terdapat perbedaan pendapat beberapa penulis mengenai rasio mesiodistal gigi di antara kelompok maloklusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran serta melihat ada tidaknya perbedaan rasio ukuran mesiodistal gigi pada oklusi normal dan kelompok maloklusi. Subyek penelitian terdiri dari 4 kelompok, yaitu kelompok oklusi normal yang diperoleh dari mahasiswa/I FKG UI, dan kelompok maloklusi kelas I, maloklusi skeletal kelas II dan maloklusi skeletal kelas III yang diperoleh dari pasien Klinik Ortodonti RSGMP FKG UI. Setiap kelompok terdiri dari 16 orang dengan usia minimal 18 tahun. Kelompok dibagi berdasarkan sudut ANB. Pengukuran mesiodistal gigi menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,01 mm. Uji intra observer menggunakan uji t berpasangan. Uji hipotesis menggunakan one way ANOVA. Hasil yang diperoleh gambaran rasio ukuran mesiodistal gigi pada kelompok oklusi normal dan maloklusi tidak menunjukkan pola tertentu. Rentang nilai rasio ukuran mesiodistal gigi pada kelompok maloklusi lebih besar dari kelompok oklusi normal. Tidak ada perbedaan bermakna pada rasio ukuran mesiodistal gigi antara kelompok oklusi normal dan berbagai maloklusi.

ABSTRACT
ntroduction :Toothwidthdiscrepancymaybe one of theobstaclesin achievingthe
idealocclusion,Tooth width discrepancy maybe one of the obstacles in achieving the ideal occlusion, especially if present in skeletal malocclusions. There are differences of opinion regarding tooth-width ratio among malocclusion groups.
This research is aimed to determine whether there is a specific pattern and see the difference in tooth width ratios among normal occlusion and malocclusion groups
Subjects consisted of four groups, normal occlusion group obtained from Faculty of Dentistry students, and a group of Class I, skeletal Class II malocclusion and skeletal Class III malocclusion were obtained from Orthodontic patients. Each group consisted of 16 people with a minimum age of 18 years. Malocclusion groups were based on ANB angle. Mitutoyo digital calipers were used to measure the mesiodistal width of each tooth to an accuracy of 0.01mm. Paired t test were used to compare intra-observer measurements on ANB angle and tooth width. One way ANOVA were performed to compare the difference of tooth width ratios among normal occlusion and malocclusion groups.The result showed tooth width ratios in normal occlusion and malocclusion group showed no particular pattern. The range of value of mesiodistal tooth size ratios in malocclusion groups are larger than normal occlusion group. No significant differences in mesiodistal tooth size ratio between the normal occlusion and different malocclusion groups."
2013
T35040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marianti Enikawati
"Latar Belakang : Maloklusi merupakan masalah yang angka prevalensinya cukup besar di Indonesia. Perawatan terhadap maloklusi perlu dilakukan sejak dini. Selama pubertas, laju pertumbuhan kembali meningkat sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan maloklusi. Pengetahuan mengenai pertumbuhan tengkorak dan rahang, terutama maksila dan mandibula, menjadi sangat penting untuk menentukan rencana perawatan yang tepat.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata panjang maksila dan mandibula pada anak laki-laki dan perempuan usia 10-16 tahun.
Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain potong lintang. Subjek penelitian berupa 211 radiograf sefalometri anak usia 10-16 tahun.
Hasil : Pertambahan panjang maksila pada anak laki-laki yang paling besar terjadi pada usia 14 tahun ke 15 tahun. Pertambahan panjang maksila dan mandibula pada anak perempuan, serta mandibula pada anak laki-laki yang paling besar terjadi pada usia 13 tahun ke 14 tahun. Tidak terdapat perbedaan rerata panjang maksila maupun mandibula antara anak laki-laki dengan anak perempuan usia 10-13 tahun, sedangkan pada usia >13-16 tahun, terdapat perbedaan. Terdapat perbedaan pada rerata panjang maksila dan mandibula antara anak laki-laki usia 10-13 tahun dengan anak laki-laki usia >13-16 tahun, begitu juga pada anak perempuan.

Background: Malocclusion prevalence rate is a quite large problem in Indonesia. Treatment of malocclusion should be done. During puberty, the growth rate increased so that it can be used to correct malocclusion. Knowledge of the growth of the skull and jaw, especially the maxilla and mandibular, becomes very important to determine proper treatment plan.
Objective: The aim of this study was to determine the average length of maxilla and mandibular in 10-16 years old boys and girls.
Methods: The method that is used in this research was descriptive with cross-sectional design. The subjects were 211 cephalometric radiographics of 10-16 years old children.
Result: The highest growth rate of the maxilla in boys occurred at the age of 14 years to 15 years. The highest growth rate of maxilla and mandibular in girls, and the highest growth rate of mandibular in boys occurred at the age 13 to 14 years. The average length of the maxilla and mandibular between boys and girls 10-13 years old has no difference, while there is a difference in >13-16 years old. There is a difference between the maxillary and mandibular length of 10-13 years old boys with >13-16 years old boys, and also for the girls.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valerie Kartini
"Latar Belakang: Maloklusi adalah ketidakteraturan kesejajaran gigi dan/atau hubungan lengkung gigi dengan gigi yang tidak normal yang diakibatkan oleh berbagai faktor dan dapat menyebabkan ketidakpuasan estetika sampai masalah pada segi fungsional. Pasien dengan maloklusi memerlukan perawatan ortodonti salah satunya untuk memperbaiki maloklusi. Inklinasi dan angulasi gigi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan ortodonti yang stabil dan optimal. Tujuan: Mengetahui gambaran sudut inklinasi dan angulasi gigi anterior pada pasien maloklusi skeletal kelas I pasca perawatan ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang (cross-sectional) menggunakan sampel berupa data sekunder rekam medik. Hasil: Dari 96 rekam medik pasien maloklusi kelas I yang telah selesai mendapatkan perawatan ortodonti cekat di Klinik Spesialis Ortodonti RSKGM FKG UI, didapatkan rerata sudut U1-SN sebesar 105,60° ± 5,80°, rerata sudut U1-PP sebesar 114,55° ± 6,21°, rerata sudut L1-MP sebesar 93,63° ± 7,94°, dan rerata sudut IMPA adalah sebesar 96,40° ± 7,96°. Rerata angulasi gigi 11 sebesar 89,03° ± 3,26°, rerata angulasi gigi 21 sebesar 90,35° ± 3,07°, rerata angulasi gigi 31 sebesar 89,28° ± 4,33°, dan rerata angulasi gigi 41 sebesar 90,61° ± 5,04°. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian tentang Gambaran Inklinasi dan Angulasi Gigi Anterior pada Pasien Maloklusi Kelas I Pasca Perawatan Ortodonti Cekat di Klinik Spesialis Ortodonti RSKGM FKG UI, rerata sudut inklinasi gigi anterior pasien termasuk dalam kisaran nilai normal, kecuali pada sudut IMPA. Rerata sudut angulasi gigi anterior pasien relatif tegak dan paralel.

Background: Malocclusion is the irregularity of teeth and is considered as oral health problem resulting from various etiological factors causing esthetic dissatisfaction to functional impartment. Patients with malocclusion require orthodontic treatment to correct the malocclusion. Inclination and angulation of teeth are one of the factors that influence the success of stable and optimal orthodontic treatment. Objective: This study aims to describe the inclination and angulation of anterior teeth on class I malocclusion patients after fixed orthodontic treatment at the Orthodontic Specialist Clinic of RSKGM FKG UI. Methods: Cross-sectional descriptive study is done using the secondary data found in the patient’s medical record. Results: From 96 medical records of class I malocclusion patients who have completed fixed orthodontic treatment at the Orthodontic Specialist Clinic of RSKGM FKG UI, the mean U1-SN angle is 105.60° ± 5.80°, the mean U1-PP angle is 114.55°. ± 6.21°, the mean angle of L1-MP is 93.63° ± 7.94°, and the mean angle of IMPA is 96.40° ± 7.96°. The mean angulation of tooth 11 is 89.03° ± 3.26°, mean angulation of tooth 21 is 90.35° ± 3.07°, mean angulation of tooth 31 is 89.28° ± 4.33°, and mean angulation of tooth 41 is of 90.61° ± 5.04°. Conclusion: Based on research on the Inclination and Angulation of Anterior Teeth on Class I Malocclusion Patients after Fixed Orthodontic Treatment at the Orthodontic Specialist Clinic of RSKGM FKG UI, the inclination of anterior teeth is within the normal range, except at the IMPA angle. The angulation of anterior teeth is relatively upright and parallel."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almas Edita Ramadhanti
"

Latar belakang: Maloklusi merupakan masalah gigi dan mulut dengan prevalensi terbayak ke-3 di dunia, menurut WHO. Keadaan ini tidak diimbangi dengan adanya kesadaran mengenai maloklusi dan efek buruknya. Masih banyak anak-anak dan remaja yang belum mengetahui mengenai maloklusi dan menganggap hal tersebut normal. Kesadaran terhadap maloklusi ini dapat memengaruhi kebutuhan perawatan ortodonti. Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat kesadaran maloklusi dengan kebutuhan perawatan ortodonti pada remaja, korelasi komponen ICON dengan kebutuhan perawatan, dan korelasi komponen kuesioner dengan kesadaran maloklusi Metode: dilakukan penelitian potong lintang pada 56 remaja berusia 12-15 tahun. Subjek diberikan kuesioner mengenai kesadaran maloklusi dan kemudian dilakukan pencetakan rahang dan pembuatan model studi untuk dinilai kebutuhan perawatan ortodontinya berdasarkan ICON. Hasil: Berdasarkan uji Chi-square, tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara kesadaran maloklusi dengan kebutuhan perawatan ortodonti (P>0,05). Berdasarkan uji Kendall’s tau-b, komponen estetika dental dan pertanyaan mengenai masalah pada gusi mempunyai korelasi paling besar terhadap kebutuhan perawatan dan kesadaran maloklusi. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara kesadaran mengenai maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti pada remaja, kompnen estetika dental dan pertanyaan mengenai masalah pada gusi mempunyai korelasi paling besar.

 


Background: Malocclusion is the third most common oral problem in the world. This situation is not supported with an adequate awareness of malocclusion. There are still children and adolescents who are not aware about malocclusion and consider the situation is normal. Awareness of malocclusion can influence the need for orthodontic treatment. Objectives: Discover the relationship between malocclusion awareness and orthodontic treatment needs among adloescent, correlation between ICON components and treatment needs, and correlation between questionaire component with awareness of malocclusion Methods: A cross-sectional study was done towards adolescents aged 12-15. They were given questionaire about awareness of malocclusion and jaws impressing were also done which were used to make study models in order to determine the treatment needs according to ICON. Result: According to Chi-square test, there is no statistically significant difference between awareness of malocclusion and orthodontic treatment needs (P>0,05).  Based on Kendall’s tau-b test dental aesthetic and question about gum problems have the greatest correlation toward treatment needs and malocclusion awareness. Conclusion: There is no relationship between malocclusion awarenes and orthodontic treatment needs among adolescent. Dental aesthetic and question about gum problems have the greatest correlation toward treatment needs and malocclusion awareness.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomson, Hamish
London; Boston: Wright , 1990
617.643 THO o (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Renasanti
"ABSTRAK
Keberhasilan perawatan ortodonti, ditentukan oleh penegakan diagnosis yang tepat. Penegakan diagnosis ortodonti berisikan data-data lengkap, yang terkumpul dalam satu bentuk rekam medis terdiri dari anamnesis, analisis wajah, analisis fungsional, analisis kebutuhan ruangan dan analisis radiografi. Pengetahuan untuk menegakkan diagnosis, dan menentukan rencana perawatan ortodonti cekat didapat melalui suatu program pendidikan spesialis yang mempunyai standar kompetensi yang ditetapkan oleh kolegium dan disahkan oleh KKI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana penggunaan prosedur diagnostik ortodonti sebelum perawatan ortodonti dimulai serta melihat gambaran kasus maloklusi yang dilakukan oleh ortodontis dan non ortodontis. Penelitian dilakukan terhadap 61 murid-murid SMP dan SMA Yaspen Tugu Ibu I Depok yang memakai alat ortodonti cekat. Penelitian dimulai dengan pengisian kuesioner yang telah disediakan dan dipandu oleh peneliti sendiri. Penelitian ini dilanjutkan dengan pemeriksaan ekstra oral berupa digit examination dan pengambilan foto profil untuk pemeriksaan profil wajah dan sudut tangent line. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan prosedur diagnostik ortodonti lebih banyak dilakukan oleh kelompok ortodontis dibandingkan oleh kelompok non ortodontis. Pada gambaran kasus maloklusi yang dilakukan oleh ortodontis dan non ortodontis, terlihat bahwa kelompok non ortodontis melakukan perawatan ortodonti dengan alat cekat pada variasi maloklusi yang sama dengan kelompok ortodontis.

ABSTRACT
The success of orthodontic treatment is determined by correct diagnose. Determination of orthodontic diagnose shall consists of complete data, which was collected in a form of medical record consisting of anamnesis, facial analysis, functional analysis, space requirement analysis and radiographic analysis. Knowledge in determining diagnoses and deciding correct fixed orthodontic treatment plan shall be obtained from specialist educational program which has competency standard issued by collegium and endorsed by KKI. The intention of this research was to see how the implementation of orthodontic diagnostic procedure prior to orthodontic treatment started and to see malocclusion case overview done by orthodontist and non orthodontist. Research was conducted toward 61 SMP and SMA Yaspen Tugu Ibu I Depok students using fixed orthodontic appliance. Research was started by filling in questionnaire prepared and guided by the researcher herself. Research was continued by extra oral examination in the form of digit examination and capturing profile pictures to analyze facial profile and tangent line angle. The result shows that implementation of orthodontic diagnostic procedure is more often done by orthodontist group rather than non orthodontist group. In malocclusion case overview done by orthodontists and non orthodontist, it is shown that non orthodontist group does orthodontic treatment with fixed appliance on the same malocclusion variation with orthodontist group."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.G. Ernawati Harman
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>