Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100428 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Air Limbah kolam ikan resirkulasi memiliki karakteristik yang mirip dengan perairan eutrofik sehingga tidak aman untuk dibuang ke perairan umum secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi kemampuan tiga variasi kepadatan eceng gondok (Eichornia crassipes) untuk memperbaiki kualitas air limbah kolam ikan resirkulasi tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk 1) mengungkapkan dinamika kualitas air dalam batch culture 2) kinetika laju reduksi nutrien nitrogenik-fosforik dan konstituen pencemar lainnya, dan 3) efektifitas penyisihan nutrien. Eksperimen terdiri atas empat bak plastik, B1, B2, B3 dan B4. Bak B1 merupakan kontrol, hanya berisi air limbah tanpa eceng gondok. Bak B2, B3 dan B4 berisi eceng gondok dengan kepadatan awalnya berturut-turut adalah 1.618,40 gram/m2; 2.436,51 gram/m2 ; dan 3.243,93 gram/m2. Percobaan dilakukan selama empat hari. Pengukuran pH,Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen,DO), konduktifitas, suhu, Total Dissolved Solid (TDS), dan persen DO saturation dilakukan tiga kali sehari pada jam 09.00-09.30 ; 12.00- 12.30 dan 16.00-16.30, sedangkan Senyawa nutrien nitrogenik (N-NH3+; N-NO2 -; N-NO3-, Total Nitrogen (TN)), fosfor (TP), Total Suspended Solid (TSS) dan Total Organic Matter (TOM) dianalisis dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Reduksi parameter konduktifitas,TDS, nutrien,nitrogenik, dan fosforik dalam bak-bak yang ditumbuhi eceng gondok mengikuti model kinetika order pertama. Kepadatan eceng gondok ideal adalah 2.436,51 gram/m2 (bak B3)karena menghasilkan pertambahan densitas yang paling tinggi (147,13 gram/m2). Bak berisi eceng gondok paling efektif menyisihkan turbiditas (94,28 persen-100 persen), N-nitrit (98,21 persen-98,93 persen), TP (92,86 persen-93,62 persen), N-nitrat (58,33 persen-83,33 persen), TN (59,46 persen-66,06 persen), N-ammonia (18.82 persen-46,88 persen) dan konduktifitas (16,34 persen-23,54 persen). Seluruh perlakuan dan kontrol terbukti tidak efektif untuk menyisihkan material organik. "
570 LIMNO 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Elizabeth
"Telah dilakukan penelitian mengenai Kemampuan Tanaman Eceng Gondok Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. sebagai Biofilter di Perairan Situ Agathis, Universitas Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jumlah individu eceng gondok yang efektif per satuan luas sebagai biofilter pada perairan di Situ Agathis, mengetahui efektivitas eceng gondok dalam menurunkan nilai TDS dan TSS air Situ Agathis, dan mengetahui perkiraan jumlah eceng gondok yang diperlukan sebagai biofilter di keseluruhan Situ Agathis. Penelitian dilakukan selama 30 hari pada bulan Juni 2020. Penelitian dilakukan dengan menanam tiga kelompok eceng gondok berdasarkan jumlah individu, yaitu 5 individu, 10 individu, dan 15 individu pada Situ Agathis dengan bantuan keramba apung. Indikator yang diamati adalah perbandingan TDS dan TSS air Situ Agathis sebelum dan setelah peletakkan eceng gondok. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok dengan 10 individu lebih efektif dalam menurunkan nilai TDS dan TSS di Situ Agathis. Berdasarkan perhitungan menggunakan model penghitungan kebutuhan eceng gondok, jumlah eceng gondok yang dibutuhkan sebagai biofilter Situ Agathis adalah sebanyak ±174.281 individu.

The study on capability of water hyacinth Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. as biofilter in Agathis Lake, Universitas Indonesia has been carried out for 30 days. The aims of this study were to know the amount of water hyacinth that can be use as biofilter on Agathis Lake per unit area, to know the efectivity of water hyacinth to decrease the amount of TDS and TSS in Agathis Lake, and to estimate the amount of water hyacinth that can be use as biofilter in Agathis Lake. The study was conducted by placing three variations number of water hyacinth (5, 10, and 15 individual plants) on Agathis Lake. The observation was carried out by comparing the total dissolved solids (TDS) and total suspended solids (TSS) of Agathis Lake water before and after treatment. The observations showed that the population of 10 water hyacinth makes water clearer and Agathis Lake needs ±174.281 water hyacinth as its biofilter."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Razanah Zharfan
"Eceng gondok merupakan gulma perairan yang dapat dimanfaatkan seratnya menjadi bahan baku industri tekstil, kertas, dan komposit. Kualitas serat eceng gondok sangat dipengaruhi oleh kandungan air di dalamnya. Sebagai tanaman air, eceng gondok mempunyai kandungan air awal tinggi, di atas 90%. Perlu proses pengeringan untuk mengurangi kandungan air yang tinggi tersebut hingga menjadi rendah dan dapat digunakan untuk berbagai macam kegunaan, yaitu di bawah 10%.
Mixed Adsorption Drying dengan Unggun Terfluidisasi adalah metode pengeringan eceng gondok dengan terlebih dahulu mencampurkannya dengan adsorbent fly ash pada rasio campuran tertentu, lalu mengeringkannya dengan prinsip fluidisasi menggunakan udara pengering. Fly ash digunakan sebagai adsorbent karena memiliki kandungan silika dan alumina yang dapat mengadsorp air selama proses pengeringan. Parameter yang mempengaruhi proses pengeringan dengan metode ini yaitu suhu udara pengering, kecepatan udara pengering, dan rasio campuran eceng gondok-fly ash.
Dari penelitian yang dilakukan, nilai masing-masing parameter yang memberikan waktu pengeringan tercepat untuk mengeringkan eceng gondok dari kandungan air awal 94.7% menjadi di bawah 10% adalah suhu 60oC, kecepatan 2 m/s, dan rasio campuran 50:50. Secara keseluruhan, kondisi operasi yang memberikan nilai kecepatan pengeringan pada constant rate tertinggi, 0.01535 gr uap air/cm2.menit, adalah suhu udara pengering 60oC, kecepatan udara pengering 2 m/s, dan rasio campuran eceng gondok-fly ash 50:50.

Water hyacinth is aquatic weed that actually its fiber can be utilized into raw material of textile, paper, and composite industry. The quality of hyacinth fiber is strongly influenced by its moisture content. As aquatic plant, water hyacinth has high initial moisture content, more than 90%. Drying process is used to reduce high moisture content of water hyacinth and can be used for various purposes, that is below 10%.
Mixed Adsorption Drying in fluidized-bed is drying method that will mix water hyacinth with fly ash adsorbent first, then dry it with fluidization principle using drying air. Fly ash is used as adsorbent because it consists mainly of silica and alumina which has capability to adsorp moisture. Parameter of drying process are drying air temperature, drying air velocity, and ratio of water hyacinth-fly ash mixture.
Research shows the value of each parameter that gives fastest drying time to reduce water content from 94.7% into below 10% are temperature 60oC, velocity 2 m/s, and ratio of mixture 50:50. Operating condition that give highest constant drying rate, 0.01535 gr moisture/cm2.minute, are drying air temperature 60oC, drying air velocity 2 m/s, and ratio of water hyacinth-fly ash mixture 50:50.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Eventina Christi
"Penelitian mengenai Struktur Komunitas Epifiton dan Fitoplankton pada Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) sebagai Indikator Pencemaran Perairan di Situ Salam, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat telah dilakukan pada bulan Agustus hingga November 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas epifiton dan fitoplankton yang dapat digunakan sebagai indikator pencemaran perairan di Situ Salam UI. Dua macam sampel yang diambil, yaitu mikroalga epifitik dan planktonik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis epifiton yang diambil dari batang eceng gondok ditemukan 11 kelas dari 30 marga dengan kelimpahan berkisar 181-6.716 plankter/ sedangkan komposisi fitoplankton yang hidup di perairan bagian bawah tanaman eceng gondok ditemukan 5 kelas dari 22 marga dengan kelimpahan berkisar 35.519-241.538 plankter/liter. Jenis epifiton dan fitoplankton pada eceng gondok di Situ Salam yang dapat menjadi indikator pencemaran perairan terdiri atas Synedra, Phacus, Gomphonema, Pinnularia, Pediastrum, Oscillatoria, Closterium, Merismopedia, Planktothrix, Tabellaria, Ankistrodesmus, Nitzschia, Spirogyra, Fragillaria, Melosira, Euglena, Scenedesmus, Chlorella, Navicula, Eudorina, Pandorina, Trachelomonas, Cymbella, dan Coelastrum. Mikroalga yang dapat hidup secara epifitik dan planktonik pada eceng gondok di Situ Salam terdiri atas Pediastrum, Planktothrix, Oscillatoria, Merismopedia, Euglena, dan Phacus sebagai indikator pencemaran perairan. Epifiton dan fitoplankton yang hidup pada eceng gondok di Situ Salam memiliki keanekaragaman sedang, tidak ada jenis yang mendominasi, Evenness cukup dan hampir merata, serta Situ Salam tercemar sedang. Parameter fisika-kimia perairan tidak memiliki korelasi yang kuat terhadap kelimpahan epifiton dan fitoplankton pada eceng gondok di Situ Salam.

Research on the Structure of Epiphyton and Phytoplankton Communities on Water Hyacinth (Eichhornia crassipes) as Indicators of Water Pollution in Situ Salam, Universitas Indonesia, Depok, West Java has been carried out from August to November 2021. This study aims to determine the structure of epiphyton and phytoplankton communities that can be used as indicators of water pollution in Situ Salam UI. Two kinds of samples were taken namely epiphytic and planktonic microalgae. The results showed that the composition of the epiphyton species in water hyacinth were found in 11 classes from 30 genera with abundances ranged from 181-6.716 plankter/ , while the composition of phytoplankton lived in the lower waters of the water hyacinth plant were found in 5 classes from 22 generas with abundances ranged from 35.519-241.538 plankter/liter. Types of epiphyton and phytoplankton on water hyacinth in Situ Salam that were tolerant of polluted waters consisted of Synedra, Phacus, Gomphonema, Pinnularia, Pediastrum, Oscillatoria, Closterium, Merismopedia, Planktothrix, Tabellaria, Ankistrodesmus, Nitzschia, Spirogyra, Fragillaria, Melosira, Scenedesmus, Chlorella, Navicula, Eudorina, Pandorina, Trachelomonas, Cymbella, and Coelastrum. Microalgae that can lived epiphytically and planktonically on water hyacinth in Situ Salam consisted of Pediastrum, Planktothrix, Oscillatoria, Merismopedia, Euglena, and Phacus as indicators of water pollution. Epiphyton and phytoplankton that lived on water hyacinth in Situ Salam have moderate diversity, no species dominates, Evenness were sufficient and almost evenly distributed, and Situ Salam was moderately polluted. Water physico-chemical parameters did not have a strong correlation with the abundance of epiphyton and phytoplankton on water hyacinth in Situ Salam."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, David
"Hasil pemantauan mutu air oleh BPLHD DKI Jakarta sejak tahun 2010-2018 menunjukkan konsentrasi Fosfat Total rata-rata di Waduk Sunter Utara adalah sebesar ±1,24 mg/L atau sekitar ±6,22 kali batas maksmimal yang diizinkan. Sumber utama Fosfat Total tersebut diperkirakan adalah limbah domestik seperti air deterjen sisa cucian dan air sabun. Penelitian ini difokuskan pada simulasi efektivitas Eceng Gondok untuk menurunkan konsentrasi Fosfat Total, ini dianggap sebagai parameter paling dominan yang terkandung dalam air waduk ditinjau dari potensi sumber pencemarnya. Waduk dibagi menjadi dua reaktor, yaitu R1 dan R2 dan simulasi dilaksanakan dalam waktu 11 hari. Metode Runge-Kutta orde 4 digunakan untuk menganalisis laju peluruhan Fosfat Total pada kondisi skenario 0 (eksisting), kerapatan tanam awal Eceng Gondok 10% (skenario 1) dan 20% (skenario 2) dari luas permukaan air reaktor. Berdasarkan hasil simulasi di R1 didapatkan bahwa kondisi paling efektif adalah skenario 2 hari ke 11 yaitu penurunan sebesar 6,046%. Hasil simulasi di R2 didapatkan bahwa kondisi paling efektif adalah skenario 2 hari ke 11 sebesar 1,231%. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa Eceng Gondok cukup efektif untuk menurunkan konsentrasi Fosfat Total dalam air waduk Sunter Utara. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan sebelum membudidayakan Eceng Gondok secara nyata di Waduk Sunter Utara.

The results of water quality by BPLHD DKI Jakarta since 2010-2018 show that the average total phosphate concentration in North Sunter Reservoir is ± 1.24 mg / L or about ± 6.22 times the maximum limit. The main source of Total Phosphate is estimated to be domestic waste such as laundry detergent water and soap water. This research is focused on simulating the effectiveness of water hyacinth to reduce the concentration of total phosphate, this is considered to be the most dominant parameter contained in reservoir water in terms of potential sources of pollution. The reservoir is divided into two reactors, namely R1 and R2 and the simulation is carried out within 11 days. The 4th order Runge- Kutta method was used to analyze the decay rate of Total Phosphate in the existing conditions (scenario 0), the initial planting density of water hyacinth 10% (scenario 1) and 20% (scenario 2) of the surface area of the reactor. Based on the simulation results in R1, it was found that the most effective condition was the 11th day 2 scenario, namely a decrease of 6,046%. The simulation results in R2 show that the most effective condition is the scenario 2 11th day at 1,231%. The results of this study indicate that water hyacinth is quite effective in reducing the total phosphate concentration in the North Sunter reservoir water. This research is expected to be taken into consideration before actually cultivating water hyacinth in North Sunter Reservoir."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gandhi Octaro Vyatranto
"Meskipun telah berdiri lebih dari 10 tahun, sedikit sekali diadakan penelitian mengenai limbah cair di Kampus Baru Universitas Indonesia di Depok, terutama limbah cair yang dihasilkan oleh institusi-institusi seperti laboratorium dan rumah sakit (pusat kesehatan mahasiswa). Institusi seperti disebutkan di atas berpotensi menghasilkan limbah berbahaya atau B3 sehingga perlu diketahui karakter limbah yang dihasilkannya dan dengan begitu dapat dicari solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin atau telah terjadi.
Skripsi ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan karakterisasi beban limbah, dalam hal ini limbah cair, yang dihasilkan oleh institusi yang ada dalam lingkungan kampus baru UI di Depok. Identifikasi dan karakterisasi beban dilakukan berdasarkan data sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu mengenai kondisi rencana dan eksisting yang ada, sedangkan data primer adalah data hasil pemeriksaan limbah cair di laboratorium.
Analisa kualitas limbah cair dilakukan berdasarkan data primer dan data sekunder untuk mendapatkan gambaran beban limbah cair yang dibuang di kampus UI Depok dan cara pengelolaannya. Perhitungan debit limbah cair di kampus UI Depok didasarkan pada debit kebutuhan air bersih. Analisa beban limbah cair dilakukan berdasarkan perhitungan debit dan kualitas limbah cair dari masing-masing unit/fakultas.
Dari perhitungan beban dan pengelolaan yang dilakukan dalam kerangka pengelolaan limbah cair dari masing-masing unit/fakultas tersebut dapat disimpulkan gambaran permasalahan untuk pengelolaan limbah cair di kampus UI Depok saat ini dan upaya penanggulangannya di masa mentatang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Tjahjono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S35561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The accident accident of a nuclear reactors have a possibility to release radioactive substance to the surrounding environment so that the environment can be contaminated. One of the radionuclides which will be released to the environment is cesium-17 (137 Cs) which has half life 30 years. If the 137 Cs enters the human body, it will be distributed evenly throughout the body so that the critical organ of the 137 Cs is the whole body.
Phytoremediation is a means of restoring the contaminated environment using plants. Eichhornia crassipes are a harmful water plants which can grow fast and easily everywhere, and have the ability to absorb the various elements found in water unselectively. Therefore Eichhornia crassipes was chosen as the object of this research. By analyzed the absorption ability of Eichhornia crassipes, it can be recognized whether this plant can be used as phytoremediator for 137 Cs or not. After acclimated, Eichhornia crassipes was given 133 CsNO3 solution of variation of concentration as much as 5, 10, and 15 mg/l. On the fourth, eighth, twelveth, and sixteenth day after plants was given Cs, Eicchornia crassipes was taken and analyzed by neutron activation analysis.
The result of this research show that 133 CsNO3 absorbed is mostly accumulated on the root of the Eicchornia crassipes, that is (15.367 ± 0.126) mg/ (g dry roots). The largest of total absorption during this research is (9.308 ± 0.995). "
MTUGM 30:4 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Niluh Ekaputri Laksmi Sutarini
"Glukosa banyak dimanfaatkan dalam bidang teknologi atau formulasi farmasetika baik sebagai pengatur tonisitas dalam larutan sebagai zat pemanis sebagai pengencer dan pengikat pada pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dan kempa langsung, terutama dalam tablet kunyah sebagai agen terapeutik dan merupakan sumber karbohidrat dalam rejimen nutrisi parenteral. Eceng gondok dapat menjadi salah satu sumber potensial karena selulosa yang terkandung di dalamnya cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk preparasi glukosa dengan cara hidrolisis secara enzimatis oleh selulase. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur kapang dengan aktivitas selulase tinggi untuk menghidrolisis α-selulosa eceng gondok guna memperoleh glukosa. Penelitian diawali dengan preparasi α-selulosa dari serbuk tanaman eceng gondok, skrining beberapa galur kapang uji berdasarkan pembentukan zona bening pada medium agar CMC dan dengan metode gula reduksi-DNS, dilanjutkan dengan optimasi kondisi hidrolisis enzimatis. Identifikasi glukosa yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR) dan uji pereaksi Fehling. Hasil penelitian menunjukkan galur kapang yang memiliki aktivitas enzim selulase paling tinggi adalah Chaetomium globosum. Kondisi optimum hidrolisis enzimatis dicapai pada suhu 50°C, dalam dapar asetat pH 5, dengan penambahan konsentrasi enzim 2%, selama 48 jam dengan kecepatan pengadukan 160 rpm. Hasil identifikasi dengan FTIR menunjukkan bahwa spektrum serbuk glukosa yang dihasilkan memiliki kemiripan dengan spektrum glukosa standar terutama pada daerah sidik jari. Identifikasi dengan uji pereaksi Fehling memberikan hasil positif baik untuk glukosa standar maupun larutan uji hasil hidrolisis.

Glucose is widely used in the field of technology or pharmaceutical formulations for some purposes, such as a tonicity agent in solution a sweetening agent used as a wet granulation diluent and binder as a direct-compression tablet diluent and binder, primarily in chewable tablets used therapeutically and is the preferred source of carbohydrate in parenteral nutrition regimens. Water hyacinth potentially is used in glucose preparation through enzymatic hydrolysis of cellulase because the cellulose contained in it is high enough. This study aims to obtain the mold strain with high cellulase activity which hydrolyzes α-cellulose from water hyacinth to obtain glucose. This study is composed of several steps, including the preparation of α-cellulose from water hyacinth powder, screening test mold strains based on the formation of clear zones in CMC agar medium and with DNS-reducing sugar method, followed by optimization of enzymatic hydrolysis conditions. The identification of glucose produced was carried out by Fourier Transform Infrared Spectrophotometer (FTIR) and Fehlings test methods. The results showed the mold strain that has the highest cellulase enzyme activity is Chaetomium globosum. The optimum condition of enzymatic hydrolysis was reached at 50°C, in acetate buffer pH 5, with the addition of 2% enzyme concentration, for 48 hours, with a stirring speed of 160 rpm. The results of identification with FTIR showed that the spectrum of glucose produced has similarities to the spectrum of glucose standard, especially in the fingerprint region. The identification by the Fehlings test showed positive results for both glucose standard and solution test from hydrolysis results."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Ratnasari
"Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tumbuhan air tawar yang berpotensi dijadikan biofilter padatan tersuspensi dalam air. Eceng gondok termasuk tanaman hiperakumulator karena kemampuannya dalam mengakumulasi logam terlarut dalam perairan. Kemampuan tersebut memungkinkan eceng gondok dijadikan sebagai tanaman fitoremediasi. Penelitian terdiri dari tiga kelompok, yaitu eceng gondok sebagai biofilter padatan tersuspensi, penentuan titik jenuh pengikatan padatan tersuspensi oleh akar eceng gondok dan fitoremediasi logam Cu, Cd, Pb, dan Zn. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eceng gondok dapat digunakan sebagai biofilter padatan tersuspensi dan agen fitoremediasi Cu, Cd, Pb dan Zn dalam waktu lebih dari 7 hari.

Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is a freshwater plant that has potential as bio-filter of suspended solid in the water. Water hyacinth is one of the hyper-accumulator plants because of its ability to accumulate metals dissolved in water. Such capability can be used as phytoremediation plant. The study consisted of three groups, namely water hyacinth as a bio-filter of suspended solid, determining point of saturation binding suspended solid by its roots and phytoremediation of Cu, Cd, Pb, and Zn. The results showed that water hyacinth can be used as a bio-filter of suspended solid and phytoremediation agent of Cu, Cd, Pb and Zn in more than 7 days."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>