Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112396 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penelitian ini dilakukan disungai cikaniki , salah satu anak sungai cisadane , di Jawa Barat yang melalui kawasan penambangan emas pongkor dan tercemar oleh merkuri dari ekstraksi emas."
551 LIMNO 21:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penambangan emas tanpa ijin (PETI) yang melibatkan ekstraksi emas dengan menggunakan logam merkuri telah menyebabkan peningkatan konsentrasi logam tersebut di Sungai Cikaniki. Keberadaan logam merkuri di perairan telah banyak dilaporkan menyebabkan bioakumulasi dan biomagnifikasi merkuri pada biota dan rantai makanan yang ada diperairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bioakumulasi merkuri pada fauna makrobentik yang berbeda kebiasaan makan fungsionalnya pada daerah yang tercemar merkuri akibat aktivitas PETI. Lokasi penelitian meliputi daerah Cikaniki Hulu untuk daerah yang belum tercemar,, dan Cisarua, Curug Bitung dan Lukut yang berlokasi di Sungai Cikaniki untuk daerah-daerah yang sudah tercemar oleh logam merkuri. Pada masing-masing lokasi pengamatan dilakukan sampel air, sedimen dan biota air yang meliputi perifiton, fauna makrobentik dan ikan, untuk dianalisi konsentrasi logam merkurinya. Untuk melihat adanya gejala biomagnifikasi pada rantai makanan di perairan tersebut, maka biota air yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan kebiasaan makan fungsionalnya yaitu, produsen primer/perifiton, scrapper, scredder, collector gatherer, collector filterer, dan predator. Dari hasil analisis diketahui bahwa bioakumulasi merkuripada perifiton adalah yang tertinggi diantara kelompok kebiasaan makan fungsional yang diamanti di Sungai Cikaniki, diikuti selanjutnya oleh kelompok scraper, collector filterer, collector gatherer, shredder an terakhir predator. Pola bioakumulasi merkuri pada biota air dari hulu ke hilir menunjukkan pola peningkatan denga akumulasi tertinggi berada di Curug Bitung, kecuali untuk kelompok kebiasaan makan fungsional scraper. Bioakumulasi merkuri pada biota perairan Sungai Cikaniki berkorelasi dengan konstrasi merkuri pada media lingkungannya. "
551 LIMNO 16:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Haryono
"Sungai Jangkok adalah salah satu yang termasuk tercemar berat di NTB. Nilai BOD telah melebihi standar baku mutu air kelas II dan menurut nilai Family Biotic Index (FBI) sungai dalam kategori tercemar berat bahan organik. Tujuan penelitian adalah mewujudkan pengelolaan DAS Jangkok yang berkelanjutan sesuai dengan fungsi sungai melalui penerapan strategi pengendalian pencemaran. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara terhadap masyarakat, dan stakeholder (pemerintah dan LSM). Data kualitas air diperoleh dari DLHK NTB dan DLH Kota Mataram dan dilakukan pengambilan sampel dengan teknik composite sample. Metode yang digunakan adalah STORET, QUAL2Kw, regresi logistik dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Sungai Jangkok, Kota Mataram dalam kategori tercemar berat dari tahun 2015-2022 dengan rata-rata skor STORET adalah -79,25 dan beban pencemaran BOD, COD dan TSS yang masuk telah melebihi daya tampung beban pencemaran. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kurang baiknya persepsi masyarakat terhadap status pencemaran (67%) dan kebermanfatan sungai (59%), masih adanya perilaku membuang sampah dan/atau BAB di sungai (23%), kurang baiknya perilaku pencegahan (59%), kurang baiknya sarana pembuangan air limbah (40%) dan sampah (58%) dan masih adanya rumah yang membelakangi sungai (59%). Beberapa penyebabnya adalah belum terjadi sinergi lintas wilayah administrasi antarstakeholder, tidak ada penegakan hukum untuk masyarakat, program kerja bergantung anggaran pemerintah dan tidak ada disinsentif. Kesimpulan penelitian ini, strategi yang sesuai adalah membuat suatu program pengurangan beban pencemaran yang terintegrasi lintas kabupaten/kota, terintegrasi lintas lembaga dengan kewenangan berbeda, terintegrasi dengan masyarakat, dan sesuai dengan kondisi aktual sungai dan sosial ekonomi masyarakat.

Sungai Jangkok is one of those considered heavily polluted in NTB. The Biochemical Oxygen Demand (BOD) value has exceeded the standard for Class II water quality, and according to the Family Biotic Index (FBI) value, the river falls under the category of heavy organic pollution. The research objective is to realize sustainable management of the Jangkok Watershed in accordance with its river functions by implementing pollution control strategies. Data collection was conducted using questionnaires and interviews with the public and stakeholders (government and NGOs). Water quality data was obtained from DLHK NTB and DLH Mataram City, and sampling was carried out using the composite sample technique. The methods employed were STORET, QUAL2Kw, logistic regression, and SWOT. The research findings indicate that, in general, the Jangkok River in Mataram City falls into the heavily polluted category from 2015 to 2022, with an average STORET score of -79.25. Moreover, the pollution loads of BOD, COD, and TSS entering the river have exceeded the pollution carrying capacity. The condition is influenced by several factors, including the less favorable perception of pollution status (67%) and the usefulness of the river (59%) by the community. Additionally, the persistent behavior of littering and/or defecating in the river (23%), inadequate preventive practices (59%), insufficient wastewater disposal facilities (40%), and improper waste management (58%) are contributing factors. Moreover, the existence of houses backing up to the river (59%) also plays a role in the current condition. Some of the causes are the lack of synergy across administrative regions between stakeholders, the absence of law enforcement for the community, dependency on government budget for work programs, and the lack of incentives. The conclusion of this research suggests that the most effective strategy for taking is to develop a program for reducing pollutant loads that is integrated across districts and cities, integrated across agencies with various levels of authority, integrated with the community, and in accordance with the river's actual conditions and the socioeconomic community."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Studi tentang konstanta stabilitas kondisional (K cond) senyawa kompleks merkuri (Hg) anorganik sangat penting untuk dilakukan karena hasil disosiasi senyawa Hg akan menambah biovailabilitasnya di perairan. Peningkatan bioavailabilitas Hg di perairan berpotensi memicu terjadinya proses biomagnifikasi, sementara itu telaah tentang hal ini masih jarang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh variasi pH perairan dan ion klorida (sebagai ligan anorganik pengkompleks Hg) terhadap nilai K cond di perairan Sungai Cikaniki, Jawa Barat yang merupakan daerah penambangan emas. Pengambilan contoh air dilakukan delapan kali pada tahun 2006-2008 pada empat lokasi pengambilan contoh dari segmen sungai paling hulu menuju ke bagian hilir, berturut-turut dari S. Cikaniki hulu sebagai situs rujukan (reference site), Cisarua, Curug Bitung dan Lukut. Determinasi nilai K cond di laboratorium dilakukan dengan metode Competing Ligand Exchange-Solvent Solvent Extraction (CLE-SSE). Nilai K cond kemudian dikorelasikan denga variasi nilai pH dan konsentrasi ion klorida pada setiap lokasi pengambilan contoh. Ternyata, di situs rujukan menunjukan karakteristik pola hubungan yang berbeda di bandingkan ketiga lokasi lainnya, dimana nilai K cond berbanding lurus terhadap variasi pH (r2=0,988) sementara di lokais lainnya semakin ke hilir hubungannya justru berbanding terbalik dengan hubungan yang makin menguat (kisaran r2=0.245-0.830). "
551 LIMNO 16:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Retnaningdyah
"ABSTRAK
Kali Mas adalah anak cabang bagian hilir Sungai Brantas yang secara khusus melewati deerah perkotaen Surabaya. Berhubung sejak di bagian hulu Sungai Brantas sampal dengan Kali Mas ini menerima limbah padat dan atau cair dari berbagai kegiaten pertanian, industri, dan pemukiman maka kualitas air Sungai Brantas maupun Kali Mas akan mengalami pencemeran yang depat berupa bahan organik, unsur hara, padatan tersuspensi, dari atau bahan toksik. Perum Jasa Tirta (1995) mencatat bahwa 87% pencemar di sepanjang Kali Mas berasal dari limbah domestik.
Surlaktan deterjen sintetik adalah salah satu limbah domestik yang bersifat toksik di perairan. Pengaruh beban masukan deterjen sintetik pads biota perairan dapat tercermin dari perubahan struktur komunitas makroinvertebrata bentos yang hidup menetap di substrat perairan. Beban masukan deterjen akan mengakibatkan pemusnahan jenis secara selektif sesuai dengan toleransinya terhadep deterjen.
Dalam rangka upaya pengendalian kualitas air Kali Mas, diperlukan suatu metode evaluasi yang bersifat obyektif. Dalam upaya pendugaan kualitas air, selain dilakukan dengan metode fisika-kimia yang cukup kompleks, juga diperlukan metode bioiogi khususnya untuk mengendalikan bahan pencemar yang bersifat toksik. Komunitas makroinvertebrata bentos dipertimbangkan tepat untuk dijadikan biota indikator perairan sungai oleh karena hidup menetap di dasar perairan dan mempunyai keenekaragaman yang tinggi. Dari perubahan struktur komunitas makroinvertebrata bentos yang aktual terjadi, depot dijadikan sebagai dasar informasi tentang tingkat kadar deterjen sintetik. Apabila hal ini dapat dipastikan maka obyek penilaian tingkat pencemaran deterjen sintetik dapat didasarkan pada perubahan struktur komunitas makroinvertebrata bentos.
Berdasarkan hal di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk (1) memperoleh informasi tentang kualitas air di Kali Mas Surabaya khususnya berkenean dengan adanya masukan bahan deterjen sintetik, (2) mengetahui perubahan struktur komunitas makroinvertebrata bentos pada berbagai tingkat pencemaran di Kali Mas, dan (3) mengetahui tingkat kepekaan jenis makroinvertebrata bentos terhadap perubahan kandungan surfaktan deterjen sintetik (LAS dan PBS) untuk dijadikan dinar indikasi tingkat pencemaran deterjen.
Penelitian kepekean makrolnvertebrata bentos terhadap tingkat pencemaran deterjen di Kali Mas Surabaya menggunakan metode penelitian Ex Post Facto. Uji toksisitas surfaktan deterjen sintetik (LAS dan ABS) terhadap kelangsungan hidup Jenis makroinvertebrata bentos dilakukan dengan metode eksperimental.
Strategi pendekaten untuk telaah analisis kausatif hubungan antara habitat dan tingkat pencemaran deterjen terhadap struktur komunitas makroinvertebrata bentos di Kali Mas Surabaya adalah sebagai berikut :
1. Penentuan lokasi penelitian atas dasar kandungan deterjen.
2. Penentuan tingkat pencemaran Kali Mas dengan melakukan pemantauan kualitas air termasuk di dalamnya kandungan deterjen pada tiap lokasi.
3. Telaah struktur komunitas makroinvertebrata bentos pada tiap lokasi.
4. Telaah hubungen fungsional muftifaktor antara kualitas air (DO, TOM, TSS, fosfat, sutfat, dan deterjen) dengan kelimpahan jenis makroinvertebrata bentos yang ditemukan.
5. Analisis kepekaan dari masing-masing Jenis dan kelilmpahan makroinvertebrata bentos terhadap perubahan kadar deterjen.
6. Untuk mengetahui sifat toksik dari surfaktan deterjen, maka Jenis-Jenis yang bersifat peka terhadap perubahan kadar deterjen tersebut kemudian diuji lebih lanjut melalui uji toksisitas dengan metode bioassay lethal acute effect terhadap surfaktan deterjen LAS dan ABS.
Pengambilan sampel air, substrat, dan makroinvertebrata bentos untuk pemantauan kualitas air dilakukan pada 7 lokasi di suatu ruas Kali Mas mulai dari pintu air Wonokromo sampai daerah Ngemplak di Kotamadya Dati II Surabaya. Analisis kualitas kimia dan biologi serta uji toksisitas dilakukan di laboratorium Ekologi Jurusan Biologi F.M1PA Universitas Brawijaya. Studi pendahuluan untuk penentuan lokasi dilakukan tanggal 12 Meret 1996.
Pengambilan sampel dilakukan sebanyak enam kali (tanggal 11, 15, 19, 23, 27, den 31 Mei 1996). Uji toksisitas dilakukan pada bulan Aguslus sampai September 1996.
Pengambiian sempel air pada tiap stasiun dilakukan pada lapisan permukaan dan lapisan dasar (± 25 cm dari permukaan dan dasar). Pada masing-masing lapisan tersebut dilakukan pengembilan sampel secara komposit pada bagian tepi (kiri dan kanan) dan bagian tengah.
Faktor lingkungan yang diukur dalam penelitian adalah kecepatan arus, lebar sungai, kedalaman, debit, tekstur substrat, padatan tersuspensi total (TSS), suhu air dan udara, konduktivitas air, oksigen tertarut (DO), CO2 bebas terlarut, GODS, COD, TOM, deterjen, total fosfat terlarut, sulfat, ammonium, pH, alkalinitas, dan selinitas. Pengumpulan data kualitas air yang berupa NH3 -N, NO3, NO2, Fe, Hg, Mn, Zn, dan Crs+ diambil dari DPU Pengairan Dati I Jawa Timur.
Untuk penentuan tingkat pencemaran Kali Mas, data hasil pemantauan kualitas air dikompilasi dan dihitung nilai rata-rata serta kesalahan baku untuk masing-masing stasiun dan waktu pantau kemudian dibandingkan dengan nilai baku mutu air golongan B dan C berdasarkan SK Gubernur Kepala Dati lI Jawa Timur No. 413 Tahun 1987. Tingkat pencemaran Kali Mas secara umum ditentukan dengan mencari indeks Pencemaran lmplisit dari Pratis (Ott, 1978). Pengelompokan habitat dan tekstur substrat dinar ditentukan dengan mencari Indeks Kesamaan Bray-Curtis. Untuk mengetahui perbedaan kualitas air antar lapisan air, stasiun, dan antar waktu pantau maka dilakukan uji Anova yang dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecll (BNT) pada niaai tiap-tiap parameter.
Data hasil identifikasi dan perhitungan kelimpahan Jenis makroinretertebrata bentos digunakan untuk menghitung indeks keanekaragaman Shanon-Wiener, indeks keseragaman (Equability), indeks dominansi, indeks kesamaan komunitas Bray-Curtis, dan Index of dispersion. Untuk mengetahui perbedaan kelimpahan antar stasiun dan waktu pantau dilakukan uji Anova yang dilanjutkan dengan uji BNT pada kelimpahan tiap-tiap Jenis makroinvertebrata bentos yang ditemukan.
Parameter kualitas air penentu kelimpahan makroinvertebrata bentos, ditentukan dengan telaah hubungan fungsional antara tiap-tiap parameter fisik - kimia air dengan kelimpahan jenis makroinvertebrata bentos dalam bentuk model regresi berganda. Kepekean makroinvertebrata bentos terhadap kadar deterjen dihitung dari rumus turunan pertama dan persamaan regresi berganda tersebut terhadap deterjen. Penghitungan uji Move, BNT, den regresi berganda dengen menggunaken SPSS for Windows Release 6.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air di Kali Mas sudah tidak memenuhi nilai baku mutu golongan B dan golongan C. Parameter kualitas air yang telah melampaui nilai baku mutu adalah BOD5 (6.33 - 19.08 mgA), DO (2.10 - 4.14 mgA), TSS (67.90 - 154.97 mg/I), COD (119.25 - 143.25 mg/I), deterjen (1.9i - 4.30 mgA), fosfat (0.31 --1.21 mgA), ammonia (0.15 - 0.62 mgA), nitrit (0.07 - 0.27 mgA), den besi (5.07 - 7.14 mg11). Tingkat pencemaran di Kali Mas berdeserkan Indeks pencemaran Implisit dari Prati's digolongkan dalam kategori tercemar ringan sampai tercemar (2.87 - 7.65).
Sehubungan dengan pencemaran tersebut, beberapa parameter habitat makroinvertebrata bentos mengalami perubahen secara spasial. Rataan deterjen (1.55 - 4.81 mgA), fosfat (0.32 - 1.20 mg/l), sulfa' (29.80 - 34.14 mgA), BOD5 (7.00 - 21.50 mgA), den DO (2.63 - 4.60 mg11) nyata lebih tinggi pada daerah ke arah hilir. Retain suhu, DHL, pH, TOM, TSS, COD, dan ammonium tidak berbeda nyata secara spasial. Selama penelitian, secara umum ditemui perubahan temporal dari semua parameter kuailtas air yang diamati. Habitat Kali Mas berdasarkan kondisi TOM dapat dibagi menjedi dua kelompok yaitu waktu pantau ke-1,2,3 dengan kadar TOM yang lebih tinggi (630.42 - 660.44 mg/I) den waktu pentau ke-4,5,6 dengan kadar TOM yang lebih rendah (337.33 - 533.25 mgA). Secara keseluruhan, perubahan kualitas air Kali Mas tersebut berdasarkan indeks kesamaan Bray-Curtis pada tingkat kesamaan 90% didapatkan kualitas habitat di stasiun 7 (waktu kadar TOM tinggl} dan stasiun 6 (waktu kadar TOM rendah) berbeda nyata dibandingkan dengan stasiun yang lain dengan natal Indeks kesamaan berturut-turut 88% den 89%.
Pada daerah penelitian ditemukan 24 jenis makroinvertebrata bentos yang dildentifikasi dan filum Annelida, Mollusca, dari Arthropoda. Adanya perubahan kualitas air di Kali Mas mengakibatkan perubahan komposisi, tipe penyebaran, dan perubahan kelimpahan dari beberapa jenis mekroinvertebrata bentos secara spasial. Secara khusus pada stasiun 1 ditemukan tingkat keanekaragaman (0.35 - 1.14) dan keseragaman (0.12 - 0.36) jenis yang mantap rendah maka dominansi jenis tinggi (0.49 - 0.91), den pada staslun 6 ditemukan tingkat keanekaragaman (2.19 - 2.65) dan keseragaman (0.60 - 0.74) jenis makroinvertebrata yang mantap tinggi maka dominansi jenis rendah (0.19 - 0.29). Sedangkan pada stasiun yang lain ditemukan struktur komunitas yang berubah-ubah yaitu keanekaragaman (0.48 - 1.85) dan keseragaman (0.24 - 0.54) jenis yang rendah sampai sedang maka dominansi jenis sedang sampal tinggi (0.32 - 0.85). Berdasarkan indeks kesamaan Bray-Curtis didapatkan pengelompokan struktur komunitas dan ekotipe dari makrolnvertebrata bentos yang serupa.
Stasiun 6 mempunyai struktur komunitas dan ekotipe yang paling berbeda dibandingkan dengan stasiun yang lain dengan nilai indeks kesamaan 6% dan 9% (pada waktu kadar TOM tinggi) serta 7% dan 996 (pada waktu kadar TOM rendah).
Pada waktu kadar TOM tinggi ditemukan tiga jenis makroinvedebrata bentos yang nyata dipengaruhi oleh deterjen yaitu Bellarnya javanica, Wattebledla insularian, dan Corbicula javanica. Pada waktu kadar TOM rendah ditemukan jenis Lymnaea rubiginosa yang nyata dipengaruhi oleh deterjen. Tingkat kepekaan dan keempat jenis tersebut pada tingkat signifikansi 5% adalah 0.4873 mgA, 1.009 x 10 mgA, 5.0359 x 1010 mgA, dan 3.3645 x 9012 mg/_ Perubahan kader TOM di ruas Kali Mas mengakibatkan perbedaan tingkat kepekaan dari jenis makroinvertebrata bentos terhadap kadar deterjen. Berdasarkan uji toksisitas ditemukan bahwa pada kadar TOM yang lebih rendah, jenis Lymnaea rubiginosa bersifat lebih peka terhadap peningkatan surfaktan LAS dan ABS (nilat LC50-96 jam 9.40 dan 13.59 mgA) dibandingkan dengan Wattebledla insularian (natal LC5rr96 jam 10.73 dan 15.89 mgA).

ABSTRACT
The Sensitivity Of Benthic Macroinvertebrate To Detergent Pollution Level (A Casa Study In Surabaya Mas River)Mas River is a downstream tributary of Brantas River which pass through Surabaya municipality. Since from the upstream of Brantas River up to Mas River it received solid and liquid waste from various agriculture, industry and household activities, therefore, the water quality of both Brantas as well as Mas River are polluted by organic substances, nutrient, suspended solid, and or toxic substances. Perum Jasa Tirta (1995) noted that 87% polutants along Mas River came from domestic wastes.
Synthetic detergent's surfactant is one of the toxic domestic waste in the body of water. The influence of synthetic detergent discharges to the aquatic population are reflected by the changes of benthic macroinvertebrate community structure that live in the aquatic substrate. The load of detergent discharges selectively resulted in the elimination of species according to their selective degrees of tolerance towards the detergent.
In order to control Mas River water quality, the evaluation methods objectively are needed. The physic chemical examinations are complicated methods for assessing water quality and that is why it is needed biological method specially to control toxic substances pollutant. Benthic macroinvertebrate communities are considered as an appropriate bioindicator of rivers because they live In the bottom of the water and have high diversity. The actual change of benthic macroinvertebrate communities can be regarded as basic information on the level of synthetic detergent concentration. If this can be proofed, then, the pollution level of synthetic detergent assessment can be based on benthic macroinvertebrate community structure change.
Based on the above explanation, this research was carried out to obtain information on (1) water quality of Surabaya Mas River, especially those concerning the existing synthetic detergent content, (2) to know benthic macroinvertebrate communities structure changes at different pullution levels In Surabaya Mas River , and (3) to know the sensitivity level of benthic macroinvertebrate species towards the concentration of synthetic detergent surfactant as the basic indicator of detergent pollution level.
The ex post facto method was used to study the sensitivity of benthic macroinvertebrate to detergent pollution level in Surabaya Mas River. The experimental method was used to toxicity test of synthetic detergent's surfactant (LAS and ABS) towards the survival of benthic macroinvertebrate species.
The strategical approach of causative analysis review between habitat and detergent pollution level on benthic macroinvertebrate community structure in Mas River are as follows :
1. To determine the sampling site based on detergent concentration.
2. To determine Mas River pollution level by monitoring the water quality including the detergents'concentration at each sampling site.
3. To analyze benthic macroinvertebrate communities structure at each sampling site.
4. To analyze the multifactor functional Interaction between water quality (DO, TOM, TSS, phosphates, sulfates, and detergent) with species abundance of benthic macroinvertebrates found.
5. To analyze the sensitivity of each benthic macroinvertebrate species abundance towards detergent concentration change.
6. To know the toxicity of detergent surfactant, the sensitive species towards detergent concentration change mentioned above are then tested further by way of toxicity test with bioassay lethal acute effect method towards LAS and ABS detergent surfactant.
The collection of water, substrate, and benthic macroinvertebrate samples to monitor water quality were carried out at 7 locations of Mas River commencing at Wonokromo sluice up to Ngemplak Area in Surabaya municipality. Chemical and biological quality analyses as well as the toxicity test were done at the Ecology Laboratory, Biology Department, Faculty of Mathematics and Science, Brawijaya University, Malang. The preliminary study to determine the location was done on March 12, 1996. The sampling was done six times (11, 15, 19, 23, 27, and 31 May, 1996). Toxicity tests were done between August and September 1996.
The sampling of water at each station was carried out at the surface and bottom layer (± 25 cm from the surface and bottom). In each layer, the sampling is done in composit way at the edges (left and right) and the middle. Environmental factors measured in this research are current velocity, width, depth, discharge, substrate texture, total suspended solid, temperature of water and air, conductivity, dissolved oxygen, dissolved CC2, BOD5, COD, TOM, detergent, total dissolved phosphates, sulfates, ammonium, pH, alkalinity, and salinity. The data of NH3-N, N03, NOj, Fe, Hg, Mn, Zn, and Crs+ were taken from the Irrigation Public Works Department of East Java local government.
To determine the Mas River pollution level, the data of water quality monitoring result is compiled and the average value as well as its standard error for each station end sampling period are calculated then compared with water quality standard values of class B and C based on the Governor of East Java Province decree No. 413 (1987). The Mas River pollution level is, in general, determined by looking for Prati's Implicit Index of Pollution (Ott, 1978). The grouping of Mas River habitat and the substrate texture are determined by searching for the Bray-Curtis similarity Index. Anova test Is used to find out the water quality difference between water layer, station, and inter-sampling period. It is continued with Least Significance Difference (LSD) test at each parameter's value.
The results of identification and species abundance of benthic macroinvertebrate calculation was used to compute the Shanon-Wiener Diversity Index, Equitability Index, Dominance Index, Bray-Curtis Community Similarity Index and Index of Dispersion. To find out the difference of species abundance inter stationally and sampling period, the Anova test was carried out and followed by LSD test on abundance of each species of benthic macroinvertebrates found.
Water quality determinants of benthic macroinvertebrate abundance are determined by reviewing the functional Interactions between each physic chemical parameter of water and species abundance of benthic macroinvertebrate in the form of multi regression model. The sensitivity of benthic macroinvertebrate towards detergent concentration was calculated from the formula of first derivation of multi regression equation towards the detergent. The calculations of Anove, LSD test, and multi regression took place by using SPSS for Windows Programme release 6.0.
The result of this research showed that the water quality of Mas River is not eligible for raw water of drinking water (class B) as well as for fishery requirements (class C). Water quality parameters exceeded the quality standard values are BOD5 (6.33 - 19.08 ppm), DO (2.10 - 4.14 ppm), TSS (67.90 - 154.97 ppm), COD (119.25 - 143.25 ppm), detergent (1.91 - 4.30 ppm), phosphates (0.31 - 1.21 ppm), ammonia (0.15 - 0.62 ppm), nitrite (0.07 - 0.27 ppm), and iron (5.07 - 7.14 ppm). The Pollution level of Mas River, based on Prati's Implicit Index of Pollution Is classified in categories of slightly polluted to polluted water (2.87 - 7.65).
Some parameters of the benthic macroinvertebrate habitat has been changed because of the pollution level in Mas River. The average concentration of detergent (1.55 - 4.81 ppm), phosphates (0.32 - 1.20 ppm), sulfates (29.80 - 34.14 ppm), BOD5 (7.00 - 21.50 ppm), and DO (2.63 - 4.60 ppm) tend to increase in the down stream. The average of water temperature, pH, TOM, COD, and ammonium at the bottom layer do not show spatial change. All of the water quality parameters show temporal change. Based on TOM condition, Mas River habitat can be divided into two groups namely sampling period 1,2,3 with higher TOM content (630.42 - 660.44 ppm) and sampling period 4,5,6 with lower TOM content (337.33 - 533.25 ppm). Based on the Bray-Curtis similarity index it was found that there is significance difference of the habitat quality of station 7 (on the high TOM content periods) and station 6 (on the low TOM content periods) compared to the other station at 90% similarity level with the similarity index value are 88% and 89% respectively.
There are 24 species of benthic macroinvertebrates in the study area, classified as Annelida, Mollusca, and Arthropoda phyltum. The change of water quality in the Mas River has changed the composition, dispersion type, and spatial abundance of some benthic macroinvertebrate species. Station 1 and 6 have special structure of benthic macroinvertebrate community. Station 1 has low species diversity (0.35 - 1.14) and equitability (0.12 - 0.36) and that is why there is high species dominance (0.49 - 0.91). Station 6 has high species diversity (2.19 - 2.65) and equitability (0.60 - 0.74) and that is why there is low species dominance (0.19 - 0.29). The other stations have lower to intermediate species diversity (0.48 - 1.85) and equitability (0.24 - 0.54) so that the species dominance are intermediate to high (0.32 - 0.85). Based on the Bray-Curtis similarity index it was found that there is similar the grouping of community structure and ecotype of benthic macroinvertebrate. It was found that there is difference of community structure end ecotype of benthic macroinvertebrate between station 6 compared to the other stations with the similarity index value are 6% and 9% (on the high TOM content periods) and 7% and 9% (on the low TOM content periods).
Bellarnya javanka, Wattebledia insular,,,, Corbicula javanica (on the high TOM content periods) and Lymnaea rubiginosa (on the low TOM content periods) were affected by detergent concentration. The sensitivity level of those species at the significance level of 5% are 0.4873 ppm, 1.009 x 10 ppm, 5.0359 x 1010 ppm, and 3.3645 x 1012 ppm respectively. The change of TOM content in the Mas River has changed the sensitivity level of benthic macroinvertebrate species to detergent concentration. Based on the toy icity test it was found that Lymnaea tublglnosa was more sensitive to LAS and ABS surfactant concentrations on the low TOM content periods (L.C50-96 hours are 9.40 and 13.59 ppm respectively) compared to Wattebledia insular (LC50-96 hours are 10.73 and 15.89 ppm respectively).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alloysius Pamurda Dhika Mahendra
"Mikroplastik merupakan pencemar emerging contaminant yang terdegradasi dari produk plastik tekstil, petroleum, dan peralatan kosmetik dengan ukuran kurang dari 5 mm. Terdapat lebih dari 70.000 pemukiman yang berada di bantaran Sungai Ciliwung di DKI Jakarta yang menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air bersih. Sungai Ciliwung saat ini sudah dapat ditemukan adanya pencemaran mikroplastik yang memberikan dampak adanya paparan terhadap makhluk hidup di sungai. Adapun permasalahannya adalah adanya paparan terhadap 75% ikan kepala timah (Aplocheilus sp.) sebanyak 1,97 partikel per ikan dengan ukuran 300 sampai dengan 500 μm. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis jumlah timbulan dan variabilitas mikroplastik di air dan sedimen Sungai Ciliwung, material komposisi mikroplastik, simulasi fluktuasi pencemaran mikroplastik, dan skenario minimasi mikroplastik pada air Sungai Ciliwung. Metode yang digunakan untuk mengambil sampel air mengikuti SNI dan untuk sampel mikroplastik mengikuti metode NOAA. Prinsip yang digunakan untuk simulasi fluktuasi dan skenario intervensi minimasi adalah kesetimbangan massa. Jika ditinjau dari ketujuh titik yang merepresentasikan Sungai Ciliwung bagian hilir sampai dengan hulu di Provinsi DKI Jakarta, jumlah mikroplastik berada di rentang 320-741 partiklel/L. Untuk bentuk yang mendominasi dapat dianalisis bahwa mayoritas bentuk mikroplastiknya adalah fragmen (97%), diikuti dengan fiber (2.9%) dan pellet (0.1%). Sedangkan pada sedimen, jumlah mikroplastik pada sedimen Sungai Ciliwung berada di rentang 6560-10630 partikel/kg. Pada air saluran drainase, jumlah mikroplastiknya adalah 365-822 partikel/L dengan persentase fragmen sebesari 98% dan fiber 2%. Material penyusun komposisi mikroplastik di air dan sedimen Sungai Ciliwung di antaranya adalah: tencel, PVFM, Polyacetylene, PES, PEI, PEEK, , PVAL, Polivinyl-Pyrrolidone, Polyacrylmide, dan PVB. Pemodelan pencemaran mikroplastik di air Sungai Ciliwung memiliki tingkat akurasi ± 70%. Skenario yang diusulkan untuk meminimasi pencemaran mikroplastik di air Sungai Ciliwung adalah dengan menerapkan revitalisasi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Berbasis Pengolahan Air Limbah Sederhana dengan Menerapkan Sistem Wetland dan Corn Straw and Hardwood Biochar Filter dengan persentase minimasi 49-95%.

Microplastics are emerging contaminants that are degraded from textile, petroleum and cosmetic plastic products with a size of less than 5 mm. There are more than 70,000 settlements on the banks of the Ciliwung River in DKI Jakarta that use river water as a source of clean water. The Ciliwung River can now be found microplastic pollution which has an impact on exposure to living things in the river. The problem is exposure to 75% of tinhead fish (Aplocheilus sp.) with as many as 1.97 particles per fish with a size of 300 to 500 μm. The purpose of this study was to analyze the amount of generation and variability of microplastics in the water and sediments of the Ciliwung River, the material composition of microplastics, simulations of fluctuations in microplastic pollution, and scenarios for minimizing microplastics in Ciliwung River water. The method used to take water samples follows SNI and for microplastic samples follows the NOAA method. The principle used for the fluctuation simulation and minimization intervention scenario is mass balance. If viewed from the seven points representing the downstream to upstream Ciliwung River in DKI Jakarta Province, the amount of microplastics is in the range of 320-741 particles/L. For the dominating form, it can be analyzed that the majority of microplastic forms are fragments (97%), followed by fiber (2.9%) and pellets (0.1%). Whereas in sediments, the amount of microplastic in Ciliwung River sediments is in the range of 6560-10630 particles/kg. In drainage water, the number of microplastics is 365-822 particles/L with a fragment percentage of 98% and 2% fiber. The materials that make up the composition of microplastics in the water and sediments of the Ciliwung River include: Tencel, PVFM, Polyacetylene, PES, PEI, PEEK, , PVAL, Polivinyl-Pyrrolidone, Polyacrylmide, and PVB. Modeling microplastic pollution in Ciliwung River water has an accuracy rate of ± 70%. The proposed scenario to minimize microplastic pollution in Ciliwung River water is to implement a revitalization of Child-Friendly Integrated Public Spaces (RPTRA) Based on Simple Wastewater Treatment by Implementing a Wetland System and Corn Straw and Hardwood Biochar Filter with a minimum percentage of 49-95%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Salam
"ABSTAK
Sejak tahun 1989, Program Kali Bersih (Prokasih) gencar dicetuskan dan dibahasa dalam berbagai kesempatan dan media karena dianggap sebagai hal yang sangat mendasar bagi hidup dan kehidupan masyarkat, terutama mereka yang berdomisili di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS).
Pemerintah DKI Jakarta telah menyelenggarakan Prokasih sejak awal, kegiatannya dilaksanakan oleh kelompok kerja (Pokja) yang dibentuk dan dievaluasi setiap awal tahun anggaran sebagai kelembagaan yang mengelola Prokasih. Upaya ini telah membuahkan hasil berupa penghargaan sebagai penyelenggara terbaik [ertama Prokasih selama 3 tahun berturut-turut dan menjadi terbaik kedua pada tahun keempat se-Indonesia. Berdasarkan hasil tersebut di satu sisi, sementara di sisi lain keadaan kali yang kini masihtercemar (menurut laboratorium KP2L), semakin hitam dan semakin berbau (menurut pengamatan dan keterangan masyarakat setempat), serta belum tercapainya baku mutu yang telah ditetapkan (menurut data yang ada pada Sekretariat Prokasih dan Biro BLH), menimbulkan keinginan untuk meneliti bagaiman performance (tampilan, pelaksanaan, penyelenggaraan) kelembagaan Prokasih serta faktor apa yang menentukan/menghambat keberhasilan kelembagaan Prokasih di Jakarta ini.
Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui faktor-faktor penentu keberhasilan kelembagaan Prokasih dalam upaya mengembalikan kebersihan kali dan meningkatkan kualitas air kali sesuai dengan baku mutu peruntukannya. Secara khusus bertujuan untuk mengembangkan model kelembagaan berupa lembaga pengelola sungai dengan garis tugas yang jelas dan tegas dalam upaya mewujudkan tujuan Prokasih di DKI Jakarta.
Penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat antara lain berupa konsep tentang pengelolaan sungai yang secara khusus ditujukan kepada Pemerintah DKI Jakarta dan secara umum sebagai contoh bagi pemerintah Daerah lainnya di Indonesia.
Untuk maksud tersebut, dilakukan penelitian pustaka dan penelitian lapangan yang difokuskan kepada lembaga dan kelembagaan dalam mengelola 3 sungai utama Prokasih di DKI Jakarta, yaitu Sungai Ciliwung, Cipinang dan Mookervart.
Populasi penelitian ini adalah lembaga-lembaga yang mengelola Prokasih seperti Dinas, Badan, Biro, lembaga lain yang terkait, serta masyarakt sekitar DAS Prokasih. Sampel penelitian ditentukan dari populasi yang ada, pilihan didasarkan pada unsur/sub bagian lembaga yang mengelola bagian tugas prokasih, serta anggota masyarakat dan industry yang dipilih secara pusposif (pertimbangan, yaitu sampel pertimbnagan menurut konteks dan kondisinya.
Responden penelitian ini dipilih dengan mempertimbnagkan erat tidaknya tugas yang dikelolanya pada lembaga responden dengan performance Prokasih serta anggota masyarakat dan atau industry yang dipilih secara purposive sebagai bagian dari sampling purposive.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, observasi dan studi pustaka tentang penyelenggaraan Prokasih di DKI Jakarta. Cara ppengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microstat, menerapkan rumus Chi Kuadrat (x2) yang antara lain berfungsi untuk mnegukur derajat hubungan antar variabel dan keterkaitan antar aspek kelembagaan Prokasih yang berarti keterpaduan antar lembaga pengelolanya.
Dari hasil analisis diperoleh temuan bahwa performance (penyelenggaraa) Prokasih belum optimal, masih terdapat kelembagaan yang overlapping (tumpeng tindih) dalam mengelola sungai, serta masih rendahnya partisipasi masyarakat dan pengusaha industry dalam menunjang Prokasih di DKI Jakarta. Kenyataan ini dibuktikan dengan keadaan kali yang masih belu memenuhi syarat sesuai baku mutu dan peruntukkannya.
Untuk mengatasi hal tersebut aspek kelembagaan Prokasih di DKI Jakarta harus dilaksanakan secara terpadu, terarah dan serentak dengan memrioritaskan pada perlakuan lembaga terkait untuk mewujudkan performance Prokasi yang lebih baik dari yang ada kini, kemudian pemantauan efluen dan badan air perlu ditingkatkan frekuensinya dan diikuti dengan tindak lanjut dari pemantauan tersebut baik yang dilakukan oleh lembaga pemerintah secra langsung maupun dengan melibatkan masyarakat setempat, serta diperlukan upaya untuk menyamakan persepsi antar lembaga terkait agar lebih terjalin koorsdinasi yang lebih baik dari yang ada sekarang ini. Mengikuti hasil analisis tersebut, barangkali kini sudah waktunya untuk meningkatkan piranti hukum dan penerangan, agar lembaga Prokasih bekerjasama dengan lembaga berwenang mau dan mampu menerapkan sanksi yang lebih tegas kepada para pencemar sungai tanpa kecuali bila ingin mengendalikan pencemaran sungai ini."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sungai Cikaniki merupakan anak Sungai Cisadane yang memiliki peran penting bagi sektor pertanian maupun sektor lainnya. Adanya aktivitas antropogenik (pertanian, domestik, dan penambangan emas) yang terjadi di Sungai Cikaniki ditengarai dapat mengganggu keseimbangan ekologi dari komunitas fauna makrobentik yang hidup di dalamya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dampak aktivitas antropogenik yang terjadi di sekitar Sungai Cikaniki terhadap kondisi ekologi pada komunitas fauna makrobentik. Penelitian telah dilakukan selama 3 tahun dimulai bulan Mei 2006 hingga Agustus 2008. Pengambilan fauna makrobentik dengan menggunakan alai D-frame kick net dan renumerasi sampel menggunakan metode fix count 100 individu. Dari penelitian ini menunjukkan adanya aktivitas antropogenik yang terjadi di Sungai Cikaniki dapat mempengaruhi jumlah taxa, komposisi, dan kelimpahan dari fauna makrobentik. Di samping itu, penggunaan metrik biologi seperti EPT, kekayaan taxa, dan indek diversitas Shannon-Wiener relatif sensitif dalam mendeteksi tingginya kontaminasi logam merkuri di sedimen, konduktivitas, oksigen terlarut, dan suhu air. Dari ordinasi canonical correspondence analysis (CCA) menunjukkan larvae Trichoptera Glossosoma sp., Coleoptera Berosus sp., Nympha Odonata Diplebia coerulescens, Plecoptera Nemoura sp., Amphinemoura sp., Ephemeroptera Atalophlebia sp., Larva Diptera Hexatoma sp. dan Glutops sp. relatif sensitif dicirikan oleh rendahnya suhu, konduktivitas, debit, dan konsentrasi merkuri di air, dan sedimen. Larva Coleoptera Notriolus sp, Diptera Chironomidae Krenopelopia sp., Polypedilum flavum, Eukiefferiella sp., Cricotopus politus, Trichoptera Ceratopsyche sp., Lepidoptera Nymphulinae dan nympha Ephemeroptera Platybaetis sp relatif toleran terhadap peningkatan variabel suhu air, konduktivitas, debit air, konsentrasi merkuri di air dan sedimen yang relatif tinggi."
551 LIMNO 16:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Dharma
"Pendahuluan: Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) saat ini merupakan isu global yang kompleks karena penggunaan merkuri elemental dalam proses kerjanya. Pajanan merkuri pada pekerja menempatkannya dalam risiko gangguan kesehatan yang serius. Ada 850 titik PESK di Indonesia yang tersebar di 32 propinsi, dengan jumlah pekerja yang tidak kurang dari 250.00 orang. Informasi terkait jenis aktifitas kerja yang paling berpengaruh terhadap risiko gangguan kesehatan pada pekerja PESK akan sangat berguna sebagai pedoman dalam melakukan tindakan pengendalian risiko.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang bertujuan mencari hubungan antara jenis aktifitas kerja dengan kadar merkuri urin pekerja. Intoksikasi merkuri ditetapkan sesuai NAB yang ditetapkan Pemerintah, yaitu 20 µg/gram kreatinin. Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa hasil pengisian kuisioner dan hasil pemeriksaan merkuri urin pekerja PESK di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Banten.
Hasil: Prevalensi pekerja yang memiliki kadar merkuri urin di atas NAB di dua propinsi di Indonesia adalah 35,5%. Dari analaisis multivariat, faktor yang paling dominan adalah jenis aktifitas kerja risiko tinggi (p=0,003 ROsuaian:2,811 IK95%:1,413-5,590).
Kesimpulan:  Jenis aktivitas kerja risiko tinggi adalah jenis aktivitas kerja yang paling berisiko menyebabkan pekerja PESK pada penelitian ini memiliki kadar merkuri urin di atas NAB.

Introduction: Artisanal and Small-scale Gold Mining (ASGM) has became global and complex issues, because of the use of elemental mercury in its working processes. Workers in ASGM divided into three type of tasks: miner, mineral processor and smelter. Smelter was categorized as high risk type of task, regarding the exposure of mercury vapor resulted from heating the amalgam. Urinary mercury level can be used as an indicator for the severity of mercury exposure in a worker.
Method: A cross sectional design study to obtain job task and its relation to urinary mercury level among ASGM worker. Job task divided into high risk type of task (smelter), and low risk type of task (miner and mineral processor). We used secondary data from questionnaire and mercury urinary level of ASGM worker in the provinces of Nusa Tenggara Barat and Banten. Biological Exposure Index (BEI) of mercury was 20 µg/gram creatinin, referred to The Decree of Ministry of Manpower of Republik Indonesia and American Conference of Govermental Industril Hyginenists (ACGIH).
Result: Prevalence of workers having urinary mercury level above BEI was 35,5%. Smelter was the most dominant factor (p=0,003 adjustedOR:2,811 CI95%:1,413-5,590).
Conclusion: The most related factor was high risk type of task.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akram Murijal
"Penelitian mengenai kualitas Sungai Pesanggrahan telah dilakukan di sembilan stasiun pengamatan di sepanjang sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas sungai dengan menggunakan makroozoobentos sebagai objek yang diteliti dan Biological Monitoring Working Party -- Average Score Per Taxon (BMWP -- ASPT) sebagai metode yang dipakai. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia. Dari hasil penelitian didapatkan 13 Famili makrozoobentos antara lain Hydropsycidae, Libellulidae, Aeshnidae, Lestidae, Chironomidae, Palaemonidae, Potamoidea, Viviparidae, Ampullaridae, Thiaridae, Corbiculidae, Tubificidae, Hirudinae, dan Glossiphoniidae. Nilai (Average Score Per Taxon) ASPT berkisar antara 1--4,75. Berdasarkan nilai ASPT terlihat bahwa Sungai Pesanggrahan dari Hulu (Bogor, Jawa Barat) sampai Hilir (Kembangan, DKI Jakarta) telah mengalami pencemaran tingkat sedang sampai berat, dengan ditandai adanya pencemaran organik dan anorganik yang tinggi.

Research on the quality of the Pesanggrahan River has been performed in nine observation stations along the river. This study aims to determine the quality of the river using makroozoobentos as the object and Biological Monitoring Working Party -- Average score per taxon (BMWP -- ASPT) method. Identification of samples was conducted in Laboratory of Ecology, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Indonesia. There are 13 Families of makrozoobentos: Hydropsycidae, Libellulidae, Aeshnidae, Lestidae, Chironomidae, Palaemonidae, Potamoidea, Viviparidae, Ampullaridae, Thiaridae, Corbiculidae, Tubificidae, Hirudinae, and Glossiphoniidae. Value of ASPT (Average Score Per Taxon) ranged from 1--4.75. Based on the value of ASPT, the Pesanggrahan River from Upstream (Bogor, West Java) to Downstream (Kembangan, DKI Jakarta) has been experienced moderate to high level of pollution with indication of high organic and inorganic pollution."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1275
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>