Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111449 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhayati Adnan
"Informasi yang valid tentang pajanan masa lalu mungkin sulit didapat dari wawancara individu. Peran ahli seperti higiene industri atau pertanian dalam mengestimasi pajanan pestisida dengan menggunakan jenis pekerjaan dapat meningkatkan validitas data pajanan. Penelitian ini bertujuan membandingkan pajanan pestisida ditempat kerja yang ditentukan berdasarkan laporan individu dan ahli, serta mempelajari pola perbedaan tingkat pajanan dari kedua
metode tersebut. Laporan individu berasal dari studi kasus kontrol tentang anemia aplastik di Thailand. Estimasi ahli digunakan untuk menentukan tingkat pajanan terhadap 4 jenis pestisida pada setiap 476 jenis pekerjaan. Instrumen standar dibuat berdasarkan probabilitas pajanan, frekuensi, intensitas dan keyakinan diri dalam menentukan pajanan. Penelitian ini menemukan kesesuaian yang buruk tentang pajanan yang ditentukan oleh kedua metode. Petani padi merupakan kelompok pekerja terbesar yang dinyatakan terpajan ke empat pestisida oleh ahli, tetapi hampir semua petani padi tidak melaporkan keterpajanan tersebut. Ada perbedaan dalam melaporkan pajanan: kelompok kasus, pria, usia muda, dan pekerja yang mempunyai penghasilan tinggi cenderung melaporkan pajanan. Dengan ketidakyakinan estimasi pajanan dari kedua metode ini, maka gabungan pajanan yang berasal dari ahli dan laporan individu akan meningkatkan kegunaan kedua metode dan meningkatkan validitas pajanan."
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
613 KESMAS 4:5 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Apriyanto
"Pajanan zat kimia yang bersifat endocrine disruptor dapat memberikan dampak terhadap sistem hormon manusia sehingga terjadi gangguan kesehatan akibat dari ketidakstabilan sistem tubuh. Pestisida merupakan salah satu zat yang bersifat endocrine disruptor di dalam tubuh dan biasa digunakan dalam kegiatan pertanian, khususnya dalam pengendalian hama tanaman. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pajanan pestisida dengan gangguan kesehatan, yaitu gejala hipotiroid dan gangguan siklus menstruasi. Penelitian terhadap petani di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes dilakukan pada bulan Mei 2014 dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Data diambil secara non rondom sampling dengan metode quota sampling di lima desa (Kersana, Kemukten, Limbangan, Sutamaja, dan Kramatsampang) dengan jumlah sampel sebanyak 121 responden. Pengumpulan data diambil dengan metode wawancara dan pemeriksaan fisik kelenjar tiroid secara palpasi. Hasil penelitian didapatkan prevalensi goiter sebanyak 27.3%, gejala hipotiroid sebanyak 17,4%, yang merasakan 10 gejala sebanyak 1,7% dan gangguan siklus menstruasi sebanyak 47.4%. Terdapat hubungan bermakna antara kejadian goiter dengan masa kerja (p= 0,011) dan pengetahuan terkait pestisida (p= 0,031), gejala hipotiroid dengan lama pajanan (p= 0,009), dan gangguan siklus menstruasi dengan indeks massa tubuh (p= 0,001).

Chemical exposures as endocrine disruptor may have an impact on the human hormone system. As a result, endocrine disruptor affect to instability of the body systems. Pesticide is one of the endocrine disruptor that commonly used in agriculture as a pest control. Therefore, the study was conducted to see the effect of pesticide exposure to the symptom of hypothyroidism and menstrual disorder. The study was conducted in Subdistrict Kersana, District Brebes, Central Java at May 2014 by cross-sectional design study on farm worker. As many as 121 respondents in five villages (Kersana, Kemukten, Limbangan, Sutamaja, and Kramatsampang) and collected by non rondom sampling and quota sampling method. The data was collected by questionnaire and physical examination (palpation) of the thyroid gland. The result showed that the prevalence of goiter is 27,3%, symptoms of hypothyroidsm is 17,4%, feel 10 symptom of hypothyroid is 1,7%, and menstrual disorder is 47,4%. There was significant relationship between goiter with number of year working in agriculture (p= 0,011) and the respondents? knowledge related of pesticide (p= 0,031), symptoms of hypothyroidsm and time.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyna Rachmanniar
"Pestisida golongan organo fosfat dan karbamat adalah pestisida yang paling banyak digunakan petani dalam membasmi serangga dan merupakan golongan pestisida yang dapat menurunkan aktifitas enzim kolinesterase dalam darah manusia yang terpapar pestisida. Tinggi rendahnya aktivitas enzim kolinesterase menjadi indikator tinggi rendahnya tingkat keracunan dan dapat dijadikan indikasi keberadaan pestisida dalam darah. Populasi studi penelitian ini adalah seluruh petani holtikultura yang rentan terpajan pestisida di wilayah Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Penelitian menggunakan studi analitik observasional dengan desain cross-sectional, danjumlah sampel sebanyak 57 petani penyemprot. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan pemeriksaan enzim kolinesterase pada darah petani di Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Jakarta dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukan 25,5 sampel darah tidak normal atau 14 orang dengankadar enzim kolinesterase dibawah 5,4 kU/L. Usia Petani penyemprot 50,9 masih berusia produktif yaitu antara 18 sampai 49 tahun. Berdasarkan statistik, faktor umur, status gizi, frekuensi pajanan, durasi kerja, penggunaan alatpelindung diri APD dan tingkat pengetahuan petani tentang pestisida tidak berhubungan dengan kadar enzim cholinesterase dalam darah petani sayuran.

Organophosphate and carbamate pesticides are the most widely used pesticides of farmers in eradicating insects and are a class of pesticides that can decrease Cholinesterase enzyme activity in human blood exposed to pesticides. The lowlevel of cholinesterase enzyme activity is an indicator of the high level ofpoisoning and can be an indication of the presence of pesticides in the blood. Thestudy population of this study is all horticultural farmers who are vulnerable toexposure to pesticides in the area of Desa Cibodas Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. The study used an observational analytical study with cross sectional design, and a sample size of 57 farmers. Data collectionby interviewing and examination of cholinesterase enzyme on farmer 39's blood at Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Jakarta by spectrophotometric method. The results showed 25.5 abnormal blood sample or 14 people with cholinesterase enzyme levels below 5.4 kU L. Age of sprayer Farmers 50.9 are still productive age between 18 to 49 years. Based on statistics, age factor, nutritional status, exposure frequency, duration of work, use of personal protective equipment PPE and the level of knowledge of farmers about pesticides are not related to cholinesterase enzyme levels in the blood of vegetable farmers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Romualdy P.
"ABSTRAK
Karena buruknya sanitasi lingkungan di saluran-saluran pembuangan limbah rumah tangga di Jakarta, populasi nyamuk bertambah demikian pesatnya sehingga memaksa penduduk menggunakan pestisida di dalam rumah pada malam hari. Diperkirakan lebih dari 80% rumah tangga di Jakarta mempunyai pestisida, kebanyakan jenis propoxur.
Penelitian ini menggunakan data primer, disain kohort retrospektif dengan 300 sampel dibagi dalam 3 kelompok masing-masing 0-1 kali penyemprotan(sebagai kontrol), 2-4 kali penyemprotan dan 5-7 kali penyemprotan per minggu. Yang diteliti adalah kadar kolin-esterase plasma darah dan keluhan efek kesehatan menggunakan kuesioner, yaitu keluhan sakit kepala, mual-muntah dan kejang-kramp sesaat otot perut.
Hasil penelitian didapat kadar kolin-esterase kelompok 2 lebih rendah 5,7% dibanding kontrol, dan kelompok 3 lebih rendah 15,3% dibanding kontrol, sehingga terdapat hubungan bermakna antara pemajanan kronik propoxur di rumah tangga dengan kadar kolin-esterase darah. Namun hubungannya dengan efek kesehatan belum terbukti. Efek kesehatan dalam penelitian ini hanya berhubungan dengan faktor sosial-ekonomi.
Disarankan membatasi penggunaan propoxur di masyarakat karena terbukti mempengaruhi enzim kolin-esterase jangka lama, mengatasi populasi nyamuk dengan cara yang Iebih efektif yaitu menanggulangi tempat perindukannya secara lintas-sektoral terpadu, dan melanjutkan penelitian untuk mencari efek kesehatan yang lebih representatif dan objektif.

ABSTRACT
Bad sanitation, especially in gutters in Jakarta has rise the population of mosquitos very high, so that people use pesticide in bed room in the evening. Approximately, 80% of houses in Jakarta use pesticide, mostly propoxur.
This research use primary data, kohort retrospective design with 300 samples divided into 3 groups. The groups are 0 - I time of spraying (the control group), 2 - 4 times of spraying and 5 - 7 times of spraying per week. The concentration of cholinesterase in blood plasm and feeling of health effects are investigated. For this purpose a questionaire is used when respondents are asked about symptoms of headache, nausea-vomiting and stiff cramp in the abdomen muscle.
From this research is obtained that concentration of the cholinesterase of the 2Ad group is 53% lower than the control group and the 3rd group is 15.3% lower than the control group. That is significant correlation between chronic exposure of propoxur in house-hold and concentration cholinesterase in the blood plasm. However the correlation with health effect has not been proved.
It suggested to limit the usage of propoxur in society because it evidently influences cholinesterase enzyme in the long time, and control mosquito's population wich more effective on its breeding by multi-sector . The research must be continued to get some health effect wich related more representative and objective.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karimah Mahdiyyah
"Penggunaan pestisida selain memberikan manfaat untuk mengendalikan hama ternyata dapat memberikan dampak, baik untuk manusia maupun lingkungan. Oleh karena itu, penggunaan pestisida harus digunakan secara bijaksana sesuai dengan jenis, dosis, sasaran, cara, dan waktu aplikasi. Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat menyebabkan berbagai efek kesehatan, baik yang akut maupun kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam penggunaan pestisida dengan keluhan kesehatan petani di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 100 orang yang merupakan penyemprot pestisida di Desa Cikandang, dengan metode accidental sampling. Berdasarkan hasil univariat, 57 memiliki pengetahuan yang kurang baik, 82 sikap yang baik, dan 79 perilaku yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis bivariat, ditemukan bahwa yang memiliki hubungan signifikan dengan keluhan kesehatan adalah perilaku OR=4,24 . Hasil ini menunjukkan perlunya penyuluhan mengenai pestisida serta Alat Pelindung Diri APD untuk petani penyemprot pestisida agar tidak mengalami keluhan kesehatan.

The use of pesticides in addition to provide benefits to control pests can also have impacts both for humans and the environment. Therefore, pesticides should be used simultaneously according to the type, dose, target, manner, and time of application. Incorrect use of pesticides can lead to various health effects, both acute and chronic. This study aims to determine the relationship between knowledge, attitude, and actions of farmers in the use of pesticides with health problem of farmers in the Cikandang Village, Cikajang District, Garut Regency. The study used cross sectional design. The samples involved in this research were 100 people who were pesticide sprayers in Cikandang Village, using accidental sampling method. Based on univariate results, 57 had poor knowledge, 82 good attitude, and 79 bad behavior. In addition, it was found that behavior OR 4,24 had the strongest relationship with health problem. These results indicated the need for counseling on pesticides and personal protective equipment PPE for pesticide sprayers to avoid health problem. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartono
"Wanita bermukim di daerah pertanian berisiko terpajan pestisida yang dapat berakibat hipotiroidisme yang pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan tumbuh-kembang janin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui angka kejadian keracunan pestisida dan hipotiroidisme pada wanita usia subur di daerah pertanian. Penelitian ini menggunakan disain penelitian cross-sectional dan 26 WUS terpilih sebagai subjek secara acak. Semua subjek dilakukan pengukuran
kadar TSH, fT4 dan enzim kolinesterase, sementara kadar T3, UEI, dan Pb darah diukur pada sub-sampel. Penderita dinyatakan keracunan pestisida apabila ditemukan kadar enzim kolinesterase <3,9 μg/L dan dinyatakan hipotiroidisme apabila kadar TSH >4,5 μIU/L. Penelitian ini menemukan rerata kadar kolinesterase adalah 7,26 (±1,28) dengan kisaran nilai 5,33-9,39 μg/L; rerata kadar TSH adalah 5,09 (±6,14), dengan kisaran nilai 0,47-31,73μIU/L; rerata kadar fT4 adalah 15,18 (±2,09), dengan kisaran nilai 8,73-18,87 pmol/L; rerata kadar T3 adalah 1,75 (±0,51), dengan kisaran nilai 1,24-2,95 pmol/L. Prevalensi keracunan pestisida pada WUS 0,0% dan prevalensi hipotiroidisme 46,2%."
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
613 KESMAS 4:5 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Wudianto
Jakarta : Penebar Swadaya, 1997
632.95 RIN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soetikno S. Sastroutomo
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992
632.95 SOE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Widaningsih
"Pertambahan penduduk dari hari ke hari selalu meningkat, mengakibatkan kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Peningkatan produksi pangan memerlukan lahan pertanian, sedangkan lahan pertanian dari hari ke hari luasnya cenderung berkurang.
Oleh karena itu satu-satunya usaha peningkatan produksi pertanian agar dapat mengimbangi pertambahan penduduk adalah melalui intensifikasi pertanian, khususnya melalui peningkatan mutu intensifikasi. Dalam peningkatan produksi pertanian, perlindungan tanaman mempunyai peranan yang penting dan menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari usaha tersebut. Pestisida merupakan bahan-bahan kimia atau alami yang digunakan untuk mengendalikan populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) terutama dengan cara membunuh organisme (hama, penyakit, gulma dan sebagainya).
Penggunaan pestisida meningkat dengan pesat, terutama di negara-negara berkembang, dimana pestisida dianggap sebagai suatu cara mudah untuk meningkatkan produksi dan seringkali secara aktif dipromosikan dan disubsidi. Namun kerugian dan bahaya penggunaan pestisida lambat laun sangat dirasakan oleh manusia diantaranya : hama menjadi resisten terhadap pestisida, yang kemudian memaksa penggunaan pestisida dalam dosis yang lebih tinggi, sehingga akhimya perlu diciptakan pestisida baru dengan biaya semakin mahal. Pestisida bukan hanya membunuh organisme yang menyebabkan kerusakan pada tanaman, namun juga membunuh organisme yang berguna seperti musuh alami hama. Populasi hama dan serangan hama sekunder bisa meningkat setelah penggunaan pestisida (resudensi).
Pestisida yang dipakai di lahan pertanian, hanya sebagian kecil mengenai organisme yang seharusnya dikendalikan, sebagian besar pestisida itu masuk ke dalam udara, tanah, atau air yang bisa membahayakan kehidupan organisme lain. Pestisida yang tidak mudah terurai, akan terserap dalam rantai makanan dan sangat membahayakan serangga, hewan pemakan serangga, burung pemangsa, dan pada akhirnya manusia (bioakumulasi).
Menyadari kian besarnya bahaya penggunaan pestisida, maka pemerintah mengintroduksikan konsep pengendalian berdasarkan pendekatan prinsip ekologis (lingkungan) dan ekonomi serta sosial yaitu Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Introduksi PHT dilakukan melalui penyuluhan rutin dan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu.
Penggunaan pestisida yang tidak selektif dapat menurunkan populasi musuh alami hama, serangga berguna dan makhluk bukan sasaran. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan keragaman spesies (diversitas spesies) dalam ekosistem pertanian tersebut yang mempengaruhi kestabilan ekosistem dan berarti pula telah terjadi penurunan kualitas lingkungan.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah pemakaian pestisida yang tidak selektif dapat mempengaruhi keragaman spesies serangga di ekosistem sawah?
2. Apakah pemakaian pestisida mempengaruhi populasi serangga hama ?
3. Apakah pemakaian pestisida mempengaruhi populasi serangga musuh alaminya (predator dan parasitoid telur)?
4. Apakah pemakaian pestisida dapat menimbulkan residu pada lahan pertanian dan gabah?
5. Apakah penggunaan pestisida dengan sistem Konvensional/Non PHT pada lahan sawah, efisien dibandingkan dengan sistem PHT?
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menelaah pengaruh pemakaian pestisida pada keragaman spesies/jenis serangga ekosistem sawah.
2. Menelaah pengaruh pemakaian pestisida pada populasi serangga hama.
3. Menelaah pengaruh pemakaian pestisida pada populasi serangga musuh alami (predator dan parasitoid telur).
4. Menelaah ada tidaknya residu pestisida pada lahan pertanian dan gabah.
5. Menelaah efsiensi yang diperoleh jika tidak menggunakan pestisida (sistem PHT).
Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Pemakaian pestisida menurunkan keragaman spesies/jenis serangga di ekosistem sawah.
2. Pemakaian pestisida menurunkan populasi serangga hama.
3. Pemakaian pestisida menurunkan populasi serangga musuh alami (predator dan parasitoid telur).
4. Terdapat residu pestisida di lahan pertanian dan pada gabah.
5. Pemakaian pestisida, pada sistem Non PHT/Konvensional tidak efisien dibandingkan sistem PHT.
Metode penelitian eksperimen (Demonstrasi plot) di Desa Telagasari, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Menggunakan tiga petak lahan masing-masing berukuran 500 m2. Design penelitian One Way Anova, yaitu menguji antara petak Kontrol dengan petak PHT dan petak Non PHT. Parameter yang diamati : populasi dan jenis serangga hama; populasi dan jenis musuh alami (predator). Pengambilan sampel dilakukan pada sub-petak (petak contoh permanen) yang ditetapkan berdasarkan Diagonal System, dan pada masing-masing petak perlakuan terdapat 5 sub petak. Data dianalisis menggunakan SPSS (Statistical Produts and Service Solutions) yaitu Uji F atau Analisis Varian (ANOVA).
Hasil Penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Keragaman spesies serangga yang diperoleh pada petak PHT nilai rata-rata sebesar 1.554;1.864 lebih besar dari petak Non PHT (1.127:1.592) dan petak Kontrol (1.380;1.894), pada pertumbuhan fase vegetatif signifikan, dan pada fase generatif tanaman padi, tidak signifikan.
2. Populasi serangga hama ulat daun dan wereng coklat pada fase vegetatif, antara Kontrol (392), PHT (280) dan Non PHT (373) tidak signifikan, sedangkan populasi predator antara Kontrol (583), PHT (470) dan Non PHT (193) signifikan. Populasi serangga hama wereng coklat dan walang sangit (fase generatif sistem PHT (320) dan Non PHT (333) tidak signifikan antar perlakuan, sedangkan populasi predator antara Kontrol (376), PHT (342) dan Non PHT (188) signifikan.
3. Hasil analisis residu pada sampel lahan dan gabah menunjukkan bahwa pestisida yang digunakan selama penelitian di petak Non PHT/Konvensional tidak terdeteksi (tidak meninggalkan residu) demikian juga pada gabah.
4. Jumlah kelompok telur penggerek padi putih tertinggi dijumpai pada petak Kontrol 3 kelompok, diikuti petak PHT 1.66 kelompok dan masing-masing kelompok telur diparasit oleh parasitoid Telenomus sp. (yang persentase tingkat parasitasinya bervariasi), sedangkan terendah pada petak Non PHT yaitu 1.33 kelompok dan tidak terdapat parasitoid Telenomus sp.
5. Hasil gabah Kering Panen per Rumpun pada petak Kontrol dan petak PHT hampir sama (55.150 gramfrumpun), sedangkan pada petak Non PHT lebih rendah yaitu 51.49 gramlrumpun (tidak signifikan).
6. Jumlah malai per rumpun ketiga petak perlakuan hampir sama, pada petak Kontrol (17.99 malai per rumpun), petak PHT (18.14 malai per rumpun) dan Non PHT/Konvensional (18.14 malai per rumpun) dan tidak signifikan.
7. Pelaksanaan sistem PHT lebih efisien dibandingkan dengan sistem Konvensional, terutama terlihat dari penurunan jumlah dan frekuensi penggunaan pestisida. Pemakaian pestisida selama musim tanam menambah input akibat adanya biaya pengendalian OPT sebesar Rp. 628.0001Ha (Enam ratus dua puluh delapan ribu rupiah per hektar), belum termasuk ongkos pengamatan, sedangkan biaya produksi keseluruhan tanpa menggunakan pestisida sebesar Rp. 2.893.0001Ha (Dua juta delapan ratus sembilan puluh tiga ribu rupiah per hektar), jadi penerapan sistem PHT meningkatkan efisiensi sebesar 21.7% dari input.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Keragaman spesies serangga pada ekosistem sawah dengan penerapan sistem PHT, berkisar antara 0.908 sampai 3.122, lebih besar dibandingkan dengan sistem Non PHT yang berkisar antara 0.592 sampai 2.166. Pemakaian pestisida signifikan menurunkan keragaman spesies serangga di ekosistem sawah.
2. Penggunaan pestisida tidak signifikan menurunkan jumiah populasi serangga hama. Jumlah populasi serangga dengan penerapan sistem PHT sebesar 600 per 100 rumpun, sedangkan dengan sistem Non PHT sebesar 706 per 100 rumpun.
3. Penggunaan pestisida signifikan menurunkan jumlah populasi predator di ekosistem sawah. Jumlah populasi predator pada penerapan sistem PHT sebesar 812 per 100 rumpun dan dengan sistem Non PHT sebesar 381 per 100 rumpun. Penggunaan pestisida Spontan 400 WSC dan Furadan 3 G menyebabkan populasi parasitoid Telenomus sp. yang menetas dari telur penggerek batang padi putih (T. innotata) menurun.
4. Pestisida yang digunakan selama penelitian (2 minggu setelah tanam, pertengahan masa tanam dan 2 minggu menjelang panen) belum meninggalkan residu di tanah dan di gabah, namun demikian bukan berarti tidak berpotensi untuk menimbulkan residu. Hasil analisis tanah ditemukan residu pestisida yang tidak digunakan selama penelitian yaltu : 0.0002 ppm Lindane; 0.0002 ppm HEE dan 0.9859 ppm PCP (pada lahan PHT) serta, 0.0021 ppm Lindane; 0.0001 ppm HEE dan 0.1899 ppm PCP (pada lahan Non PHT).
5. Penerapan sistem PHT lebih efisien 21.7% dibandingkan sistem Non PHT/Konvensional yang menggunakan pestisida,dengan tidak memperhatikan Ambang Pengendalian dan keberadaan serangga musuh alami.
The total population is rising from day to day; it's also caused the need of food increasingly. The raise of food production needs a wide agriculture field, while it tends to decrease from day to day.
Therefore, the only effort of agriculture production increase in order to balance the increase population is to intensify the agriculture production, and the plant protection has very important role and to be unseperated part of such efforts. Pesticide is chemical substance or the nature used to control the disturbing organism population of plant (OPT), especially by exterminating the organism (pest, plant disease, weed, etc).
The use of pesticide is rapidly increasing, especially in the developing countries where the pesticide is considered as the easy ways to raise the production and it' frequently and actively promoted and subsidized. But, the loss and danger of pesticide utility is gradually experienced mostly by the people, among other things, the insects would be resistance against the pesticide, and they're forced to use it in the higher dosages. Finally, it's created new pesticide with the higher cost. Pesticide is not only exterminating the organism that caused the damages on the plants, but also exterminating the useful organisms such as natural enemies of insects. The insects? population and secondary insects attack can be increasing after the pesticide kills its natural enemies (resurgence).
The pesticide used in the agriculture field is only a small part about the organisme that should be controlled, and the most part of pesticide mixed in to the air, soil, or water that can be endanger other living organisms. The pesticide that is not easily mixed up, will absorbd in the food chains and it's very dangerous for the insects, insect eater of animal, bird attacker, and human in the end (bioaccumulation).
To realize the great deal of danger of pesticide utility, the Government introduces the control system based on the ecological, economical and social principle approach, namely Integrated Pest Management (IPM).
The introduction of IPM is implemented by giving the intensive information and Integrated Pest Management Field School. The unselected pesticide utility can decrease the natural enemies? population of insects, useful insects, an non-target insects. This case can cause the decrease of species diversity in the agriculture ecosystem that influences the ecosystem stability and it also means that it has decreased the environmental quality.
The problem in this investigation, as follows:
1. Can the unselected pesticide utility influence the species diversity of insects in the rice field ecosystem?
2. Does the pesticide utility influence the population of insects?
3. Does the pesticide utility influence the population of insects as its natural enemy (predators and parasitoids)?
4. Can the pesticide utility cause residual on the rice field and unhusked grains?
5. Will the pesticide utility with conventional system or non-IPM system on the rice field, be efficient than IPM system?
This investigation is intended to:
1. To study the influence of pesticide utility on the diversity of insect species on rice field ecosystem.
2. To study the influence of pesticide utility on the insect population.
3. To study the influence of pesticide utility on the insect population as natural anemy.
4. To study either existed or not of pesticide residual in the rice field and unhusked grains.
5. The pesticide utility, on non-IPM system/conventional system is not efficient than IPM system.
Investigation method experiments in Telagasari District, Telagasari -Subdistrict, Karawang Regency, West Java. By using the three plots of land and each of them has a size 500 m2. The investigation design of One Way Anova, is to examine among the control plot, 1PM plot and non IPM plot. The observed parameters are population and short of insects? species; population and short of natural enemy (predators). The sample catchment is implemented on the subplot (permanent sample plot) stated based on the Diagonal System, and each plot of treatment consists of 5 sub-plots. Analysis data is using SPSS (Statistical product and Service Solution), namely F test or Variant Analysis (Anova).
The result of investigation as follows:
1. The diversity of insect species obtained in IPM plot has average value as much as 1.554; 1.864 higher than Non IPM plot (1.127; 1.592) and Control plot (1.380; 1.894), on growth of significant vegetative phase is significant but generative phase is not significant.
2. Insects population of leave caterpillar and Nilaparvata lugens on the vegetative phase among the control (392), IPM (280) and non IPM (373) are not significant, while the predator?s population among the control (583), IPM (470) and non IPM (193) are significant. Insect population of N. lugens and Leptocorisa acuta on the generative phase among the IPM system (320) and non IPM system (333) are not significant, while the predator population among the control (376), IPM system (342) and non IPM system (188) are significant.
3. The residual analysis result on the soil sample and unhusked grains indicated that pesticide utilized during investigation in the non IPM system is not detected (not leaving residual).
4. Total egg group of Tryporiza inotata is highly found in the control plot (3 group), followed by the 1PM plot (1.66 group) and each of them were parisitating by Telenomus sp parasitoid (whose parasitation level percentage is varied), while the lowest nonlPM plot is 1.33 group and is not found parasitoid Telenomus sp.
5. Harvest of dry unhusked grain each cluster in the control plot and the IPM plot are almost the same (55.150 gram/cluster), while non IPM plot is lower, namely 51.490 gram/cluster (it's not significant).
6. Number of malai each cluster in three plots is almost the same. on the control plot (17.99 malai/cluster) is lower than 1PM plot (18.14 malai/cluster) and non IPM plot (18.14 malai/cluster) and it's not significant.
7. Implementation IPM system is more efficient than conventional/non IPM system, especially seen from the decrease of amount anf frequency of pesticide utility during the planting seasons will increase input resulted from plants-disturbing organism control cost as much as Rp. 628.000,00/Ha (six hundred and twenty eight thousand rupiah per hectare), and it's not included the cost of workers, hire of spray equipment, while the whole production cost without using the pesticide as much as Rp. 2.893.000,00/Ha (two million eight hundred and ninety three thousand rupiah per hectare), so the IPM system is increasing efficiently as much as 21.7 % from input.
The conclusion obtained from this investigation as follows:
1. The diversity of insect species on rice field ecosystem by using IPM system, approximately 0.908 up to 3.122 is higher than the non IPM system (0.592 upto 2.166). The pesticide utility is decreasing significant for diversity of insect species in the rice field ecosystem.
2. The pesticide utility is decreasing not significant for the amount of insect population. Total insect population with the IPM system application as much as 600 per 100 clusters, while using the non IPM system as much as 381 per 100 clusters.
3. The pesticide utility is decreasing significant for the amount of predator population, on the IPM system application as much as 812 per 100 clusters and the nonIPM system as much as 381 per 100 clusters.
4. The pesticide utility of Sponan 400 WSC and Furadan 3 G causes the population of parasitoid Telenomus sp.hatched from eggs of Tryporiza inotata, is decreasing. The pesticide utilized during the investigation is not left the residual in the soil and in the unhusked grains, but its not mean not potential residues. Soil analysis result is found unused residual pesticide during the investigation, namely 0.0002 ppm Lindane; 0.0002 ppm HEE and 0.9895 ppm PCP (on IPM plot) and 0.0021 ppm Lindane; 0.0001 ppm HEE and 0.1899 ppm PCP (on nonIPM plot).
5. The IPM system application is more efficient as much as 21.7 % than the non IPM/conventional system that used the pesticide, without paying attention to control balance and the insects existence as the natural enemies.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T9975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pertanian, 1997
632.95 IND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>