Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170324 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferry Gunawan
"ABSTRAK
Era perdagangan bebas berupa pelaksanaan AFTA (Asean Free Trade Area) pada
tahun 2003 dan penghapusan MFA (Multi Fibre Arrangement) pada tahun 2005 akan
menghilangkan berbagai non tarif barrier seperti subsidi dan proteksi yang selama ini
menghalangi perdagangan bebas dan kompetisi yang sehat. Hal ini akan menimbulkan peluang
bagi negara eksportir pakaian, termasuk Indonesia. Namun di lain pihak, hal ini juga berarti
ancaman bagi industri pakaian jadi Indonesia, jika tidak segera berbenah dan memperbaiki
kinerja ekspornya yang selama tahun 1990-an cenderung menurun.
PT. GRI rnerupakan produsen pakaian jadi berkwalitas tinggi dengan porto folio yang
terdiri dari 40 merek terkemuka. Dengan reputasi dan pengalaman seÍama 25 tahun di bisnis
pakaian jadi, saat ini PT. GRI telah berhasil menguasai lebih dari 60% pangsa pasar domestik
untuk pakaian jadi bermerek dan telah mengekspor produknya ke negara-negara: Uni Eropa.,
Amerika Serikat, Jepang dan negara Asia Pasifik Íainnya. Bahkan dalam beberapa tahun
terakhir nilai penjualan ekspor PT. GRI telah melampaul nilai penjualan domestiknya. Karya
akhir ¡ni disusun dengan maksud untuk memberi masukan kepada manajemen dan
melengkapi perencanaan PT. GRI dalam rnenyongsong era perdagangan bebas tersebut.
Dari analisa Iingkungan eksternal diketahui bahwa kondisi ekonomi dan politik
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini dapat dikatakan kurang kondusif bagi pemulihan
ekonomi Indonesia. Namun jika ditinjau dari dukungan yang diberikan Pemerintah kepada
industri padat karya yang berorientasi ekapor serta trend demografis Indonesia. industri
pakaian jadi masih memiliki prospek yang cukup baik.
Secara garis besar, peluang yang dapat dimanfaatkan oleh PT. GRI adalah : tingkat
konsumsi TPT di Indonesia yang relatif masih rendah serta trend konsumsi produk TPT di
pasar global yang cenderung untuk tens meningkat; pelaksanaan AFTA di tahun 2003 dan
dihapuskannya MFA tahun 2005; adanya dukungan Pemerintah terhadap peningkatan ekspor
non migas; serta berkembangnya cara penjualan dan promosi baru melalui internet.
Sedangkan ancaman yang ada antan lain : kenaikan UMR secara berkala; persaingan yang
makin meningkat; dan adanya kecenderungan meningkatnya perdagangan pakaian jadi antar
negara dalam suatu kelompok regional.
Berdasarkan analisa internal perusahaan dapat disimpulkan bahwa PT. GRI memiliki
sumber daya dan kapabilitas yang memadai untuk bersaing, baik di pasar domestik maupun
global. Kekuatan yang dimiliki meliputi : pemasaran dan jaringan distribusi yang baik;
menguasai pangsa pasar domestik; keberhasilan dalam menembus pasar ekspor kuota dan non
kuota; dan hubungan baik dengan buyer. Sedangkan kelemahan-kelemahan yang ada adalah :
kurang fokus dalam mengembangkan produk inti; belum memiliki merek sendiri (andalan);
rework masih berkisar 1,2%; dan masih kurangnya peran manajemen strategik dalam
perencanaan jangka panjang perusahaan.
Bertolak dan kondisi di atas, beberapa alternatif strategi yang dapat diambil oleh PT.
GM adalah : (a) meningkatkan produktifitas dan melakukan efiisensi di setiap cost center
untuk mengimbangi kenaikan UMR dan kenaikan barga pokok penjualan; (b) melakukan
terobosan dengan mencari ceruk pasar (niche market) yang belum terlayani oleh pesaing lain;
(c) perlunya corporate planner untuk mengoptimalkan peran manajemen strategik dalam
perencanaan jangka panjang perusahaan; (d) memanfaatkan teknologi internet sebagai media
promosi dan penjualan; (e) aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan tekstil dan pakaian
jadi (apparel) terkemuka di dunia yang alcan menambab bobot pertumbuhan jangka panjang
sebagai perusahaan apparel kelas dunia.
"
2001
T1982
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tenny R. A. Rusdy
"ABSTRAK
Kesepakatan umum tarif dan perdagangan multilateral (GATT/WTO),
deklarasi APEC tentang sistem perdagangan bebas dan investasi pada tahun 2020 dan
kesepakatan perdagangan bebas di negara-negara Asia Tenggara (AFTA) pada tahun
2003, mencerminkan Indonesia telah masuk ke dalam sistem perekonomian dunia yang
bebas dan tidak lagi mengenal batas negara serta terkikisnya berbagai bentuk hambatan
baik tarif dan non tarif. Hal ini berarti arus perdagangan dan investasi menjadi semakin
bebas keluar masuk ke suatu negara. Keadaan ini menimbulkan persaingan yang sangat
ketat diantara pelaku bisnis. Hanya pelaku yang tanggap dan telah mempersiapkan diii
yang mampu hidup dan berkembang.
BUMN sebagai salah satu pelaku bisnis di Indonesia dituntut tetap bidup dan
berkembang dalani situasi persaingan yang sangat ketat. Monopoli sebagai hak istimewa
yang diperoleh BUMN dan pemerintah bukan lagi sesuatu yang menguntungkan karena
dengan monopoli tidak akan tercapai efisiensi dan fleksibilitas yang sangat diperlukan
dalam lingkungan bisnis yang telah berubah.
PERTAMINA sebagai salah satu BUMN andalan pemerintah tidak luput dari
ketentuan di atas. Peran PERTAMINA sebagai sumber devisa dan penermaan negara
masih diperlukan. Porsi kegiatan untuk pelayanan kebutuhan BBM masih menempati
prioritas utama dari kegiatan PERTAMINA. Keinginan untuk membeikan energi yang
lebih murah kepada masyarakat, memaksa pemerintah untuk meneruskan kebijakannya
ditetapkan pada awal PJP 1 dengan memberikanj subsidi asas produk BBM. Namun
dengan perubahan dan kecendrungan yang terjadi akhir-akhir ini mengharuskan
pemerintah menelaah kembali kebijakan tersebut.
Proteksi dalam bentuk subsidi harga jelas tidak sesuai dengan jiwa GATT yang
teiah disepakati pemerintah. Proteksi hanya akan membuat konsumen manja dan BUMN
tidaic tanggap terhadap keinginan konsumen dan thiam jangka panjang rakyat akan
dirugikan karena BIJMN tidak mampu untuk beroperasi lebih efisien. Akîbatnya
keberadaan BUMN justru alcan membebani pemerintali yang berarti juga metubebani
rakyat, icarena tidak mampu berkembang.
Ada dua permasalahan besar yang dihadapi PERTAMINA, pertama, adalah
permasalahan operasional dan kedua adalali masalah umuzn. Dalam permasalahan
operasional PERTAM[NA dihadapkan pacla ketakutan Indonesia menjadi net oil
importing countly. Pesatnya pertumbuhan perekonomian Indonesia mendorong
peningkatan Iconsumsi energi migas sedangkan pasokan bahan baku berupa minyak
mentah relatif tetap. Keterbatasan dana menjadi kendala utatna bagi PERTAMINA untuk
meningkatkafl cadangan migasnya. IJntuk mengatasiflYa keterbatasan dilakukan dengan
mengundang dan bekeija sama dengan mitra asing untuk melakukan kegiatan eksplorasi
dan produksi di bumi nusantara. Di sektor huir PERTAMINA dihadapkan pada lonjakan
kebutuhan BBM yang sangat tajam melebihi kenaikan kapasitas produksi BBM
PERTAMINA. Dengafl seijin pemerintah PERTAMINA terpaksa melakukan impor untuk
menanggulangi kekuran? pasokan BBM dan kecenderungan impor dan tahun ke tahun
menunjukkan kenaikan.
Pada masaiah umum PERTAMINA dihadapkan pada minimnya modal dan
kurangnya SDM yang profesional. Kekurangan modal menjadi masalah utama
karena dengan peraturan pemerintah yang ada saat ini tidak memungkinkan
PERTAMINA untuk melakukan akumulasi modal sendiri.
PERTAMINA sangat sadar bahwa perubahan lingkungan bisnis akan
mempengaruhi keberadaannya. Upaya-upaya penyesuaian dan tìndakan antisipasi eclah
dilakukan untuk menghadapi perubahan tersebut. Dengan keputusan Dirut PERTAMINA
di akiir tahun 1996 telah dikeluarkan visi dan misi PERTAMINA yang baru sebagai
anggapan positif terhadap perubahan yang terjadi. Visi dan misi memberikan cakrawala
baru bagi insan perminyakan bahwa untuk dapat bertahan pada lingkutigali yang makin
ganas, PERT AMJNA harus efisien, unggul, maju dan mandiri seria berprestasi setara
dengan perusahan minyalc yang berskala internasional. Efisiensi menjadi kata kunci karena
efisiensi PERTAMINA akan mempenganihi tingkat efisiensi industri hilir. Mandiri
menjadi obsesi PETAMINA dengan berusaha melepaskan diri dari ketergantungan
terhadap pemerintah dan pasar dalam negeri.
Untuk mencapai efisienSi yang tinggi beberapa kebijakan restruktunisasi telah
dilakukan PERTAMINA sejak awal tahun 1990 dan ditargetkan restrukturisasi akan
selesai di penghujung abad 20 Restrukturisasi yang dilakukan mencakup berbagai aspek
mulal dari aspek pola usaha, pola pengelolaan dan aspek SDM. Selain itu digalakkan
bentuk kerja sama baik dengan mitra asing maupun mitra lokal di dalam negeri.
Namun keinginan PERTAMINA tersebut sangat tergantung dari kebijakan
yang diambil pemerintah. Dengan masih berlakukannya UU No.8 Tahun 1971 akan sulit
bagi PERTAMINA untuk mewujudkan visi dan misinya. Undang-undang yang berlaku
masih menekankan PERTAMINA pada misi sosialnya. Pemerintah sebagai pemilik masih
memiliki peran yang besar dan banyak melakukan intervensi atas kegiatan operasional
perusahaan. Tak salah jika banyak yang melihat bahwa PERTAMINA bukanlah
perusahan minyak dan gas yang sesungguhnya tetapi merupkan operator dan regulor saja
Kondisi ini berdampak besar kepada semangat dan motivasi para karyawan minyak.
Motivasi karyawan yang tinggi sebagai modal utama untuk mampu bersaing di era global
sangat dibutuhkan perusahaan. Tanpa motivasi, ketja sama dan koordinasi yang baik
efisiensi, unggul dan maju hanya akan menjadi slogan.
Dengan masuknya era globalisasi dan pasar bebas sudah selayaknya jika peran
PERTAM1NAjuga berubah. PERTAMINA hanis memperhatikan keuntungan murni dan
pada keuntungan semu. Walaupun tidak terlepas dañ misi sosial sebagai agen
pembangunan nainun hal ini tidak mengabaikan tui uan profitnya. Demi kepentingan
negara dan masyarakat porsi tujuan profit hams ditingkatkan agar pendapatan yang
diterirna negara dalain bentuk pajak semakin besar. Untuk ¡tu aturan perundangan yang
mengatur tentang industri migas di tanah air hams direvisi dan dìperbarui agar mampu
mengakomodir perubahan yang teriadi akhir-akhir ini dan di masa mendatang."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Amir Hamzah
"ABSTRAK
Lahirnya industri farmasi di Indonesia dimulal dengan berdirinya berbagai perusahaan dagang dan distributor obat, balk impor maupun prociuksi dalam negeri sekitar tahun 1950-an. Perkembangan yang Iebih maju adalab ketika perusahaan multi nasional PMA masuk ke Indonesia dan bekerja sama dengan perusahaan dalarn negeTi membangun perusahaan dan pabrik farmasi sesual dengan IJU PMA tahun 1967. Setelah hampir empat puluh tahun keberadaan perusahaan farniasi, balk PMDN dan PMA, terlihat berbagai kekurangan yang sangat mendasar bagi kesuksesan sebuah industri farmasi, seperti kemanipuan R & D (Research and Development) dan manufacturing, sehingga sampai saat ini, perusahaan farmasi Indonesia belum mempunyai kompetensi inti (core competencies) yang bisa diandalkan untuk bersaing di era pasar bebas, terutama dengan dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2003 dan liberalisasi perdagangan yang dixnungkinkan WTO (World Trade Organization).
Menghadapi era tersebut, berdasarkan analisa terhadap berbagai faktor, ditawarkan strategi yang harus dilaksanakan oleh industri farmasi Indonesia, yaitu: (1) Melakukan likukiasi, akuisisi atau merjer dan perusahaan farmasi yang ada berciasarkan kepeinilikan (ownership) atau kesamaan produk, sehingga terca.pai skala ekonomi (economic of scale) dan efisiensi produksi, (2) Registrasi ulang atas obat yang beredan dan perusahaan farmasi yang memproduksmya diwajibkan menginformasikan struktur biaya produksi, (3) Mengembangkan fasilitas R & D dan produksi bahan baku obat dengan cara cost sharing dan perusahaan farmasi dengan memanfaatkan sumber daya hortikultura, paling lambat sebehun dimulaìnya AFTA tahun 2003."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Aswita Damajanti
"ABSTRAK
Perkembangan industri otomotif Indonesia sangat menarik untuk diikuti. Industri ini,
sampai batas tertentu, dapat mencerminkan perkembangan industri umumnya di Indonesia.
Sebuah pabrik perakitan mobil akan memberikan nilai tambah sebanyak 30% sedangkan
sisanya 70% datang dari berbagai industri lainnya. terutama industri komponen. Dengan
demikian industri otomotif mempunyai keterkaitan yang mendalam dengan struktur industri
lainnya dalam suatu negara.
Indonesia adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam dan mempunyai potensi
pasar yang besar, tetapi perkembangan industri otomotif pada khususnya dan perkembangan
industri pada umumnya belum mencapai tingkat optimal. Apalagi jika dilakukan perbandingan
dengan negara-negara tetangga seperti Taiwan, Korea, Singapura dan Malaysia, dimana
perkembangan industrinya begitu cepat. Perkembangan industri yang optimal membutuhkan
adanya komitmen yang kuat, dan tercermin dalam kebijakan permerintahnya yang terarah dan
terkordinasi.
Menghadapi era globalisasi pada umumnya dan perdagangan bebas pada khususnya.
memaksa para pelaku industri otomotif Indonesia termasuk pemerintah, untuk berhenti
sejenak, memikirkan kembali apa yang telah dilakukan dimasa lalu dan menyusun kembali
strategi terbaik untuk melangkah ke depan. Di masa depan yang tak terlalu lama lagi.
persaingan akan semakin ketat dan kompleksitas masalah akan semakin bertambah.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Inggrid Rosalina
"Sebagaimana diketahui bahwa situasi ekonomi-politik internasional pada pasca Perang Dingin diwarnai oleh perkembangan dinamis, diantaranya adalah arus globalisasi dan munculnya blok-blok perdagangan regional. Untuk mengantisipasi dampak perubahan dan perkembangan ini, dibentuklah suatu kerjasama ekonomi antar negara di kawasan tertentu, seperti di kawasan Asia Tenggara yang disebut ASEAN yang dibentuk pada tahun 1967. Seiring dengan derasnya arus liberalisasi perdagangan dan integrasi ekonomi di beberapa kawasan dunia sebagai dampak dari era globalisasi, negara-negara di kawasan ASEAN telah mengambil langkah antisipatif dengan menjadikan kawasan ASEAN sebagai basis kawasan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area - AFTA) yang dibentuk pada KTT ASEAN IV tahun 1992 di Singapura. Tujuan dari dibentuknya AFTA adalah untuk meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan diantara negara-negara anggota ASEAN. Sebagai mekanisme utamanya dipergunakan Skema CEPT (Common Effective Preferential Tariff) yang berisi daftar komoditas produk-produk pertanian dan non-pertanian, manufaktur dan produk lainnya yang akan diturunkan tarifnya menjadi 0-5% pada jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan AFTA dapat menjadikan ASEAN sebagai basis produksi yang akan meningkatkan daya tarik ASEAN bagi para investor asing untuk menanamkan modalnya di kawasan serta menjadikan kawasan ASEAN sebagai basis produksi yang kompetitif sehingga produk-produk ASEAN memiliki daya saing yang kuat di pasar global. Adanya krisis ekonomi dan keuangan yang melanda negara-negara ASEAN semakin menegaskan kembali komitmen negara-negara ASEAN untuk segera merealisasikan AFTA. Dalam konteks liberalisasi perdagangan di kawasan ASEAN, dalam Skema CEPT beberapa komoditi pertanian yang belum diolah (Unprocessed Agricultural Product -UAP) seperti gula tidak dimasukkan ke dalam prioritas utama penurunan tarif dengan tujuan untuk lebih mempersiapkan sektor pertanian tersebut menghadapi era persaingan bebas ASEAN tahun 2010.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis melakukan suatu penelitian mengenai "Strategi Peningkatan Kinerja Industri Gula Nasional Menghadapi Era Perdagangan Babas di Kawasan ASEAN (AFTA) Tahun 2010". Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa faktor kesiapan sektor industri gula nasional menghadapi era pasar babas ASEAN Tahun 2010 yang akan datang dan strategi yang dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan kinerja industri gula nasional yang mengalami keterpurukan akibat hantaman badai krisis moneter yang melanda negara-negara di kawasan ASEAN yang juga berpengaruh terhadap industri gula di Indonesia.
Untuk membahas pokok permasalahan dalam tesis ini, digunakan metode penelitian yang bersifat Deskriptif Analitis yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa hal-hal yang ada sehingga hasil penelitian dari data-data yang telah diperoleh tersebut dapat memberikan dukungan yang kuat terhadap teori atau konsep yang digunakan dalam penulisan tesis ini. Meskipun digunakan data-data berupa angka-angka akan tetapi data angka-angka ini hanya berfungsi sebagai pelengkap karena adanya penerapan metode penulisan kualitatif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T4366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramos Hot Basa
"ABSTRAK
PEMI atau PT. Electrical Distribution System Manufacturing Indonesia merupakan perusahaan pembuat wire harness yang mensuplai industri otomotif dunia dan domestik. Dalam memproduksi wire harness, PEMI bekerja sama dengan Yazaki Corporation salah satu perusahaan dunia yang memproduksi wire harness dan memiliki banyak jaringan.
Perdagangan bebas antara negara-negara di dunia menyebabkan bertambahnya para pelaku atau pemain industri sehingga persaingan semain ketat, dahulu persaingan yang hanya meiibatkan satu daerah ataupun negara kini semakin meluas. PT. EDS Manufacturing Indonesia (PEMI) sebagai salah satu pemain dalam indústri komponen otomotif juga terkena dampaknya. Dalam rangka mempertahankan diri dan mengembangkan perusahaan, PEMI perlu memikirkan rumusan strategi bersaing yang tepat.
Dengan menganalisa beberapa aspek seperti lingkungan eksternal dan internal perusahaan, kemudian dipetakan kedalam ketiga matriks SWOT, BCG dan Grand Strategy, maka strategi bersaing yang tepat untuk PEMI adalah dengan melakukan strategi market development dan product development. Strategi generik fokus dengan mengandalkan biaya produk yang murab merupakan strategi generik yang dapat diterapkan untuk mendapatkan keunggulan bersaing."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dirgantara Putra
"ABSTRAK
Undang-undang telekomunikasi No.36 tahun 1999 yang diberlakukon sejak bulan
September 2000 telah memberikan dampak yang cukup besar dalam tataran bisnis
telekomunikosi di Indonesia. Hak eksklusif yang dimiliki PT. Telkom dan PT. Indosat akan
dicabut dan kedua perusohaan ini akan bersaing secara bebas sebagai penyedia
layanan telekomunikasi Iengkap. Pemerintah juga membuka kesempotan bagi sektor
swasta untuk mendapatkan perijinan dalam mengoperasikon layanan telekomunikasi
tanpa kerja sama dengan kedua perusahaan milik negara ini.
Undang-undang baru ini juga merupakon bagian dan implementasi cetak biru sektor
telekomunikasi yang akan menghapus monopoli dan memberikan kebebasan didalam
industri telekomunikasi dan diharapkan akan menarik perusahaan asing untuk
melakukan investasi didalam industri telekomunikasi dengan kebebasan untuk mengatur
operosinya secara bebas.
Didalam undang-undang yang baru, pengoperasian telekomunikosi dibagi menjadi tiga
bagian yaitu pengoperosion jaringan telekomunikasi, pengoperasian jasa telekomunikasi
dan pengoperasian telekomunikosi khusus. Penyedia jaringan telekomunikosi dibolehkon
untuk menjadi penyedia jasa telekomunikasi dengan perusohaon yang berbeda. Individu,
instansi pemerintah atau badan hukum lainnya dapat menyelenggarakan telekomunikasi
khusus yang dipergunakan untuk kepentingan sendiri.
Lisensi untuk operator jaringan telekomunikasi sepenti jaringan telepon tetap atau telepon
seluler, diberikan pemerintah melalui proses seleksi. Sedangkon ijin bagi operator jasa
telekomunikasi, pemerintah akan membuat suatu prosedur untuk mendapatkan ijin dan
akan memberikan pemberitahuan bagi operator yang mengajukan aplikasi dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
"
2002
T5563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nury Sriandajani
"Lingkungan persaingan dalam industri perbankan semakin hiperkompetitif, tidak terbatas diantara bank-bank yang sudah ada maupun ancaman masuknya bank-bank asing tetapi juga dengan pasar uang, pasar modal dan perusahaan pembiayaan. Perubahan lingkungan persaingan perbankan tersebut menyebabkan bank yang sejak awal bergerak di sektor Korporasi tldak dapat hanya mengandalkan pendapatan yang berasal dari interest income. Era perdagangan bebas merupakan suatu peluang yang dapat dipergunakan perbankan dalam memasarkan produk jasa untuk mmeningkatkan/fee based income/non interest income.
Menurut Hamel dan Prahaiad persaingan di masa yang akan datang adaiah persaingan untuk mendapatkan opportunity share bukan market share. Untuk mendapatkan opportunity share sebuah bank harus memiliki kompetensi inti sehingga bank tersebut mampu mendominasi esempatan yang timbul.
Dengan latar beiakang tersebut diatas, penuiisan karya akhir ini untuk mengetahui strategi Bank X meningkatkan fee based income di sektor korporasi dalam era perdagangan bebas. Salah satu pertimbangan pemilihan Bank X karena bank tersebut sejak berdiri bergerak di bidang korporasi.
Penulisan karya akhir ini bertujuan untuk mengetahui peranan Bank X dalam perdagangan internasional, peluang pengembangan produk/jasa yang dapat meningkatkan fee based income, keunggulan bersaing yang harus dimiliki Bank X agar dapat memanfaatkan peluang perdagangan bebas dan strategi yang ditempuh Bank X untuk meningkatkan daya saing daiam mengantisipasi perdagangan bebas.
Metode penulisan karya akhir dilakukan secara diskriptif analisis. Untuk menganalisis strategi Bank X meningkatkan fee based income di sektor korporasi dalam era perdagangan bebas dilakukan kajian pustaka mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Iingkungan industri perbankan, peluang pengembangan produk/jasa fee based income dan strategi bersaing dengan pendekatan resource based.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan fee based income berupa pendapatan dan komisi di luar kredit yang diperoeh Bank X sebesar 8364 % berasal dari kegiatan transaksi luar negeri yang meliputi inkaso/transfer, option valuta asing, Garansi Bank, pendapatan selisih kurs karena transaksi valuta asing dan transaksi luar negeri Iainnya. Sedangkan dalam kegiatan transaksi dalam negeri yang paling dominan adalah kegiatan jasa-jasa pasar modal.
Sumber daya yang dimiliki Bank X adalah jaringan kegiatan operasional di dalam dan luar negeri, sistem pengawasan intern yang telah mendapat ISO 9002, sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan ketramplian dalam mengelola transaksi perdagangan luau negeri dan jasa-jasa pasar modal.
Kompetensi inti yang dimiliki Bank X saat mi adalah foreign exchange services, transaction processing dan relationship management. Kompetensi inti tersebut merupakan gabungan Kernampuan (skill) dan teknoiogi serta proses belajar bersama antar unit untuk menghasilkan produk dan jasa.
Strategi Bank X untuk meningkatkan fee based income dalam era perdagangan bebas berupa renàana pembentukan unit bisnis yang bercinikan investment banking. Sehubungan dengan rencana tersebut maka Bank X perlu melakukan pengembangan kompetensi inti yang baru yaitu financial advisory dan melakukan penyebaran kompetensi inti secara internal serta pemeliharaan kompetensi inti yang telah dimiliki."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiantoro Puji Waluyo
"Perkembangan industri elektronika mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan mengglobalnya dunia industri. Produk-produk elektronika yang berteknologi tinggi, khususnya komponen elektronika merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan industri elektronika, dimana produk ini mempunyai sifat yang dinamis. Nilai ekspor produk komponen elektronika Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 sebesar 26,53%. PT. PGCOM sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi komponen elektronika mempunyai andil dan berpartisipasi dalam mengembangkan industri komponen elektronika di Indonesia. Pertumbuhan nilai penjualan perusahaan dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 mencapai 18,69 % dan masih sangat berpeluang untuk lebih ditingkatkan nilai penjualannya, hal tersebut merupakan salah satu indikator bahwa pada industri komponen elektronika mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.
Berangkat dari kenyataan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka memetakan posisi perusahaan dalam persaingan dan merumuskan alternatif strategi perusahaan dalam meningkatkan daya saingnya. Alat analisis yang digunakan dalam menjawab tujuan penelitian adalah menggunakan Matrik Internal Eksternal sembilan sel untuk menentukan posisi perusahaan dan dalam memilih alternatif strategi digunakan analisis SWOT untuk melengkapi hasil pemetaan posisi perusahaan.
Dari hasil analisis tersebut di atas terlihat bahwa Skor untuk Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) adalah 3,12 dan untuk Evaluasi Faktor Internal (EFI) adalah 2,72, sehingga posisi perusahaan berada pada sel II dalam keadaan tumbuh dan bina. Sedangkan alternatif strategi perusahaan dari hasil pemetaan tersebut adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan integrasi horizontal melalui merger dengan pesaing, Selanjutnya perusahaan direkomendasikan melakukan strategi intensif seperti: penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk sesuai dengan potensi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12278
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Agustina
"ASEAN didirikan pada tahun 1967 bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan di wilayah Asia Tenggara. Untuk itu Asean Free Trade Area (AFTA) secara efektif diberiakukan oleh negara-negara anggota ASEAN mulai 1 Januari 2003. Dengan demikian di kawasan negara-negara anggota ASEAN dberlakukan tarif antara 0% - 5% untuk barang dagangan dari negara anggota ASEAN dan tidak boleh lagi ada hambatan non-tariff. Siap atau tidak siap ketentuan tersebut tetap harus dilaksanakan oleh setiap anggota ASEAN, karena mekanisme pelaksanaan zona perdagangan babas AFTA telah secara bertahap diberlakukan dari tahun 1993 melalui skema CEPT (Common Effective Preferential Tariff).
AFTA bertujuan liberalisasi perdagangan regional ASEAN sejalan dengan tujuan GATT/WTO yang berorientasi pasar bebas outward looking oriented dan akan menunjang percepatan liberalisasi perdagangan dunia. AFTA merupakan kesepakatan bersama untuk tujuan bersama, karena adanya kebutuhan bersama. Namun, dalam kondisi Indonesia saat ini sangat patut dipertanyakan siapkah Indonesia mewujudkan kawasan perdagangan bebas, terutama dengan persaingan dagang dengan anggota ASEAN seperti antara lain Singapore, Malaysia, Philippines dan Thailand. Untuk itu pelaku usaha di Indonesia perlu memahami kendala yang mesti dihadapi dan usaha yang perlu dilakukan dengan menimbang usaha bersama pelaku usaha dan pemerintah sebagai antisipasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>