Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101027 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwid Widzayana
"Tesis ini ditulis untuk mendiskusikan kebenaran tesis Samuel P. Huntington mengenai munculnya benturan peradaban antara Islam dengan Barat dalam perspektif ketahanan nasional di Indonesia. Benturan peradaban (class civilization) yang diteorisasikannya itu, khususnya antara Islam dengan Barat memang masih dapat diperdebatkan. Namun dalam kenyataannya pada dekade belakangan ini, justru menunjukkan di Indonesia bahwa hubungan antara Islam, khususnya Islam politik dengan globalisasi Barat berada dalam skala konflik. Dengan menggunakan pendekatan historis, tulisan ini akan mendeskripsikan secara kritis data-data kualitatif yang berkenaan dengan akar benturan peradaban Islam dan Barat melalui telaah literatur (pustaka) yang relevan dengan pokok permasalahan.
Dari uraian deskriptif yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa akar benturan peradaban Islam dan Barat, khususnya antara Islam politik dengan globalisasi di Indonesia disebabkan oleh tiga faktor utama, yakni 1) hegemoni peradaban Barat yang berkehendak menciptakan tata dunia baru yang tunggal bagi masyarakat dunia, termasuk masyarakat Islam di Indonesia, 2) kebangkitan kesadaran umat Islam Indonesia terhadap doktrin-doktrin agamanya untuk membangun pola dunianya sendiri yang ternyata menimbulkan ancaman bagi Barat, dan 3) memori perang salib di kedua belah pihak yang terus-menerus dihidupkan secara negatif sehingga menjadi cara pandang keduanya dalam melihat dunia di Iuar dirinya. Sudah barang tentu akar benturan peradaban Barat dan Islam itu juga mempengaruhi hubungan Islam dan Kristen di Indonesia, terbukti dengan masih merebaknya konflik kekerasan yang dilakukan oleh umat Islam don Kristen di beberapa daerah Indonesia.
Sudah pasti munculnya benturan peradaban ini, khususnya antara Islam politik dengan globalisasi Barat di Indonesia membawa konsekueansi bagi ketahanan nasional Indonesia. Di bidang ideologi don politik, ketahanan nasional mendapat tantangan yang cukup berarti atas adanya konflik antar peradaban tersebut, khususnya bagi eksistensi/integrasi nasional secara ideology. Untuk itu konflik yang terjadi harus diarahkan atau didinamisir untuk memperkuat ideologi Pancasila sebagai ideologi yang terbukti dalam menjaga ketahanan nasional itu sendiri.

This Thesis is written to discuss the truth of Samuel P. Huntington's thesis about the clash civilization between Islam and West. This Theorized clash civilization especially in Islam and West, is still debated. However, in fact, in last decades it shows that relationship between Islam and West in conflict scale. By historical approach, this Thesis will descript critically the qualitative data about the root of clash civilization between Islam and West with literary study relevant with the mainly subject.
From the Thesis was explained can be concluded that root of Islam and West clash civilization was caused three main factors. Those are, 1) West civilization hegemonic that will to make a single order of new world on world society, including Islamic society. 2) the rising Moslem's consciousness on their religion doctrines to build their own world order, in fact, raises threat to west, and 3) cross war memories in both sides continuously negatively was lived than be a way of view of both sides in looking at world out of them selves. Surely, the root of clash civilization between West and Islam affect to Islamic and Christian relationship in Indonesia, proved by extended conflict was acted by Moslem and Christian people in some area in Indonesia.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alip Budiaman
"Dalam menghadapi globalisasi ekonomi dan datangnya MEA 2015 dimana terdapat peluang dan ancaman. Khususnya di bidang kesehatan, sesuai yang tertuang dalam MRA MEA 2015 untuk profesi : perawat, praktisi medis dan dokter gigi, dengan melihat kesiapan SDM Indonesia bidang kesehatan dalam memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman, serta upaya dalam memitigasi resiko terjadinya kerugian yang timbul di SDM bidang kesehatan akibat diberlakukannya MEA 2015.
Penelitian ini, penulis menggunakan teori ancaman dan teori warning intelligence dengan melalui analisa indeks daya saing global dan analisa SWOT untuk melihat kondisi kesiapan SDM Indonesia di bidang kesehatan dalam memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman MEA 2015 serta upaya dalam memitigasi resiko terjadinya kerugian.
Perlu peringatan dini melalui warning intelligence atas daya saing SDM kesehatan, karena penguasaan ekonomi suatu negara bisa secara tidak langsung menguasai negara tersebut dan menyebabkan ketergantungan negara dan mengganggu ketahanan negara, maka sangat berbahaya jika terjadi di Indonesia yang jumlah penduduk termasuk lima besar dunia dan terbesar di ASEAN, maka melalui anticipatory analysis untuk mengetahui langkah-langkah berupa saransaran perbaikan dan persiapan di SDM bidang kesehatan serta agar bisa memenangkan persaingan ke depannya perlu diadakan kontra intelijen melalui peningkatan daya saing SDM bidang kesehatan dalam menghadapi berlakunya MEA 2015.

In the face of economic globalization and the advent of AEC 2015 where there are opportunities and threats. Particularly in the areas of health, as required according to MRA AEC 2015 for the profession: nurses, medical practitioners and dentists, with the readiness of Indonesian human resources in the health sector take advantage of opportunities and face threats, as well as efforts to mitigate the risk of losses arising in the field of health human resources as a result of the enactment of AEC 2015.
This study, the authors use the threat theory and the theory of intelligence warning over global competitiveness index analysis and SWOT analysis to look at the readiness of Indonesian human resources in the health sector in exploiting the opportunities and threats facing the AEC 2015 as well as efforts to mitigate the risk of loss.
Need early warning through intelligence warning over the competitiveness of health human resources, because the control of a country's economy can indirectly control of the country and led to the country's dependence and disturbing resistance state, then it is very dangerous if it occurs in Indonesia, which includes five major population of the world and the largest in ASEAN, then through anticipatory analysis to determine the steps in the form of suggestions for improvement and preparation in the field of health and human resources in order to win the competition in the future should be a counter-intelligence by improving the competitiveness of human resources in health in the face of the enactment of AEC 2015.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Widyaningsih
"Slow city atau kota perlahan merupakan satu dari fenomena yang baru-baru ini muncul di negara eropa sejak tahun 1999. Kemunculannya menjawab dari sebagian masyarakat yang lelah dengan kondisi kota yang umumnya terlihat hiruk pikuk dan sibuk tiada henti. Gerakan slow city menginginkan kondisi kota yang lebih nyaman untuk didiami. Agenda yang dijalankan kota slow city menitikberatkan pada menjaga dan mempertahankan kondisi budaya lokal dan memajukan kekhasan di dalam kotanya. Budaya slow menjadi tolok ukur dalam terbentuknya slow city. Pada kasus ini waktu bukan dianggap lagi sebagai sesuatu yang sekedar bernilai kuantitas melainkan kualitas, sehingga tujuan akhir dari gerakan ini adalah mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Kualitas hidup yang ingin dicapai dari perkumpulan ini diturunkan ke dalam konsep 3E yakni economy, environment, equity. Konsep tersebut dijalankan melalui program yang berlandaskan pada good food, good environment dan good community.
Slow city berkembang di negara eropa meskipun budaya slow juga dimiliki oleh beberapa negara timur, salah satunya adalah kota di Indonesia, yaitu kota Yogyakarta. Skripsi ini akan menganalisis pendekatan kota Yogya sebagai salah satu kota di negara timur yang memiliki akar budaya sama dengan gerakan slow city, dengan semboyan kota Yogya ?alon-alon asal kelakon?. Seperti apakah persamaan maupun perbedaan dari keadaan kota-kota tersebut? Studi kasus pada kota Yogya selanjutnya menjawab apakah kota Yogya memiliki potensi serta karakteristik untuk bisa menjadi kota slow city.

Recently, Slow city rise in some Europe countries. It comes to face some people that tired with the condition of the world. The condition of the world that signed with many things technologies. It makes people easy to done everything. Everything become fast. Slow city is a city based on slow philosophy. It develops the culture and the unique of the city. Slow city movement want the condition which are pleasant to life. In other word slow city will give the citizen good quality of life. The agenda which are done are maintain and preserve the locality of the region. The concept of its quality included 3E: economy, environment, equity. The concept is done through the program good food, good environment and good community.
Slow city growth in many Europe countries, but some east countries actually has the slow culture like slow city movement. One of that?s country is Indonesia, especially for Yogyakarta. Yogyakarta with its slow culture: ? slowly but safety?. I will explore the same and the difference between slow city and Yogyakarta. The Analysis of Yogyakarta will be answer that the Yogyakarta has the potency to become a slow city?
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48426
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Batara Munti
"Penelitian ini berangkat dari suatu tesis bahwa seksualitas merupakan hasil konstruksi sosial dan konteks globalisasi membawa dampak perubahan tehadap rekonstruksi seksualitas individuindividu saat ini melalui strategi pembentukan wacana yang mengarahkan hasrat individu terhadap seksualitas tertentu. Berangkat dari tesis ini maka rumusan permasalahan dalam penelitian adalah apa kaitan konteks globalisasi dan implikasinya di Indonesia dengan pewacanaan seksualitas global termasuk fenomena poligami award dan bagaimana teori dan perspektif feminis serta pengaruhnya dalam respon feminis di Indonesia terhadap pewacanaan tersebut.
Adapun signifkansi dari penelitian ini adalah bagaimana menggambarkan proses perubahan sosial yang sedang berlangsung sebagai dampak globalisasi di tataran mikro dengan mendeskripsikan keterkaitan proses globalisasi tersebut dengan wacana-wacana seksualitas yang muncul. Tujuannya untuk mengungkapkan dan sekaligus mengkritisi norma-norma yang muncul dari wacana-wacana tersebut terrnasuk respon-respon aktifis perempuan di dalamnya, dengan menggunakan perspektif feminis, khususnya feminis radikal. Penelitian ini juga sekaligus dimaksudkan untuk memperkuat advokasi yang dilakukan oleh para aktifis perempuan Indonesia terhadap berbagai bentuk reproduksi institusi-institusi heteroseksualitas-patriarki yang muncul sebagai dampak globalisasi saat ini.
Penelitian ini menggunakan metode analisis isi feminis (feminist content analysis) dengan pendekatan kualitatif. Yakni suatu metode yang secara tipikal, meneliti dokumen-dokumen kultural dengan menggunakan teori-teori feminis, dalam rangka mengangkat kultur patriarkal dibalik nomma-norma sosial, yang diidentifikasi tanpa menggunakan metode-metode interaktif yang bisa mempengaruhi norma-norma yang sedang diteliti tersebut (Shulamith Reinhart, 'Feminist Methods in Social Research). Dengan metode ini, wacana-wacana seksualitas yang muncul dalam berbagai artikel dan benta di majalah dan koran-koran lokal (Jakarta dan Yogyakarta) serta melalui intemet, diteliti dan dikaji.
Dengan menggunakan kerangka teori-teori utama dari Giddens untuk isu globalisasi, dan relasi struktur dengan agen dalam teori strukturasi, Foucoult untuk analisis wacana, serta perspektif feminis radikal untuk isu seksualitas, penelitian ini telah memperlihatkan munculnya kontestasi wacana-wacana seksualitas yang mencemiinkan proses globalisasi kultural yang tengai berlangsung saat ini. Yakni, pertama, wacana liberasi seksual (`seksualitas plastis') berikut pilihan-pilihan politik kehidupan yang diusung oleh kaum kosmopoiitan dengan nilai-nilai toleransi kosmopolitnya dan lebih mengutamakan semangat demokratisasi keintiman ketimbang bentukbentuk lama yang ditekankan oleh tradisi. Kedua, wacana-wacana poligami yang disebarkan oleh kelompok fundamentalisme Islam serta wacana-wacana moralitas konvensional lainnya di seputar poligami yang menentang kebebasan seksual yang mulai mengancam nilai-nilai tradisi yang menjadi rujukan selama ini, Ketiga, wacana-wacana pembebasan perempuan yang dilancarkan oleh kelompok aktifis perempuan dalam rangka merespon kedua wacana sebelumnya. Ketiga wacana ini pada dasamya memperiihatkan berbagai bentuk respon dan lokal terhadap global yang bisa bersifat adaptif, selektif dan resisten.
Kontestasi wacana-wacana seksualitas tersebut pada dasamya merupakan strategi kekuasaan yang dijalankan oleh aktor-aktor sosial untuk mengedepankan apa yang mereka yakini sebagai kebenaran (will to the truth) dengan menyeleksi pengetahuan tertentu untuk dijadikan wacana benar dan yang lainnya sebagai wacana pengetahuan tidak benar (diskualifikasi). Melalui wacana stimulatif yang membentuk hasrat individu terhadap rezim kebenaran tertentu (poligami) kontrol kekuasaan dijalankan atas individu-individu tersebut yang pada akhimya mendisiplinkan tubuh dan hasrat mereka terhadapnya.
Respon aktor-aktor lokal terhadap wacana seksualitas global pada dasamya memperiihatkan adanya relasi struktur dan agen dalam proses restrukturasi seksualitas saat ini. Wain itu menegaskan tesis bahwa seksualitas merupakan hasil konstruksi sosial, yang di dalamnya individu-individu aktif membangun, apakah dengan mentransformasi atau pun mereproduksi struktur, dan dengan cara-cara tertentu mereka merumuskan seksualitasnya. Globalisasi tidak saja menjadi konteks tetapi juga memberi implikasi pada proses stnakturasi tersebut melalui strategi wacana-wacana stimulatif, yang melaluinya rezim pengetahuan tertentu bekerja menjalankan kekuasaannya (membentuk hasrat dan mendisiplinkan tubuh individu, dalam hal ini terutama tubuh perempuan).
Bagi para feminis radikal, seperti Beauvoir, Mackinnon dan Millet, akar penindasan perempuan berasal dari kontrol laki-laki terhadap seksualitas perempuan, karenanya seksualitas merupakan isu polifis bagi feminis. Pengaruh teed feminis radikal dalam peta pemikiran dan gerakan perempuan di Indonesia terfihat dalam penggunaan konsep patriarki, namun dalam merespon wacana-wacana seksualitas, feminis di Indonesia cendrung dipengaruhi oleh feminis sosialis dan libertarian sehingga fidak cukup menyasarkan kritik di wilayah seksualitas, khususnya terhadap gagasan determinisme biologislesensialisme dan institusi heteropatriarkal yang eksis dibalik pewacanaan yang muncul.
Pada akhimya, poligami merupakan suatu bentuk penegakan hasrat atas heteroseksualitas terhadap perempuan sehingga mendiskualifikasi wacana-wacana lain mengenai pilihan-pilihan hidup perempuan di luar institusi tersebut. Sementara liberasi seksual memberi ruang lebih besar bagi perempuan dalam mengekspresikan hak-hak seksualnya, namun bukan berarti perempuan menjadi terbebas sepenuhnya dari institusi heteroseksualitas dan gagasan determinisme biologis yang melandasinya, yang terus direproduksi dengan cara-cara Baru, yakni dengan strategi pewacanaan hasrat pleasure terhadap erotisasi subordinasi perempuan dimana perempuan didorong untuk pro aktif mengejamya sebagai cermin dari pembebasan perempuan. Sehingga perlu terus menerus mengkritisi cara-cara dimana hasrat-hasrat manusia telah dibangun dalam suatu tatanan heteroseksualitas-patriarkal, yang di era globalisasi ini direproduksi secara massif dan intensif oleh kapitalis media, yang beroperasi melalui politik ekonomi libido."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Khotimah
"Setiap negara memiliki ciri khas kepribadian yang menjadi identitas negara tersebut. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki budaya partisipasi masyarakat. Namun, identitas tersebut semakin memudar ditengah globalisasi saat ini. Padahal budaya ini sangat berpotensi menjadi budaya khas Indonesia dalam menguasai dunia melalui kesadaran bela negara demi persatuan dan kesatuan bangsa. Metode penelitian pada kajian ini menggunakan studi literatur dan observasi penelitian penulis sebelumnya. Hasilnya adalah analisis penerapan budaya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan energi terbarukan menuju kemandirian energi pendukung kekuatan pertahanan negara melalui penerapan dasar prinsip partisipasi masyarakat yang mencakup: (1) pengembangan, penyediaan dan pemanfaatan secara bersama-sama sumber energi terbarukan oleh masyarakat; (2) menjadikan masyarakat sebagai pelopor dan inovator yang berhasil memfasilitasi masyarakat lainnya dalam menyediakan energi secara mandiri serta ikut menggerakkan tumbuhnya ekonomi kerakyatan mendukung pertahanan negara. Pengelolaan energi terbarukan melalui partisipasi masyarakat diharapkan bukan hanya imbauan yang bersifat normatif, namun harus ada regulasi yang jelas tentang keterlibatan aktif masyarakat dalam mendukung program pencapaian bauran energi terbarukan 23% pada Tahun 2025. Perlunya optimalisasi penguatan koordinasi, evaluasi dan pengawasan berkelanjutan antara Kementerian ESDM, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi maupun Kementerian Pertahanan sehingga pengembangan partisipasi oleh masyarakat dapat menciptakan pengelolaan energi terbarukan secara berkelanjutan dalam wujud bela negara."
Bogor: Universitas Pertahanan, 2018
355 JDSD 8:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Ardiansyah Ramadhan
"Globalisasi telah memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan makna dan fungsi dari Ondel-ondel. Hal ini semakin ditunjukkan dengan maraknya praktik mengamen dan mengemis menggunakan Ondel-ondel di tengah-tengah masyarakat. Praktik pengamen dan mengemis menggunakan Ondel-ondel kemudian memunculkan berbagai kontroversi di tengah masyarakat, khususnya masyarakat Betawi, yang dianggap menyinggung nilai-nilai budaya dan identitas Betawi. Penelitian dilakukan menggunakan metode etnografi, dengan proses observasi lapangan, pengumpulan data sekunder, dan wawancara mendalam kepada sembilan informan yang terdiri dari tiga pengamen/pengemis Ondel-ondel, empat pengrajin/sanggar Betawi, dan Tokoh Betawi yang berlokasi di DKI Jakarta dan Kota Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keberagaman latar belakang dan pengalaman pada penggiat budaya Ondel-ondel seperti perbedaan keturunan, pendidikan, lingkungan, yang selanjutnya mempengaruhi pilihan praktik yang mereka lakukan dan hayati. Perbedaan pengalaman, dan penghayatan tersebut berdampak terhadap pilihan praktik-praktik yang dilakukan, seperti pertunjukkan Ondel-ondel di acara-acara resmi, membuat dan menjual Ondel-ondel, mengamen, dan mengemis menggunakan Ondel-ondel. Penggiat budaya Ondel-ondel dapat mengidentifikasi dan memahami praktik-praktik yang mereka lakukan sebagai upaya untuk melestarikan budaya, atau hanya sebatas memenuhi kebutuhan ekonomi. Melalui penelitian ini juga dapat diketahui bahwa lanskap masyarakat pada saat ini semakin kosmopolitan, yang juga turut mempengaruhi keberagaman praktik-praktik dalam budaya Ondel-ondel.

Globalization has had a significant impact on the development of the meaning and function of Ondel-ondel. These are shown by the widespread practice of busking and begging using Ondel-ondel in the community. The practiced of busking and begging using Ondel-ondel then led to various controversies in the community, especially the Betawi community, which were considered to offend Betawi cultural values and identity. This research used ethnographic methods, with a field observation process, secondary data collection, and in-depth interviews with nine informants consisting of three Ondel- ondel buskers/beggars, four Betawi artist/sanggar, and Betawi figures located in DKI Jakarta and Bekasi City. The results show that there are various backgrounds and experiences of Ondel-ondel cultural activists such as differences in heredity, education, and environment, which further influences the choice of practice they do and live. Differences in experience and appreciation have an effect on the choice of practiced that are carried out, such as Ondel-ondel performances at official events, making and selling Ondel-ondel, busking, and begging using Ondel-ondel. Ondel-ondel cultural activists can identify and understand the practices they carry out as an effort to preserve culture or only to meet economic needs. Through this research, also be known that the current landscape of society is increasingly cosmopolitan, which also influences the diversity of practices in Ondel-ondel culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reno Ranggi Koconegoro
"Skripsi ini membahas mengenai peran negara dalam pembangunan sektor kedelai di Indonesia dan India. Indonesia mengeluarkan kebijakan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negerinya karena produksi kedelai dalam negeri yang rendah. Sebaliknya India dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri melalui swasembada berkelanjutan. Kasus ini dianalisis menggunakan teori otonomi relatif dan kebijakan publik. Kegagalan pencapaian swasembada kedelai di Indonesia disebabkan oleh peran negara yang otonom relatif. Peran negara yang otonom relatif ini mempertahankan skema impor kedelai di Indonesia sehingga berdampak pada tingkat produksi kedelai dalam negeri yang rendah. Sebaliknya India berperan secara lebih otonom sehingga negara menggerakan struktur melalui kebijakan sektor kedelainya sehingga India mampu mencapai swasembada berkelanjutan.

This thesis discusses the role of the state in the development of the soybean sector in Indonesia and India. Indonesia issued an imports of soybean policy to fulfill its domestic needs because the production of this comodity is low. On the other side India can fulfill the needs of domestic soybean through the sustainable selfsufficiency. These cases analyzed with autonomy relative and public policy theory. The failure of achieving self-sufficiency in Indonesia due to the relatively autonomous role of the state impacted the capacity of production of this comodity. On the other hand, India played more autonomous role so the countries can shift through the structure of the soybean sector policies and finally India achieved a sustainable self-sufficiency."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mansour Fakih
Yogyakarta : Insist Press bekerjasama dengan Pustaka Pelajar , 2002
338.9 MAN r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>