Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8363 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irma Laksmisari
"ABSTRAK
Konsumen banyak melihat iklan-iklan di media massa setiap harinya maka konsumen tersebut melindungi dirinya dari serangan begitu banyak iklan dengan lebih mendengarkan teman-temannya atau sumber-sumber lain yag mereka percayai. Oleh sebab itu, WOM merupakan alat promosi yang efektif karena seseorang hanya bisa mengingat 5 sampai 7 iklan saja perhari. WOM juga memiliki ani yang peming karena banyak konsumen yang tidak suka mengambil resiko membeli dan mengkonsumsi produk yang memiliki resiko besar.
Produk yang memiliki resiko besar karena langsung berhubungan dengan tubuh adalah produk pelangsing tubuh. Produk ini sangat mudah didapatkan di banyak retailer dengan harga yang relatif rnurah yaitu rata-rata Rp. 3000.- per kemasan sena banyaknya iklan di media massa. Para pengusaha industri kosmetika nasional pun banyak yang memproduksi produkproduk pelangsing untuk mendukung keinginan para wanita yang ingin tubuhnya langsing. Fenomena ini terjadi karena kini pandangan tcntang citra seorang wanita yang cantik diterjemahkan sebagai wanita yang memiliki bentuk tubuh langsing, rambut lurus panjang, dan kulit wajah putih mulus.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai produk pelangsing tubuh menarik karena produk ini memiliki resiko yang cukup besar karena penggunaannya langsung mempengaruhi sistem tubuh sedangkan iklan produk-produk ini banyak dilihat di berbagai media dengan frekuensi yang cukup sering. Permasalahan yang akan diteliti oleh penulis antara lain, pertama apa sajakah faktor-faktor stimuli yang menyebabkan WOM terjadi dan bagaimna proses WOM itu sendiri. Permasalahan kedua adalah mengetahui keterkaitan antara WOM Communication dan iklan dengan keputusan konsumen untuk membeli produk pelangsing tubuh yaitu apakah konsumen dalam mengambil keputusan tersebut lebih dipengaruhi oleh iklan, WOM atau kedua-duanya serta bagaimana proses terjadinya (alur-alur yang dilewati setiap responden). Perrnasalahan selanjutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis inforrnasi apa sajakah (merek, harga, kemasan, efek samping, dan lain-lain) yang membedakan perilaku konsumen terhadap pemilihan kedua sumber inforrnasi (WOM atau lklan). Selain itu, ingin juga diketahui apakah terdapat perbedaan antara variabeldemografi (jenis pekerjaan, pendidikan dan pengeluaran) terhadap jenis inforrnasi atas merek, harga, kemasan, bahan baku, kemampuan produk maupun efek samping pada dua sumber informasi yaitu iklan dan word-of-mouth.
Subjek penelitian ini adalah 150 wanita yang yang pernah mengkonsumsi suatu produk pelangsing tubuh, berusia 18 tahun atau lebih. Produk pelangsing tubuh yang dimaksud disini adalah semua merek produk pelangsing tubuh yang pemah beriklan di media seperti Slimming Tea, Diyet, Merit, Teh Hijau Cap Kepala Hijau dan lain sebagainya.
Pengolahan data yang didapat melalui survey kepada 150 wanita ini menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) ver.1 0.0 sebagai alat bantunya. Landasan Statistical tools yang dipakai adalah : Deskriptive Statistics, Analysis of Variance (ANOVA), Discriminant Analysis dan Crosstab.
Hasil analisis telah memberikan jawaban yang memuaskan terhadap perrnasalahan penelitian yang diangkat oleh penulis. Hasil tersebut diantaranya adalah faktor-faktor stimuli terjadinya WOM untuk produk pelangsing tubuh. Faktor-faktor tersebut adalah adanya pertanyaan orang lain terhadap dirinya, adanya komentar orang lain tentang suatu merek produk pelangsing tubuh, karena setelah melihat iklan sebuah merek produk pelangsing tubuh tertentu. Sedangkan proses terjadinya WOM dimulai saat responden bertanya kepada sumber rekomendasi. Sebagian besar dari responden yang pemah mengkonsumsi produk pelangsing tubuh ini lebih dipengaruhi oleh iklan dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu merek, akan tetapi kemudian mereka akan mencari informasi lebih lanjut dari seseorang. Akan tetapi, terdapat penemuan yang menarik dimana jumlah responden yang setelah melihat iklan langsung melakukan keputusan membeli tanpa bertanya pad a orang lain terlebih dahulu tidak terlalu berbeda jauh dengan jumlah responden yang setelah melihat iklan kemudian melakukan WOM. Tidak terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap jenis informasi (merek, harga, kemasan, kemampuan, bahan baku serta efek samping) baik yang didapatkan dari WOM communication maupun iklan. Meski tidak ada perbedaan akan tetapi informasi atas kemasan merupakan jenis informasi yang paling membedakan atas pemilihan sumber informasi yang dipilih. Selain itu, tidak terdapat perbedaan antara variaber demografi jenis pekerjaan, pendidikan dan pengeluaran) terhadap jenis informasi yang ada pada dua sumber informasi yaitu iklan dan word-of-mouth.
Saran yang bisa direkomendasikan oleh penulis adalah bahwa produsen sebaiknya menstimulasi WOM dengan menyebarkan informasi mengenai kemampuan produk dalam melangsingkan tubuh serta efek sampingnya, mempcrhatikan pesan (message) yang dikomunikasikan didalam iklan-iklannya, menambah frekuensi kemunculan iklan agar dapat menstimuli terjadinya WOM dan mempercepat keputusan membeli konsumen, selalu mengawasi kualitas produknya agar tetap dapat memuaskan konsumennya agar konsumen merasa puas dan kemudian melakukan WOM communication, menggunakan iklan dan WOM secara terpadu dan menunjang satu sama lain sesuai dengan konsep Integrated Marketing Communication, produsen tidak perlu membeda-bedakan jenis informasi yang ingin disampaikan dikedua sumber informasi (iklan atau WOM) sesuai dengan variabel demografi konsumen dalam mengkomunikasikan produk pelangsing tubuhnya.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni
"Dewasa ini, tren gaya hidup sehat semakin mendapat perhatian dari masyarakat kita karena selain biaya pengobatan yang semakin tinggi akibat krisis ekonomi, juga ditunjang dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti penting hidup sehat. Salah satu produk yang mempunyai potensi untuk menunjang tren tersebut adalah jamu yang sudah sejak lama dikenal masyarakat kita. Hal ini disebabkan penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan dasar jamu diyakini mempunyal efek samping yang lebih kecil dan kurang berbahaya dibandingkan dengan penggunaan senyawa kimia sintetik yang banyak terdapat dalam obat obatan modern/farinasi. Oleh karena ini, seiring dengan berkembangnya tren gaya hidup sehat di tanah air, maka dapat diharapkan potensi penggunaan jamu oleh masyarakat Indonesia akan semakin besar pula di masa yang akan datang.
Penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap produk jamu ini melibatkan responden sebanyak 100 orang (wanita dan pria) yang diambil menggunakan pendekatan non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Pemilihan responden dibatasi dengan kriteria mereka yang berusia antara 18 tahun sampai 55 tahun dari lokasi penelitian ini meliputi daerah Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan untuk pelaksanaan penelitiannya digunakan metode drop-off survey dengan media self-administered questionnaire. Data primer yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan program komputer SPSS versi 11.
Dalam penelitian ini ditemukan 4 (empat) buah asosiasi yang dominan terhadap Produk jamu, yaitu: (1) rasa pahit dan aroma khas jamu, (2) sebagai obat, (3) bermanfaat untuk kebugaran tubuh, dan (4) bersifat natural. Juga diketahui bahwa tingkat pengetahuan terhadap jamu di tingkat merek (brands) dinilai kurang baik sedangkan di tingkat yang lebih luas, yaitu nama perusahaan (product class), ternyata cukup baik. Sebagai konsekuensinya, konsumen produk jamu kemungkinan besar melakukan keputusan pembelian pada tingkat product class, yaitu mereka terlebih dahulu akan memutuskan untuk memilih nama perusahaan penghasil produk jamu tersebut, baru selanjutnya melakukan pemilihan merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Hasil penelitian juga menunjukkan ada 6 alasan utama mengkonsumsi produk jamu, yaitu: (1) terbuat dari bahan alami, (2) untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, (3) efek samping yang relatif kecil, (4) harga yang terjangkau, (5) untuk menghílangkan gejala penyakit ringan, dan (6) tanpa bahan pengawet. Sedangkan berdasarkan tingkat kepentingan atribut dalam mengkonsumsi produk jamu diketahui bahwa faktor keamanan dan kemudahan memperoleh produk adalah faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan konsumsi tersebut. Adapun faktor keamanan yang dimaksud adalah: (1) terdaftar di Departemen Kesehatan, (2) terbuat dari bahan alami, (3) efek samping kecil, (4) kelengkapan informasi produk, (5) kualitas, (6) tanpa bahan pengawet, dan (7) proses produksi.
Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk jamu lebih disukai dan dipersepsikan sebagai produk untuk mengatasi situasi atau masalah kesehatan yang cukup ringan, seperti untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh, capek-capek, masuk angin, pegal linu, dll. Produk jamu juga dipersepsikan dengan baik sebagai alternatif dan obat barat/farmasi walaupun responden dalam penelitian ini mempunyai kecenderungan untuk menggunakan obat farmasi/barat untuk mengatasl keadaan sakit atau penyakit tertentu, seperti kencing manis, asam urat, darah tinggi, dli. Sedangkan berdasarkan citranya, produk jamu tidak dipersepsikan sebagai produk untuk golongan atau lapisan masyarakat manapun terutama terhadap masyarakat yang bersifat tradisional dan tinggal di pedesaan atau kota kecil.
Beberapa saran berikut diajukan berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, yaitu: pertama strategi merek yang dapat digunakan oleh produsen jamu adalah menggabungkan nama/merek individu dengan nama perusahaan (corporate name) agar konsumen lebih mudah dan lebih cepat mengingat merek produk yang dihasilkan. Agar mempunyai kesempatan berhasil yang lebih besar, maka strategi ini dapat ditunjang dengan melakukan kegiatan corporate advertising yang bertujuan meníngkatkan pengenalan terhadap perusahaan dan citranya di benak konsumen. Kedua, produsen jamu juga dapat mencoba untuk memberikan citra tertentu kepada produk jarnu yang dihasilkan dengan tujuan untuk positioning produk terhadap segmen tertentu yang dapat ditempuh melalui media ikian secara gencar.
Terakhir, untuk memanfaatkan potensi produk jamu sebagai alternatif bagi obat barat/farmasi, maka produsen produk jamu dapat melakukan program periklanan yang bersifat mengedukasi masyarakat mengenai efektifitas jamu sebagai obat penyembuhan penyakit tertentu. Program ini sebaiknya ditujukan kepada industri jamu secara umum (bukan untuk perusahaan atau produk jamu tertentu) dan dilakukan oleh Gabungan Pengusaha Jamu yang saat ini sudah terbentuk. Dengan demikian, dapat diharapkan industri jamu ini akan semakin berkembang lagi di masa yang akan datang seiring dengan kemajuan tren gaya hidup sehat di masyarakat kita."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradissa
"Persaingan global semakin intensif dengan maraknya perusahaan melakukan pemasaran internasional dan terjadinya persaingan antar merek dari berbagai kategori produk. Kesadaran akan pentingnya merek sebagai aset yang paling bernilai, yang tercakup dalam apa yang disebut ekuitas merek. Ekuitas merek ini mencakup 5 kategori yaitu kesadaran nama, asosiasi-asosiasi merek, kesan kualiats, loyalitas merek dan aset-aset merek lainnya (seperti paten, cap dan lainnya).
Merek itu sendiri bisa diasosiasikan dengan negara asal (country of origin), dimana negara asal itu berpengaruh dalam menilai suatu produk. Konsumen cenderung mempunyai kesan terntentu terhadap suatu produk yang dihasilkan suatu negara, seperti cina dengan obat-obatan, Perancis dengan mode pakaian dan parfum dan lain-lain.
Penelitian ini difokuskan untuk memberikan gambaran yang mendekati mengenai pengaruh negara asal (country of origin) terhadap kesan kualitas serta melihat hubungan antara persepsi harga dan kualitas khususnya untuk kategori produk makanan/minuman dan otomotif.
Bentuk penelitian yang dilakukan adalah dengan deskriptif analisis. Data primer didapat dengan teknik survei dengan face to face interview. Survei dilakukan dalam bulan Mei 1998 di wilayah DKI Jakarta dengan jumlah responden 400 orang. instrumen utama dalam survei adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi terhadap kualitas dan harga produk makanan/minuman buatan negara Amenka Indonesia, Jepang, Belanda dan Cina sedangkan untuk produk otomotif buatan negara Jerman, Indonesia. Jepang, Korea dan Amerika Kuesioner ini menggunakan 5 points likert scale untuk persepsi kualitas, dimana 1 berarti kualitas sangat rendah dan 5 berarti sangat tinggi. Untuk variabel harga ditanyakan kepada responden persepsi barga kedua produk lersebut apakah Iebih tinggi, sarna saja atnu lebih rendah (kira-kira berapa persan), apabila produk Indonesia dijadikan patokan 100%.
Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini :
Untuk produk makanan/minuman, produk negara Amerika dipersepsikan berkualitas paling tinggi (mean 40) dibandingkan negara lainnya dengan urutan selanjutnya produk buatan Jepang (mean 3,79), Indonesia (mean 3,68), Belanda (mean 3,60) dan Cina (3,54). Dari uji statistik yang dilakukan dengan one-way anova terhadap persepsi kualitas produk Makanan/minuman buatan Amerika, tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk variabel usia, jenis kelamin, pendidikan yang ditamatkan dan pernah/tidak ke luar negeri kecuali untuk variabel pengeluaran per bulan. Untuk produk buatan Indonesia, variabeÍ usia, jenis kelamin, pengeluaran per bulan, dan pendidikan yang ditamatkan tidak berpengaruh nyata terhadap persepsi kualitas, kecuali variabel pernah/tidak ke luar negeri.
Harga produk makanan/minuman buatan Amerika, Belanda, Jepang dan Cina jika harga produk Indonesia dijadikan patokan 100% dipersepsikan lebih mahal oleh responden, dengan produk Amerika mempunyal rata-rata harga tertinggi yaitu 189,63% selanjutnya diikuti produk buatan Belanda, Jepang dan Cina.
Dari hasil matrik hubungan antara harga dan kualitas produk makanan/minuman terlihat bahwa produk buatan Amerika dipersepsikan mempunyai kualitas tertinggi sekaligus mempunyai harga tertinggo dibandingkan negara lainnya selanjutnya berlaku juga untuk produk Jepang Produk buatan Indonesia sendiri kualitasnya lebih tinggi dari Belanda dan Cina namun harganya dipersepsikan lebih rendah dibandingkan keempat negara lainnya.
Untuk produk otomotif, produk negara Jerman dipersepsikan berkualitas paling tinggi (mean 4,56) dibandingkan negara Iainnya dengan urutan selanjutnya produk buatan Jepang (mean 4,29), Amerika (mean 4,24), Korea (mean 3,4 1) dan Indonesia (2,48). Dari uji statistik yang dilakukan dengan One-Way anova terhadap persepsi kualitas produk otomotif buatan Jerman, tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk variabel jenis kelamin, pengeluaran per bulan, pendidikan yang ditamatkan dan pernah/tidak ke luar negeri kecuali variabel usia responden. Selanjutnya untuk produk buatan Indonesia, variabel usia, pengeluaran per bulan, pendidikan yang ditamatkan dan pernah/tidak ke luar negeri, tidak berpengaruh nyata terhadap persepsi kualitas, kecuali variabel jenis kelamin.
Harga produk otomotif buatan Jerman, Amerika, Jepang dan Korea jika harga produk Indonesia dijadikan patokan 100% dipersepsikan Iebih mahal oleh responden, dengan produk Jerman mempunyai rata-rata harga tertinggi yaitu 245,71% (2,5 kali harga produk Indonesia) selanjutnya Amerika 222,78%, Jepang hampir 2 kalinya dan Korea 1,5 kali.
Terakhir hasil matrik hubungan antara harga dan kualitas produk otomotif terlihat bahwa produk buatan Jerman dipersepsikan mempunyal kualitas tertinggi sekaligus mempunyai harga tertinggi dibandingkan negara lainnya, selanjutnya berurutan berlaku juga untuk produk Amerika, Jepang dan Korea. Sedangkan produk otomotif buatan Indonesia sendiri kuaiitasnya dan harganya paling rendah dipersepsikan oleh responden yang semuanya berasal dari Indonesia. Hal ini dapat dipahami karena Indonesia memang baru beberapa tahun terakhir mengeIuarka produk otomotifnya dan terkenal dengan harganya yang murah dibandingkan lainnya yang beredar di Indonesia.
Sebagai implikasi manajerial dan penemuan diatas dianjurkan pertama untuk produk Makanan/minuman buatan negara Amerika dan Jepang dalam strategi promosinya sebaiknya memuat label ?made in? dalam produknya karena dipersepsikan berkualitas tinggi oleh responden hal ini juga dapat dilakukan untuk produk otomotif buatan Jerman, Jepang dan Amerika. Dengan tingginya persepsi kualitas untuk produk tadi, maka pemasar juga dapat mengambil keuntungan dengan menawarkan price premium bagi produknya. Kedua bagi pemasar Indonesia, sebaiknya meningkatkan kualitas aktual produk, terutama untuk produk makanan/minuman dibandingkan produk otomotifnya. Untuk itu sebaiknya memuat label "made in Indonesia" pada kemasannya, selain ¡tu perlu untuk mengadakan promosi dalam menggiatkan gerakan cinta produk makanan/minuman Indonesia seperti lewat iklan-iklan dan lain-lain. Sebaliknya untuk produk otomotif buatan Indonesia, slogan mobnas tidak akan berarti banyak karena terbukti kualitas otomotif Indonesia dipersepsikan rendah s/d blasa saja berada jauh di bawah kualitas produk otomotifbuatan Jerman, Jepang, Amerika dan Korea. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Vianti Fibriani
"ABSTRAK
Krìsis moneter yang melanda Indonesia sejak Juli 1997, membawa dampak
yang buruk bagi perekonomian bangsa Indonesia. Baik dan buruknya perekonomian
nasional membawa dampak yang luas pada permintaan produk properti.
Meningkatnya depresiasi rupiah terhadap dolar, menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat. Pukulan diterima para pengembang ketika bunga KPR dan kredit
kontruksi melambung bahkan KPR menghilang dari kalangan bank swasta. Hal ini
merupakan pukulan bagi pengembang karena sekitar 95 % pembelian melalui KPR,
hanya 5% pembelian saja yang tunai, dan itulah pasar yang harus diperebutkan pada
masa property crash. Keadaan ini dimulai ketika krisis moneter mulai menimpa
Indonesia dan puncaknya adalah setelah bulan Mei 1998 dimana kerusuhan yang
terjadi dan ketidak pastian politik di Indonesia menyebabkan keadaan perekonomian
semakin buruk.OIeh karena ¡tu pemasaran merupakan salah satu ujung tombak dalam
mempertahankan perusahaan dengan memperebutkan pasar yang semakin kecil.
Penelitian mi dilakukan dengan dugaan bahwa masyarakat yang menjadi
target dari perumahan menengah keatas yang tidak sensitif terhadap harga,
menga!ami perubahan perilaku terhadap pembelian rumah pada masa property crash.
Penelitian menggunakan metode wawancara baik terhadap 60 responden yang dipilih
secara acak. Kuesioner yang diajukan kepada responden berupa pertanyaan terbuka
dan pertanyaan tertutup. Penelitian ini diinaksudkan untuk melihat seberapa besar
perubahan perilaku yang terjadi terhadap konsumen rumah menengah keatas. Analisa
menggunakan tehnik distribusi frekuensi, Chi Square dan t-test untuk mengetahui
perubahan dan perbedaan yang terjadi pada masa krisis.
Studi ini menemukan telah terjadi beberapa perubahan dalam pembelian
rumah, seperti (1)tujuan pembelian rumah pada masa sebelum property crash dan
dalam masa property crash, (2)preferensi investasi yang dilakukan oleh konsumen,
dan (3)perubahan sumber informasi yang diandalkan dalam pembelian rumah.
Penelitian ini juga didapat atribut-atribut yang diperhatikan oleh konsumen kelas
menengah keatas dalam memutuskan pembelian rumah. Strategi penurunan harga
bukanlah strategi yang tepat karena konsumen tidak sensitif terhadap harga.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mico Dharmesywara
"ABSTRAK
Majalah memiliki dua jenis konsumen yang berbeda karakternya dalam penggunaan
majalah sebagal media informasi. Konsumen industri menggunakan jasa media berita sebagai
media penyampaian iklan. Konsumen langsung mengkonsumsi informasi yang dimuat oleh
majalah berita.
Konsumen langsung memiliki kebutuhan informasi dan cara evaluasi suatu obyek
berbeda-beda. Perbedaan ini akan menyebabkan terjadinya segmen-segmen pembaca dengan
beragam kebutuhan. Untuk mendapatkan preferensi segmen pembaca sasaran, masing-masing
majalah berita berusaha memposisikan dirinya melalui differensiasi pada atribut-atribut
majalah.
Konsumen industri memiliki kebutuhan untuk menggunakan majalah sebagai media
iklan yang ditujukan pada konsumen langsung majalah. Pemilihan merek majalah yang akan
digunakan sangat tergantung dengan profil, kualitas dan kuantitas konsumen langsungnya
Intensitas kompetisi rnajalah berita meningkat, baik kompetisi terhadap media
substitusi (misal: radio, televisi, tabloid atau koran) ataupun untuk media sejenisnya.
Majalah Ummat berdiri pada bulan Februari 1995 dan memposisikan diri sebagai
majalah berita bagi kalangan Islam kota. Strategi posisi dilakukan dengan menggunakan
personalitas pembacanya sebagai dasar. Pertimbangan yang mendasarinya adaiah Islam
merupakan agama mayoritas bagi penduduk Indonesia dan timbulnya fenomena kesadaran
beragama yang meningkat.
Salah satu kunci keberhasilan strategi posisi adalah kemampuan perusahaan
memperkirakan preferensi konsumen terhadap atribut produk, kebutuhan konsumen yang
ingin dilayani dan posisi relatif produk terhadap kompetitor.
Riset pemasaran membantu perusahaan untuk memperkirakan hal di atas. Analisa pada
karya akhir ini disusun berdasarkan data-data responden yang didapat dari riset pemasaran.
Untuk membantu mendeskripsikan preferensi konsumen, digunakan analisa skala multi
dimensi (Multi Dimensional Scaling) untuk mengetahui persepsi responden terhadap majalah
berita, posisi majalah berita pada atribut-atnbut produk, posisi majalah berita ideal dalarn
kaitannya dengan preferensi dan tingkat prioritas atribut dalam proses evaluasi majalah berita
oleh responden. Penggambaran persepsi dilakukan dengan menggunakan peta persepsi
(perceptual map).
Peta persepsi yang didapat tanpa menggunakan atribut menunjukkan cara responden
memandang masing-masing majalah berita relatif berbeda. Penggunaan vektor-vektor yang
mewakili atribut membantu menginterpretasikan hasil analisa awal. Superposisi vektor atribut
dengan peta persepsi menghasilkan posisi majalah berita untuk setiap atribut dan peringkat
prioritas atribut menurut persepsi konsumen. Posisi majaiah berita ideal diperoleh dengan
mengkombinasikan peta persepi dengan preferensi konsumen.
Hasil analisa menyimpulkan Gatra menduduki peringkat pertama dalam hal preferensi
responden, diikuti: dengan Forum Keadilan, Ummat, Sinar dan Tiras. Masih terdapat gap
antara majalah berita ideal dan seluruh majalah berita.
Responden menempatkan kulit muka sebagai atribut utama majalah berita, diikuti
dengan: gaya penulisan, kelengkapan berita, bergengsi, tata letak, akurasi, harga, komposisi,
aktualitas, populer, jenis kertas dan bentuk huruf. Secara umum susunan peringkat intensitas
masing-masing majalah berita tidak berbeda dengan urutan preferensi konsumen. Sebagai
pengecualian Ummat memiliki posisi-relatif yang sangat baik pada atribut kelengkapan berita
dan gaya penulisan.
peringkat atribut yang didapat dari hasil survey menunjukkan responden tidak
menempatkan komposisi berita sebagai prioritas utama. Strategi posisi Ummat di awal
pertumbuban membawa resiko kesulitan untuk mengembangkan pangsa pasamya ke segmen
pembaca yang tidak menganggap perbedaan komposisi berita dengan penekanan informasi
agama sebagai atribut utama.
Penulis merekomendasikan strategi reposisi Ummat dengan menggunakan atribut
kelengkapan berita dan gaya penulisan sebagai basis dan melakukan perbaikan pada atribut
Iainnya secara bertahap.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahmud Syaltout
"ABSTRAK
Kebijakan "Limited Open Sky" yang diberlakukan oleh pemerintah memberi dampak pada peningkatan persaingan dalam bisnis jasa angkutan udara baik domestik maupun intemasional. Hal ini menjadi ancaman serius bagi maskapai penerbangan nasional jika tidak profesional dalam bidangnya. Hal ini telah dibuktikan sejalan dengan beriringan waktu, bermunculan beberapa maskapai penerbangan bam dan dengan semakin ketatnya persaingan dalam industri penerbangan, ada maskapai penerbangan yang dapat bertahan tetapi tidak sedikit maskapai yang pada akhimya menghentikan kegiatan operasionalnya.
Untuk dapat bersaing didalam bisnis penerbangan, bisnis yang mengutamakan keselamatan dan kenyamanan penumpang, perusahaan dapat memberikan pelayanan kepada penumpangnya baik pelayanan sebelum keberangkatan (pre-flight), pelayanan selama penerbangan (in-flight) dan pelayanan setelah tiba di tujuan (post-flight).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentiftkasi perilaku konsumen melalui faktorfaktor yang mempengaruhi konsumen didalam memilih maskapai penerbangan pada jalur Jakarta-Palembang, mengetahui segmentasi konsumen penerbangan jalur Jakarta-Palembang dan mengidentifikasi atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi tiap-tiap segmen konsumen dalam memilih maskapai penerbangan, dan mengetahui perceptual map maskapai penerbangan yang melayani jalur Jakarta-Palembang.
Studi karya akhir ini menggunakan dua pendekatan yaitu penelitian eksploratori dan penelitian deskriptif. Penelitian eksploratori dilakukan untuk mengetahui atribut-atribut yang menjadi pertimbangan konsumen berkaitan dengan pemilihan maskapai penerbangan, sedangkan penelitian deskriptif dilakukan dalam bentuk penyebaran kuesioner terhadap 200 responden yang bertujuan untuk mendapatkan informasi data pnmer mengenai perilaku konsumen penerbangan jalur Jakarta-Palembang. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan penerbangan jalur Jakarta-Palembang dalam satu tahun terakhir (dari bulan Agustus 2002 hingga bulan Agustus 2003).
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis cluster. Hasil analisis yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan pemilihan maskapai penerbangan menunjukkan bahwa top of mind maskapai penerbangan merupakan penerbangan yang paling banyak digunakan oleh responden didalam melakukan perjalanan Jakarta-Palembang.
Sumber informasi responden didalam memilih maskapai penerbangan adalah ternan dan sebagian lagi mengetahui dari iklan. Iklan mengenai maskapai penerbangan diketahui responden melalui surat kabar. Pengaruh terkuat bagi responden didalam memutuskan maskapai penerbangan mana yang akan dipilihnya berasal dari keluarga dan sebagiannya lagi memutuskannya sendiri.
Responden melakukan perjalanan secara terencana atau mendadak juga berpengaruh didalam pengambilan keputusan maskapai apa yang akan menjadi pilihan responden. Jika responden melakukan perjalanan dengan perencanaan terlebih dahulu, maka faktor kualitas dan reputasi penerbangan menjadi pertimbangan utama responden, sedangkan jika perjalanan dilakukan secara mendadak, maka jadwal penerbangan menjadi pertimbangan utama resoponden.
Sebagian besar responden memiliki tingkat loyalitas yang rendah terhadap suatu maskapai penerbangan. Alasan responden tidak menggunakan maskapai penerbangan yang sama adalah faktor tarif penerbangan, sedangkan responden yang loyal dikarenakan maskapai penerbangan yang sekarang telah cukup memadai.
Konsumen penerbangan dapat dikelompokkan menjadi empat cluster berdasarkan tingkat kepentingannya terhadap atribut-atribut yang mempengaruhi pemilihan suatu maskapai penerbangan. Cluster pertama adalah kelompok responden yang memilih penerbangan berdasarkan pertimbangan tarif penerbangan. Cluster kedua adalah kelompok responden yang memilih penerbangan berdasarkan kombinasi antara waktu dan harga. Cluster ketiga adalah kelompok responden yang memilih penerbangan berdasarkan pertimbangan waktu dan pelayanan yang diberikan oleh maskapai penerbangan. Cluster keempat adalah kelompok responden yang memilih penerbangan berdasarkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh maskapai penerbangan.
Beberapa maskapai penerbangan yang melayani jalur Jakarta-Palembang memiliki persepsi yang berdekatan di mata responden. Misalnya Lion Air, Bali Air dan Batavia Air dipersepsikan sama oleh responden sebagai maskapai penerbangan yang menawarkan tariff penerbangan murah.
Usaha pemasaran yang dilakukan oleh suatu maskapai penerbangan tidak akan memenuhi seluruh lapisan konsumen. Hal ini disebabkan karena tiap-tiap konsumen pengguna jasa penerbangan memiliki tingkat keunikan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Keefektifan pemanfaatan perbedaan ini tergantung dari kemampuan perusahaan penerbangan untuk mensegmentasikan permintaan, kemudian dipilih segmen pasar mana yang akan dilayani oleh maskapai penerbangan. Setelah dipilih target pasar yang akan dilayani oleh maskapai penerbangan, maka dikembangkan program pemasaran berdasarkan atribut-atribut yang menjadi pertimbangan konsumen didalam memilih penerbangan."
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selmy Patrica Wibawa
"ABSTRAK
Pasar media olahraga khususnya Tabloid Olahraga semakin marak dengan hadirnya pemain-peman baru dalam bisnis ini. Hal ini didorong pula oleh banyaknya tayangan olahraga di berbagai stasiun televisi yang menyajikan program-program siaran yang semakin menarik. Kehadiran Tabloid-Tabloid Olahraga baru ini tentu saja dengan mengusung berbagai atribut-atribut dan inovasi penerbitan yang semakin menarik. Untuk itu merupakan sebuah tantangan bagi pemain lama seperti Tabloid BOLA untuk dapat mempertahankan loyalitas konsumennya ditengah persaingan dengan pemain-pemain baru tersebut.
Keputusan untuk membeli sebuah Tabloid Olahraga akan berubah dengan cepatnya sejalan dengan cepat berubahnya kebutuhan informasi mereka akan dunia olahraga. Oleh karena itu perlu diketahui atribut-atribut apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih sebuah Tabloid Olahraga dan pada akhirnya akan membentuk persepsi konsumen terhadap Tabloid Olahraga tersebut. Untuk itu penelitian ini memiliki tujuan yaitu : (1) mengetahui atribut-atribut apa yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli suatu produk media olahraga, dan (2) Mengetahui persepsi konsumen terhadap Tabloid BOLA didasarkan pada atribut-atribut yang terdapat dalam produk Tabloid olahraga tersebut.
Digunakan 2 metode penelitian yaitu metode penelitian eksploratory dan metode penelitian deskriptif Untuk metode penelitian eksploratory dilakukan dengan menggunakan metode FGD (focus Group Discussion) yang dilakukan bersama 10 orang responden dan bertujuan untuk mengetahui atribut-atribut yang menjadi pertimbangan mereka dalam memilih sebuah Tabloid Olahraga. Untuk metode deskriptif digunakan beberapa metode analisis data yaitu : analisis frekuensi, analisis tabulasi silang/asosiatif dan analisis diskriminan.
Dari hasil penelitian eksploratory diperoleh 10 atribut yang menjadi pertimbangan responden dalam memilih Tabloid Olahraga. Atribut-atribut tersebut yaitu: cover/halaman depan, tata letak dan pengaturan isi tabloid, jumlah halaman, mutu kertas yang digunakan, variasi cabang olahraga yang dita1npilkan, harga, intensitas penerbitan dan isi berita/rubric yang ditampilkan. Dari analisis terhadap nilai mean dari tingkat kepentingan atribut, maka atribut isi berita/rubrik yang ditampilkan merupakan atribut yang paling dianggap penting oleh responden.
Dari penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap atribut-atribut dalam Tabloid BOLA diperoleh keterangan bahwa persepsi responden terhadap Tabloid BOLA adalah baik dan bahkan terdapat atribut-atribut yang memiliki persepsi yang sangat baik. Untuk analisis tabulasi silang diperoleh hubungan antara variabel demografi dengan variabel persepsi terhadap atribut dan variabel perilaku dengan variabel persepsi terhadap atribut. Selain itu dilakukan pula analisis tabulasi silang untuk beberapa variabel yang diasumsikan memiliki hubungan akan tetapi setelah dilakukan analisis tabulasi silang ternyata variabel-variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan. Sedangkan dari analisis diskriminan diperoleh keterangan bahwa konsumen dengan tingkat pengeluaran yarig berbeda dapat dibedakan persepsinya oleh atribut harga yang teijangkau.
Untuk memenuhi keinginan konsumen yang selalu setia menanti kehadiran Tabloid BOLA, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya Tabloid BOLA secara temporer diupayakan untuk dapat menyajikan beberapa cabang olahraga (diluar sepakbola) guna memenuhi kebutuhan informasi olahraga konsumen usia muda yang biasanya menggemari beberapa cabang olahraga yang lebih beragam. Hal lain yang harus dipertimbangkan adalah mengenai penetapan harga yang harus mengakomodasi kepentingan konsumen dengan tingkat pengeluaran dibawah Rp 800.000,- yang merupakan konsumen terbesar Tabloid BOLA selama ini.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kusumawati
"Perkembangan tehnologi dan globalisasi yang semakin pesat, berdampak pada semakin tingginya persaingan memperebutkan pangsa pasar pada dunia usaha saat ini. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pasar pada era millenium, harus memiliki pemahaman mengenai perilaku konsumen. Kasali (1999:9) mengemukakan bahwa pengusaha yang baik adalah yang memahami betul siapa konsumennya dan bagaimana mereka berperilaku. Pemahaman mengenai siapa konsumennya akan menuntun para pengusaha kepada keberhasilan memenangkan persaingan dunia usaha yang telah melampaui batas negara.
Agar dapat berhasil dalam persaingan memperebutkan pasar yang semakin ketat, marketer juga beriklan dalam memasarkan produknya. Periklanan sebagai bagian dari promosi pemasaran, telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di dunia. Masyarakat sebagai konsumen potensial dan berbagai jenis produk diterpa iklan setiap harinya. Walaupun dunia usaha saat ini sudah melampaui batas negara, pemasaran produk dilakukan dengan melihat karakteristik unik masing-masing konsumen potensial yang berbeda-beda di setiap negara. Salah satunya dengan melihat gaya hidup konsumen potensial dimana produk akan dipasarkan.
Untuk mengamati hubungan terpaan iklan telepon genggam Nokia terhadap perilaku mahasiswa Universitas Sahid, digunakan metode asosiatif dan korelasional dengan regresi sederhana, korelasi sederhana dan berganda. Penulis melakukan penelitian survei dengan mengambil sampel sejumlah 320 responden dari populasi mahasiswa Universitas Sahid yang berjumlah 3000 orang yang aktif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode aksidental nonrandom sampling dengan dasar pertimbangan segi kepraktisan dan kendala waktu yang ada dan dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang utama.
Dalam penelitian ini terpaan iklan dioperasionalisasikan pada variabel variabel message dan variabel frekuensi pesan, dimana variabel-variabel message terdiri dan yaitu content, strucrure,format dan source. Dengan menggunakan analisis korelasi hubungan antara masing-masing variabel terpaan iklan dengan perilaku konsumen ke-320 mahasiswa Universitas Sahid dapat diketahui.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara asosiatif terpaan iklan telepon genggam Nokia memiliki hubungan yang erat dengan perilaku mahasiswa Universitas Sahid dalam hal message content dan message format. Hasil pengujian dan variabel-variabel tersebut memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik. Pengujian juga menunjukkan bahwa frekuensi pengamatan pesan ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumen. Hasil tersebut menunjukkan kepada para marketer maupun advertising agency agar tidak meremehkan desain pesan iklan terutama dalam hal content dan format.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambok Parulian S.; Lyliana
"ABSTRAK
Era globalisasi mempengaruhi kehidupan masyarakat suatu negara,
termasuk Indonesia. Pola hidup sehat juga melanda penduduk dunia yang
semakin menyadari bahwa banyak masalah yang dapat mengakibatkan
penurunan tingkat harapan hidup. Oleh karena itu mereka terus menekan pola
hidup yang dapat mendukung hidup sehat.
Salah satu produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
adalah minuman kesehatan. Minuman kesehatan adalah minuman yang
menawarkan khasiat menunjang kesehatan tubuh manusia. Produk ini dikemas
dengan trendi, praktis dan dalam bentuk siap minum.
Persaingan dalam industri minuman, khususnya minuman kesehatan
semakin tajam dengan makin banyaknya pemain baru dalam industri. Setiap
pemain berusaha untuk memperkenalkan produk baru bagi masyarakat
Indonesia melalui iklan yang gencar, terutama pada media cetak dan elektronik
yang dikonsumsi masyarakat menengah-atas.
Pada mulanya pasar yang dituju adalah kelompok menengah-atas yang
tidak mengalami kesulitan finansial untuk membeli produk ini. Peluang ¡ni
didukung dengari proyeksi penduduk dan Lembaga Demografi UI yang
menyatakan bahwa pada lima belas tahun mendatang, kelompok baby boomer
Indonesia atau kelompok 20-39 tahun merupakan kelompok dengan daya beli
terkuat. Tetapi kemudian terjadi perluasan pembeli, dimana ternyata ada
kelompok menengah bawah yang merupakan pembeli potensial. Akhirnya
beberapa perusahaan mulai melakukan diferensiasi produk sesuai dengan target
pasarnya.
Masalah utama yang dihadapi oleh produsen adalah kesulitan
menanamkan kepercayaan kepada masyarakat bahwa produk ini memang
benar-benar menyehatkan dan tidak mengandung bahan yang membahayakan
manusia. Fenomena ini umum terjadi pada produk yang masih baru, tetapi
dengan semakin terbukanya sistem informasi maka hambatan ini akan diatasi.
Industri minuman kesehatan Indonesia masih dalam tahap pergerakan
dan pengenalan produk (introduction) menuju pertumbuhan (growth), sehingga
industri ini sangat menarik untuk diikuti lebih lanjut. Di masa depan, industri
minuman kesehatan akan semakin kompetitif dan berkembang.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Gita Nurul
"ABSTRAK
Dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa perubahan terjadi di retail market serta
konsumen, yang diperkirakan mempengaruhi kebiasaan konsumen dalam berbelanja.
Untuk itu dibutuhkan pengetahuan yang lebih banyak mengenai bagaimana (sikap dan
kebiasaan) konsumen berbelanja (di gerai swalayan), sehingga dapat ditentukan strategi
penjualan yang lebih tepat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (1) mengetahui sikap dan kebiasaan konsumen
ketika berbelanja di gerai swalayan, (2) mengetahui keefektifan dan In store promotions,
serta untuk (3). mengetahui evaluasi dan konsumen terhadap gerai-gerai swalayan yang
ada.
Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive research, yang dilaksanakan di
empat outlet swalayan. Setelah diperoleh data melalui wawancara langsung dengan 466
responden, maka dilakukan descriptive analysis untuk mengukur perilaku konsumen
berbelanja ketika berbelanja swalayan.
Dari hasil penelitian diperoleh informasi sebagai berikut:
Warung, pasar tradisional serta pedagang keliling tetap merupakan pilihan utama
untuk berbelanja. Terlihat indikasi bahwa konsumen mengunjungi outlet yang
berbeda untuk rnembeli suatu produk tertentu.
Siklus pembelian shampo adalah satu bulan sekali. Lebih dari setengah pembeli
membeli shampo untuk diri sendiri. Tetapi, bagi pembeli yang membeli shampo untuk
orang lain, membuat keputusan merek mana yang akan dibeli adalah tetap menjadi
wewenang mereka (buyer).
Loyalitas terhadap merek shampo cukup tinggi, dimana 80% konsumen mengatakan
akan setia pada merek yang biasa mereka pakai.
Kemasan dan nama merek memainkan peranan yang sangat penting dalam hal brand
identification dan akhirnya pembelian.
Faktor-faktor yang paling menjadi pertimbangan konsumen ketika memilih swalayan
mana yang akan dikunjungi adalah : Kebersihan dan kerapian toko, Antrian yang
cepat di kasir, Kualitas sayur, buah, daging, serta ikan segar.
Awareness mengenai kegiatan promosi (in-store promotions) sangat rendah.
"
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>