Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17668 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Faktor budaya kerap terabaikan dalam menghadapi kebutuhan permukiman pasca bencana alam. Kealpaan ini menyebabkan banyak proyek permukiman pasca bencana dinilai tidak berhasil. Hal ini ditandai dengan ditinggalkannya rumah tinggal tersebut, seperti yang terjadi pada studi kasus permukiman pasca gempa bumi di Gediz, Turkey dan di Wolofeo, Flores, Indonesia. Sebagian masyarakat yang tetap tinggal di rumah tinggal pasca gempa tidak dapat beraktivitas seperti sebelumnya. Terlihat adanya ketimpangan-ketimpangan sehingga perkembangan budaya maupun ekonomi berjalan dengan tidak baik. Tulisan ini memperlihat pentingnya pemahaman budaya dan arsitektur vernakular masyarakat setempat sebagai preseden dalam merancang permukiman pasca bencana alam. Tujuan dari tulisan ini adalah memaparkan bagaimana faktor budaya dapat berperan dalam perancangan permukiman pasca bencana alam."
720 JIA 5:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mardzhanishvili, M. A.
New Delhi : Oxonian Press, 1984
693.852 MAR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lily
"ABSTRAK
Pengaruh kontribusi pola getar pada respon maksimum bangunan yang dibebani dengan sebuah komponen horisontal dari gerakan tanah akibat gempa akan ditinjau. Komponen gerakan gempa ini diambil berdasarkan analisis riwayat waktu El Centro 18 Mei 1940, N-W,California. Dengan tujuan untuk mendapatkan jumlah pola getar minimum yang dapat digunakan sebagai preliminary design pada perencanaan bangunan tinggi dengan kesalahan relatif dari nilai respon di bawah toleransi 5 atau 10 persen.
Bangunan dengan jumlah lantai dan sistem struktur yang berbeda didefinisikan sebagai Bangunan Geser atau Bangunan Lentur, yang digunakan sebagai bangunan ideal untuk menghasilkan perumusan jumlah pola getar yang diinginkan. Sifat-sifat dinamis dari bangunan umumnya akan terletak di antara kedua jenis bangunan ini.
Kontribusi pola getar tinggi pada tiap respon dinamis bangunan akan dievaluasi. Dan pengaruhnya dihubungkan pada pertambahan waktu getar fundamental dan jumlah lantai bangunan. Gerakan gempa dianggap sebagai respon gempa yang bersifat elastis.
Perumusan mengenai jumlah pola getar yang dibutuhkan dengan memberikan toleransi pada kesalahan relatif sebesar 5 % dan 10 % akan didapatkan. Dan hasilnya akan dibandingkan dengan peraturan gempa lainnya, yaitu Peraturan Gempa Indonesia dan Uniform Building Code. Banyak peraturan gempa yang menyarankan jumlah pola getar minimum untuk analisis, tetapi mungkin terjadi kesalahan yang cukup besar dalam beberapa nilai respon, hal ini disebabkan tidak diperhitungkannya pengaruh kontribusi pola getar tinggi terhadap waktu getar fundamental dan pengaruh jumlah lantai bangunan.
Simulasi numerik untuk mendapatkan jumlah pola getar minimum ini dilakukan dengan menggunakan Computer Program for The Static and Dynamic Finite Element Analysis of Structures SAP 90 yang dikembangkan oleh Edward L. Wilson and Asluaf Habibullah.
Daftar Pustaka : 19 (1962-1996)
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifia Indah Liany
"Getaran yang selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan gangguan bagi kegiatan manusia. Getaran ini dapat disebabkan oleh fenomena alam seperti gempa. bumi, letusan gunung berapi, ataupun yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Akibat getaran ini dapat memberikan perubahan kehidupan manusia bila getaran tersebut tidak terkontrol dan sangat kuat seperti getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi dan ledakan nuklir. Namun adapula gangguan yang hanya menyebabkan ketidak nyamanan seseorang, seperti getaran akibat pemancangan tiang-tiang pracetak untuk pondasi, getaran akibat mesin mobil diesel model lama.
Kasus-kasus tersebut di atas menyebabkan pengetahuan getaran pada umumnya sangat diperlukan, sehingga perlu dilakukan pengamatan dan penelitian terhadap fenomena tersebut. Untuk kasus yang sederhana, salah satu cara untuk melakukan pengamatan dan penelitian adalah dengan melakukan pengukuran. Namun untuk pengukuran gempa bumi, pengukuran hanya akan mendapatkan data percepatan atau kecepatan tanah, bukan faktor penyebah gempa bumi Percepatan, kecepatan ataupun perpindahan dapat diperoleh dari salah satu jenis data yang ada, baik dari data percepatan ataupun dari data kecepatan tanah.
Dalam penulisan ini, akan dibahas teknik-teknik untuk mendapatkan sinyal kecepatan dan perpindahan dari suatu data percepatan. Teknik yang pertama adalah pengintegrasian data percepatan terhadap waktu, dengan cara ini proses perubahan satu sinyal ke sinyal lainnya dilakukan dalam domain waktu. Teknik yang kedua dilakukan dalam domain frekuensi, dalam hal ini fungsi waktu percepatan ditransformasikan ke dalam domain frekuensi melalui transformasi Fourier. Hasil transformasi dari kedua teknik ini akan dibandingkan satu dengan yang lainnya dengan data yang diambil dari data percepatan pelat tipis yang digetarkan. Frekuensi pribadi dari pelat tipis yang digetarkan akan dibandingkan pula dengan perhitungan secara numerik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perkuatan struktur bangunan pada saat ini sangat dibutuhkan seiring dengan meningkatnya dinamika aktivitas masyarakat yang menyebabkan perubahan fungsi bangunan. Perubahan fungsi bangunan ini menyebabkan beban-beban rencana bangunan bertambah besar sehingga dituntut suatu bangunan yang mempunyai fleksibilitas yang tinggi. Bangunan beton bertulang merupakan struktur yang biasa digunakan dewasa ini dirancang dengan mutu dan umur rencana tertentu. Apabila pembebanan pada struktur beton melebihi beban rencana, maka akan terjadi penurunan kekuatan struktur bangunan sehingga umur yang direncana tidak akan tercapai. Oleh karena itu tengah dikembangkan berbagai inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan aplikasinya khususnya dunia teknik sipil mengenai perkuatan struktur bangunan. Pada skripsi ini akan membahas perkuatan struktur kolom dengan penebalan dimensi secara concrete menggunakan bahan aditif ViscoCrete. Pekerjaan perkuatan struktur seringkali merupakan pekerjaan dengan permasalahan tersendiri sebab pekerjaan perkuatan ini dilakukan pada struktur-struktur yang sudah ada, sehingga faktor lokasi (kemudahan) untuk dicapai), cuaca, lama waktu pengerjaan dan biaya pelaksanaan merupakan faktor-faktor penentu yang seharusnya dipertimbangkan dengan seksama oleh seorang perencana. Dengan menggunakan bahan aditif ini maka memudahkan dalam pelaksanaan instalasi material perkuatan dan efektivitas waktu dalam pengerjaan perkuatan. Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah besar peningkatan elemen kekuatan struktur kolom dengan penebalan dimensi kolom beton bertulang menggunakan bahan aditif ViscoCrete. Besar peningkatan kekuatan tersebut merupakan hasil perbandingan dari kekuatan struktur kolom sebelum dan sesudah penebalan. Benja uji kolom yang tidak dipertebal dan yang sudah dipertebal dimensinya akan diuji terhadap gaya aksial dan momen lentur sampai runtuh."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Davis, Howard
New York: Oxford University Press,, 1999
720 DAV c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Ayu Setia Hidayati
"Kejadian bencana alam di Indonesia meningkat akibat krisis perubahan iklim, dan berdampak pada hilangnya tempat tinggal serta modal penghidupan para korban. Sebagai upaya mengurangi risiko bencana, hunian berteknologi RISHA menjadi solusi Pemerintah bagi korban yang direlokasi. Kurangnya pertimbangan terhadap sumber penghidupan masyarakat mengakibatkan timbulnya masalah baru, seperti fenomena housing adjustment, yang juga mengindikasikan adanya ketidakpuasan terhadap kondisi rumah. Sampai saat ini, evaluasi kepuasan penghuni terhadap hunian RISHA belum dilakukan secara empiris, sehingga dikhawatirkan dapat luput melihat kebutuhan masyarakat yang sebenarnya. Studi ini bertujuan untuk menilai tingkat kepuasan penghuni terhadap hunian RISHA pasca bencana dan mengidentifikasi adaptasi merumah pada hunian tersebut dikaitkan dengan strategi memperbaiki modal penghidupan. Metode kuantitatif melalui survei angket kepuasan terhadap 232 penghuni menghasilkan penilaian kepuasan hunian pada skor 69,70% (cukup puas), sementara metode kualitatif melalui observasi serta wawancara mendalam menyimpulkan bahwa housing adjustment menjadi strategi penghuni untuk mengatasi housing deficit dan juga membangun kembali modal penghidupan. Temuan ini dapat menjadi pertimbangan dalam mengkaji kembali kebijakan penyediaan hunian pasca bencana dan statusnya sebagai aset hibah bagi masyarakat. Housing adjustment pada hunian RISHA selayaknya tidak dinilai sebagai hal negatif, namun justru perlu mendapatkan pendampingan dan dukungan dari pemerintah sebagai bagian dari upaya pemulihan kondisi korban pasca direlokasi.

Natural disasters in Indonesia are increasing and have impacts on the loss of housing and livelihood for the victims. As an effort for future disaster risk reduction, RISHA housing technology is the Government's solution for resettlement. The lack of consideration of post-disaster livelihood in the resettlement programs has resulted in the emergence of the housing adjustment phenomenon, which also indicates housing deficit. Until now, evaluation of resident’s satisfaction toward RISHA housing in Indonesia has not been carried out empirically, so it might fail to see the real needs of the community. This study aims to assess the level of satisfaction of RISHA housing and identify their housing adjustment in it, linked to strategies for improving livelihood. A questionnaire survey of 232 respondents resulted in a satisfaction level of 69.70% (moderate), while through observation and in-depth interviews it concluded that housing adjustment is strategies for residents to overcome housing deficit and rebuild livelihood. These findings could be considered in reviewing post-disaster housing provision policies and their status as grant assets for the victims. Housing adjustment in RISHA requires Government’s assistance and support as part of efforts to restore the community's livelihood after resettlement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Wahyuni
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan modal sosial (kebiasaan gotong royong, keberadaan kegiatan olah raga, jumlah kegiatan yang dilakukan Badan Permusyawaratan Desa) terhadap proses pemulihan bencana gempa bumi yang diikuti tsunami dan likuifaksi yang terjadi di Sulawesi Tengah pada 26 Septetmber 2018. Dengan menggunakan intensitas cahaya malam hari (data Suomi National Polar Partnership Visible Infrared Imaging Radiometer Suite-SNPP VIIRS) dalam menilai waktu proses pemulihan aktivitas ekonomi dan PODES 2018, dilakukan analisis survival. Hasil analisis menunjukkan desa yang memiliki modal sosial yang lebih tinggi membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk mencapai kondisi sebelum bencana terjadi/pulih.  Peluang desa terdampak bencana yang memiliki kegiatan olah raga lebih cepat 13,046 kali dibandingkan desa yang tidak memiliki kegiatan olah raga. Penelitian ini juga mengindikasikan adanya peran positif institusi dan infrastruktur desa dalam mempercepat proses pemulihan desa terdampak bencana.

This study aims to analyze the relations of social capital ("gotong royong", the existence of sporting activities, the number of activities carried out by the Badan Permusyawaratan Desa) on the earthquake followed by tsunami and liquefaction disaster recovery process that occurred in Central Sulawesi on September, 26th 2018. By using the intensity of the night light (Suomi National Polar Partnership Visible Infrared Imaging Radiometer Suite-SNPP VIIRS data) in assessing the time for recovery of economic activity and PODES 2018, a survival analysis was performed. The analysis shows that villages with higher social capital need a shorter time to reach their pre-disaster recovery. The chances of a village affected by the disaster having sports activities were 13,046 times faster than that of villages without sports activities. This research also indicates the positive role of village institutions and infrastructure in accelerating the recovery process of villages affected by disasters."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Portal dengan pengakuan arah lateral bangunan berupa suatu sistem rangka
bresing eksentrisitas mempakan portal dengan penambahan komponen diagonal
pada panel struktur. Portal ini harus memenuhi persyaratan ketentuan SNI 03-
1729-2002 mengenai tata cara perenoanaan struktur baja untuk bangunan gedung
Sistem portal dengan variasi panjang donah struktur dan panjang link,
dianalisa dengan menggunakan bantuan program komputer untuk mendapatkan
gaya-gaya dalamnya.
Hasil yang didapat ; nilai daktalitas portal bresing eksentris memiliki
kemampuan yang tinggi dalam mereopon gaya gcmpa bila dibandingkan dengan
portal pemikul momen.
Dengan kemampuan pengakuan lateral, daktailitas struktur meningkat dan
simpangan antar lantai bangunan yang terjadi lebih kecil dari 10 cm untuk tinggi
struktur 38 m, sorta rotasi link yang terjadi lebih kecil dari 0,08 radian. Selain itu
panjang link yang dianalisa masih memenuhi batas maksimum panjang link."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gde Rasananda Gelgel
"Representasi bersifat mewakili sesuatu. Akan tetapi ketika representasi itu kehilangan hubungannya dengan yang diwakilinya akan terjadi sebuah pemutusan. Sehingga apa yang diwakilinya adalah diri sendiri. Membentuk sebuah simulakra.
Dari pemikiran tersebut mendorong saya untuk melakukan kajian tentang simulakra. Dengan mengambil anjungan daerah TMII sebagai contoh kasus dalam menjelaskan gejala yang terjadi dan museum di TMII untuk mendukung pejelasan. Penelitian ini mengambil pendekatan semiotika dan hermeneutik dan bersifat kualitatif.
Dalam membahas fenomena ini saya menkonstruksi dari teori-teori yang sudah ada sebelumnya yaitu dari pemikiran Martin Heidegger khususnya pemikiran tentang pofret dunia dan teori simulasi dan simulacra baik yang diungkapkan oleh Jean Baudrillard maupun Umberto Eco. Saya memilih teori ini karena saya memahami teori tersebut dapat membantu saya dalam menjelaskan fenomena representasi kebudayaan dalam arsitektur yang saya amati.
Apa yang saya temukan dalam pengamatan di taman mini adalah fungsi utama yang ditampilkan oleh simulakra adalah melawan hierarki tradisional sekaligus menghidupkannya. TMII merombak dan menyusun kembali nilai-nilai tradisional. Tapi pada saat penyusunannya kembali hubungan antara representasinya dengan rujukannya mengalami keterputusan dalam nilai-nilainya. Sehingga apa yang nampak malah jadi kebalikannya reprsentasinya seakanakan lebih nyata daripada rujukannya. Hal ini menunjukkan adanya sebuah pemahaman bahwa reproduksi, representasi dan simulasinya lebih fundamental dan lebih solid daripada kenyataan yang menjadi rujukannya. Semua citra, akibatnya dibawa pada level yang sama, yaitu sebagai duplikat.
Pencapaian teknologi saat ini telah memungkinkan bentuk-bentuk simulasi yang mempertanyakan secara radikal gagasan konvensional mengenai asal-usul dan orisinalitas dan membuat yang artifisial, yang sintetis dan yang palsu tak terbedakan dari yang asli. Memang simulasi kadang kala tampak lebih hidup dan asli dan nyata daripada realitas itu sendiri.

Representation act to represent something, although in the end when it lost it connection with the thing that it represent, it become self reference. Which is called simulacra.
Based on that I started an analysis on simulacra. By using anjungan daerah TMII and museum in TMII as a case study to explain the phenomenon which ocure. The research used semiotic and hermeneutic method and the research it self is based in qualitative method.
To explain the phenomenon, I constructed theory based on the previous theory from Martin Heidegger, especially the essay on The Age of World Picture, and also Simulation and Simulacra from both Jean Baudrillard and Umberto Eco. II choose these theories because it can help me to explain the phenomena that ocure in cultural representation in architecture.
What I had found in the research in TMII is the main function of the simulacra is against traditional hierarchy and in the same time it also preserved it. TMII disassemble and assemble traditional value. Although when it assembled the culture, the relation between the representation and the reference is lost. It makes the representation is more realistic than it reference. It shown that there is an understanding that reproduction, representation and simulation are more fundamental and solid than the reality which it represent. All image in the end is bring to the same level, just as a mere copy. Technology achievement this day makes possibility to ask radically about the conventional idea of the origin of the reality. It also made the artificial, imposter and synthetic can't be defined between the real. And make the simulation seems more live and real than the reality it self.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>