Ditemukan 65651 dokumen yang sesuai dengan query
"Mata kuliah teknik komunikasi arsitektur biasanya ada pada semester awal tahun pertama dalam rangkaian pendidikan arsitektur. Diletakkan diawal karena mata kuliah ini adalah dasar dan perangkat bagi rangkaian mata kuliah perancangan selanjutnya. Pertanyaannya, sejauh mana mata kuliah yang diselenggarakan dalam sekitar hanya 13 minggu (pertemuan 1-3 kali se-minggu) ini dapat memberikan dasar dan perangkat yang kuat bagi para mahasiswa? Umumnya pendidikan arsitektur mempunyai 6-7 studio perancangan dimana seluruh aspek yang berkaitan pada komunikasi arsitektur dibebankan pada satu mata kuliah ini. Secara materi mata kuliah komunikasi arsitektur dapat dikelompokan menjadi dua; komunikasi arsitektur sebagai visualisasi dari ide arsitektur dan visualisasi keterbangunan dari suatu ide arsitektur. Kelompok pertama lebih menekankan pada tersampaikannya ide arsitektur dan informasi yang bcrsifat kualitatif Kelompok kedua menekankan pada informasi kuantitaf dari suatu ide arsitektur. Kedua kelompok ini tidak berdiri sendiri tetapi saling melengkapi. Kompleksitas terjadi karena kedua kelompok tersebut tidak dapat diberikan sekaligus. Materi pada kelompok kedua sangat didasari oleh kepahaman pelaku komunikasi pada materi kelompok pertama. Sehingga diperlukan waktu dan pendekatan yang berbeda untuk menyampaikannya. Hal ini yang menyebabkan sulitnya memberikan dasar teknik komunikasi yang kuat melalui hanya satu mata kuliah saja. Dengan latar tersebut, tulisan ini hendak menyampaikan sebuah usulan penyelenggaraan mata kuliah teknik komunikasi arsitektur agar kedua kelompok materi tadi dapat tersampaikan secara sistematis dan saling-hubung dengan mata kuliah lainnya, khususnya mata kuliah studio perancangan."
720 JIA 4:1 (2007)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Jimmy
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
14-22-35949996
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Menggambar dan maket bagi seorang arsitek, adalah sebuah "bahasa" yang memiliki "kata-kata" yang mudah dimengerti oleh kalangannya (seputar dunia arsitektur) dan juga oleh para klien yang umumnya memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda dengan arsitek. 'Bahasa" ini sangatlah dinamis dan mudah, dapat dibongkar pasang selama ada kesepakatan bersarna diantara si pengguna 'bahasa* serta dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika perkembangan arsitektur. Dalam dunia yang serba "instant" saat ini, “bahasa” yang digunakan seringkali mengalami kendala, bukan dari pembentukkannya melainkan dari penyampaiannya. Disatu sisi, dengan keberadaan teknologl informasi, penyampaian "bahasa" dipermudah dan menjadi sangat cepat. Sedangkan di sisi yang lain, keberadaan teknologi informal juga secara sadar dan tidak sadar telah "mengikis" bahkan terkadang "menghilangkan" intuisi “kemanusiaannya" yaitu skala uruang", sehingga secara iangsung dan tidak langsung, sadar dan tidak sadar teknologi informasi dapat menjadi ‘kawan” dan/atau “lawan" pada saat yang bersamaan. Bagaimanakah kurikulum pendidikan arsitektur menanggapi kondisi ini ? Kapankah teknologi informasi perlu diperkenalkan? Sampai sejauh manakah kurikulum dapat mengeksploitasi teknologi informasi?"
720 JIA 6:1 (2009)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Keberadaan arsitektur nusantara dalam khasanah sistem dan pengetahuan arsitektur di Indonesia telah banyak diketahui. Yang tidak banyak diketahui adalah bagaimana keberadaan itu telah terkristal sebagai citra mental atau peta mental dalam arsitektur."
720 JIA 6:1 (2009)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Mauro Purnomo Rahardjo
Bandung: [publisher not identified], 1982
720.284 MAU t
Buku Teks Universitas Indonesia Library
"Pendidikan arsitektur rnengalami perubahan amat bena di dunia yang mengalami perkembangan amat cepat dalam teknologi informasi dan telekomunikasi yang membuat usang cara mendidik di bidang arsitektur. Pengajaran yang dikenal sebagai pedagogik, dan teknik lebih teratur atau didaktik, mengalami tantangan. Dalam keadaan demikian, sudah saatnya cara mathetics, yang belum pernah menemukan penghargaan sepantasnya dalam bidang pendidikan, perlu digali ulang sebagai piiihan lain mendidik sarjana arsitektur. Tulisan ini bersifat penjelajahan dengan cara penghayatan melalui penafsiran atas gagasan awal (asal-usul istilah) beberapa istilah yang terkait dengan belajar mengajar. Karya tulis ini berusaha menantang para pembaca berwacana tanpa membuat suatu kesimpulan akhir yang sering berpihak,namun tak ada norma untuk mengesahkannya."
720 JIA 6:1 (2009)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Meutia Rin Diani
Yogyakarta: Lamalera, 2012
720 MEU m
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Mohammad Rizky Ikhsani
"Skripsi ini mengevaluasi arti simbolik dari titik-titik kardinal pada arsitektur tradisional Indonesia, terutama pada kebudayaan dari kelompok etnik Jawa, BaJi, Toraja, Amarasi, Babar, dan Savu pada kepulauan Indonesia. Alasan dari pemilihan topik ini ada1ah karena ketertarikan penulis dengan kompleksnya simbolisme titik kardinal (yang kebanyakan telah dianalisis) pada kebudayaan asing, seperti kebudayaan pribumi Amerika Utara dengan dewa pelindung arah mata anginnya, ajaran Tattvas pada kebudayaan India, hingga sistem Feng Shui Cina yang amat kompleks; ini semua mendorong penulis untuk melakukan analisis pada simbolisme titik-titik kardinal pada kebudayaan kita di kepulauan Indonesia, terutama pada arsitektur tradisionalnya, karena kebudayaan kita sendiri sebenarnya memiliki latar belakang yang kaya dengan simbol kulturalnya yang kompleks dan unik dibandingkan dengan kebudayaan kebudayaan lain di dunia.
Atas alasan ini, penulis menentukan topik ini untuk skripsi dan mencoba mempelajari simbolik titik kardinal pada arsitektur tradisionai Indonesia, termasuk mencoba menemukan inti bagaimana cara simbol tersebut terlahir kedalam kebudayaan setiap kelompok etnik. bagaimana evolusi simbol tersebut sejalan dengan waktu (jika kebudayaan tersebut mengalami perubahan atau intervensi dari luar yang cukup signifikan sehingga mcngubah sirnbol-simbol titik kardinal pada arsitekt:ur tradisional mereka), bagaimana setiap kelompok etnik menginterpretasikan arti simbolik pada setiap titik kardinal dan bagaimana penerapannya terutama pada arsitektur tradisional mereka. Alasan pemilihan kelompok-kelompok etnik ini adalah karena kelompok-kelompok etnik ini..."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48510
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Adinda Alissa Sastranegara
"Dalam merancang sebuah karya arsitektur, seorang perancang harus pintar-pintar mengolah rancangannya tersebut menjadi sesuatu yang - tidak harus indah- tetapi menarik untuk dilihat, tidak membosankan dan mempunyai kelebihan agar karya tersebut berumur panjang. Penampilan luar suatu bangunan memang bukan yang terpenting, tetapi cukup penting supaya keberadaan bangunan tersebut disadari masyarakat. Agar sebuah bangunan menarik untuk dilihat, bangunan tersebut harus rnempunyai sesuatu yang dapat membuat orang ingin melihatnya. Entah karena bangunan tersebut besar sekali, aneh sekali, keren sekali, rame sekali atau norak sekali, yang penting bangunan itu telah berhasil memancing orang untuk melihatnya, bahkan lebih hebat lagi jika orang tidak hanya melihatnya namun mengomentarinya. Untuk mencapai itu, suatu bangunan harus berbeda. Mempunyai perbedaan yang membuatnya stand out dari yang lain, lepas dari positif atau tidaknya perbedaan itu. Kontras adalah satu cara untuk mencapai kualitas-kualitas tersebut. Karena kontras adalah suatu keadaan dimana perbedaan-perbedaan dipertemukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48521
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Surabaya: Universitas Kristen PETRA, {s.a.}
DIMENSI 31:1 (2003) (1)
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library