Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vicky Hidajat Effendi
"Bisnis retail merupakan kegiatan yang meiibatkan penjualan barang dan jasa langsung kepada konsumen untuk pemakaian pribadi, keluarga atau rumah tangga dan merupakan tahapan final dalam proses distribusi. Dalam perkembangannya di Indonesia, bisnis retail memiliki harapan cerah sebagai akibat jumlah penduduknya sangat besar dengan tingkat kebutuhan yang besar pula serta daya beli yang semakin baik karena pendapatan yang makin baik pula (sebelum krisis ekonomi terjadi). Disamping itu perkembangan jaman telah berdampak pula pada bentuk bisnis retail ¡tu sendiri, dimana semula konsep retail tradisional hanya berupa toko-toko lokal yang independen, kini mengalami peralihan menjadi toko dengan skala nasional, intemasional dalam bentuk pusat pusat perbelanjaan yang modern, seperti supermarket, hypermarket, pasar swalayan, pasar perkulakan, toko serba ada dan lain sebagainya. Pertumbuhan tersebut tentu saja berdampak pada pesatnya tingkat persaingan yang semakin ketat disamping peningkatan minat investor untuk terjun di dunia retail.
Kota-kota besar di Indonesia dimana kebanyakan para retailer melakukan investasi awal disana, acapkali dijadikan tempat untuk seseorang mencari pekerjaan atau nafkah bagi sebagian masyarakat kota-kota kecil di sekitamya. Hal ini tentu saja berdampak pada semakin banyaknya jumlah penduduk di kota tersebut hingga membawa perubahan sosial budaya pada kehidupan masyarakat kota. DKI Jakarta sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari hal-hal tersebut Kota ini menjadi obyek pekerjaan bagi mereka yang berada di sekitamya, seperti Bogor, Tangerang dan Bekasi.
Perkembangan-perkembangan yang terjadi, baik pada kota-kota besar khususnya Jabotabek, dan bisnis retail, menuntut adanya usaha optimal bagi mereka yang akan dan telah melakukan investasi di bisnis retail untuk mampu memenuhi kebutuhan konsumen, yang berlatar belakang berbeda-beda, dengan memberikan kepuasan yang sesuai dengan pengharapan mereka, baik ¡tu dari segi ragam produk yang ditawarkan hingga faktor terpenting yaitu bentuk pelayanan yang memuaskan hati mereka. Hal-hal tersebut juga dihadapi pula oleh Circle K Indonesia Waserba yang memegang hak franchise dari Circle K International sebagal sebuah retail yang keberadaannya di Indonesia merupakan pionir convenience store dari luar (Franchisee dari Circle K International di Ameiika Serikat).
Permasalahan yang dihadapi oleh Circle K di Indonesia adalah persaingan yang semakin meningkat baik itu akibat jumlah retailer yang meniingkat (besar maupun kecil) untuk memperebutkan berbagai macam status sosial konsumen yang dalam mengambil keputusan dalam pembelian sesuatu banyak dipengaruhi oleh perubahan dinamis yang terjadi pada lingkungannya, seperti faktor ekonomi, sosial-budaya, secta politik dan hukum, disamping peran serta atau bujuk rayu perusahaan itu sendiri terhadap mereka. Selain itu, masalah yang sebenamya terbesar adalah pada diri Circle K sendiri, yaltu meski sejak keberadaannya di tengah masyarakat (tahun 1986) dan telah terjadi perpindahan kepemilikan sekali (kepada PT. Mantrust Group) temyata nama Circle K belum begitu tertanam pada benak konsumen sebagal sebuah c-store tempat berbelanja kebutuhan akan convenience goods yang memberikan kemudahan, kecepatan, dan pelayanan plus. Akìbatnya, tiada pilihan lain bagj Circle K Indonesia Waserba bahwa saat ¡ni harus mampu membuat strategi pemasaran yang tepat guna agar dapat survive (langgeng) dan muncul menjadi yang terbaik ditengah tingginya tingkat persaingan di industri jasa ini.
Penelitian karya Akhir ini bertujuan untuk dapat menganalisis strategi pemasaran yang telah dllakukan Circle K serta mengidentifíkasi kekuatan dan kelemahan yang ada sehingga dapat dijadikan rekomendasi alternatif bagi pemantapan atau perbaikan strategi pemasaran dalam rangka persiapan menghadapi perkembangan bisnis retail baik dari lokal maupun asing pada saat ini dan mendatang.
Dengan mempertimbangkan visi, misi dan tujuan perusahaan. dan kemudian melihat pula aspek peluang dan ancaman yang dihadapi serta kekuatan dan kelemahan yang dimliki oleh Cirde K indonesia Waserba, maka disusunlah strategi alternatif berupa matriks SWOT, Selanjutnya untuk dapat menghasilkan strategi pemasaran yang efektif, strategi alternatif tersebut disesuaikan terlebih dahulu dengan beberapa faktor kunci keberhasilan yang harus dimliki oleh sebuah retailer. Adapun faktor kunci keberhasilan tersebut adalah produk yang tepat. jumlah yang efektif, harga yang optimal, waktu yang tepat, pelayanan yang baik, tempat yang strategis, dan komunikasi yang baik.
Strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh Circle K secara umum sudah cukup baik, hanya terdapat hal-hal pokok yang kurang optimal terutama tentang promosi dan produk, sehingga diperlukan tindakan perbaikan pada beberapa hal pokok tersebut. Untuk dapat langgeng dan unggul dalam tingkat persaingan yang tajam di saat sekarang ini dan masa mendatang, benkut adalah saran-saran yang kiranya sangat berguna, yaitu : menterjemahkan dan menyesuaikan visi yang telah ada ke dalam suatu "bahasa" yang mudah diterima dan dipahami oleh para stokholder, mengembangkan dan menyesuaikan misi yang ada ke suatu bentuk yang lebih sesuai dengan keadaan dan kondisi saat ini dan mendatang, menetapkan suatu tujuan pemasaran sebagai arah tindakan kegiatan pemasaran yang sesuai dengan visi perusahaan, mempertegas segmen yang dituju untuk kemudian dilakukan positioning yang tepat, melakukan diferensiasi produk, jasa dan image, mempertahankan strategi harga yang telah dilakukan, melakukan kegiatan intelijen pasar dan pesaing yang aktif, meningkatkan kerjasama dengan partner bisnis yang telah ada maupun pesaing atau malah menjalin kerjasama baru, melakukan kegiatan promosi aktif yang disesuaikan dengan target sasaran melalui media yang tersedia, menciptakan corporate public relation, melakukan pendidikan dan pelatihan para karyawan dengan penekanan pada usaha memberikan kepuasan kepada konsumen dan kemudian melakukan benchmarking, pembentukan Quality Function Deployment, empowerment karyawan dan yang terpenting melaksanakan Total Quality Management."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Dharmawan S.
"Kompetisi bisnis ritel swalayan di Indonesia akhir-akhir ini semakin intens sebagai akibat dari ekspansi yang dilakukan oleh peritel global di pasar Indonesia, menyambut gayung deregulasi yang ditetapkan pemerintah. Tesis ini meneliti persepsi dan perilaku konsumen ritel swalayan dengan tujuan untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat bagi pelaku bisnis ritel swalayan. Persepsi yang diteliti meliputi awareness, persepsi terhadap tingkat kepentingan atribut dan persepsi terhadap kinerja 5 ritel swalayan yang diteliti (Indomaret, Hero, Matahari, Carrefour, Makro) dalam tiap atribut. Perilaku yang diteliti meliputi ritel swalayan yang paling sering dikunjungi, frekuensi kunjungan, durasi kunjungan, hari kunjungan, uang yang dibelanjakan dalam setiap kunjungan, cara pembayaran, rencana belanja dan kategori produk yang dibeli di ritel swalayan.
Hasil penelitian dianalisis dengan frekuensi distribusi, crosstab analysis, analisis atribut, brand positioning map, analisis hirarki dan analisis kuadran. Untuk mendukung analisis tersebut, penulis melakukan studi literatur yang meliputi klasifikasi institusi ritel, analisis trading format, diferensiasi kompetitif ritel, keyakinan/sikap/penilaku konsumen ritel, generic business level strategy, strategi segmentasi/targeting/posi(ioníng, strategi bauran pemasaran dan profil kelima perusahaan ritel yang diteliti.
Dengan mengetahui persepsi dan perilaku konsumen ritel swalayan, tesis ini memberikan beberapa rekomendasi strategi pemasaran bagi ritel swalayan path umumnya dan kelima ritel swalayan yang diteliti pada khususnya.
Dari segi persepsi konsumen terhadap ritel swalayan secara umum, penulis merekomendasikan ritel swalayan untuk meningkatkan top of mind (TOM) awareness melalui pembukaan gerai besar di lokasi strategis dan memenuhi kebutuhan konsumen terhadap ritel swalayan berupa kelengkapan produk, kualitas produk serta harga.
Dari segi persepsi konsumen terhadap kelima ritel swalayan yang diteliti, penulis merekomendasikan Indomaret untuk memperbaiki kinerjanya dalam kelengkapan produk dan kenyamanan berbelanja serta memposisikan diri sebagai tempat belanja murah sehari-hari, Hero untuk memperbaiki kinerjanya dalam harga dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang nyaman dan berkualitas, Matahari untuk memperbaiki kinerjanya dalam harga dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang lengkap dan berkualitas, Carrefour untuk memperbaiki kinerjanya dalam lokasi dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang Iengkap dan nyaman, Makro untuk memperbaiki kinerjanya dalam lokasi dan memposisikan din sebagai ritel swalayan termurah.
Dari segi perilaku konsumen, penulis merekomendasikan ritel swalayan untuk meningkatkan loyalitas peJanggan melalui continuity program, meningkatkan frekuensi kunjungan pelanggan melalui penciptaan pengalaman berbelanja yang unik, meningkatkan durasi kunjungan pelanggan melalul pembukaan gerai luas dengan banyak kategori produk, melakukan antisipasi terbadap peningkatan jumlah pelanggan pada hari libur, menyediakan kategori produk yang dibeli konsumen di ritel swalayan, menyediakan pilihan produk yang sesuai bagi kelas sosio ekonomi yang lebih tinggi, meneria pembayaran dengan kartu kredit dan memfokuskan promosi hemat untuk low involvement product."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristali Harjono
"Dengan semakin pesatnya pertumbuhan perekonomian Indonesia yaitu sekitar 8% maka hal ini tidaklah terlepas dari bisnis rumah makan / restoran yang semakin menjamur terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Semarang. Bisnis restoran ini tidak banyak diminati oleh pengusaha lokal namun juga pengusaha asing. Hal ini ditandai dengan mulai pesatnya sistem waralaba (franchise) lokal ( Ayam goreng 'Mbok Berek', 'California Fried Chicken' (CFC), Es teler 77, dan lain-lain) serta asing ("Kentucky Fried Chicken", 'McDonald', 'Dunkin Donuts', "Carl's Junior", 'Pizza Hut' dan lain-lain. Sistem waralaba merupakan salah satu jenis 'strategic integration' yaitu forward integration yang dilakukan untuk mendistribusikan produk secara luas.
Kuramaya merupakan salah satu anak perusahaan Indofood Group yang bergerak dalam bisnis restoran yang didirikan pada tahun 1993. Dengan iklim perekonomian Indonesia yang begitu kondusif terhadap pertumbuhan bisnis rumah makan ini, maka Kurumaya dengan sendirinya akan menghadapi berbagai tantangan, ancaman , disamping kesempatan-kesempatan (opportunity) yang ada dan situasi yang terjadi dan dalam perkembangannya menuju sistem globalisasi.
Dalam tesis ini, Kurumaya Noodle Restaurant (KNR) adalah menjadi obyek studi analisis dalam menganalisa lingkungan eksternal atau remote environment dan lingkungan internal. Dengan menganalisa dan memahami kedua sisi tersebut, dapat disusun langkah untuk mencari peluang secara optimal, dan menghindari did dari ancaman yang menghadang.
Dari hasil analisis dengan menggunakan kerangka formulasi strategi David (Strategic Managemat, 1995) melalui sejumlah tingkatan analisis yaìtu input stage, matching stage, dan decision stage . Pada input stage diperoleh hasil evaluasi faktor-faktor eksternal dan internal masmg-masing 248 dan 237 yang menunjukkan bahwa peluang dan kekuatan yang dimilìkl oleh Kurumaya kurang dapat mengantisipasi ancaman dan kelemahan yang dihadapinya. Pada matching stage digunakan analisis dugan Threats-Opportuniües-Wealcnesses-Strengths (TOWS) matrix, Boston Consultan Group (BCG) matrix dan Internal-External (lE) matrix.
Hasil dari TOWS matrix menunjukican bahwa strategi yang paling banyak ditemukan yaitu strategi intuisif; sedangkan BCG matrix menunjukkan bahwa Kurumaya termasuk dalam kuadrant I yaitu Question Mark dimana posisi panga pasar yang relatif rendah yang bersaing dalam industri yang pesat perturnbuhannya dan hasil IE matrix memperhatikan bahwa Kuruniava termasuk dalam daerah sel nomor V yaitu kategori Hold and Maintaince? strategis yatu penetrasi pasar dan pengembang produk. Pada Decision stage, terdapat empat alternatif strategi yang dianalisis yaitu market penetration, market development, product development dan forward integration. Hasiinva menunjukkan bahwa dengan situasi dan kondisi Kurumava maka strategi yang sesuai yatu market pentration dan kornbinasinya dengan market development."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Febriani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaturan
usaha waralaba (franchise) di Indonesia sebelum berlakunya
PP No. 16/1997 tentang Waralaba beserta ketentuan
pelaksananya, maupun setelah berlakunya peraturan tersebut.
Dalam Penelitian ini juga dibahas analisa terhadap
keseimbangan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian
waralaba yang pada dasarnya sudah dibakukan isi dan
formatnya oleh pihak pemberi waralaba. Analisa dilakukan
terhadap perjanjian waralaba yang ada sebelum dan setelah
berlakukanya PP No. 16/1997 tentang Waralaba tersebut.
Penulisan dilakukan dengan menggunakan penelitian hukum
normatif, dimana datanya diambil dari kepustakaan (data
sekunder) dan lapangan (data primer). Pengaturan waralaba
di Indonesia dari waktu ke waktu mengalami perkembangan,
yang semula legalitas keberadaan waralaba di Indonesia
hanya berbekalkan ketentuan pasal 1338 KUH Perdata, hingga
akhirnya dikeluarkannya PP No. 16/1997 tentang Waralaba
beserta peraturan pelaksanya yang tertuang dalam bentuk
KepMen Perindag No. 259/MPP/7/1997 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba. Hal ini tentunya
berawal dari kesadaran vpemerintah untuk mendukung usaha
waralaba di Indonesia dan keinginan untuk melindungi dan
mengimbangi kedudukan para pihak dalam perjanjian waralaba.
Meskipun perj anj ian waralaba yang disepakati berisikan
klasula baku, tetapi kesimbangan para pihak tetap berada
pada posisi semestinya * Disamping menguntungkan bagi kedua
belah pihak karena bisa menghemat waktu, biaya dan tenaga,
dan bagi penerima waralaba tidak perlu lagi membuat format
sistem, cara kerja dan manajemen usaha sendiri, karena
telah ditentukan secara jelas dan lugas oleh pemberi
waralaba.;"
2002
T37717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2000
S23494
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Judia Fauzie
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Azzura Fredella
"Popularitas industri hiburan Korea Selatan mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir dan K-pop menjadi salah satu faktor pendorong di balik popularitas tersebut. Hal ini tidak lepas dari beragam strategi pemasaran yang dilakukan oleh agensi pengelola dalam memasarkan musik para artisnya. Agensi pengelola sangat pandai penggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran akan artis dan musik baru, berinteraksi dengan penggemar, dan mendistribusikan musik dengan biaya yang relatif rendah. Salah satu strategi yang kini mulai dilirik oleh banyak agensi pengelola adalah transmedia storytelling, sebuah strategi perluasan narasi yang didistribusikan melalui berbagai saluran media untuk menambah wawasan baru terhadap keseluruhan narasi. Strategi ini telah digunakan oleh beberapa grup, tetapi perluasan narasi yang kompleks terlihat dari SM Culture Universe (SMCU) milik SM Entertainment dan Bangtan Universe milik BTS. SMCU menggunakan jenis transmedia bergaya West Coast yang bersifat ringan, sedangkan Bangtan Universe menggunakan perpaduan gaya West Coast dan East Coast yang bersifat lebih interaktif. Kedua semesta ini menggunakan pendekatan media yang berbeda yang menyesuaikan dengan narasi yang mereka angkat. Melalui transmedia storytelling, baik SMCU maupun Bangtan Universe membuka ruang partisipasi bagi penggemar untuk terlibat dalam narasi utama melalui petunjuk-petunjuk kecil yang diberikan dalam setiap media. Hal ini tentunya akan semakin membangun loyalitas antara artis dan penggemarnya.

The popularity of South Korean entertainment industry has grown rapidly in the last decade and K-pop is one of the supporting factors of this popularity. This is inseparable from the various marketing strategies conducted by the management agency to promote the music of its artists. Management agencies are very good at using social media to raise awareness of new artists and music, interact with fans, and distribute music at a relatively low cost. One strategy that is looked by many management agencies nowadays is transmedia storytelling, a narrative expansion strategy that is distributed through various media channels to add new insights to the overall narrative. This strategy has been used by several groups, but the complex narratives is seen in SM Entertainment's SM Culture Universe (SMCU) and BTS's Bangtan Universe. SMCU uses West Coast Transmedia style, meanwhile Bangtan Universe uses a blend of West Coast and East Coast styles that are more interactive. These two universes use different media approaches that conform to the narratives they adopt. Through transmedia storytelling, both SMCU and Bangtan Universe open up space for fans to be involved in the main narrative through small clues given in each medium. This of course will further build loyalty between the artist and the fans."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Azzura Fredella
"Popularitas industri hiburan Korea Selatan mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir dan K-pop menjadi salah satu faktor pendorong di balik popularitas tersebut. Hal ini tidak lepas dari beragam strategi pemasaran yang dilakukan oleh agensi pengelola dalam memasarkan musik para artisnya. Agensi pengelola sangat pandai penggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran akan artis dan musik baru, berinteraksi dengan penggemar, dan mendistribusikan musik dengan biaya yang relatif rendah. Salah satu strategi yang kini mulai dilirik oleh banyak agensi pengelola adalah transmedia storytelling, sebuah strategi perluasan narasi yang didistribusikan melalui berbagai saluran media untuk menambah wawasan baru terhadap keseluruhan narasi. Strategi ini telah digunakan oleh beberapa grup, tetapi perluasan narasi yang kompleks terlihat dari SM Culture Universe (SMCU) milik SM Entertainment dan Bangtan Universe milik BTS. SMCU menggunakan jenis transmedia bergaya West Coast yang bersifat ringan, sedangkan Bangtan Universe menggunakan perpaduan gaya West Coast dan East Coast yang bersifat lebih interaktif. Kedua semesta ini menggunakan pendekatan media yang berbeda yang menyesuaikan dengan narasi yang mereka angkat. Melalui transmedia storytelling, baik SMCU maupun Bangtan Universe membuka ruang partisipasi bagi penggemar untuk terlibat dalam narasi utama melalui petunjuk-petunjuk kecil yang diberikan dalam setiap media. Hal ini tentunya akan semakin membangun loyalitas antara artis dan penggemarnya.
The popularity of South Korean entertainment industry has grown rapidly in the last decade and K-pop is one of the supporting factors of this popularity. This is inseparable from the various marketing strategies conducted by the management agency to promote the music of its artists. Management agencies are very good at using social media to raise awareness of new artists and music, interact with fans, and distribute music at a relatively low cost. One strategy that is looked by many management agencies nowadays is transmedia storytelling, a narrative expansion strategy that is distributed through various media channels to add new insights to the overall narrative. This strategy has been used by several groups, but the complex narratives is seen in SM Entertainment's SM Culture Universe (SMCU) and BTS's Bangtan Universe. SMCU uses West Coast Transmedia style, meanwhile Bangtan Universe uses a blend of West Coast and East Coast styles that are more interactive. These two universes use different media approaches that conform to the narratives they adopt. Through transmedia storytelling, both SMCU and Bangtan Universe open up space for fans to be involved in the main narrative through small clues given in each medium. This of course will further build loyalty between the artist and the fans.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
S18093
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research was aimed to formulate the strategies for developing the small and medium enterprises (SMEs). The researcher put the hypothesis forward that SMEs set the prompt differentiation strategies will have competitive advantage..."
MMJA 9:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>