Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87286 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardy Protoni Doda
"ABSTRAK
Penerapan strategi aliansi dalam industri penerbangan berkembang sangat
pesat sejak dekade 90-an. Perkembangan ini teradi seiring dengan banyaknya perubahan-
perubahan aturan main dalam dunia penerbangan atan civil aviation seperti deregulasi
dan globalisasi di Ameiika Seirikat dan Eropa.
Perkembangan ini menjadi lebih pesat lagi oleh karena banyak perusahaan yang
beraliansi tidak lagi menganalisis pola kebutuban beraliansi. Keadaan ini inenyebabkan
banyaknya aliansi yang tidak menghasilkan sinergi untuk perusahaannya, sehingga muncul
permasalahan bagaimana mententuk suatu aliansi yang efektif dalam industri
penerbangan.
Dalam tulisan ini dikaji secara analitis karakteristik keadaan dan struktur
aliansi dalam industri penerbangan. Penelitian ini dibatasi pada aliansi horisontal yang
dilakukan antar perusahaan penerbangan. Metode penelitian yang digunakan adalah
menganalisis data sekunder hasil survey yang dilakukan oleb majalah Airline Business.
Data survey ini mencakup 136 perusahaan penerbangan besar dan keel yang
melayani pasar internasional.
Hasil penelitian memberikan suatu kesimpulan bahwa ada dua hal pokok dalam
pembentukan aliansi yakni pemilihan pasangan dan pemilihan jenis aliansi. Aliansi yang
sinergi akan diperoleb jika pasangan yang dipilih dan jenis aliansi sesuai dengan strategi
perusahaan secara menyeluruh.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djarot Wahju Santoso
"ABSTRAK
Era globalisasi dengan segala implikasinya menjadi salah satu pemicu cepatnya perubahan yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan masyarakat dan bila tidak ada upaya sungguh-sungguh mengantipasinya maka hal tersebut akan menjadi masalah yang sangat serius. Bidang pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar, terutama dalam perubahan menyiapkan sumber daya manusia yang tangguh sehingga mampu hidup selaras di dalam perubahan itu sendiri.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah I Temon Kulon Progo dengan tujuan mengenalkan penggunaan software perancangan pesawat CATIA di dalam industri penerbangan.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka pengenalan software perancangan pesawat pada industri penerbangan dilaksanakan selama 1 hari sesuai dengan kompetensi yang sudah ada pada kurikulum sekolah terkait. Kegiatan ini mampu memberikan pengetahuan yang dapat digunakan sebagai referensi dalam peningkatan kompetensi belajar siswa."
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, 2019
600 JPM 2:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Santoso
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Telekomunikasi merupakan salah satu infrastruktur yang penting dalam menunjang pembangunan nasional Indonesia. Dalam perkembangannya, banyak perubahan yang telah terjadi secara cepat dalam industri jasa telekomunikasi di Indonesia. Dari aspek teknologi, sebagai akibat dari perkembangan pesat industni elektronika, komputer dan perangkat lunak menyebabkan pesatnya perkembangan jasa dan solusi dibidang jasa telekomunikasi. Dan aspek pelayanan jasa, kita melihat teijadinya perubahan bentuk layanan dari solusi yang tetap (given atau tidak ada pilihan lain) untuk pelanggan ke bentuk layanan yang sudah makin beronientasi ke kebutuhan pelanggan. Dari aspek regulasi, kita juga melihat trend pergeseran secara bertahap dari bentuk monopoli ke bentuk yang lebih bebas.
Terkait dengan deregulasi yang saat mi terus berlangsung di industni jasa
telekornunikasi Indonesia, kita menyaksikan makin terbukanya peran swasta untuk berusaha di bidang mi, dan juga mulai terbukanya sektor ini bagi investor asing.
Dari pihak penyelenggara telekomunikasi swasta nasional, deregulasi mi berarti adalah makin terbukanya kesempatan bagi mereka untuk berusaha dibidang penyelenggaraan jasa telekomunikasi. Tetapi, perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat, tekanan dari pihak pengguna jasa akan bentuk layanan yang berorientasi ke kebutuhan mereka serta persaingan dalam menghadapi investor asing yang biasanya adalah operator-operator berkelas dunia dengan skala ekonomis globalnya, pengalamannya serta cakupan pasarnya, menyebabkan investasi di sektor ini juga cukup beresiko tinggi.
Sebagai akibat dari kondisi diatas, akhir-akhir ini kita saksikan timbulnya aliansi
strategis antara penyelenggara telekomunikasi domestik dengan penyelenggara
telekomunikasi global. Contoh antara lain adalah PT Satelindo dengan DeTe Mobil, PT
Telkomsel dengan Royal PIT Netherlands, PT Excelcomindo dengan NYNEX dan
Mitsui, perusahc_mn-perusahaan KSO dengan PT T elkom dan lain-lain. Selain itu, aliansi strategis juga teijadi antar penyelenggara telekomunikasi global. Contoh antara lain adalah British Telecom dengan MCI, US Sprint dengan France Telecom dan Deutsche Telekom, Acasia (operator telekomunikasi ASEAN), dan lain-lain.
Dasar utama dari aliansi strategis antara perusahaan domestik dan perusahaa.'1 global
adalah mencoba menggabungkan izin penyelenggaraan serta pengetahuan pasar domestik
yang dimiliki oleh operator domestik dengan skala ekonomis, interkoneksi global,
pengalaman, kekuatan dana, penguasaan teknologi mutakhir dan lain sebagainya yang
dimiliki oleh operator global. Sementara itu, dasar dari aliansi strategis yang terjadi antar
operator global adalah untuk memperluas cakupan layanan jasa mereka dengan sasaran
akhir adalah bentuk pelayanan yang bersifat total solusi. Kebutuhan akan pelayanan total
solusi mi semakin meningkat sebagai dampak dari makin bertumbuhnya perusahaan multinasional yang diakibatkan oleh globalisasi ekonomi dunia.
Karya akhir mi menganalisis salah satu penyelenggara jasa telekomunikasi di
Indonesia, yaitu PT Aplikanusa Lintasarta yang hingga saat mi belum melakukan aliansi strategis dengan pihak asing. Analisis mi akan meliputi kondisi eksternal dan internal perusahaan, kondisi kompetitif perusahaan, analisis penilaian kuantitatif bagi perusahaan jika dilakukan aliansi strategis serta proses dan tahapan jika aliansi strategis ini akan diimplementasikan oleh perusahaan tersebut.
Dari hasil analisis mi membuktikan bahwa sektor jasa telekomunikasi, balk di
Indonesia maupun di dunia, termasuk dalam sektor yang .lingkungan industninya berpotensi berubah sangat cepat, baik dan aspek teknologi, aspek perubahan budaya penggunanya, regulasi yang berlaku, dan lain-lain. Selain itu, faktor globalisasi juga menimbulkan kondisi yang menyebabkan penyelenggara jasa telekomunikasi di Indonesia (domestik) hams berhadapan dengan penyelenggara jasa telekomunikasi dunia yang memiliki banyak kelebihan, antara lain dana, penguasaan teknologi, pengalaman, akses
pasar internasional, kemajuan dalam penelitian dan pengembangan, 'dan lain-lain.
Untuk itu, kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh penyelenggara jasa telekomunikasi dunia lebih baik dikombinasikan dengan pengetahuan pasan serta izin penyelenggaraan yang dimiliki oleh penyelenggara telekomunikasi domestik, sehingga timbul sinergi yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Dalam hal mi, pihak domestik dapat memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh mitra asingnya, sementara dari sisi mitra asing akan dapat memanfaatkan dan menikmati pertumbuhan ekonomi di Indonesia
yang menyebabkan perusahaan makin bertumbuh. Strategi mi akan lebih baik daripada saling berkompetisi satu sama lain, yang dapat berakibat buruk baik salah satu pihak, terutama dari pihak domestik karena kelemahan skala ekonomisnya.
Karya akhir mi merekomendasikan agar penyelenggara jasa telekomunikasi di
Indonesia beraliansi strategis dengan mitra penyelenggara jasa telekomunikasi global. Dalam hal mi, kemitraan lebih didasarkan atas kebutuhan untuk mengejar pertumbuhan usaha, penguasaan teknologi, akses ke pasar internasional, pengalaman operasional dan pelayanan, clan bukan karena kebutuhan dana semata. Disamping itu, dengan aliansi strategis bukan merupakan penyelesaian masalah yang timbul bagi penyelenggara
domestik, melainkan adalah dimulainya suatu usaha untuk mengejar pertumbuhan perusahaan dan sekaligus untuk mempertahankan kelanggengan keijasama serta tetap mempertahankan tingkat kompetitif perusahaan melalui berbagai macam strategi lanjutan dan pola kemitraan lainnya.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Prasetya
"ABSTRAK
Genderang perang harga yang dimulai oleh sejumlah maskapai penerbangan baru
telah menyulut kegerahan maskapai-maskapai lainnya yang sudah sejak lama bermain di
industri penerbangan nasionaL Kegerahan tersebut timbul karena adanya kekhawatiran
dan maskapai-maskapaj penerbangan lama yang merasa takut kehilangan konsumennya
oleh ulah masakapal-maskapal baru yang menetapkan harga yang sangat murah bahkan
hingga mencapai batasan harga minimum INACA. Agar tidak tersisih dan persaingan,
mau tidak mau maskapai-maskapaj penerbangan yang lama pun akhirnya ikut-ikutan
menetapkan harga yang semurah-murahnya bagi konsumen. Akibatnya hampir seluruh
maskapai penerbangan nasional saat ini ikut dalam perlombaan saling memperebutkan
konsumeri dengan cara-cara yang dapat dikatakan sudah tidak sehat lagi. Fenomena
seperti inilah yang menggambarkan persaingan di industri penerbangan nasional saat ini.
Untuk tetap bertahan di dalam persaingan seperti itu tidaklah mudah. Beban biaya
operasional yang tinggi, ditambah dengan beban kurs mata uang rupiah terhadap dollar
yang belum membaik, akan memberatkan kelangsungan hidup suatu maskapai. Star Air
sebagai salah satu dan sekian banyak pemain baru sudah merasakan dampaknya.
Beberapa rute penerbangannva sudah nilai tidak dioperasikan karena besamya beban
biaya operasional yang tidak dapat ditutupi lagi dengan harga tiket yang diberlakukannya
saat ini. Beratnya beban biaya operasional yang tinggi ini juga mulai dirasakan efeknya
oleh Merpati dan Garuda. Kedua maskapal tersebut terpaksa harus menaikkan harga
tiketnya akibat kenaikan harga premi asuransi pasca pemboman WTC. Padahal
persaingan saat ini menuntut mereka untuk mengefisienkan segala bentuk biaya agar dapat memberlakukan harga yang kompetitif untuk beraing dengan maskapai lainnya.
Terlepas dari fenomena perang harga yang terjadi saat ini, langkah berani Pelita, Mandala, Bouraq, dan DAS dalam membentuk strategi aliansi untuk meminimalisir dampak persaingan harga tersebut, nampaknya perlu diacungi jempoL. Berbagai manfaat
seperti efisiensi biaya dan peningkatan jumlah konsumen yang diperoleh keempat
maskapai semakin mempertegas prospek yang menguntungkan dan strategi aliansi ini.
Melihat aksi rnaskapai-maskapai penerbangan nasional saat ini dengan berbagai
macam strateginya mulai dari strategi perang harga sampai dengan strategi aliansi, maka
pada karya akhir ini akan dibuat suatu usulan strategi aliansi yang melibatkan kerjasama
dua maskapai penerbangan nasional, yaitu Merpati dan Garuda. Adapun maksud dari
usulan ini adalah untuk menciptakan maskapai penerbangan nasional yang mempunyai
daya saing di rute domestik dan internasional dalam rangka menghadapi persaingan
yang semakin ketat di industri penerbangan nasional.
Usulan strategi aliansi Merpati ? Garuda ini díbuat berdasarkan tiga tahapan
analisis, yaitu analisis manajemen strategik, analisis pembentukan sinergi, dan analisis
kesiapan internal perusahaan Pada analisis manajemen strategik dilakukan analisis untuk
mengetahui competitive positions dan Lingkungan ekstemal perusahaan dalam rangka
menyusun strategi aliansi yang sesuai dengan kemampuan dan kompetensi masing
masing perusahaan. Kemudian, pada analisis pembentukan sinergi dibahas mengenai
cakupan penghematan biaya dan peningkatan pendapatan yang dapat diperoleh,
khususnya pada hal-hal yang berhubungan dengan pensinergian masing-masing rute
penerbangan dan pemanfaatan secara bersama-sama fasilitas operasional dan resources
yang dimiliki kedua maskapai. Terakhir, pada analisis kesiapan internal perusahaan
dibahas tiga hal penting yang perlu dipersiapkan dalam menjalankan proses pembentukan
aliansi tersebut, yaitu budaya dan struktur perusahaan, sistem administrasi dan informasi,
dan kualitas jasa pelayanan penerbangan.
Dari hasil ketiga analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan
yang menyatakan bahwa aliansi Merpati ? Garuda akan memberikan dampak positif bagi
kedua maskapai. Adapun dampak positif yang dimaksud adalah tercapainya penghematan
biaya operasional dan meningkatnya pendapatan perusahaan dan kegiatan usahanya. Dan
kedua dampak positif tersebut, balk Merpati maupun Garuda, kini dapat bersama-sama
meningkatkan kual itas dan kuantitas pelayanannya untuk kemudian memantapkan
posisinya dalam persaingan di industri penerbangan nasional.
Untuk melengkapi usulan strategi aliansi yang telah dibuat tersebut, maka pada
bagian akhir dan karya akhir inI diberikan beberapa saran untuk mendukung keberhasilan
strategi aliansi Merpati ? Garuda. Adapun saran-saran tersebut dimaksudkan agar usulan
strategi ini nantinya dapat benar-benar diaplikasikan ke dalam strategi perusahaan dan
memberikan benefit jangka panjang yang sesuai dengan tujuan semula dan pembentukan
strategi aliansi, yaitu untuk meningkatkan daya saing maskapai penerbangan nasional
baik pada rute domestik maupun intemasional."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Zainal Abidin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S27331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okti Purnaniati
"Industri perusahaan penerbangan domestik di Indonesia tumbuh dengan pesat, dengan jumlah perusahaan penerbangan yang semakin banyak, pertumbuhan ini diikuti dengan persaingan tajam yang ditandai dengan adanya perang tarif seperti menetapkan tarif yang sangat murah, diskon harga yang tinggi, dan kemudahan untuk mendapatkan tiket. Oleh karena itu, setiap produk diharapkan mempunyai nilai yang Iebih tinggi dan berada pada posisi yang unggul di mata konsumen sebagai upaya dalam memenangkan pangsa ingatan.
Dalam rangka mengantisipasi persaingan dan agar perusahaan tetap eksis, maka diperlukan penerapan dan strategi pemasaran yang tepat. Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah analitik deskriptif, yaitu rancangan penelitian studi kasus yang menggambarkan strategi PT. Garuda pada suatu periode waktu, rnelalui telaah data dan telaah kasus. Teori yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan strategic action diawali dengan melakukan analisis eksternal (analisis makro dan analisis industri) yang kemudian diperoleh peluang dan ancaman. Dan diambil kesimpulan apa yang menjadi KSF dari PT. Garuda. Kemudian dilakukan analisis internal untuk memperoleh kekuatan dan kelemahan.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap PT. Garuda Indonesia melalui berbagai model analisis yaitu analisis TOWS, IE, BCG, GSM, dan setelah dilakukan pencocokan strategi, maka diperoleh dua (2) alternatif strategi yaitu penetrasi pasar (market penetration) yang kemudian diikuti oleh perkembangan pasar (market devefopment). Dari analisis tersebut, dengan menggunakan QSPM dipilih strategi yang paling utama yaitu strategi penetrasi pasar dan diikuti oleh strategi pengembangan pasar apabila diperlukan. Agar perusahaan memiliki kemampulabaan, maka strategi pemasaran dituangkan dalam rantai nilai.
Saran yang diajukan untuk melakukan penetrasi pasar, adalah dengan meningkatkan pemasaran secara intensif / continue (marketing effort).

Industrial of domestic airline in Indonesia grow at full speed, with amount of airline which more and more, this growth is followed by keen emulation which marked with existence of tariff war like specifying very cheap tariff, discounted by high price, and amenity to get ticket. Therefore, every product expected to have higher level value and reside in preeminent on course in consumer eye as effort in winning memory compartment.
ln order to anticipating competition and company remain to exist, hence needed correct marketing strategy and applying. In this research is used research type is descriptive analytic, that is device research of case study depicting strategy of Garuda. Garuda at one particular time period, passing data study and case study. The theory is based on determining strategic action early by extemal analysis (macro analysis and industrial analysis) which is later obtained threat and opportunity. Taken conclusion what becoming KSF from PT. Garuda. Then internal analysis to get weakness and strength.
Pursuant to result of analysis and research to PT. Garuda Indonesia through various model analysis that is TOWS analysis, IE, BCG, GSM, and after that is conducted adaptation of strategy, hence obtained two (2) strategy altemative that is market penetration what is later followed by market development.
From the analysis, by using QSPM is selected most important strategy that is market penetration and followed by market development strategy if needed. So that company have proiit, hence marketing strategy poured in value chain.
Suggestion raised to conduct market penetration improve marketing strategy intensively (marketing effort)."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T14010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Ayu Mariani
"Fenomena Global bermunculannya maskapai penerbangan dengan konsep minimalis atau dikenal dengan nama "Low Cost Carriers" pada awal 2000-an, tidak hanya melanda wilayah Amerika dan Eropa saja tetapi juga wilayah Asia tidak terkecuali Indonesia AirAsia, maskapai asal Malaysia, merupakan salah satu maskapai penerbangan yang mengusung konsep "Low Cost Carriers" yang saat ini gemanya cukup kuat mempengaruhi industri penerbangan Asia pada umumnya dan Indonesia khususnya. Di saat maskapai penerbangan lokal mengalami mati suri akibat besarnya biaya operasional (cost) yang harus ditanggung, AirAsia justru mampu mengeruk keuntungan besar.
Dengan Visi dan Misi ingin menempatkan diri sebagai maskapai penerbangan biaya rendah terdepan di Asia, Indonesia merupakan salah satu pilihan bagi AirAsia untuk melebarkan sayapnya. Dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang besar, Indonesia jelas merupakan pasar yang sangat potensial. Di samping itu, sejak krisis moneter melanda, penjuaian tiket pesawat mengalami kenaikan 10% dibandingkan penjualan tiket alat transportasi lainnya.
Ketenarikan AirAsia yang sebelum nya memakai nama AWAIR untuk memasuki pasar Indonesia diwujudkan dengan mengubah namanya menjadi Indonesia AirAsia pada Desember 2005 dimana kepemilikan saham terbesar (51%) dikuasai oleh orang Indonesia. Dengan tagline nya ?Kini Siapapun Bisa Terbang? atau "Now Everyone Can Fly" kini Indonesia AirAsia mampu menancapkan positioning nya sebagai maskapai murah meriah yang dapat dijangkau oleh kalangan kelas bawah sekalipun Unit analisis dari penelitian ini adalah sebuah maskapai penerbangan, Indonesia AirAsia, yang berkedudukan di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta. Setelah sempat berhenti beropersi pada tahun 2001 dan beberapa kali mengalami pergantian kepemilikan, pada Desember 2002 dengan munculnya Tony Femandez sebagai CEO, maskapai ini kembali beroperasi dengan berganti nama menjadi AirAsia. Dan sejak saat itu, AirAsia mampu mengejar ketertinggalan nya dengan mengantongi 15% dari revenue 36 juta Dollar. Sedangkan untuk Indonesia AirAsia sendiri mampu meraup keuntungan hingga 60% dalam waktu 2 tahun.
Strategi Komunikasi Pemasaran Indonesia AirAsia akan di analisis dengan menggunakan model perencanaan IMC (lntegrared Marketing Communication) atau Komunikasi Pemasaran Telpadu (KPT). Dengan model tersebut, penulis akan melakukan tinjauan atas pelaksanan strategi komunikasi pemasaran untuk melihat ke efektifan dan efisien nya Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus tunggal holistik (tipe 1).
Metode ini dipilih untuk meneliti sebuah kasus secara umum guna menguji teori komunikasi pemasaran yang telah disusun dengan baik. Sedangkan kajian penelitiannya adalah deskriptif kualitatif yang menggambarkan suatu keadaan tentang suatu objek dari segi kualitas bukan dengan perhitungan angka-angka. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam sebagai data primer dan studi berbagai dokumen sebagai data sekunder.
Hasil penelitian ini berupa tinjauan yang mendeskirpsikan strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PT. Indonesia AirAsia dalam menghadapi persaingan industri penerbangan melalui konsep-konsep dalam Integrated Marketing Communication. Meskipun positioning Indonesia AirAsia saat ini dalam keadaan stabil, bukan berarti peljalanannya berhenti sampai disitu saja. Indonesia AirAsia harus tetap mampu mempertahankan positioning dari para pesaing nya. Agar mampu bersaing, dibutuhkan strategi komunikasi pemasaran yang tepat agar perusahaan dapat bertahan dan tetap dikenal oleh pelanggannya.
Penelitian ini merupakan tinjauan yang menggambarkan konsep komunikasi pemasaran pada maskapai penerbangan guna menyusun rekomendasi yang dapat di gunakan dalam menghadapi persaingan yang ada saat ini dengan berpatokan pada konsep minimalis yang diusung. Tinjauan mengenai strategi komunikasi pemasaran yang diaplikasikan oleh Indonesia AirAsia, dimaksudkan untuk melihat apakah strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan sudah efektif dan efisien. Tinjauan ini diharapkan dapat memberikan masukan danfatau kritik yang kemudian dapat dijadikan pedoman dalam menciptakan strategi komunikasi pemasaran yang lebih baik lagi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibowo
"ABSTRAK
Perkembangan industri komponen otomotif tidak bisa dipisahkan dari industry otomotif secara keseluruhan. Industri ini terkait dalam suatu value chain dengan industry otomotif yang lain. Hal ini berlaku baik untuk skala nasional maupun internasional. Hubungan ini yang pada akhirnya menimbulkan adanya aliansi-aliansi strategis diantara sesama pelaku industri komponen otomotif maupun dengan pelaku industri otomotif yang lainnya Aliansi-aliansi yang terjadi melibatkan para pelaku nasional, para principals dunia dan juga para pelaku di daerah-daerah.
PT.X sebagai pelaku industri komponen nasional mempunyai peran dalam value chain sebagai pelaku industri manufaktur dan juga pemasar dari produk-produk komponen baik untuk pasar di Indonesia maupun pasar mancanegara. Dalam menjalankankan bisnisnya, PT. X melakukan aliansi-aliansi strategis dengan para principals dunia maupun juga para pelaku daerah dalam hal pendistrubusian produk. Aliansi-aliansi ini dibangun pada era 70-an dan 80-an dimana keadaan saat itu sangat mendukung terjadinya aliansi-aliansi seperti ini. Kontribusi-kontribusi antar mitra aliansi pada saat itu sejalan dengan motivasi para pihak yang terlibat dalam aliansi. Sejalan dengan waktu, aliansi-aliansi ini mengalami pergeseran-pergeseran baik dalam hal kontribusi yang dilakukan oleh masing-masing pihak maupun motivasi dari pihak-pihak yang beraliansi.
Untuk itu harus dilakukan analisa terhadap motivasi dari setiap anggota aliansi dan juga kontribusi-kontribusi yang dilakukan. Dari sini dapat dilihat bagaimana kesesuaian antara kontribusi yang ada dengan motivasi dari mitra aliansinya. Analisa juga dikembangkan terhadap gap yang mungkin timbul dari aliansi-aliansi yang sedang berjalan.
Globalisasi di industri otomotif dunia disisi lain juga membawa pengaruh yang besar pada semua industri otomotif dunia termasuk bisnis PT.X. Beberapa kemudahan-kemudahan
yang selama ini diperoleh PT.X mulai hilang, sehingga hal ini sangat mempengaruhi bisnisnya ke depan. Perubahan-perubahan ini tentu saja sangat berpengaruh pada aliansi-aliansi yang dilakukan dengan para principals maupun dengan para pelaku daerah serta bervariasi antar satu dengan aliansi dengan aliansi yang lain.
Para principals yang mempunyai hubungan istimewa dalam hal ini keiretsu dengan para principals pembuat kendaraan dunia mempunyai misi untuk menopang principals yang menjadi keiretsu nya dalam hal mencapai pencapaian efisiensi. Principals jenis ini saat ini mempunyai motivasi aliansi yang paling banyak bergeser dalam aliansinya dengan para rnitra-mitra domestik. Sebaliknya principals diluar kategori tersebut masih memiliki beberapa kepentingan dengan para mitra domestiknya, terutama dalam memasarkan produk-produknya di pasar domestik.
Sedangkan untuk pelaku daerah dalam hal ini dealers, terdapat dealers yang disamping memasarkan produk komponen PT.X juga memasarkan produk lain termasuk menjual unit kendaraan. Akibatnya dealers jenis ini memiliki kekuatan bisnis yang cukup besar sehingga ketergantungan terhadap aliansi dengan PT.X menjadi kecil. Jenis dealers yang lain adalah dealers yang menjual produk komponen lain akan tetapi tidak menjual unit produk. Walau tidak sekuat jenis yang pertama, dealers seperti ini tetap memiliki bargaining yang cukup baik pada aliansi yang dilakukan dengan PT.X. Jenis yang terakhir adalah dealers yang hanya berbisnis dengan PT.X serta umumnya adalah dealers-dealers kecil yang tingkat ketergantungannya dengan PT.X cukup tinggi.
Dari analisa-analisa yang dilakukan pada karya akhir ini terhadap tiap pola aliansi yang ada, terdapat berbagai macam keadaan yang sangat mempengaruhi keadaan aliansi dimasa yang akan datang. Untuk itu pada akhir tulisan karya akhir ini juga dibuatkan analisa untuk rekornendasi solusi yang didasarkan pada score analysis dan juga pertirnbangan kualitatif pendukung lainnya.
Rekomendasi yang diberikan dalam karya akhir ini meliputi empat solusi perrnasalahan, yang didasari oleh analisa-analisa yang dilakukan sepanjang pembahasan karya akhir. Solusi yang direkomendasikan pada prinsipnya adalah melakukan quit scenario pada pola aliansi yang mempunyai effective benefit sangat rendah, kemudian melakukan penguatan aliansi pada aliansi yang masih memiliki effective benefit cukup baik akan tetapi mempunyai dinamika ke depan yang tinggi serta rnelakukan gerakan lebih agresif dalam menguasai channel-channel di daerah untuk mengantisipasi perubahan-perubahan aliansi yang terjadi. Dengan solusi-solusi ini diharapkan PT.X dapat menyongsong tantangan-tantangan ke depan dengan lebih baik lagi.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamor Ron Nessen Bakara
"ABSTRAK
Jakarta sebagai kota jasa dituntut untuk dapat memberikan fasilitas yang memadai
guna mendukung aktivitas dibidang jasa dan keuangan tersebut, dimana salah satu
fasilitasnya adalah Air bersih.
Pengelolaan air bersih di Jakarta rnasih dirasakan sangat kurang, dengan tingkat
NRW yang lebih dan 50% dan instalasi yang sudab tua disertai dengan manajemen yang
perlu dibenahi, sehingga menuntut dilakukannya pemberdayaan terhadap perusahaan ini.
Sumber daya air sendiri merupakan kekayaan alam yang tidak dapat dikuasai
secara mutlak oleh pihak tertentu, dimana dalam UUD 1945 hanya pemerintah yang diberi
wewenang untuk pengelolaan sumber daya air bagi kesejahteraan masyarakat, namun
bukan berarti tertutup kerjasama dengan pihak asing jika pengelolaannya menghasilkan
pelayanan yang Iebih balk bagi masyarakat.
Kerjasama dengan pihak asing tersebut sudah dimulai sejak tahun 1997, namun
dalam pengelolaannya masih belum memberikan manfaat yang berarti, dimana pemasukan
terhadap kas negara dalam bentuk Pajak dan Pendapatan Asli Daerah menjadi tidak ada
dan pelayanan terhadap masyarakat juga belum sepenuhnya meningkat.
Hal tersebut mengmdikasikan kerjasama yang dilakukan tidak berlandaskan pada
azas mutual benefit, melainkan terjadi adanya opportunism dari satu pihak terhadap pihak
lain, hal tersebut dapat terjadi melalui proses terjadinya kerjasama, pemilihan partner serta
perjanjian yang mengatur kerjasama tersebut.
Da)am studi ini penulis menggunakan pendekatan strategi aliansi sebagai alat
menganalisis kerjasama yang dilakukan oleh PAM JAYA dengan mitra swasta. Strategi
aliansi merupakan suatu metoda yang bisa digunakan dalam melakukan privatisasi
terhadap perusahaan milik negara, penggunaan metode ini lebih disebabkan prinsip
terciptanya kondisi win-win solution dalam kerjasama antara pemerintah dengan swasta.
Tujuan penulisan karya akhir ini adalah sebagai gambaran akibat adanya campur
tangan pihak penguasa dalam penentuan kerjasama antara perusahaan lokal dengan mitra
asing, serta memberikan suatu solusi terhadap konflik kerjasama yang sudah terjadi.
Penulis mengambil perusahaan PAM JAYA sebagai objek penelitian disebabkan
perusahaan tersebut saat ini sedang melakukan kerjasama dengan pihak asing sehingga
diharapkan dapat diperoeh gambaran kerjasama antara pihak asing dengan perusahaan
milik pemerintah di Indonesia di bidang air bersih.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa aliansi antara PT. Thames PAM
Jaya dan PT. PAM Lyonnaise PAM Jaya dengan PAM JAYA dalam pengelolaan air
bersih di Jakarta kurang memberikan keuntungan baik bagi Pemerintah dari sisi
pemasukan pajak dan Pendapaan Asli Daerah maupun dan pelayanan terhadap
masyarakat, hal ini disebabkan karena adanya campur tangan kekuasaan dalam pemilihan
mitra serta proses kerjasamanya yang memungkinkan pihak swasta untuk menguasai
pengelolaan air bersih secara utuh.
Akhirnya penulis menyarankan agar dilakukan renegosiasi serta kerjasama yang
seimbang melalui pemberian porsi kewenangan yang sama, dalam hal ini mitra swasta PT.
TPJ dan PT. Palyja diberikan wewenang dalam bidang produksi sementara PAM JAYA
berwenang dibidang distribusi sehingga diharapkan akan timbul suatu sinergi antara social
oriented yang dimiliki oleh pemerintah dengan profit oriented yang dimiliki oleh swasta,
sehingga perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan di satu pihak dan
memberikan pelayanan yang baik, selain itu tetap memiliki memiliki social responsiveness
dalam pelayanannya.
"
2001
T1136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Ratman
"ABSTRAK
Untuk bisa mewujudkan misi dan objektifnya, setiap organisasi memerlukan strategi. Strategi dirumuskan dengan Manajemen Strategi. Manajemen Strategi memiliki empat elemen dasar yaitu : analisa situasi, formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi serta kontrol. Penelitian ini hanya fokus pada dua elemen pertama yaitu analisa situasi dan formulasi strategi.
Metode analisa situasi dan strategi yang banyak dijelaskan dalam berbagai literatur cenderung untuk industri manufaktur, Pekerjaan jasa memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari pekerjaan manufaktur seperti : intangabilitiy, inseparability, perishability, variability, ownership dan consumer as a participant in the service process. Jika perbedaan ini diabaikan maka dapat terjadi kesalahan dalam menangani pekerjaan jasa.
Pada kesempatan ini, telah dibuat metode analisa situasi dan formulasi strategi khusus untuk industri jasa. Metode ini dikembangkan dari metode yang sudah ada dengan memasukkan karakteristik unik pekerjaan jasa padanya, Akibatnya adalah terjadi perubahan pada beberapa bagian dari metode yang ada. Karakter intangability memiliki implikasi pada industry environment yaitu dengan perlunya penambahan elemen baru ' Pengakuan'. Elemen baru ini juga ditambahkan pada Basic Competitive Forces. Karakter inseparability memiliki implikasi pada value chain, yaitu fungsi outbond logistic menjadi tidak diperlukan, serta fungsi produksi dan fungsi marketing disatukan. Akhirnya, pada kesempatan ini dibuat Strategy Formulator, yaitu berupa satu paket pertanyaan-pertanyaan dan arahan-arahan yang akan menghantarkan pengguna merumuskan strategi yang sesuai bagi organisasi jasanya.
Strategy formulator ini telah dicobakan pada suatu industri jasa, tempat penulis bekerja yaitu UPT XYZ.

ABSTRACT
Strategy is needed by an organization to accomplish its mission and objectives. The strategy has to be formulated by Strategic Management. Strategic Management consist of four basic elements, that are : situation analysis (environmental scanning), strategy formulation, strategy implementation and evaluation/control. This research was focused on the first two elements, i.e situation analysis and strategy formulation.
Situation analysis and strategy formulation method which is explained in many references is more suitable for manufacturing or processing industry. Services sector has a number of distinctive characteristics which differentiate them from manufacturing, such as : intangability, inseparability, perishability, variability, ownership and consumer as participant in the service process. ignoring the differences will result in failure in managing service organizations.
By this research, a method for situation analysis and strategy formulation specifically for service sector had been created. This method was developed from the already presence method which is good for manufacturing, by introducing the distinctive characteristics of service sector to the method. It had consequences of change in the already presence method. The intangabilily character had implication on industry environment that need new additional element Pengakuan=Registered'. This new element is also added into Basic Competitive Forces. The inseparability character had implication on value chain analysis, that is the outbond logistic function is not needed anymore, and production function is united with marketing function. Finally, by this research had been created a Strategy Formulator that is a package of questions and directions which will drive the user easily to formulate strategy for its service organization.
This Strategy Formulator had been tested on a service organization, UPT XYZ, where researcher is working.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>