Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114590 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kecenderungan unsur-unsur iklim di daerah cekungan Bandung sangat penting
untuk diteliti dalam rangka upaya mitigasi bencana hidroklimat dan perencanaan
pengelolaan sumberdaya air di masa depan. Metode Mann-Kendall digunakan untuk
melakukan uji kecenderungan terhadap empat unsur iklim seperti curah hujan,
temperatur, evaporasi dan banyaknya hari hujan selama periode 1998-2007. Hasil
pengujian berdasarkan penolakan hipotesis null didapat bahwa risiko penolakan
hipotesis null untuk curah hujan, temperatur, evaporasi dan banyaknya hari hujan
masing-masing sebesar 25%, 2,8%, 0,01% dan 12,1%. Dua nilai berada di bawah level
signifikansi 5% untuk temperatur dan evaporasi yang menunjukkan bahwa terdapat
kecenderungan naik dengan tingkat keyakinan 95%. Untuk data curah hujan dan
banyaknya hari hujan karena lebih besar dari level signifikansi 5% menunjukkan
bahwa terdapat kecenderungan turun pada kedua data tersebut dengan tingkat
keyakinan masing-masing 75% dan 87,9%"
620 DIR 15:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eros Sidney Erriyantoro
"[Lapangan ARA yang terletak di lepas pantai Delta Mahakam modern merupakan lapangan penghasil gas yang berproduksi sejak 2008 hingga sekarang. Sesar Utama yang merupakan sesar normal berorientasi NNE-SSW dengan kemiringan relatif ke arah Timur memisahkan Lapangan ARA menjadi dua panel: Panel Barat dan Panel Tengah. Studi konklusif mengenai sifat sekatan sesar utama ini
diperlukan dalam optimisasi pemodelan geologi dan kelanjutan pengembangan lapangan. Studi internal telah menggunakan interpretasi horizon dan sesar dari seismik 3D beserta data log sumur sebagai dasar utama pembuatan model struktur, fasies, dan petrofisik Lapangan ARA. Prediksi SGR (shale gouge ratio), permeabilitas batuan zona sesar (Kf), dan fault-rock capillary pressure (FRPc) adalah parameter-parameter utama yang digunakan dalam analisis sifat sekatan sesar. Parameter-parameter tersebut di kalibrasi menggunakan analisis reservoir statik dan dinamik berdasarkan data pengukuran tekanan reservoir. Analisis sekatan Sesar Utama Lapangan ARA menghasilkan batas nilai parameter sekatan untuk zona sesar bersifat tersekat, yaitu SGR > 0.39, Kf < 0.025 mD, dan FRPc > 3.3 bar / 47.8 psi. Variasi kapasitas sekatan sesar dikontrol lebih dominan oleh faktor penyebaran reservoir juxtaposition dibandingkan faktor penyebaran
atribut fault throw. Peningkatan perbedaan tekanan reservoir saling kontak antar panel hingga melebihi kapasitas sekatan sesar akibat produksi intensif, menjadi penyebab kebocoran sesar;ARA Field, which is located in offshore area of modern Mahakam Delta, is producing gas since 2008. Main normal fault in the middle of the field separates
the field into two panels: West panel and Central Panel. Conclusive study about the sealing behavior of this main fault is needed in order to optimize geology model and future field development. Internal study has used 3D seismic faults and horizons interpretation with its well
logs as main input to made structural, facies, and petrophysic model of ARA Field. Shale gouge ratio prediction, fault-rock permeability (Kf), and fault-rock capillary pressure (FRPc) are main analyzed parameters used in this research. Those parameters are then validated with static and dynamic reservoir analysis based on available reservoir pressure data. ARA Field Main Fault seal analysis results cutoff value for each analyzed parameters: SGR > 0.39, Kf < 0.025 mD, and FRPc > 3.3 bar / 47.8 psi. Fault sealing capacity distribution is controlled more dominantly by the reservoir juxtaposition distribution than fault throw attribute. Increase of across fault differential pressure in juxtaposed reservoirs that exceeds the maximum fault seal threshold capability is interpreted as the main cause of fault leak., ARA Field, which is located in offshore area of modern Mahakam Delta, is
producing gas since 2008. Main normal fault in the middle of the field separates
the field into two panels: West panel and Central Panel. Conclusive study about
the sealing behavior of this main fault is needed in order to optimize geology
model and future field development.
Internal study has used 3D seismic faults and horizons interpretation with its well
logs as main input to made structural, facies, and petrophysic model of ARA
Field. Shale gouge ratio prediction, fault-rock permeability (Kf), and fault-rock
capillary pressure (FRPc) are main analyzed parameters used in this research.
Those parameters are then validated with static and dynamic reservoir analysis
based on available reservoir pressure data.
ARA Field Main Fault seal analysis results cutoff value for each analyzed
parameters: SGR > 0.39, Kf < 0.025 mD, and FRPc > 3.3 bar / 47.8 psi. Fault
sealing capacity distribution is controlled more dominantly by the reservoir
juxtaposition distribution than fault throw attribute. Increase of across fault
differential pressure in juxtaposed reservoirs that exceeds the maximum fault seal
threshold capability is interpreted as the main cause of fault leak.]"
Universitas Indonesia, 2015
T44240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sus Irianingsih
"Peninqkatan produksi padi 1 tahun ditentukan oleh unsur agrokulmat, yakni iklim.. Unsur-unsur iklim yang dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi adalah suhu udara (maksimum dan minimum), sinar matahari dan curah hujan. Bila kita perhatikan, luas wilayah iklim kering di Jawa Barat jauh lebih sempit dibandingkan dengan luas wilayah iklim basah. Walaupun demikian, wilayah iklim kering di Jawa Barat ini dapat ditanami padi sawah maupun padi gogo, dengan produktivitas sangat memuaskan (rata-rata peningkatan produktivitas padi 10,04 7. pada tahun 1979-1983). Tujuan penulisan ini ingin mengetahui hubungan antara unsur-unsur iklim dengan produktivitas padi (sawah dan gogo) di wilayah iklim kering Jawa Barat. Sehubungan dengan tujuan, maka masalahnya adalah: bagaimana pola iklim kering (Oldeman) di Jawa Barat ? bagaimana hubungan antara unsur-unsur ik].im dengan produktivitas padi di wilayah iklim kering Jawa Barat ? Batasan yang digunakan adalah: Bulan basah: dalam 1 bulan curah hujan lebih atau sama. dengan 200 mm. Bulan kering: dalam 1 bulan curah hujan kurang dari 100 mm. Produktivitas padi: hasil padi per luas panen (kwintal per hektar). Asumsi: Faktor-faktor non iklim yang dapat berpengaruh terhadap pertanian, seperti tanah dan budidaya tanaman adalah sama. Analisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu klasifikasi data curah hujan bulanan berdasarkan teori Oldeman dan metode korelasi peta dari variabel iklim (suhu udara maksimum, suhu udara minimum, lamanya penyinaran matahari dan curah hujan) dengan produktivitas padi sawah dan padi gogo. Untuk mempermudah dan memperielas analisa, digunakan daerah sampel (kecamatan). Hasil dari analisa menunjukan: 1.. Luas wilayah iklim kering di Jawa Barat jauh lebih sempit danipada luas wilayah iklim basah. Wiláyáh iklim kering digolongkan menjadi 2 region iklim, yaitu: region D3 dan E. Region D3: Region D3 termasuk dalam region kering karena memiliki jumlah bulan kering lebih banyak dari jumlah bulan basah, yaitu 5-6 bulan terjadi selama bulan Mei - Oktober, dengan maksimum pada bulan Januari.
Serta sedikitnya 5 bulan kering selama bulan Mei - November dengan minimum di bulan Agustus. Mencakup wilayah bagian utara Pesisir Utara Jaa Barat, menyebar terpisah-pisah dalam lingkungan region D3, meliputi bagian utara kabupaten Serang, Tangerang, Bekasi, Karaang dan Subang. 2. Produktivitas padi sawah tinggi (45 - 50 k/ha) ,terdapat di kecamatan-kecamatan dengan suhu maksimum agak tinggi hingga tinggi (32-33C), suhu minimum rendah (21-22C), dan lamanya penyinaran matahari sedäng (125-175 jam); terutama terdapat pada musim tanam II. Produktivitas padi sawah rendah terdapat di kecamatan-kecamatan dengan suhu maksimum agak tinggi, suhu minimum sedang dan lamanya penyinaran matahariagak tinggi;terdapat pada musim tanam I. Produktivitas padi gogo tinggi terdapat di kecamatan-kecamatan dengan curah hujan tinggi (dalam region D3). Dengan demikian dapat diringkaskan, produktivitas padi saah banyak dipengaruhi oleh penyinaran matahari dan suhu udara (maksimum dan minimum), dengan demikian pada keadaan produktivitas padi sawah mencapai optimum pada keadaan suhu maksimum agak tinggi sampai tinggi (32-33C), suhu minimum (kurang dan 22C) dan lamanya penyinaran matahani sedang (125-175 jam). Sedangkan padi gogo banyak dipengaruhi oleh banyaknya curah hujan selama masa hidupnya atau pertumbuhannya."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhandi Maulana Yudhistira
"Penelitian ini membahas rock typing menggunakan metode Flow Zone Indicator (FZI) yang diimplementasikan pada reservoir batupasir “Jaeger” yang termasuk ke dalam Formasi Balikpapan di Blok Sanga Sanga, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur. Metode tersebut mampu memberikan pemahaman terkait faktor-faktor yang mengontrol kualitas dan karakteristik aliran fluida di dalam batuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan perspektif baru terkait upaya dalam optimalisasi cadangan di mana reservoir tersebut diindikasikan terdapat parallel boundaries. Sehingga, perhitungan cadangan sebelumnya tidak selaras dengan produksi awal yang telah dilakukan. Hasil penelitian menghasilkan dua rock type, yaitu RT 1 (terbaik) dan RT 2 (baik). Kemudian, pseudo-rock type untuk mengakomodasi data yang minimum berjumlah dua, yaitu RT 3 (terburuk) dan batubara. Interpretasi kualitatif dan kuantitatif tiap rock type merujuk kepada nilai porositas dan permeabilitas dari data yang didapatkan maupun diolah dengan pendekatan petrofisika. Selain itu, stratigraphic boundaries teridentifikasi pada reservoir dikarenakan perbedaan fasies lingkungan pengendapan. Hasil integrasi keseluruhan data menunjukkan model fasies lingkungan pengendapan yang secara bertahap berubah secara relatif dari utara menuju selatan reservoir. Pada bagian utara, teridentifikasi fasies fluvial distributary channel yang secara bertahap menuju selatan menjadi fasies tidal distributary channel dan distributary mouth bar. Lalu, hasil rock type yang secara umum mendukung batas-batas tersebut. Hasil implementasi ini cukup berguna bagi kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan produksi lebih lanjut.

This research examines rock typing performing the Flow Zone Indicator (FZI) method implemented on a sandstone reservoir “Jaeger” within the Balikpapan Formation in Sanga Sanga Block, Kutai Basin, East Kalimantan. This method allows the understanding of factors that control the quality and fluid flow characteristics inside the rock. The scope of this research is to acquire a current outlook about efforts to optimize reserves that indicated the reservoir to have parallel boundaries. Therefore, the prior reserve estimation is not conformable with the initial production. Two rock types are classified, i.e., RT 1 (the best) and RT 2 (good). Then, the generation of two pseudo-rock types accommodates the minimum data, i.e, RT 3 (the worst) and coal. The interpretation of quantitative and qualitative of each rock type assigns to the porosity and permeability values from the data acquired and processed using a petrophysical approach. In addition, the perceived stratigraphic boundaries separate the reservoir due to its different depositional environments. The results of the integration data show a model of the depositional environment that gradually changes approximately from north to south of the reservoir. The recognition of the northern part of the reservoir is the fluvial distribution channel facies. That facies then progressively headed south to become a tidal distribution channel and a distribution mouth bar facies. Subsequently, the result of rock type generally supports those boundaries. The outcomes of this research are valuable enough for further exploration, development, and production activities."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Gede Arya Putra
"ABSTRAK
Perubahan iklim telah menyebabkan kerugian jiwa dan ekonomi akibat fenomena iklim ekstrem seperti banjir, kekeringan, perubahan karakteristik hujan dan kenaikan suhu di Indonesia. Informasi tentang proyeksi iklim yaitu curah hujan dan tren suhu sangat penting untuk melakukan adaptasi, mitigasi serta perencanaan operasional untuk berbagai sektor yang terkena dampak. Dalam studi ini, peneliti menggunakan data observasi dan data model iklim global. Data observasi harian berasal dari 70 stasiun meteorologi di Indonesia selama 20 tahun dari 1986 hingga 2005. Selanjutnya 29 data model iklim global GCM (Global Circulation Model) dari CMIP5 (Coupled Model Intercomparison Project Phase 5) historical dianalisis berdasarkan kesamaan pola spasial dan pola temporal dengan pola pengamatan stasiun meteorologi di Indonesia menggunakan korelasi. Model proyeksi perubahan iklim masa depan hingga tahun 2100 untuk variabel curah hujan dan suhu udara dikoreksi biasnya untuk skenario RCP 4.5 dan RCP 8.5 dari model terbaik yang didapatkan dari korelasi tertinggi. Proyeksi masa depan dibuat dalam index iklim ekstrem berdasarkan ETCCDI (Expert Team on Climate Change Detection and Indices) menjadi index total curah hujan tahunan (Prcptot), hari kering berturut-turut (CDD), hari hujan berturut-turut (CWD), nilai suhu maksimum bulanan (TXx) dan nilai suhu minimum bulanan (TNn). Index iklim ekstrem berdasarkan ETCCDI proyeksi dibandingkan dengan periode historical (1981-2010) sehingga diperoleh seberapa besar persentase perubahan iklim ekstrim pada periode 2011-2040, 2041-2070 dan 2071-2100. Hasil proyeksi masa depan secara temporal dan spasial indek iklim ekstrim meliputi Prcptot, CWD, TXx dan TNn kecuali indek CDD relatif mengalami kenaikan terhadap periode historicalnya.

ABSTRACT
Climate change has caused life and economic losses due to extreme climate phenomena such as floods, droughts, changes in the characteristics of rain and rising temperatures in Indonesia. Information about climate projections, namely rainfall and temperature trends is very important for adaptation, mitigation and operational planning for the various sectors affected. In this study, researcher used observational data and global climate model data. Daily observational data obtained from 70 meteorological stations in Indonesia for 20 years from 1986 to 2005. Furthermore, 29 global model GCM (Global Circulation Model) from CMIP5 (Coupled Model Intercomparison Project Phase 5) historical were analyzed based on similarity of spatial patterns and temporal patterns with pattern of observation of meteorological stations in Indonesia using correlation. The projection model of future climate change until 2100 for rainfall variables and air temperature bias corrected for RCP 4.5 and RCP 8.5 scenarios of the best models obtained from the highest correlation. Future projections are made in the extreme climate index based on ETCCDI (Expert Team on Climate Change Detection and Indices) to be an index of total annual rainfall (Prcptot), consecutive dry days (CDD), consecutive wet days (CWD), maximum monthly temperature values (TXx) ​​and minimum monthly temperature values (TNn). Extreme climate index based on projection ETCCDI compared to historical period (1981-2010) so that the percentage of extreme climate change is obtained in the period 2011-2040, 2041-2070 and 2071-2100. The results of temporal and spatial predictions of extreme climate indices include Prcptot, CWD, TXx and TNN except that the CDD index has relatively increased over the historical period."
2019
T53467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Zahra
"Iklim dapat mempengaruhi siklus hidup, siklus perkembangbiakkan nyamuk, dan dapat berpengaruh terhadap jumlah jentik atau angka bebas jentik, jentik kemudian berkembang menjadi nyamuk dan menularkan virus Dengue kepada manusia. Kepadatan penduduk berhubungan dengan jarak terbang nyamuk yang hanya berkisar 50 meter, maka daerah dengan penduduk padat dapat mempercepat penularan virus Dengue. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor iklim (suhu udara, kelembaban, dan curah hujan), faktor ke padatan vektor (angka ABJ), dan kepadatan penduduk dengan angka incidence rate DBD di Kecamatan Cilandak Tahun 2010-2019. Penelitian ini menggunakan studi ekologi. Jenis data yang diambil adalah data sekunder. Data incidence rate DBD, dan angka ABJ didapatkan dari laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Cilandak. Data mengenai kepadatan penduduk didapatkan dari Badan Pusat Statistik. Data terkait iklim didapat dari BMKG. Hubungan akan dianalisis menggunakan uji pearson product moment. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hanya kepadatan penduduk yang memiliki hubungan yang signifikan dengan IR DBD (p=0,003, r=0,783). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa suhu memiliki hubungan signifikan terhadap IR DBD di Kecamatan Cilandak pada tahun 2011 (p=0,048, r=-0,580) dan 2015 (p=0,020, r=-0,66). Kelembaban memiliki hubungan signifikan dengan IR DBD di Kecamatan Cilandak pada tahun 2015 (p=0,013, r=0,426) dan 2019 (p=0,046, r=0,584). Curah hujan memiliki hubungan signifikan dengan IR DBD di Kecamatan Cilandak pada tahun 2019 (p=0,021, r=0,654). Kepadatan penduduk memiliki hubungan signifikan dengan IR DBD pada tahun 2010 (p=0,003, r=-0,783), 2012 (p=0,010, r=-0,706), 2014 (p=0,10, r=-0,706), 2015 (p=0,001, r=-0,844), 2016, 2017, dan 2019. Secara keseluruhan tahun 2010-2019, curah hujan dan kelembaban memiliki hubungan dengan IR DBD di Kecamatan Cilandak (p=0,029, r=0,685). Untuk mengurangi IR DBD disarankan untuk tetap melakukan kegiatan PSN, meningkatkan jumlah jumantik mandiri, dan meningkatkan penggunaan lavitrap.

Climate can affect the life cycle, the breeding cycle of mosquitoes, and can affect the number of larvae or larvae-free numbers, larvae then develop into mosquitoes and transmit the dengue virus to humans. Population density is related to mosquito flying distances that are only around 50 meters, so areas with dense population can accelerate the transmission of the dengue virus. This study aims to analyze the relationship between climate factors (air temperature, humidity, and rainfall), vector density factors (ABJ figures), and population density with DHF incidence rate in Cilandak District in 2010-2019. This research uses ecological studies. The type of data taken is secondary data. DHF incidence rate data, and ABJ figures were obtained from the annual report of the Cilandak District Health Center. Data on population density was obtained from the Central Statistics Agency. Climate related data obtained from BMKG. Relationships will be analyzed using the Pearson product moment test. The results of the bivariate analysis showed that in 2010 only population density had a significant relationship with IR DHF (p = 0.003, r = 0.783). The results of the bivariate analysis showed that temperature had a significant relationship with DHF IR in Cilandak District in 2011 (p = 0.048, r = -0.580) and 2015 (p = 0.020, r = -0.66). Humidity has a significant relationship with IR DHF in Cilandak District in 2015 (p = 0.013, r = 0.426) and 2019 (p = 0.046, r = 0.584). Rainfall has a significant relationship with IR DHF in Cilandak District in 2019 (p = 0.021, r = 0.654). Population density has a significant relationship with IR DHF in 2010 (p = 0.003, r = -0.783), 2012 (p = 0.010, r = -0.706), 2014 (p = 0.10, r = -0.706), 2015 ( p = 0.001, r = -0.844), 2016, 2017 and 2019. Overall in 2010-2019, rainfall and humidity have a relationship with IR DHF in Cilandak District (p = 0.029, r = 0.685). To reduce the DHF IR it is advisable to keep doing PSN activities, increase the number of independent jumantik, and increase the use of lavitrap."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Asiani
"ABSTRAK
Pesatnya pembangunan di Kota Bogor telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan seperti perubahan fungsi lahan terbuka menjadi lahan terbangun. Hal ini berdampak pada perubahan iklim mikro terutama peningkatan suhu udara dan penurunan kelembaban udara.Ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bogor sejak tahun 1994-2004 telah mengalami perubahan seluas 940 ha, akibat pengalih fungsian RTH menjadi kawasan permukiman, perdagangan, industri, perkantoran, dan jalan. Padahal dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus dialokasikan RTH yang memadai sebagai dasar bagi pengembangan kota yang produktif, nyaman, aman dan berkelanjutan. RTH dapat menanggulangi masalah lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas kota yang dipicu oleh pertumbuhan penduduk. Bagi sebagian masyarakat, RTH merupakan ruang publik yang sangat diperlukan sebagai tempat interaksi. Penurunan kualitas lingkungan dapat menurunkan tingkat produktivitas, menurunkan tingkat kesehatan, dan tingkat harapan hidup masyarakat, serta menurunkan tingkat kecerdasan anak-anak. Selain itu juga meningkatkan tingkat kriminalitas dan konflik horizontal di antara kelompok masyarakat perkotaan. Hal ini menuntut perhatian dari berbagai pihak dalam pengelolaan RTH agar dapat berfungsi secara optimal.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kondisi RTH di kebun raya, lapangan olah raga, taman, dan perumahan yang berpengaruh pada iklim rnikro terutama suhu dan kelembaban udara; (2) Menghitung indeks kenyamanan di kebun raya, lapangan olah raga, taman, dan perumahan yang berpengaruh pada kesehatan penduduk; (3) Menganalisis dampak jumlah dan keanekaragaman jenis tanaman yang terdapat di RTH pada iklim mikro terutama suhu dan kelembaban udara; (4) Menganalisis upaya pengelolaan RTH yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi RTH dalam memperbaiki iklim mikro terutama suhu dan kelembaban udara.
Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2006. Lokasi penelitian pada RTH di Kota Bogor, diwakili oleli Kebun Raya Bogor, Lapangan Olah Raga Pajajaran, Taman Topi, dan Perumahan Bumi Cimahpar Asri dengan kategori RTH berturut-turut sangat baik, baik, sedang, dan jelek. Alat yang digunakan adalah termometer (bola kering dan bola basah). Parameter yang diukur adalah suhu (°C) dan kelembaban udara (%) serta jumlah dan jenis tanaman. Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder. Guna rnelihat apakah terdapat hubungan antara kondisi RTH dengan suhu dan kelembaban udara digunakan metode statistik, yaitu uji F dan analisis regresi yang mempunyai bentuk umum sebagai berikut: Y=a+b1X1+b2X2 +?.+bnXn. Dari data suhu udara dan kelembaban udara dihitung Temperature Humidity lndeks (THI) yang menunjukkan tingkat kenyamanan suatu lokasi dengan rumus : THE = T - 0,55 (1 - RH)(T-14).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kebun Raya Bogor dengan kondisi RTH sangat baik mempunyai suhu udara Iebih rendah dan kelembaban lebih tinggi dibandingkan lokasi lain. Suhu udara di Kebun Raya Bogor, Lapangan Olah Raga Pajajaran, Taman Topi, dan Perrnukiman Bumi Cimahpar Asri berturut-turut 25,7°C, 27,8'j C, 27,3°C, dan 27,9°C Kelembaban udara berturut-turut 82,64%, 79,47%, 80,74%, dan 75%. Jumlah tanaman berturut-turut 13.865 tanaman, 116 tanaman, 83 tanaman, dan 37 tanaman dengan kerapatan berturut-turut 159 tanaman/ha, 23 tanamanlha, 42 tanamanlha, dan 8 tanaman/ha. Berdasarkan analisis regresi maka persamaan penelitian ini adalah Y1=28,710-0,601 X dan Y2 =74,052 + 2,164 X. Berdasarkan Uji T, kondisi RTH berpengaruh nyata pada suhu udara tetapi tidak berpengaruh nyata pada kelembaban udara. Hal ini berarti bahwa kondisi RTH berpengaruh pada iklim mikro. THI di Kebun Raya Bogor adalah 24,6 termasuk kategori kenyamanan sedang. Lapangan Olah Raga Pajajaran, Taman Topi, dan Perurnahan Bumi Cimahpar Asri berturut-turut 26,2, 25,9, dan 26,0 termasuk kategori tidak nyaman. Penduduk Kota Bogor dan sekitamya menganggap bahwa Kota Bogor dengan udara yang sejuk merupakan salah satu tempat tinggal yang nyaman.Pengelolaan RTH di Kota Bogor yang meliputi perencanaan, penanaman dan pemeliharaan masih perlu ditingkatkan kecuali di Kebun Raya Bogor. Pengelolaan RTH di lokasi pengamatan dilakukan oleh LIPI, Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, developer (swasta), dan masyarakat dengan harapan suhu udara di sekitar RTH menjadi sejuk, segar, dan nyaman.
Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Berdasarkan Uji T menunjukkan bahwa kondisi RTH berpengaruh positif terhadap suhu, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kelembaban udara. Berarti kondisi RTH berpengaruh positif terhadap iklim mikro; (2) THI di Kota Bogor pada umumnya dalam kondisi tidak nyaman, kecuali di Kebun Raya Bogor yang memiliki indeks kenyamanan kategori sedang; (3) Semakin banyak jumlah dan jenis tanaman yang terdapat di RTH Kota Bogor, maka semakin meningkatkan kemampuan RTH dalam menanggulangi permasalahan lingkungan seperti iklim mikro terutama suhu udara maupun kelembaban udara. RTH dengan kondisi sangat baik dapat menurunkan suhu udara sekitar 5,86% dan meningkatkan kelembaban udara sekitar 4%.; (4) Pengelolaan RTH di Kota Bogor yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi RTH dan kualitas lingkungan melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat.

ABSTRACT
The rapid development in Bogor City has caused environmental degradation such as conversion of green open space into developed area leading to effect the micro climate. The green open space in Bogor City has reduced 940 hectares from 1994 to 2004 as a result of green open space conversion into settlement area, commercial area, industrial area as well as road infrastructure. In the development of spatial planning as stated in the regional spatial planning (RTRW) that green open space should be allocated as a basis for city development in regards to create productivity, comfort ability, security, and sustainability. The green open space has various functions such as preventing environmental problems, caused by city activities due to population growth. For some people, green open space is a public space needed for social interactions. Reduction in environmental quality will decrease public productivities, health and life expectancy and child intelligent. It will increase crime activities and social conflicts among city residents. Therefore, it needed our attention in green open space management to achieve optimal results.
The objectives of the study are (1) To analyze the influence of green open space in the botanical garden, sport center, parks, and resident to the micro climate especially air temperature and humidity; (2) To measure a comfortable index in the botanical garden, sport center, park, and residence which affect people health ; (3) To analyze the effect of the amount and biodiversity particularly species of vegetation to the micro climate especially air temperature and humidity; (4) To analyze the effort of management in increasing the green open space function in improving the micro climate especially air temperature and humidity.
Field study was conducted in Bogor Botanical Garden, Pajajaran Sport Center, Topi Park, and Bumi Ciinahpar Asri Residence green open spaces in July and August 2006. The sites selection was based on assumption of the green open space condition. The parameters measured are temperature (°C) and humidity (%) using dry and wet ball thermometer, amount and species of vegetation. Statistical method is used to analyze the relationship between green open space condition, temperature and humidity, which is the statistical F test and regression analysis: Y=a1+b1X1+b2X2+ +bnXn. Temperature Humidity Index was calculated base on temperature and humidity data to show level of the comfortable area using the formula THI=T-0.55(1-RH)(T-14).
The result of the study shows that excellent green open space in the botanical garden has lower air temperature and higher air humidity compare to the other locations. The temperature in the Bogor Botanical Garden, Pajajaran Sport Center, Topi Park, and Bumi Cimahpar Asri Residence is 25.7°C, 27.8°C, 27.3°C, and 27.9°C respectively. The air humidity is 82.64%, 79.47%, 80.74%, and 75% respectively. The amount of plant is 13,865 plants, 116 plants, 83 plants, and 73 plants respectively. The plant density is 159 plants/ha, 23 plants/ha, 42 plantslha, and 8 plants/ha respectively. Based on the regression analysis Y1=28.710-0.601X dan Y2=74.052+2.164X. According to T-test, the green open space significantly effect the air temperature, however it does not significantly effect the air humidity. It means that the green open space effect the micro climate. Temperature Humidity Index (THI) in the Bogor Botanical Garden is 24.6. it means moderately comfortable. The Pajajaran Sport Center, Topi Park and Bumi Cimahpar Asri Residence is 26.2, 25.9, and 26.0 respectively is not comfortable. The population in Bogor City and it surrounding considered that weather in Bogor City is one of the criteria of comfortable residence. The management of the green open space in Boor City include planning, planting, and maintenance need improve except in the Bogor Botanical Garden. The maintenance of the green open space in the study locations are conducted by central government (LIPI), Bogor City Goverment, private, and community hoping that air temperature surrounding the green open space become fresh and comfortable.
The conclusions of the study are: (1) T-test shows that the green open space condition significant affect the air temperature, however it does not significantly effect the air humidity. It means that the green open space positively effect the micro climate; (2) THI in Bogor City in general is not comfortable, except in the Bogor Botanical Garden. It has moderately THI; (3) Amount and species of plant in the green open space of Bogor City is able to improve the capability of green open space to change the micro climate, especially air temperature and humidity. The excellent green open space is able to decrease air temperature above 5.86% and to air humidity above 4%; (4) Management of the green open space in Bogor City is conducted by the government, private, and community to optimize the green open space function in improving the environmental quality in the city, especially in creating comfortable air temperature.
"
2007
T20478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuspandi Asianto Mahmud
1988
S33346
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denik Sri Krisnayanti
"ABSTRAK
Pulau Flores bagian timur yakni di daerah Kabupaten Flores Timur, Sikka, Ende, dan Nagekeo merupakan kawasan yang masuk dalam kategori semi-arid. Daerah tersebut memiliki curah hujan rata-rata bulanan yang hanya berkisar antara 57,17 188,08 mm/bulan, sementara evapotranspirasi rata-rata bulanan yang terjadi lebih tinggi, yakni berkisar antara 164,91 185,57 mm/bulan. Oleh karena itu, jumlah ketersediaan air pada musim kemarau cukup rendah, sehingga perlu dilakukan upaya pemanenan air hujan dengan memperbesar kapasitas tampungan permukaan. Salah satu alternatif yang tepat ialah dengan membangun embung. Parameter penting dalam perhitungan ketersediaan jumlah air pada embung ialah nilai koefisien limpasan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendapatkan nilai koefisien limpasan permukaan pada 15 buah embung di Pulau Flores bagian timur dengan menggunakanan data curah hujan dan data klimatologi terbaru.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisis matematis diperoleh nilai koefisien limpasan permukaan pada embung kecil di Pulau Flores bagian timur berkisar antara 0,00 - 0,72. Untuk nilai koefisien limpasan permukaan terendah terjadi pada bulan November yang hanya berkisar antara 0,00 0,39 dan nilai koefisien limpasan tertinggi terjadi pada bulan Januari yakni berkisar antara 0,48 0,72."
Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018
551 JSDA 14:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
PANGAN 19:4(2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>