Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119604 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"KH Abdullah Gymnastiar dan KH Jalaluddin Rakhmat merupakan da’i nasional yang
sangat terpandang di Indonesia . Keduanya telah terlibat aktif dalam
mengomunikasikan dan menyebarkan ajaran Islam sejak tahun 1980an, dan dikelilingi
oleh jamaahnya masing-masing. Artikel ini membahas isi dakwah yang disampaikan
oleh para da’i tersebut. Dengan menerapkan metode analisis retorika, diperoleh
kesimpualn bahwa inti dari pesan dakwah kedua da’i adalah pesan-pesan inklusif
yang mengutamakan kesetaraan manusia. Kedua da’i pada dasarnya menyebarkan
isi pesan yang sama, berfokus pada etika, toleransi, serta pemahaman timbal-balik
yang setara. Pesan mereka tidak semata-mata menekankan pada hukum-hukum Islam. Pesan inklusif semacam ini ideal bagi Indonesia yang sangat multikultural."
300 MIMBAR 27:1(2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Twediana Budi Hapsari
"Dakwah pada hakekatnya adalah komunikasi persuasif. Keduanya memiliki kesamaan tujuan yaitu adanya perubahan keyakinan (belief), sikap (attitude) dan perilaku (behavior) dari penerima. Seseorang melakukan komunikasi persuasif karena ingin mencapai salah satu dari tujuan berikut : Pertama, berharap memperkuat atau mengubah sikap dan keyakinan penerima. Kedua, berharap memberi motivasi penerima untuk melakukan sesuatu. Agar tujuan komunikasi persuasif diatas bisa tercapai, maka perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi persuasif, yaitu : karakteristik komunikator, karakteristik pesan, media yang digunakan, karakteristik audieins dan model pembelajaran terhadap audiens.
Abdullah Gymnastiar (sering disebut Aa Gym) adalah seorang da'i fenomenal yang membawa Manajemen Qolbu sebagai tema utamanya. Karaktemya yang dominan, dramatik, animated, impression leaving, attentive, terbuka dan bersahabat, membuat presentasi beliau saat ceramah sangat menarik. Selain itu format pesan Aa Gym yang sederhana mempermudah subyek dakwah untuk memahaminya. Salah satu ciri khas beliau dari format pesan beliau adalah bentuk singkatan-singkatan seperti 3M (mulai Mari diri sendiri, mulai dari yang terkecil dan mulai sekarang) dan 3A (Aku aman bagimu, Aku menyenangkan bagimu dan Aku bermanfaat bagimu). Segmentasi subyek dakwah Aa Gym adalah kalangan awam, non muslim dan asing. Aa Gym menggunakan social learning theory sebagai model pembelajarannya. Pada model pembelajaran ini manusia dianggap memiliki kemampuan untuk 'mengatur dirinya sendiri' (self regulation). Pada proses pembetajaran ini Aa Gym meletakkan, interpretasi pesan ditangan audiensnya.
Ja'far Umar Thalib adalah sosok da'i yang terkenal dengan Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang menggerakkan para pengikutnya untuk beilihad ke Ambon beberapa waktu lalu. Konsep dakwah yang dibawa beliau adalah misi atthoshfiyah, atau misi pemumian ajaran Islam untuk kembali merujuk ke generasi Rasulullah saw dan Khulafaur Rasyidin. Menurut beliau, dewasa ini ajaran Islam telah banyak diselewengkan dan bercampur dengan pemikiran-pemikiran sesat lainnya. Karakter beliau yang dominan dan cotentious (pendebat) menyebabkan beliau tampak sebagai 'pemain tunggal' di lingkungannya. Cara penyampaian dakwah Ustad Ja'far cenderung monoton, beliau lebih sering membaca kitab ketika menyampaikan dakwahnya di hadapan santri dan pengikutnya. Model pembelajaran yang diterapkan beliau kepada audiensnya adalah classical conditioning dan instrumental learning. Prinsip Salafus Sholih memang tidak mempenankan pengikutnya untuk menginterpretasikan sendiri materi dakwah yang mereka terima.
Implikasi teoritis dari penelitian ini memperkuat teori Rhetorical Sensitivity dari Donald Darnell dan Wayne Brockriede yang menggambarkan tiga tipe dasar dari komunikator yaitu noble selves, rhetorical reflectors dan rhetorical sensitives. Karakter komunikator dari Abdullah Gymnastiar termasuk pada kategori rhetorical sensitives, karena beliau adalah seseorang yang bisa memonitor situasi, menentukan 'diri' yang mana yang paling layak, memainkan gaya komunikator yang efektif, dan membuat banyak penyesuaian. Sedangkan karakter komunikator dari Ja'far Umar Thalib termasuk pada kategori noble selves, karena beliau memiliki skema diri yang menitikberatkan konsistensi diatas hal-hal lain. Konsistensi yang dimaksud dalam kasus Ja'far Umar ini adalah konsistensi beliau memegang prinsip Aldus Sunnah wal Jama'ah. Orang nobel self akan merasa tanggung jawab yang kuat untuk mengatakan persis seperti apa yang ia pikirkan, tidak mempermasalahkan bagaimana ia akan mempengaruhi orang lain."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14255
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Mohammad
Bandung: Mizan, 2003
922 HER m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmi Aminuddin
Jakarta: Bidang Arsip dan Sejarah Sekretariat Jenderal DPP PK Sejahtera, 2013
297.272 09 HIL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rabi Ah Al Adawiyah
"ABSTRAK
Tesis ini mengangkat tentang retorika dalam dakwah yang dilakukan oleh ulama
betawi. Retorika merupakan salah satu metode dalam melakukan persuasi.
Retorika yang dikonseptualisasikan dalam tesis ini setidaknya memuat tiga unsur
utama yang dimiliki oleh komunikator yaitu ethos (etika dan kredibilitas), pathos
(keterikatan emosi), dan logos (logis). Melalui desain kualitatif dengan penjabaran
deskriptif, tesis ini menemukan bahwa komunikator memiliki tiga unsur tersebut
sehingga mempermudah terjadinya proses persuasi dakwahnya. Karena itu,
kentalnya nilai-nilai keislaman pada masyarakat betawi menunjukkan peran
penting retorika dalam kegiatan dakwah ulamanya. Dengan demikian, dapat
dikatakan jika dakwah ulama betawi lebih banyak menitikberatkan kepada
aktivitas keilmuan dan intelektualitas

ABSTRAK
This thesis discuss the rhetoric in in Islamic religious teaching (or Da’wah)
practiced by the Betawis Islamic religious teachers (or Ulama). Rhetoris is one of
the methods of persuasion. The rhetoric concepted inside this thesis concist, at
least, three main elements of communicator, they are ethos (ethic and credibility),
phatos (emotional attachment), and logos (logic). By qualitative design with
descriptive explanation, this thesis find that the communicator (Betawis’ Ulama)
posses all those elements which ease the Da’wah persuasion process.
Accordingly, the well embedded Islamic values among the Betawi people show
the importance of rhetoric in their Ulamas’ Da’wah. Therefore, it can be
concluded that the Betawis’ Ulama’s Da’wah prioritized in scientific and
intelectual activities"
2014
T42435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Generally speaking, communication can be defined as an effort to influence, invite and tranfer trough ideology, knowledge and acts to others so that they want to observe our thought, ideology, knowledge or acts. Meanwhile, communication of Islam is to invite or to tranfer or to implement islamic ideas or to preside others to give up what is forbidden by god and to what is commanded y huim"
384 WACA 7:23 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hestu Nugroho Warasto
"Penulis ingin melihat dan memetakan peran Syekh Maulana Hizboel Wathony pada strategi komunikasi dakwah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Syekh Maulana Hizboel Wathony sebagai seorang dai yang potensial dan berperan dalam mengembangkan ajaran Islam khususnya tasawuf di Indonesia melalui kegiatan komunikasi dakwah.
Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan model penjelasan deskriptif-analitis yang berupaya menggambarkan peran Syekh Maulana Hizboel Wathony dalam kegiatan komunikasi dakwah dan berperan aktif dalam mengembangkan ajaran Islam khususnya tasawuf di Indonesia.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Syekh Maulana Hizboel Wathony memiliki kontribusi aktif, khususnya dalam kegiatan komunikasi dakwah dengan menggunakan media sehingga pesan dakwah langsung kepada masyarakat di Indonesia. Selanjutnya, penelitian ini menunjukkan bahwa ajaran Islam khususnya tasawuf dapat ditanamkan dan diterapkan dengan baik di kalangan masyarakat. Maka tujuan dakwah dapat tercapai sesuai dengan Al Quran dan Hadis.

This research looked at and mapped out the role of Syekh Maulana Hizboel Wathony Strategy Communication Dakwah. This research aims to look at the Syekh Maulana Hizboel Wathony potential as a religious teacher and his role in developing the Islamic teachings, especially Sufism in Indonesia on Strategy Communication Dakwah.
This research is a qualitative study, with descriptive-analytic models of explanations that seek to describe the role of Syekh Maulana Hizboel Wathony in communication the Religious Dakwah activities and play an active role in the development of Islam Indonesia.
This research concluded that Syekh Maulana Hizboel Wathony have an active contribution, especially in religious dakwah communication, and the message directly to the people of Indonesia. Furthermore, this research shows that the Islamic teachings, especially Sufism can be embedded and applied properly in Indonesian society. Therefore, the purpose of religious dakwah can be achieved in accordance with the Quran and Hadith.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rendro Dhani
"Selama menjadi presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengalami begitu banyak permasalahan komunikasi baik yang bersumber dari Gus Dur sendiri maupun kinerja dari para pembantunya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan komunikasi tersebut dan memahami bagaimana konsep dan strategi manajemen komunikasi Presiden KH Abdurrahman Wahid. Selain itu, tesis ini juga meneliti bagaimana peran dari pers/media massa dalam konteks manajemen komunikasi kepresidenan.
Penelitian ini didesain menggunakan metode penelitian kualitatif dan memakai pendekatan studi kasus, dengan tujuan ingin mengetahui lebih dalam permasalahan dalam manajemen komunikasi Gus Dur sebagai Presiden. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif, penulis menggunakan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan studi kepustakaan, tale menganalisis data tersebut yang berasal dari beberapa kalangan, yaitu kalangan pemerintah dan birokrasinya, kalangan pers/media pemberitaan, dan sejumtah pakar terkait.
Sebuah konsep yang dijadikan rujukan dalam menganalisis manajemen komunikasi Presiden Wahid adalah konsep yang dikembangkan oleh Mark Fletcher (1999) tentang manajemen komunikasi. Menurut Fletcher, manajemen komunikasi secara sederhana merupakan manajemen atas bentuk, isi, dan konteks dari informasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Presiden Wahid tidak menjalankan atau menggunakan salah satu teknik atau konsep manajemen komunikasi yang umumnya dilakukan presiden. Selama menjadi presiden Gus Dur sangat sering mengeluarkan pernyataan dan kebijakan yang kontroversial, sehingga hal itu merefleksikan bahwa Presiden Wahid tidak mengolah informasi yang diterimanya dan mempersiapkan pesanpesan yang ingin disampaikan kepada publik. Ada beberapa kekurangan yang menyebabkan mengapa hal itu terjadi, seperti faktor eksternal dan faktor internal dari Gus Dur sendiri.
Namun demikian, kesimpulan lain dalam penelitian ini menyebutkan bahwa kekurangan yang dimiliki Gus Dur dalam berkomunikasi masih bisa diminimalkan seandainya Presiden Wahid mempunyai asisten atau pembantu-pembantu yang mampu bekerja secara cermat dan professional berdasarkan mekanisme kerja yang jelas dalam menjembatani hubungan presiden dengan media massa, dan secara tegas mampu mendisiplinkan Gus Dur. Dengan kata lain Presiden Wahid membutuhkan suatu manajemen yang ketat luar biasa dan dia harus mematuhi aturan mainnya jika dia ingin menghindarkan, atau paling tidak mengurangi kesalahan-kesalahan dalam penyampaian informasi.

During his term as the fourth Indonesian President, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) had face many communication problems, which derived from Gus Dur himself, and his assistants. This study was carried out in order to understand the concept and strategy of President Wahid in managing his communication. Besides, this thesis also tries to understand the role of the press/mass media in the context of presidential communication management.
This study was designed to use qualitative method, using case study approach that the objective is to understand more deeply some problems in President Wahid communication management. To obtain objective result, the author used in-depth interview of people from various circles, such as government officers, journalists, experts, and other people close to President Wahid.
A conceptual definition about management communication, developed by Mark Fletcher (1999), was used in analyzing President Wahid communication management. According to Fletcher, in order to bring about specific outcome the concept of communication management is put simply three crucial elements: the management of the form, the content, and the context of information.
The result of this study indicate that President Wahid actually has no management in his communication because President Wahid often launching controversial statement and policy, which is reflecting that he did not manage information carefully and prepare his messages before announce it to public. There were some weaknesses that caused this to happen, such as internal and external factors from Presiders Wahid.
However, other conclusion in this thesis indicate that President Wahid's weakness could be minimized if he has some good assistants who can able to work professionally based on a vivid working mechanism, such as able to bridge the relation between president and the press, portray the correct image of the president, and the most important thing is able to discipline the president to follow the rule of presidential protocol."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>