Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14928 dokumen yang sesuai dengan query
cover
U. Hartono
"High magnesian andesites are found in the Cretaceous Haruyan volcanics in Southeast Kalimantan. The rocks have Mg# 67 ? 69, but low concentrations of Ni (44 ? 60 ppm), Cr (37 ? 411 ppm) and, except two samples of 95UH23C and 96UH23, ratios of Sr/ Y are also low. Geochemical and tectonic studies show that the high magnesian andesites were
originated from a subduction zone-type magma similar to that of the most ?normal? Haruyan volcanics. . Two possible
origins of the Cretaceous high magnesian andesites are proposed. First, melting of the mantle wedge above the slab to produce a basaltic magma followed by crystal fractionation, especially olivine and pyroxene, during magma ascent to the surface resulted in a derivative magma with low Ni and Cr concentrations. A collision between the pre-Mesozoic
Paternoster platform (microcontinent ?) and the Sundaland continent in the Upper Cretaceous-Lower Miocene might cause the magma ascent to pool immediately in the lower crust-upper mantle boundary. The impending magma then
reacts with hot mantle peridotite to produce the high magnesian andesites. Secondly, the high magnesian andesite may resulted from a reaction between silicic magma and hot mantle peridotite. The collision may also cause lower crust melting resulted in granitic magma (? The Hajawa Granite), which then reacts with hot mantle peridotite to produce the adakitetype
high magnesian magma, such as samples 95UH23C and 96UH23."
Bandung: Pusat Survai geologi Bandung, 2010
551 JSDG 20:5 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zaiza Salsa Khoirunnisa
"Penelitian berlokasi di daerah Langgikima, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memetakan zona profil laterit berdasarkan hasil domaining serta mengestimasi kadar dan tonase nikel laterit yang terdapat di daerah penelitian. Metode pengolahan dan analisis data meliputi analisis statistik univarian serta metode ordinary kriging. Unsur yang diestimasi meliputi Ni, Co, Fe, SiO2, dan MgO dengan variogram model yang digunakan yaitu Ni sebagai variabel utama. Data yang digunakan berupa data sekunder yang mencakup collar, survey, dan assay serta menggunakan foto core sebagai data penunjang untuk validasi. Domain geologi pada penelitian ini terbagi menjadi 3, yaitu limonit, saprolit, dan bedrock. Limonit dan saprolit termasuk kedalam zona mineralisasi yang akan diestimasi. Densitas limonit sebesar 1.6 gr/cm3 dan saprolit 1.5 gr/cm3 . Klasifikasi sumberdaya didasarkan pada jarak antar spasi bor dan parameter geostatistik slope of regression. Hasil klasifikasi dengan menggunakan cut off grade 1% menunjukkan daerah penelitian terdiri atas kelas terukur. Domain limonit menghasilkan volume sebesar 1,697,891 m3 dan tonase 2,716,625 ton dengan kandungan rata-rata Ni sebesar 1.31%, Co 0.1%, Fe 45.42%, SiO2 9.01%, dan MgO 1.13%. Domain saprolit menghasilkan volume sebesar 964,063 m3 dan tonase 1,446,094 ton dengan kandungan rata-rata Ni sebesar 1.69%, Co 0.04%, Fe 20.93%, SiO2 33.52%, dan MgO 14.92%. Kategori terukur menandakan pada daerah penelitian memiliki tingkat keyakinan geologi yang tinggi untuk membuktikan kemenerusan kadar dan kandungan mineral serta memiliki nilai yang ekonomis untuk ditambang.

The research is located in Langgikima, Nort Konawe, Southeast Sulawesi. The purpose of this study was to map the laterite profile zones based on the results of domaining and to estimate the grades and tonnage of laterite nickel found in the study area. Data processing and analysis methods include univariate statistical analysis and ordinary kriging methods. The estimated elements include Ni, Co, Fe, SiO2, and MgO with the variogram model used, Ni as the main variable. The data used is in the form of secondary data which includes collars, surveys, and assays and uses core photos as supporting data for validation. The geological domain in this study is divided into 3, namely limonite, saprolite, and bedrock. Limonite and saprolite are included in the mineralized zone to be estimated. The density of limonite is 1.6 gr/cm3 and that of saprolite is 1.5 gr/cm3 . Resource classification is based on the distance between drill spacing and the slope of regression geostatistical parameters. Classification results using 1% cut off grade show that the study area is composed of measurable classes. The limonite domain produces a volume 1,697,891 m3 and tonnage of 2,716,625 tons with an average content of 1.31% Ni, 0.1% Co, 45.42% Fe, 9.01% SiO2, and 1.13% MgO. The saprolite domain produced a volume of 964,063 m3 and tonnage of 1,446,094 tons with average content of 1.69% Ni, 0.04% Co, 20.93% Fe, 33.52% SiO2, and 14.92% MgO.The measured category indicates that the research area has a high level of geological confidence to prove the continuity of grades and mineral content and has economic value for mining."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Soehaimi
"Mikrozonasi Kota Pekalongan dibagi menjadi tiga zona : Zona Rentan Goncangan Gempa bumi I, mempunyai karakteristik lahan dengan amplifikasi / penguatan sangat tinggi (>9 kali), periode dominan tanahnya 0,93 ? 1,15 detik dengan ketebalan sedimen lunak antara 40,14 ? 50,29 m; Zona Rentan Goncangan gempa bumi II, mempunyai karakteristik lahan dengan amplifikasi / penguatan tinggi (6 - 9 kali), periode dominannya antara 0,55 ? 1,49 detik dengan ketebalan sedimen lunak 23,91 ? 65,30 m; Zona Rentan Goncangan gempa bumi III, mempunyai karakteristik lahan dengan amplifikasi / penguatan sedang (3 - 6 kali), periode dominannya antara 0,47 ? 1,54 detik dengan ketebalan sedimen lunak 20,73 ? 67,31 m.
Secara umum, Kota Pekalongan dan sekitarnya mempunyai nilai amplifikasi / penguatan tanah antara 3,17 ? 12, 91 kali. Lebih dari setengah luas wilayahnya mempunyai amplifikasi tinggi, hanya sebagian kecil dan setempat-setempat saja yang mempunyai amplifikasi sangat tinggi, dan selebihnya mempunyai amplifikasi sedang. Mikrozonasi merupakan langkah awal untuk mengurangi risiko bencana alam khususnya gempa bumi. Untuk mengurangi risiko bencana secara nyata, diperlukan langkah kebijakan oleh Pemerintah Daerah mengatur tata ruang.
Pada daerah yang amplifikasi tanahnya tinggi ? sangat tinggi harus dibangun dengan konstruksi khusus."
Bandung: Pusat Survai geologi Bandung, 2010
551 JSDG 20:5 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
T. Padmawidjaja
"Nilai anomali gaya berat daerah penelitian berkisar antara 60 sampai 160 mgal, membentuk tinggian anomali antara 100 sampai 160 mgal dan cekungan anomali antara 60 sampai 100 mgal. Anomali tinggi berhubungan dengan munculnya batuan alas atau pendangkalan batuan alas, yaitu Formasi Kiro. Cekungan Wuas diduga merupakan cekungan antar gunung, sedangkan rendahan (cekungan) di Ruteng ke arah selatan diduga disebabkan oleh sesar, dan adanya tinggian anomali diduga akibat adanya batuan granodiorit (Tmg). Batuan sedimen pengisi cekungan terdiri atas Formasi Nangapanda dan Formasi Bari. Berdasarkan kelurusannya terdapat beberapa sesar, yaitu Sesar Ruteng, Sesar Ulumbu, Sesar Pocodede, dan Sesar Bajawa. Model geologi penampang anomali gaya berat AB menunjukkan ada dua lapisan 3 sesuai nilai rapat massanya, lapisan di bawah diduga sebagai batuan alas dengan rapat massa 2.71 gr/cm , dan lapisan 3 di atasnya adalah batuan sedimen dengan rapat massa 2.6 gr/cm . Sesar Ruteng, Sesar Ulumbu, dan Sesar Pocodedeng mengontrol pendangkalan magma yang dapat berfungsi sebagai sumber sistem panas bumi di daerah penelitian."
Bandung: Pusat Survai geologi Bandung, 2010
551 JSDG 20:5 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Sutrisno
"Data produksi menunjukkan bahwa bagian utara WW adalah area utama dimana sampai saat ini sekitar 90 persen produksi uap (steam) dihasilkan. Selain itu beberapa indikasi menunjukkan adanya sumberdaya di bagian utara ini belum dieksploitasi secara maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi karakterisasi sumberdaya di bagian utara WW, yaitu di sekitar kompleks Gunung Malabar sampai dengan area Gunung Gambung. Daerah penelitian yang berada di bagian utara lapangan WW merupakan sistem panasbumi dominasi uap yang memiliki lapisan reservoir dominasi uap setebal ±500 m di atas zona dominasi air. Sistem ini tidak terkait dengan batuan intrusi di bawah Kompleks Gunung Malabar. Batuan intrusi ini bukan merupakan sumber panas, dan keberadaannya cenderung menyebabkan permeabilitas yang terbatas di area sekitarnya. Reservoir dominasi uap di bagian utara terkait dengan zona alterasi propylitic pada Formasi Dogdog yang merupakan fasies medial dari pusat-pusat erupsi di timur dan barat Gunung Malabar. Lapisan penudung di bagian utara terkait dengan zona alterasi argillic pada Formasi Malabar yang merupakan fasies sentral-proksimal dari Gunung Malabar. Puncak reservoir rata-rata berada pada elevasi 1050-1100 mdpl, yang menurun ke arah selatan di sumur-sumur WWQ. Sedangkan brine level teramati pada elevasi 400-600 mdpl.

Production data shows that the Northern Part of WW field is the main area where currently almost 90% steam was produced. Moreover, several data indicated that the area has additional potential resource which has not been exploited yet. Therefore, comprehensive resource characterization in that particular area is needed, especially around Gunung Malabar and Gunung Gambung. Area of study in this thesis is located in the northern part of WW which is vapor-dominated system with ±500 m thick steam cap layer above water dominated reservoir. This system is not related with intrusion body beneath Gunung Malabar Complex. The occurrence of intrusion body tends to limit the permeability in country rock rather than act as the heat source for the system. Vapor-dominated reservoir in this area is related with propylitic alteration zone within Dogdog Formation, the medial facies from several older eruption centers in the eastern and western side of Gunung Malabar. The capping layer is related with argillic alteration zone in Malabar Formation, which is central-proximal facies from Gunung Malabar. In average, top of the reservoir reside at 1050-1100 m above sea level, and descending toward the south, while the brine level is observed at 400-600 m above sea level."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Benita Aryani
"Pusuk Buhit adalah salah satu lapangan di Indonesia dengan potensi geotermal, dibuktikan oleh keberadaan fumarole, hot spring, dan cold spring. Penelitian bertujuan membangun model konseptual yang menggambarkan komponen-komponen sistem geotermal fokus wilayah penelitian yang belum ada sebelumnya, menggunakan data primer geofisika dan data sekunder geologi dan geokimia. Inversi 3-dimensi magnetotellurik mampu menggambarkan komponen sistem geotermal dari variasi resistivitas. Claycap memiliki resistivitas 0-16 Ωm, reservoir 16-80 Ωm, dan basement 80-300 Ωm, dengan pola updoming di antara basement diduga sebagai sumber panas. Model gravitasi 2-dimensi digunakan untuk mengkonfirmasi jalur fluida ke zona reservoir dan nilai densitas dari komponen sistem geotermal, dengan lapisan piroklastik densitas 1.92 gr/cc, batuan gamping 2.3-2.4 gr/cc, dan batuan dasar metamorf 2.7 gr/cc, yang menunjukkan korelasi dengan model magnetotellurik. Kedua metode didukung data geologi yang menunjukkan korelasi antara struktur dengan manifestasi permukaan, serta data geokimia yang menunjukkan fluida reservoir bertipe bikarbonat, suhu di reservoir 240-270°C, dan pergerakan fluida lateral ke arah manifestasi air, serta upflow menuju fumarole. Integrasi data menunjukkan area prospek geotermal berada di bawah lapisan batuan teralterasi konduktif di antara struktur graben wilayah penelitian.

Pusuk Buhit is one of the fields in Indonesia with geothermal potential, evidenced by the presence of fumaroles, hot springs, and cold springs. The research aims to build a conceptual model depicting the components of the geothermal system in the focus area, which has not been previously studied, using primary geophysical data and secondary geological and geochemical data. The 3-dimensional magnetotelluric inversion can illustrate the geothermal system components based on resistivity variations. The clay cap has a resistivity of 0-16 Ωm, the reservoir 16-80 Ωm, and the basement 80-300 Ωm, with an updoming pattern within the basement suspected to be the heat source. A 2- dimensional gravity model is used to confirm fluid pathways to the reservoir zone and the density values of the geothermal system components, with pyroclastic layers having a density of 1.92 gr/cc, limestone 2.3-2.4 gr/cc, and metamorphic basement rocks 2.7 gr/cc, which show correlation with the magnetotelluric model. Both methods are supported by geological data showing a correlation between structures and surface manifestations, as well as geochemical data indicating bicarbonate-type reservoir fluids, reservoir temperatures of 240-270°C, lateral fluid movement towards water manifestations, and upflow towards fumaroles. Data integration indicates that the geothermal prospect area is located beneath the conductive altered rock layer within the graben structures of the study area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Geologi dan keterdapatan uranium di sektor Paluq Hulu, Kalimantan timur. Tahapan prospeksi sistematik mencakup luasan Sektor Paluq (0,8 km2). Tujuan kegiatan ini untuk mendapatkan gambaran geologi rinci dan mineralisasi U serta potensi di Sektor Paluq. kegiatan yang dilakuan adalah pengukuran topografi, pengukuran radioaktivitas tanah, pengamatan stratigrafi dan struktur geologi rinci, pembuatan kupasan pada lokasi anomali dan pembuatan kupasan/paritan pada lokasi anomali radiometri. Pada sektor paluq terdapat 5 (lima) lokasi anomali radiometri yang signifikan yaitu Anomali Putra, Roos, Paluq Hulu, Mahakam dan Siweg dengan nilai radiometri 500 - 10.000 c/s, dengan nilai latar 100 c/s, telah dilakukan pembuatan kupasan dan paritan dilakukan pengambilan contoh mineralisasi dengan metode sistematic chanel sampling. Hasil analisis petrografi dan mineragrafi menunjukkan bahwa mineralisasi berupa pitchblenda, autonit berasosiasi dengan mineral bornit, kalkosit, kalkopirit, lolingit, pirhotit, pirit, sfalerit, ilmenit, limonit, magnetit, markasit, rutil, melnikovit, hematit dan oksida besi. Hasil analisis geokimia uranium total batuan berkisar antara 35 ppm U hingga 4.600 ppm U. "
Jakarta Selatan: Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir. Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2011
660 EKSPLOR
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Rakha Pratama Abdurrahman
"Penelitian kualitas dan karakteristik geokimia batuan induk dilakukan pada Formasi Bayah, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Banten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik dan kualitas dari batuan induk di Formasi Bayah dengan metode geokimia. Metode geokimia akan menghasilkan parameter batuan induk dalam kekayaan material organik, tingkat kematangan, serta tipe hidrokarbon yang dihasilkan. Sebanyak lima sampel singkapan yang diyakini berpotensi sebagai batuan induk kemudian dianalisis ke laboratorium untuk penyelidikan karakteristik geokimia.
Metode geokimia yang digunakan untuk menentukan kualitas dari batuan induk adalah Total Karbon Organik, Pirolisis Rock-Eval, dan Pantulan Vitrinit. Hasil TOC dari seluruh sampel tersebut, menunjukkan bahwa formasi Bayah memiliki kadar kekayaan organik yang sangat baik. Berdasarkan tingkat kematangan, perconto memiliki tingkat kematangan immature dengan kualitas kerogen tipe II – III serta lingkungan pengendapan berupa Transitional Zone-Lower Delta Plain. Diharapkan penelitian ini dapat membuka peluang baru bagi eksplorasi minyak dan gas bumi di daerah penelitian.

Characteristics geochemical research for source rock analyzes is located on Bayah Formation, Cihara District, Lebak Regency, Banten. The purpose of this study is to determine the characteristics and quality of the source rock in the Bayah Formation by geochemical methods. Geochemical methods will describe source rock parameters in the value of organic material, ranks of maturity, and the kerogen type. Five selected outcrop samples, consisting of black shale and coal, which believed to be potential source rock were analyzed in a laboratory for the investigation in geochemical characteristics. Geochemical methods applied to determine the qualities of the source rock are Total Organic Carbon, Rock-Eval Pyrolysis, and Vitrinite Reflectance.
The result from TOC analysis of Bayah formation showed all of the values are >1%, which means it has excellent organic matter. In comparison TOC, S2, and HI diagrams showing Bayah Formation have excellent source rock quality. For the thermal maturity level, Pyrolysis (Tmax) and VR analysis indicate Bayah Formation has immature maturity level with the quality of kerogen types II-III with Transitional Lower Delta Plain depositional environment. It can be concluded the Bayah Formation has a potential source rock.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarfina Adani
"Parakasak adalah salah satu gunung berapi kuaterner yang sebagian besar tersusun oleh lava andesitik dan piroklastik. Potensi sistem panas bumi terlihat oleh manifestasi sumber air panas di Batukuwung sebagai objek wisata lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem panas bumi di sana dan membuat model konseptual melalui pemahaman kita tentang karakteristik mereka. Metode untuk mencapai ini dapat dilakukan dengan mengambil dan menganalisis sampel geologi, analisis petrografi sebagai data primer, analisis geokimia dan geofisika sebagai data sekunder.
Berdasarkan analisis di atas, Mt. Parakasak adalah stratovolcano relief tinggi dengan dua sesar tektonik yaitu sesar Batukuwung dan sesar Wangun. Ia juga memiliki struktur runtuh di pusat gunung sebagai hasil dari letusannya di masa lalu. Karakteristik sistem panas bumi di daerah ini didominasi cairan, air meteorik sebagai sumber, dan memiliki suhu sedang (175˚C-230 ˚C). Sumber panas berasal dari ruang magma dan reservoir adalah lava andesit piroklastik dan fraktur.

Mt. Parakasak is a quaternary volcano composed mostly of andesitic and pyroclastic lava. Potential geothermal systems are seen by the manifestation of hot springs in Batukuwung as a local tourist attraction. This research aims to find out the geothermal system there and create a conceptual model through our understanding of their characteristics. Methods to achieve this can be done by taking and analyzing geological samples, petrographic analysis as primary data, geochemical analysis and geophysics as secondary data.
Based on the above analysis, Mt. Parakasak is a high relief stratovolcano with two tectonic faults, the Batukuwung fault and the Wangun fault. It also has a collapsed structure at the center of the mountain as a result of its eruption in the past. The characteristics of geothermal systems in this area are dominated by liquids, meteoric water as a source, and has a moderate temperature (175˚C-230 ˚C). The heat source comes from the magma chamber and the reservoir is pyroclastic andesite lava and fracture.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henderson, Paul
Oxford: Pergamon Press , 1982
551.9 HEN i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>