Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13374 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Greaver, Maurice F., II
""Organizations are turning to external suppliers for everything from payroll processing to facilities management. The goal is better quality at lower costs, but too often the results are disappointing to dismal -- simply because many buyers lack a clear outsourcing methodology. Using the concepts in this book, managers responsible for outsourcing will learn to avoid typical pitfalls and ensure success. Readers learn how to: * determine core competencies that should be kept in-house rather than outsourced * align outsourcing with overall corporate strategy * use outsourcing to support transformation strategies such as restructuring and TQM * evaluate, compare, and select vendors * develop targeted RFPs (requests for proposals), negotiate win-win contracts, monitor how vendors perform, and evaluate financial savings * handle "recompetition" as contracts end--an especially hot topic""
New York: American Management Association, 1999
e20438149
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Alberami
"Dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat, perusahaan berusaha melakukan berbagai efektifitas dan efisiensi kegiatan usaha. Salah satu strategi yang saat ini sedang banyak dilakukan olch perusahaan multinasional adalah kegiatan outsourcing. Outsourcing merupakan kegiatan pemindahan sebagian atau beberapa bagian pekerjaan dan sebagian pengambilan keputusan tertentu kcpada pihak ketiga sesuai dengan kesepakatan yang tertera dalam kontrak kerjasarna. Pekerjaan yang dialihkan tersebut bukan merupakan kompetensi inti bisnis perusahaan dan dialihkan pada pihak ketiga yang mcmiliki sumberdaya yang lebih baik dari perusahaan.
Pada organisasi bisnis perbankan pekerjaan yang mcrupakan kompetensi inti adalah pemasaran produk, analisa kredit, penanganan transaksi dalam dan luar negeri serta pelayanan nasabah. Sedangkan pekerjaan penunjang seperti administrasi, pcmeliharaan gedung, transportasi, penaamanan dan Iainnya. Kompetensi inti harus senantiasa dikembangkan agar menciptakan daya saing terhadap kompetitor, sedangkan pekerjaan penunjang bisa diefisienkan melalui outsourcing.
Kegiatan outsourcing pada BNI sudah mulai diterapkan sejak awal tahun 1990-an, yaitu dalam kebijakan penerimaan pegawai non core bisnis seperti pegawai non administrasi untuk pelayan, binder, sopir dan satuan pengaman. Setelah mengalami masalah keuangan akibat krisis ekonomi pada tahun 1998, sampai dengan proses rekapitalisasi pada tahun 2000, kebijakan strategi outsourcing dalam perusahaan mulai dijalankan salah satunya adalah dalam bidang pengadaan kendaraan operasional.
Tulisan ini membahas dan melakukan analisa terhadap kebijakan outsourcing yang dilakukan perusahaan, kemudian melalui kajian literatur berusaha memberikan pedoman tentang langkah-langkah dan analisa kegiatan outsourcing yang benar. Secara konseptual kebijakan outsourcing pengadaan kendaraan operasional BNI akan memberikan beberapa keuntungan. Pengadaan kendaraan operasional dilakukan oleh Koperasi Swadharma yang merupakan koperasi pegawai dan pensiunan BNI dengan sistem sewa.
Berdasarkan analisa dengan membandingkan perhitungan present value, kebijakan outsourcing belum menimbulkan penghematan biaya secara maksimal. Strategi outsourcing yang dijalankan baru bersifat taktikal, yaitu karena kekurangan sumber finansial perusahaan untuk melakukan investasi, sementara kebutuhan sarana transportasi harus tetap dipenuhi. Perusahaan belum melakukan analisa secara mendalam terhadap keputusan ousourcing yang diambil.
Dengan melakukan analisa dan tahapan kebijakan outsourcing secara baik, perusahaan akan mendapatkan bermacam keuntungan. Dari sisi finansial, perusahaan akan mcndapatkan kemudahan dalam penetapan anggaran, arus kas yang lebih efisien karena tidak memerlukan dana besar untuk investasi. Sedangkan dari sisi operasional perusahaan melakukan penghematan waktu dan sumberdaya untuk perawatan dan perbaikan, pengurusan dokumen, serta penyesuaian kendaraan dengan kebutuhan perusahaan.

In face of business competitions, which tighten progressively, company must try to makes some attempt of efficiency and effectiveness on various business activities. One of the strategy, which done by multinational company in this time is outsourcing. Outsourcing represent activity of evacuation some of work or some part of work and decision making to the third party according to agreement which as described on cooperation contract. The transferred work is not a competence of company business core and transferred to the third party, which owning better sources from the company.
At banking business organization, the work representing this competence is marketing product, credit analysis, transaction handling in and abroad and also client service. And supporting work is administration, building conservation, transportation, security and others. Core competence must be developed to creating competitiveness to the competitor, and supporting work can be efficiency through outsourcing.
Outsourcing activity at BNI, have started applied since beginning of 1990, especially in officer acceptance policy of non core business as non administration for the service officer, binder, driver and security officer. After experiencing of the finance problem as effect-of economic crisis in 1998, up to recapitulation process in 2000, one of the companies outsourcing strategy policy is vehicle operational levying.
The aim of this article are study and analyze of company outsourcing policy, and then give guidance about analysis and correct outsourcing activity steps through literature study. Conceptually, outsourcing levying operational vehicle of BNI bank policy, will give some advantage. Levying of operational vehicle conducted by "Swadharma" cooperation which representing of officer co-operation and retired of BNI bank by rent system.
According to the analysis of comparing present value calculation, outsourcing policy is not yet cost saving maximally generated. Outsourcing strategy just only tactical character which caused of to be in want the sources of company financial to investment whereas transportation medium requirement have to remain to fulfill. Company was not analyzing exhaustively to take an outsourcing decision.
By analyze and good step of outsourcing policy, the company will gel kinds of advantage. From financial side, company will get amenity of budget stipulating, cash flow more efficient because need not big fund for the investment of. While from company operational side, thrift of source and time for the treatment of repair and document management, and also vehicle unanimity of company requirement.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vagadia, Bharat
"This book provides a road-map to successful implementation of strategic outsourcing programmes, providing down-to-earth approaches to outsourcing decision making and programme management, based on a grass-roots understanding. This is a practitioner-focused book for business leaders and managers providing a holistic view of strategic outsourcing, covering the three essential pillars of success: risks, rewards and relationships. The author shows how business leaders can transform organisational business models, structures and mind-sets, taking the reader on a journey through the book's fifteen chapters, helping the reader truly grasp : the drivers for change as a result of globalisation and convergence and their impact on organisational strategies, how outsourcing can transform the various processes and functions of an organisation; the impact outsourcing is having on various industry vertical sectors, and, the eight foundations of successful strategic outsourcing programmes, which when combined with strategic decision-making knowledge, guarantees that organisations embarking on the strategic outsourcing journey, derive the transformational benefits they seek."
Berlin: Springer, 2012
e20397311
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Wifajar
"ABSTRAK
Perusahaan konstruksi baja Indobaja kerap sekali menerima pekerjaan konstruksi baja untuk pembangunan suatu infrastruktur maupun pabrik Industri yang dibangun dengan material baja sebagai komponen utama dan didukung oleh komponen lain sebagai komponen pendukung. Komponen bahan dasar berupa pipa baja, baja profil, dan pelat baja didominasi oleh International outsourcing yang diimpor dari beberapa negara seperti China, Romania, India, Romania, Rusia, sebagaimana dilakukan oleh industry baja nasional dimana pada tahun 1999 kebutuhan baja dipasok dari Jepang berupa pipa las baja sebesar 91.936 ton dengan nilai US$ 35,8 juta atau 76% dari total impomya sebesar 120.066 ton.
Pekerjaan pabrikasi adalah menjadi bagian pekerjaan yang seharusnya tidak perlu harus diberikan kepada pihak lain (provider) , karena bagian pekeijaan ini merupakan core competence. Pekeijaan yang bukan merupakan pekeijaan inti (non core competence) sebaiknya diusahakan untuk dapat diserahkan kepada pihak lain dengan metode outsourcing.
Studi ini meneliti apa saja yang sebaiknya di-outsource oleh Indobaja, Texmaco Steel untuk memberikan pelayanan One Stop Shop kepada pelanggan serta memberikan rekomendasi, masukan untuk melakukan outsourcing komponen atau proses konstruksi baja. Dengan masukan dari studi ini, Indobaja mernndapt masukan untuk tetap pada kompetensi intinya saja berupa proses fabrikasi yang merupakan bagian yang tidak tepat untuk dilakkukan outsourcing .
Bagaimana menentukan dan mengoptimalkan elemen apa saja yang harus dioutsourcing dalam suatu proses produksi fabrikasi baja ini harus dapat diambil kesimpulan berdasarkan parameter-parameter pelaksanaan guna mencapai optimasi dan maksimasi operasional perusahaan secara menyeluruh.
Program One Stop Shop dibangun untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan terutama untuk kemudahan pelaksanaan pengadaan barang danjasa.
Permasalahan yang perlu dikaji di Indobaja, apakah proses Outsourcing akan memberikan comperative advantage (ca) untuk lndobaja. Sebagaimana halnya Korea, perusahaan-perusahanan disana membangun Outsourcing di internal industri negara mereka, telah menghasilkan kemajuan yang cukup nyata di Korea dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Perusahaan mempunyai tiga arah mendasar dalam memilih strategi pernsahaan yaitu pertumbuhan dalam konsolidasi dan koordinasi. Pada umumnya perusahaan menerapkan strategi pertumbuhan penjualan bukan tujuan utama perusahaan. Untuk strategi koordinasi, biasanya perusahaan bernsaha untuk mencapai tujuan yang sekarang tidak melalui cara pertumbuhan.
Salah satu produk utama dari industri besi dan baja bangunan adalah besi beton, yang kini dihasilkan 19 pabrik di selurnh Indonesia, dengan jumlah kapasitas produksi 2,5 juta ton per tahun. Tahun 1990, produksi selurnh pabrik tersebut 1,2 juta ton dan produksi itu terus mengalami kenaikan hingga mencapai 2,3 juta ton pada tahun 1996, atau sebelum krisis ekonomi meledak. Tahun 1997, awal krisis ekonomi, produksi tersebut turun sedikit menjadi 1,9 juta ton dan mengelami pertumbuhan yang kecil hanya mencapai 2,3 juta ton pada tahun 2001.
Produksi besi baja profil tahun 1990 sebesar 177 ribu ton, dan terus meningkat hingga mencapai 491 ribu ton pada tahun 1995. Tetapi kemudian produksi itu mengalami penurunan dan pada awal krisis ekonomi tahun 1997 produksi itu hanya 193 ribu ton atau dengan out put yang sangat rendah, hanya 24, 3 %, pada tahun 2001 produksi sudah mencapai 210 ribu ton.
PT. Perkasa Indobaja (Steel Division) didirikan pada tahun 1992, sebagai anak perusahaan group Texmaco dan memasuki industri pembuatan tower baja sebagai kelanjutan penggabungan lintegrasi ke dalam bisnis baja.
Di dalam group Indobaja, pada komplek yang sama mempunyai 160 ton power press, yang digunakan pembuatan lubang bersiku dan pelat baja. Dengan outsourcing yang terus dikembangkan diharapkan akan dapat dicapai untuk pelaksanaan One Stop Shop
Meskipun sejauh ini yang tidak dioutsourcing berupa komponen konstruksi bajanya saja, diharapkan Perkasa Indobaja akan dapat melaksanakan pekerjaan yang hanya merupakan kopetensi intinya saja yaitu fabrikasi, sedangkan yang lain dapat di-outsource untuk melengkapi program one stop shop.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gay, Charles L.
London: Nicholas Brealey Pub, 2000
658.72 GAY i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Linder, Jane C.
"For years companies have outsourced service functions like IT and facilities management with an eye toward streamlining overall corporate efficiency But a new model - transformational outsourcing - can make big changes happen quickly throughout the organization by outsourcing not just support areas but core business functions. "Outsourcing for Radical Change", based on a major study by Accenture, reveals how this revolutionary operational model can transform an entire enterprise. With refreshing candor, the book presents startling successes (and a few notable failures) from major organizations in the U.S. and abroad."
New York: American Management Association, 2004
e20438391
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Linder, Jane C.
New York: Amacon, 2004
658.4 LIN o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fijria Rahmawati
"Saat ini kartu kredit sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sebagian orang yang hidup di perkotaan. Jika dulu hutang dianggap sesuatu yang memalukan, kini hutang dapat menempatkan seseorang pada "status sosial" yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat golongan lain. Para pemegang kartu kredit merasa bangga karena mereka menganggap dirinya adalah golongan masyarakat yang dipercaya oleh sebuah institusi perbankan. Hal tersebut ditunjukkan dengan berbagai jenis kartu kredit dari berbagai issuer (penerbit kartu kredit) ketika mereka melakukan transaksi. Padahal fungsi sebenarnya dari kartu kredit adalah sebagai alat bertransaksi dan memudahkan karena konsumen tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Penggunaan kartu kredit di Indonesia berkembang pesat terutama sejak adanya dcregulasi perbankan dengan diterbitkannya SK Menkeu No..1251/KM.031/1998 pada tanggal 20 Desember 1998 yang menggolongkan bisnis kartu kredit sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan untuk membeli barang dan jasa. Pada tahun 2006, diperkirakan pertumbuhan kartu kredit berkisar 20-30% per tahun dengan jumlah pemegang karu kredit mencapai 6,5 juta orang dan nilai transaksi yang terjadi sebesar Rp.55,29 triliun. Pertumbuhan jumlah pemegang kartu kredit ini tidak terlepas dari kemudahan dan iming-iming menggiurkan yang ditawarkan issuer, serta semakin banyaknya merchant yang mau menerima pernbayaran dengan kartu kredit.
Sebagai salah satu institusi perbankan pemerintah, PT Bank BNI (Persero) Tbk. melalui salah satu divisinya yaitu Divisi Bisnis Kartu mencoba masuk ke industri kartu kredit pada bulan Oktober 1997 dengan produk pertamanya adalah BNI MasterCard. Pertumbuhan di sektor industri kartu kredit ini yang dari tahun ke tahun semakin meningkat serta tingginya respon konsumen terhadap Kartu Kredit BNI mendorong BNI Card Center untuk menerbitkan kembali BNI Visa pada bulan April 1999. Sampai dengan akhir tahun 2005 prestasi BNI Card Center adalah sebagai nomor dua Credit Card Issuer di Indonesia, nomor satu Visa Classic Issuer di Indonesia, dan nomor dua visa Gold isuer di Indonesia.
Kesuksesan bisnis di industri kartu kredit ini tidak hanya ditunjukkan dengan peningkatan jumlah pemegang kartu saja namun didukung juga oleh jumlah transaksi penggunaan atau pemakaian (usage) yang dilakukan olch para pemegang kartu kredit. Oleh karena itu untuk tetap dapat unggul di bisnis kartu kredit maka seluruh issuer harus saling berlomba untuk menciptakan berbagai macam fitur produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen atau pemegang kartu kredit sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah transaksi usage sekaligus meningkatkan loyalitas pemegang kartu kredit.
Keinginan untuk selalu memberikan yang terbaik bagi konsumen yang salah satunya tercermin dari penawaran berbagai fitur produk kartu kredit yang mampu menarik para pemegang kartu kredit untuk bertransaksi, seringkali memerlukan biaya yang tidaklah kecil. Dengan segala keterbatasan sumber daya yang dimiliki, perusahaan dituntut untuk lebih fokus memikirkan suatu cara dalam mencapai target perusahaan dengan biaya serendah mungkin tanpa mengorbankan kualitas produk dan layanan. Outsourcing merupakan salah satu cara agar perusahaan dapat tetap fokus pada bisnis intinya dengan mengalihkan sebagian atau seluruh pekerjaan kepada pihak lain di luar perusahaan. Dengan cara ini diharapkan perusahaan mendapatkan penghematan biaya dalam melaksanakan fungsi bisnis tertentu yang bukan termasuk kompetensi inti sehingga hasil dari penghematan tersebut dapat dipergunakan untuk pengembangan dan penciptaan fitur-titur produk baru.

These days credit card has been a part of many people who live in the city. In the past, debt was considered as something disgraceful, but now debt could put someone on a higher social status than people from other economic levels. Credit card holders feel privileged because they are positioning themselves as a group of people trusted by banking institutions. It is showed by the availability of many types of credit cards from various issuers when they are doing transactions. The real functions of a credit card are as, a transaction tool and to make things easier for consumers because they do not have to bring a large amount of money in their pockets.
The number of credit card users in Indonesia showed a significant increase especially when there was a banking deregulation by The Minister of Finance with the Decree No. 1251/KM.031/1998 on 20 December 1998 that grouping credit card business as a part of financing service business to buy goods and services. In 2006, credit card's growth is estimated between 20-30% annually with the number of holders up to 6.5 million and the transaction value at Rp55.29 billion. This growth is related to the simplicity and the attractive rewards proposed by the issuers, and also the increasing number of merchants accepting credit card payment.
As one of government banking institution, PT Bank BNI (Persero) Tbk-through one of its division which is Credit Card Division-tried to enter the credit card industry in October 1997 with BNI MasterCard as its first product. The increasing annual growth of credit card industry and the high consumer respond to BN1 credit card drove BNI Card Center to issue BNI Visa in April 1999. By the end of 2005 BNI Card Center achieved the second position in Credit Card Issuer, the first position in Visa Classic Issuer, and the second position in Visa Gold Issuer in Indonesia.
The achievement in the credit card industry is not only described in the increasing number of cardholders but also supported by the number of transactions or usage done by the cardholders. All credit card issuers should be competing to keep up their excellent performance in credit card business by creating various product features suitable with consumers/ credit card holders' wants and needs, therefore at the end will be able to increase the number of usage transaction and cardholders' loyalty.
The desire to always give the best for the consumers which it?s reflected in ability to offer various product features that can attract cardholder's transactions or usage, frequently requires more budgets. With limited sources, a company demanded to be more focus in finding out a way to achieve the company's target with the lowest budget without sacrificing the product quality and services. Outsourcing is one of the way for a company to focus in its core business with giving up some or all of the company's activities to the third party outside the company. It is expected that the company could make cost efficiency in executing certain business functions that are not related to its core competence. Therefore the result from the efficiency could be used to develop and create new product features.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Fariza Luthfia Danaz
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kontrak psikologis terhadap komitmen organisasi pada tenaga kerja outsourcing di perusahaan penyedia jasa outsourcing. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 119 karyawan outsourcing yang berasal dari satu perusahaan penyedia jasa outsourcing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontrak psikologis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen organisasi maupun terhadap ketiga komponen komitmen organisasi. Dari ketiga komponen komitmen tersebut, kontrak psikologis memiliki pengaruh dan memberikan sumbangan paling besar terhadap komitmen afektif.
Selanjutnya, kontrak transaksional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat komitmen maupun masing-masing komponen komitmen organisasi. Dari kedua tipe kontrak psikologis, kontrak transaksional memberikan sumbangan paling besar dan signifikan terhadap komitmen kontinuans karyawan outsourcing dalam penelitian ini.

The aim of this research is to know the impact of psychological contract on organizational commitment of outsourcing employees in outsourcing company. The participants of this study are 119 outsourcing employees derived from one outsourcing company. The result of this study indicate that psychological contract has a significant impact on organizational commitment and the three components of organizational commitment, namely affective commitment, continuance, and normative. Among the third component of this commitment, psychological contract has a biggest impact and contribution to affective commitment.
Furthermore, transactional contract has a significant impact on organizational commitment level and each of components of organizational commitment. Among the two types of psychological contract, transactional contract has a biggest impact and contribution to continuance commitment of outsourcing employees in this study.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdian Pradhana
"Tingkat persamgan pada setiap industri tentunya meningkat semng dengan berjalannya perkembangan waktu. Dengan adanya kompetisi yang ketat serta akan bergulimya era pasar bebas, maka perusahaan harus semakin pintar dalam meningkatkan kinerjanya sehingga lebih memiliki competitive advantage. Salah satu isu yang kini terus berkembang dalam melaksanakan meningkatkan effisiensi dan juga untuk mengurangi reksiko adalah strategi outsourcing. PT.Multi Teknindo Infotronika (PT.MTI) merupakan contoh perusahaan nasional yang menerapkan strategi outsourcing dalam usaha meningkatkan daya saing perusahaannya.
Outsourcing dilakukan dengan cara melepaskan aktifitas fungsi-fungsi tertentu pada pihak luar sebagai mitra kerja baik menggunakan fasilitas mereka maupun tidak dan dimana fungsi tersebut dinilai tidak berkaitan dengan pengembangan kompetensi inti perusahaan sehingga penggunaan sumberdaya internal dapat dilakukan secara efektif. Pada tingkatan fungsional kriteria pemilihan aktifitas yang akan di outsource mempertimbangkan kompetensi inti dari perusahaan. Hal ini akan membawa dampak strategis pada perusahaan dikarenakan tercapainya kemampuan pertumbuhan yang bekelanjutan (sustainable growth) yangditentukan melalui pembentukan kompetensi inti.
Aktivitas perusahaan yang luas dengan jumlah pegawai yang sedikit dan merniliki mitra usaha menjadikan PT.MTI merupakan kasus yang menarik untuk dikaji mengingat hollow corporation jarang dipraktekkan di Indonesia. Dari kasus ini dihrapkan banyak pelajaran yang dapat diambil.
Permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan sejauh mana kegiatan strategi outsourcing yang dilakukan PT.MTI, dan apa dampaknya bagi perusahaan secara keseluruhan.
Selama ini core competence yang diandalkan PT.MTI adalah fungsi aktivitas marketing. Namun mengingat semakin kuatnya persaingan di industri elektronik saat ini mengakibatkan PT.MTI harus memperhitungkan faktor para kompetitomya. Sehingga agar PT.MTI dapat fokus kepada core bu.siness-nya yaitu sebagai agen distributor sistem dan produk perusahaan Philips maka salah satu usahanya adalah meng-outsource-kan sebagian aktivitas-aktivitas tertentu untuk mengurangi biaya perusahaan.
Dalam thesis yang berjudul "Penerapan Strategi Outsourcing Pada PT.Multi Teknindo Infotronika" ini, penulis bermaksud menganalisa penerapan strategi outsourcing yang dilakukan PT.MTI dan melihat perbandingan efeknya terhadap PT.MTI. Terdapat beberapa Divisi yang sebagian aktivitasnya di-outsource pada para provider-nya, yaitu Divisi Human Resource Development, Divisi Product Management & Customer Support, Divisi Logistics.
PT.MTI merupakan private company dan merupakan bagian dari Philips Groups. PT.MTI memiliki bisnis inti menjual dan memasarkan produk Philips. Perseroan tersebut bergerak dibidang usaha perdagangan, industri dan instalasi alat-alat elektronik, komunikasi, dan peralatan kesehatan. Dengan betjalannya waktu ,PT.MTI telah memiliki keahlian dan pengalaman yang solid dalam menyediakan turnkey integrated total solution kepada customer dengan metode one stop shopping building untuk infrasturktur elektroniknya.
Dari hasil analisis terhadap aktivitas-aliivitas yang terdapat diketiga Divisi ini didapatkan bahwa penilaian kesuksesan outsourcing tidak selalu dilihat dari ada tidaknya penekanan biaya operasi. Karena itu, penting .untuk diingat apa sebenamya tujuan awal penerapan outsourcing pada suatu aktivitas.
Akhirnya pada penutup Bab V, penulis memberikan saran mengenai hal-hal yang dapat dilakukan PT.Multi Teknindo Infotronika untuk meningkatkan manfaat strategi outsourcing-nya, baik secara umum maupun yang spesifik per aktivitas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T11750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>