Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140595 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Surya Nila A. Hamid
"Pabrik Kelapa Sawit (PKS), selain menghasilkan produk Crude Palm Oil, juga menghasilkan buangan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) yang sangat besar. Kandungan bahan organik yang sangat tinggi dari limbah kelapa sawit tersebut berpotebsi menjadi penyebab terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan bila limbah tersebut langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah dengan baik.
Jumlah LCPKS yang dihasilkan dari beberaoa unit proses pengolahan dengan kapasitas 40 ton TBS/jam dengan 16 jam operasi dan rasio limbah cair 0,75 meter kubik/hari.
Bentuk pengelolaan limbah cair yang umum dilakukan PKS di Indonesia adalah dengan cara konvensional yaitu sistem ponding dengan bantuan bakteri. SIstem pengelolaan seperti ini tidak memberikan nilai tambah apapun bahkan limbah akhir yang dibuang ke sungai, dalam beberapa kasus masih menimbulkan kontroversi pencemaran lingkungan. Sebagai usaha untuk meminimalisasi limbah cair PKS adalah dengan cara reuse atau pemanfaatan kembali limbah yaitu dengan aplikasi lahan untuk pemupukan.
Tapi dalam pelaksanaannya, aplikasi ini harus dilakukan dengan hati-hati, mengingat pemberian dosis yang berlebih akan menghasilkan ketidakseimbangan nutrisi dan menimbulkan reaksi kimia yang tidak diinginkan pada tanah. (H-Kittikun et.al., 2000:7)
Penelitian ini hendak mengetahui manfaat dan dampak lingkungan dalam menerapkan sistem aplikasi lahan. Secara khusus penelitian bertujuan 1) mengetahui seberapa besar perbaikan kualitas air Sungai Soi setelah PKS menerapkan aplikasi lahan; 2) mengetahui manfaat ekonomi aplikasi lahan; 3) mengetahui manfaat lingkungan aplikasi lahan; 4) mengetahui manfaat sosial aplikasi lahan; 5) menganalisis biaya dan manfaat sistem aplikasi lahan.
Penelitian ini termasuk penelitian penilaian dan deskriptif yang didukung oleh data sekunder baik kuantitatif maupun kualitatif.
Penelitian dilakukan di PTPN XIII unit Semuntai yang meliputi PKS Semuntai dan Kebun Tabara. Untuk studi dampak mencakup areal perkebunan sendiri dan wilayah Desa Semuntai khususnya di sepanjang aliran Sungai Semuntai dekat Muara Sungai Soi dan Sungai Soi merupakan badan penerima outlet limbah cair PKS Semuntai.
Tahapan kerangka analisis meliputi: 1) Identifikasi pengelolaan limbah cair PKS dan penerapan sistem aplikasi lahan; 2) Mengidentifikasi pengaruh kemudian menghitung nilai manfaat dan biaya yang ditimbulkan sistem aplikasi lahan dengan menggunakan anlisis matematis dan tabel; 3) menganalisis manfaat dan biaya dengan menggunakan analisis Nilai Bersih Sekarang/ Net Present Value (NPV), rasio BC, Internal Rate of Return, IRR untuk mengetahui kelayakan proyek aplikasi lahan ini.
Berdasarkan kerangka analisis tersebut, diperoleh kesimpulan: 1) Penerapan Aplikasi Lahan LCPKS dapat memperbaiki kualitas air Sungai SOi sehingga kadar SS di sungai Soi tahun 1995 diprediksikan mengalami penurunan sebesar 15,91% dari 52, 64 mg/l menjadi 44,26 mg/l. Kadar BOD turun sebesar 70,53% dari 12,32 mg/l menjadi 3,63 mg/l dan COD 60,17% dari 96,92 mg/l menjadu 38,48 mg/l; 2) Dampak ekonomi aplikasi lahan meliputi: a) Efesiensi biaya pupuk dan pemupukan sebesar Rp. 2.788.941/ha/tahun; b) Peningkatan manfaat produktivitas kelapa sawit yang bervariasi dengan manfaat peningkatan produktivitas terendah Rp 198.822/ha/tahun pada usia 23 tahun dan tertinggi Rp 5.053.422/ha/tahun pada usia 12 tahun; c) Biaya Investasi tambahan pembuatan sistem aplikasi lahan bila PKS Semuntai sudah memiliki kolam limbah adalah sebesar Rp 1.355.064.686 dan biaya operasional aplikasi lahan sebesar Rp 188.478.680/tahun; 3) Dampak lingkungan meliputi: a) Manfaat tidak terjadi pencemaran air sungai sebesar Rp 34.761.961/tahun; b) biaya pencegahan dampak lingkungan aplikasi lahan, dinilai dengan biaya pengawasan aliran sebesar Rp 273.588/ha/tahun; c) Aplikasi lahan bermanfaat dalam meningkatkan ketersidaan unsur hara dan berfungsi sebagai irigasi; 4) Dampak sosial aplikasi lahan meliputi; a) manfaat penyerapan tenaga kerja sebesar 3286 hok/tahun dan b) hilangnya pekerjaan sebesar 1105 hok/tahun. 5) Aplikasi lahan layak diterapkan di PTPN XIII unit Semuntai. Alternatif yang sebaiknya dipilih adalah apllikasi lahan dengan skenario 3 yaitu pada siklus 1 dan 2 aplikasi lahan diterapkan saat tanaman berusia 4 tahun. Nilai NPV yang diperoleh sebesar positif Rp. 5.303.660.160 dengan nilai B/C 2,84.
Saran dari hasil penelitian ini adalah: 1) Pelaksanaan aplikasi lahan memerlukan penelitian lebih spesifik mengenai pemilihan lahan yang akan dialiri limbah cair, baik dari segi topografi, kondisi air tanah, dan jauh tidaknya dari pemukiman sehingga diperoleh kondisi lingkungan yang sebenarnya dan penghitungan ekonomi manfaat dan dampak lingunan menjadi lebih akurat. Alternatif penerapan aplikasi lahan adalah dengan menggunakan skenario 3 dalam penelitian ini, yaitu pada siklus 10 tahun pertama, limbah cair dialirkan pada tanaman saat berusia 4 tahun dan siklus 10 tahun kedua, limbah cair juga dialirkan saat tanaman berusia 4 tahun sehingga diperoleh manfaat maksimal aplikasi lahan: 2)dibutuhkan kerja sama yang baik antara pabrik dan kebun sehingga pengawasan dan pengontrolan serta kajian atas perkembangan areal aplikasi dapat berjalan dengan baik. Keberhasilan pelaksanaan aplikasi lahan dan pengaruhnya terhadap lingkungan sangat ditentukan oleh penerapan aplikasi yang benar dan pengontrolan yang ketat; 3) penelitian lanjutan mengenai manfaat langsung dan tidak langsung dari sungai Soi dan Sungai Semuntai sehingga diperoleh nilai dampak yang sebenarnya dari pencemaran pada kedua sungai tersebut.

Besid producing Crude Palm Oil (CPO), Palm Oil Mills (POM) is also producing lots of liquid waste (POME). The Waste contains very high organics which is potentially causing the environmental damage and water pollution if it is dumped without being well processed.
The number of liquid waste is produced from a number of processing units which has 40 tons FFB/hour capacity, with 16 operation hours and the ratio of liquid waste 0.75 metre cubic/ton FFB is similar to 480 metre cubic/day.
The common waste management process in Indonesia is done conventionally by using ponding storage that contains bacteria. According to Kamtoyo (2004), this kind of process has no added value to the environment. In fact, the treated offluent which is dumped to the rivers, in many cases gives controvercially pollution to the good environment. To reduce the waste is to recycle or to reapply it for soil fertilizing and to remake it as compost material.
The land application has become an alternative because it could financially reduce the cost of organic fertiliser, increase productivity etc.
However, in implementation, the land application has to be carried out carefully, as overdose will results in nutrient imbalance and lead to undesireable chemical reactions to the soil. (H-Kittikun et al., 2000:7)
Generally, this research is to know the benefit and the impact of the following was the special of the research: 1) To know the influence of the land application pn the decline in water pollution; 2) To know the impact of the economics; 3) To know the impact of the social; 4) To know the impact of the environment to implement the land application; 5) To analize the cost and the benefit of the liquid waste management with the land application.
This researchs is an assessment research to consider how appropriate an activity is, jdugin from the social, economics and environment aspect. Moreover, this research is also a descriptive research that depicted an activity as it is and is supported by the secondary data, both quantitatively and qualitativwly.
The framework of the analysis is carried out according to some stages; the first stage is: to identify the liquid waste management and the implementation of the land application. The second stage is, to identify the influence and to calculate the value of the benefit and the impact that is caused by the land application using table and mathematical analisys. The third step is to analyse the benefit and the impact by using the Net Present Value (NPV). BC ratio, and Internal Rate of Returns (IRR) analisys to know how appropriate is the application project of this land.
The conclusion of the thesys are: 1) The implementation of the land application of POME can reduce the level of water pollution caused by the existence of the decline in the liquid waste debit that is dumped to the rivers, resulting in the decline of the level of SS in Soi river in 1995 by 15.91% from 52.64 mg/l ti 44.26 mg/l. BOD and COD also experienced an improvement of their respective quality by 70.53% and 60.17%; 2) The economic impacts of the land application are as follows; a) Efficiency of the fertilising cost and operational is RP2,788,941/ha/year; b) There is a variation of the FFB productivity benefit. With the lower productivity benefit Rp 198,822/ha/year and the highest Rp 5,053,422/ha/year; c) The cost of the production of the land application additional investment when POM Semuntai has the waste pond was Rp 1,355,064,686, and the operational cost was Rp 182,018,680/year; d) The prevention cost of the impact of the land application is considered as a cost of the supervision of the current of Rp 273,588/ha/year; 4) The social impacts are as follows; a) Land application need many operational employer; 5) Land application is appropriate and applicable in PTPN XIII the POM Semuntai unit. The best alternatif was alternative with scenario 3. The analysis result of the appropriateness NPV value was positive Rp 5,303,660,160 and B/C 2.84.
The suggestion from this research are: 1) In the implementation of the land application more specific research is needed concerning the land election that will be passed through by the liquid waste, good from the aspect of the topography, ground condition, water condition, and the distance from the local houses. So we are able to get the real condition and are able to get the accurately and economically value of the benefit and the impact of the environment; 2) The good co-operation between the factory and the garden so as the supervision and the controlling as well as the upper study of the development of the area of the application is needed to get it well done. The success of the implementation of the land application and influence towards the envronment is really determined by the implementation of the true application and the tight controlling; 3) The further research concerning the direct benefit and indirectly from Soi river and Semuntai river so as to be received by the actual value of the impact of pollution to the two rivers.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16958
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indang Dewata
"Sumber daya alam terbagi atas tidak terbarukan (non renewable) dan terbarukan (renewable). Salah satu sunnber daya alam terbarukan adalah kelapa sawit yang digunakan untuk bahan baku proses produksi minyak kelapa sawit berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO).
Proses produksi minyak kelapa sawit menghasilkan volume dan konsentrasi limbah cair yang tinggi dan dapat merusak lingkungan perairan, hal ini disebabkan oleh rata-rata kebutuhan air untuk proses pengolahan minyak kelapa sawit yang kurang efisien. Selain itu pengendalian limbah cair kelapa sawit, belum mengintegrasikan 3 butir ciri pembangunan berwawasan lingkungan yaitu layak ekonomi, sosial dan lingkungan.
Penelitian ini dilaksanakan di propinsi Sumatera Barat, populasi penelitian adalah 13 pabrik minyak kelapa sawit dan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi pabrik. Tahapan penelitian dimulai dengan identifikasi proses produksi pabrik minyak kelapa sawit, karakteristik limbah cair yang dihasilkan, beban pencemaran limbah cair, dan metode penanganannya. Tahap selanjutnya adalah mencari peluang penerapan minimisasi, pemanfaatan limbah cair, dan valuasi atas upaya pengendalian pencemaran melalui penerapan kaidahkaidah minimisasi limbah dan pemanfaatanya.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, pengendalian pencemaran limbah cair kelapa sawit berdasarkan analisis biaya dan manfaat yang layak secara ekonomi, sosial, dan lingkungan adalah minimisasi limbah cair dengan metoda reduce, reuse, recycle serta memisahkannya berdasarkan limbah cair konsentrasi tinggi atau High Polluted Effluent (HPE) dan limbah cair konsentrasi rendah atau Low Polluted Effluent (LPE) kemudian dimanfaatkan untuk aplikasi lahan."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
D1545
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oetami Dewi
"Resistensi petani pada umumnya dipahami sebagai bentuk reaksi terhadap ancaman keamanan atau hilangnya mekanisme sosial yang menjamin terpenuhinya kebutuhan subsistensi rumah tangga petani. Ancaman terhadap subsistensi patani itu dapat muncul dari banyak kasus seperti komersialisasi dan kapitalisasi sistem pertanian di pedesaan, intervensi teknologi baru dalam bidang pertanian yang lebih bersifat padat modal daripada padat karya, tekanan demografis, revolusi hijau dan lain sebagainya.
Resistensi petani plasma perkebunan kelapa sawit mulai berkembang setelah produktivitas kebun menurun dan kesejahteraan hidup mereka semakin merosot bersamaan dengan pertambahan populasi penduduk. Petani plasma yang terikat oleh sistem contract farming dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit ini dalam posisi yang sangat tergantung pada perusahaan dan hampir tidak memiliki bargaining position.
Pada sisi lain pihak manejemen PTPN XIII PIR V Ngabang telah berhasil membangun kerjasama yang kuat dengan pemerintah daerah, aparat keamanan dan tokoh-tokoh politik serta tokoh-tokoh masyarakat setempat guna menahan segala bentuk resistensi dari petani plasma dan warga masyarakat di sekitar tapak perusahaan perkebunan tersebut berada. Dengan demikian tidak cukup memadai peluang politik bagi para petani plasma untuk memperjuangkan permasalahan mereka. Dalam kondisi seperti ini maka dapat dipahami apabila petani plasma cenderung memilih bentuk resistensi yang bersifat tertutup atau terselubung seperti pencurian buah kelapa sawit, pembakaran pohon sawit, penanaman pohon karat di areal kebun inti, dan penanaman benih tidak bersertifikat.
Implikasi teoritis yang dapat dipetik dari studi ini antara lain dalam komunitas petani plasma di Ngabang tidak berkembang kesadaran kelas. Kondisi demikian berkaitan terjadi karena belum berkembangnya institusi kepemilikan atau penguasaan tanah pertanian secara individual. Sebelmn PTPN XIII beroperasi di Ngabang, terdapat institusi penguasaan tanah pertanian secara kolektif atau komunal. Kesadaran kolektif yang berkembang pada komunitas petani plasma Ngabang adalah kasadaran akan identitas kultural mereka sebagai masyarakat Dayak yang tidak dapat dilepaskan dari adat dan hukum adat Petani plasma dan orang Dayak pada umumnya memlliki rasa inferioritas yang sensitif apabila identitas kultural terasa dilecehkan maka akan muncul tindakan impulsif untuk membuktikan diri mereka sebagai putra daerah "yang berkuasa" di wilayah tersebut.
Karakteristik tradisional dalam diri petani plasma di Ngabang bukan sekedar bersifat given, inheren dan melekat dalam pola perilaku petani plasma. Namun karakteristik ini berkaitan dengan serangkaian kebijakan pemerintah, tanggapan pihak perusahaan, dan konstruksi identitas yang telah lama dibangun oleh para aktivis LSM yang menegaskan bahwa identitas petani dan masyarakat Dayak pada umumnya adalah sebagai masyarakat adat. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pendapat para ahli bahwa petani memiliki kebudayaan asli yang tradisional. Temuan dalam studi ini menyatakan bahwa karakteristik tradisional dalam diri petani juga merupakan dampak dari proses konstruksi sosial yang dilakukan oleh negara dan Iembaga kapital yang bertujuan menundukkan komunitas petani dan mengambilalih kontrol penguasaan sumber daya alam dari tangan petani. Guna mencapai maksud tersebut, negara melakukan pendekatan teritorialisasi sehingga wilayah "pedalaman" tempat tinggal petani dan tempat keberadaan sumber daya alam berada di bawah kontrol kekuasaan birokrasi negara.
Akibat lebih jauh dari konstruksi idenitas tersebut petani plasma menjadi terjebak dalam konstruksi identitas dan solidalitas yang bersifat sempit dan lokal. Dalam keadaan dernikian perusahaan perkebunan merespon semua bentuk resistensi petani seperti permasalahan konflik adat bukan konflik ekonomi. Dengan konstruksi sosial seperti ini segala bentuk resistensi petani plasma menjadi lebih mudah ditundukkan dan dilokalisir dalam ranah kultural adat dan tidak akan berkembang menjadi perlawanan kolektif skala besar. Temuan ini menunjukan bahwa ?adat? menjadi instrument yang dipergunakan perusahaan untuk melokalisasi resistensi petani plasma Resistensi petani plasma Ngabang tidak cukup dijelaskan dari sisi internal petani seperti mari-teori klasik tentang perlawanan petani yakni ada atau tidak adanya ideologi dan pemimpin namun harus mempertimbangkan faktor kontekstual yakni konstelasi relasi pasar, negara dan komunitas serta motivasi petani untuk memanfaatkan peluang yang ada.
Resistensi terselubung yang dilakukan petani plasma terhadap PTPN XIII di Ngabang bukan bertujuan untuk mengembalikan sistem perekonomian subsisten namun justru didorong oleh motivasi untuk memperbesar akses keterlibatan petani plasma dalam sistem perkebunan kelapa sawit seperti memperoleh penghasilan lebih besar dan manduduki posisi terhormat dalam birokrasi perkebunan. Temuan ini jauh berbeda dengan pernyataan Scott bahwa petani akan selalu mempertahankan sistem perekonomian subsisten karena sistem ini dianggap memberi jaminan pemenuhan kebutuhan pangan keluarga petani. Petani plasma dalam bertindak lebih mengutamakan kepentingan individual dan tidak mempertimbangkan kepentingan kolektif seperti yang dikatakan oleh para pendukung perspektif teori moral ekonomi. Konsepsi teoritis tentang bentuk-bentuk resistensi petani yang dikembangkan oleh para pendukung paradigma moral ekonomi hanya mampu menjelaskan bentuk resistensi terselubung yang dilakukan oleh petani plasma di Ngabang namun gagal untuk menjelaskan dorongan atau motivasi yang melandasi resistensi petani plasma terhadap PTPN XIII PIR V Ngabang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
D789
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mangunsong, Farma
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
S19311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diajeng Wikan Paramastri author
"Pemupukan merupakan aktivitas yang sangat penting karena menyita waktu dan biaya yang tinggi dalam proses produksi. Dengan memanfaatkan pemakaian limbah cair kelapa sawit dapat membantu menurunkan pemakaian pupuk. Penelitian ini berfokus pada skenario biaya pemanfaatan limbah cair kelapa sawit untuk pemupukan di SBU Tandun, PTPN V seluas areal 100 ha. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan limbah cair kelapa sawit yang dapat mengurangi biaya pemupukan dan menganalisis peningkatan produksi jika menggunakan aplikasi limbah cair kelapa sawit.
Model penelitian menggunakan metode statistik One Way ANOVA dan skenario biaya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara diskusi dan pengambilan data sekunder. Sedangkan analisis dilakukan dengan merujuk pada hasil yang didapatkan. Untuk melihat seberapa besar keuntungan yang didapatkan perusahaan per kg TBS yang dijual maka dibuatlah skenario biaya pemasukan perusahaan berdasarkan beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain : produksi, harga Tandan Buah Segar (TBS), harga pupuk dan biaya produksi. Kendala yang dihadapi antara lain : mahalnya harga pupuk dipasaran, fluktuatifnya harga minyak dunia yang mempengaruhi harga TBS. Hasil penelitian menyarankan agar PTPN V memanfaatkan limbah cair kelapa sawit dengan semaksimal mungkin ke areal perkebunan karena terbukti dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

Fertilizing is highly important activity that consumes excessive amount of time and cost in production process. Alternatively, palm oil mill effluent can be used to help minimize the use of fertilizer in production. My research focus on cost scenario resulted from applying palm oil mill effluent during fertilizy phase at PTPN V Tandun Side Bussiness Unit with total area of 100 ha. This research includes quantitative analysis. The objective of this research is to analyze application contemporary utilization of palm oil mill effluent in agri sector which could actually reduce fertilizing costs and increase fresh fruit bunch (FFB) production.
Observation models will be using statistics method. Which done throught One way ANOVA and cost scenario. Data collection and sampling were conducted through direct discussion with estate manager and ground supervisor which supported through cultivation of secondary datas. Result analysis is derived from output generated by the estate. To determine the revenue earned by the company, for each kilo FFB sold. I create cashflow scenario based on the following influental parameters : output, price of FFB, fertilizer costs and production costs. Beside that, external factors such as increase in fertilizer price in the market, global oil price fluctuation also determine the selling of FFB. My research conclude that PTPN V shall maximize utilization of palm oil mill effluent generated from CPO production, since it is proven to reduce production cost and increase output. By managing waste and residual in such a way, PTPN will minimize pollution and becoming go green company.Thus, enhancing its bussiness reputation in the market.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50381
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Pramono
"Tanaman kelapa merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan, salah satunya adalah produk minyak hasil ekstraksi buah kelapa. Minyak ini dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Varietas kelapa yang memiliki oil extraction rate (OER) tertinggi untuk menghasilkan CPO dan PKO adalah jenis kelapa sawit (elais guineensis). CPO dan PKO merupakan bahan dasar untuk produk-produk seperti: minyak goreng, margarine, kosmetik, obat-obatan, dan sebagainya. Dan saat ini CPO juga dapat diolah menjadi biodiesel sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil. Tahun 2005, produksi CPO Indonesia menduduki posisi kedua di dunia setelah Malaysia, dan diperkirakan pada tahun 2010 Indonesia akan menjadi produsen CPO nomor satu di dunia. Kebutuhan penduduk dunia akan CPO selalu meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Indonesia menggunakan 50% produksi CPOnya untuk kebutuhan dalam negeri, sisanya diekspor ke India, China, Korea, dan negara Eropa. Prospek permintaan akan CPO di masa depan akan sangat cerah, hal ini dikarenakan CPO memiliki keunggulan dibanding produk substitusinya. Dari sisi produktivitas dan biaya produksi, kelapa sawit memiliki produktivitas yang lebih tinggi dan biaya produksi yang lebih rendah dibanding produk substitusinya. Pada tahun 2004, PT. XYZ telah melakukan tahapan pembangunan kelapa sawit dan tahun 2008 diharapkan akan berproduksi Tandan Buah Segar (TBS) untuk pertama kali. Untuk dapat memproses TBS lebih lanjut untuk menjadi CPO, tahun 2007 PT. XYZ berencana membangun pabrik pengolahan kelapa sawit, sehingga diharapkan pabrik akan dapat beroperasi di akhir 2008. PT. XYZ telah melakukan investasi berupa tanaman, perkebunan, dan segala infrastruktur pendukungnya melalui modal sendiri. Oleh sebab itu, rencana ekspansi perkebunan dan pembangunan pabrik kelapa sawit membuat PT. XYZ melakukan usaha untuk meningkatkan pendanaan. Alternatif sumber tambahan pendanaan tersebut adalah dengan melakukan pinjaman dari Bank. PT. XYZ telah melakukan pembiayaan dari sebagian investasi awal proyek, hal ini harus dilakukan agar risk of completion dari proyek menjadi minimal. Sehingga para kreditor dapat melihatfeasibility yang positif dari proyek ini. Melalui perhitungan dengan skenario yang dijalankan memperlihatkan bahwa proyek ini dapat dibiayai melalui mekanisme project financing. Dimana arus kas perusahaan dari proyek ini dapat membiayai kewajiban terhadap hutang yang dimiliki. Namun yang menjadi kendala adalah seberapa besar hutang agar value dari proyek ini optimal? Secara teoritis optimasi value dapat dilakukan melalui pendekatan weighted average cost of capital (WACC), dimana metode WACC menggambarkan bahwa proyek secara kontinyu dibiayai secara bersamaan melalui equity dan debt. Secara praktis, value dari proyek dapat dicari melalui iterasi perhitungan trial and error untuk mendapatkan komposisi yang terbaik. Total biaya yang dibutuhkan untuk capital expenditure dari proyek ini adalah sebesar US$129,187,479,-, sedangkan PT. XYZ telah melakukan pembiayaan melalui sub-ordinated slzareholders' loan sebesar US$42,000,000,-. Dari hasil perhitungan, besar pinjaman yang akan dilakukan adalah sebesar US$90,000,000,- dimana penggunaan untuk pembelanjaan capital expenditure sebesar US$67,310,839,-, interest during construction (IDC) sebesar US$18,780150, commitment fee sebesar US$1,288,317,-, dan cadangan sebesar US$2,620,694,-. Komposisi debt-to-equity untuk pinjamanan diatas adalah 68:32. Perhitungan valuasi dengan komposisi tersebut, juga menghasilkan angka yang maksimal yaitu sebesar US$124,524,924. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23066
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Turmudi
"Agriculture is the biggest economic sector in Indonesia, and uses about 95 % of developed land. To optimize agricultural sector in land, recommendation on the availability of technology, location, and specific commodity are required. Those recommendation depend on typology of region that characterized by physical and social economic environment and also social infrastructure as rich asset culture.
This study use landform approach and it is used as mapping unit. Landform data can support information regional potency and would be a database for Indonesian region planning as a whole. Making a good identification of regional potency, tent to reduce of error on plan of using land in the region. The aim of this study were: a). To know distribution pattern and area of land that suitable for agro industry commodity base on delineation of landform and administration; b) To develop spatial model developing of agro industry plantation by comparing between providing of land agro industry and characteristic of landform to achieve sustainable development. The problems that want to be answered is how distribution pattern of land suitability for agro industry commodity and how many land forms are suitable for agriculture.
Data and information are provided on geographic information system (GIS) with user interface is map on scale 1:100.000. Collecting data use observation, systematic and non direct method. Data's consist of primer and secondary. Analysis used ranking method, and qualitative properties. Parameter which used are spatial and non spatial or attribute. Those parameter consist of 11 (eleven) types, those are mean temperature, precipitation, length of dry month, drainage, texture, soil depth, pH, slope, erosion hazard, inundation, and outcrops. Technical of analysis is overlay (for spatial analysis) and joint item (for tabular analysis).
Analysis results showed that the suitable level in Sasamba area are class S2 (moderately suitable), class S3 (marginally suitable), and not suitable (N). Based on administration boundary (kecamatan), showed that the area that is recommended for development of agroindustry (area has more than 20.000 ha) are Kecamatan Samarinda Ilir (26.567 ha) , Samboja (65.576 ha), Loajanan (58.986 ha), Muarajawa (49.073 ha). Based on morphology, land suitability for development of agro industry appointed on plain (79,48 %) and hilly area (20,52 %). Based on morphogenesis, land suitability for development of agro industry located on Denudasional (59,53 %), Fluvial (22,05 %), Marine (12,60 %), Structural (5,82 %)."
2001
T9217
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elif Doka Marliska
"[ABSTRAK
Paradoks kondisi Sumatera Utara selain sebagai penghasil minyak dan gas juga
merupakan provinsi ke-2 terbesar produsen kelapa sawit yang saat ini sedang
mengalami krisis energi listrik. Paradigma perhitungan jumlah potensi dari limbah
cair kelapa sawit (POME) sebesar 94 MW di Provinsi Sumatera Utara yang
seakan-akan bersifat terpusat, kenyataannya besar potensi tersebut tersebar dan
umumnya terletak di kawasan remote area sehingga umumnya menjadi tidak
ekonomis untuk membangkitkan energi listrik dari lokasi tersebut dan disalurkan
kepada pengguna. Alternatif skenario lain yang lebih layak adalah pemanfaatan
limbah cair kelapa sawit (POME) menjadi compress biomethane yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar untuk berbagai kebutuhan yang memiliki tingkat
probabilitas kelayakan NPV>0 sebesar 94,87% dan IRR>suku bunga sebesar
95,18% lebih tinggi dibandingkan skenario pemanfaatan dalam bentuk listrik.

ABSTRACT
The paradox of North Sumatra conditions other than as a producer of oil
and gas is also the 2nd largest provincial producer of palm oil is currently
experiencing a power crisis. Paradigm calculation of the potential amount of
palm oil mills effluent (POME) by 94 MW in the province of North Sumatra that
seemed to be centralized, in fact great potential spread and are generally located
in remote areas that generally becomes uneconomical to generate electrical
energy from the site and distributed to users. Another alternative scenario more
feasible is the use of palm oil mills effluent (POME) into compressed biomethane
which can be used as fuel for various needs that have a probability level of
feasibility NPV> 0 by 94.87% and IRR> interest rate of 95.18% higher than the
utilization scenarios in the form of electricity., The paradox of North Sumatra conditions other than as a producer of oil
and gas is also the 2nd largest provincial producer of palm oil is currently
experiencing a power crisis. Paradigm calculation of the potential amount of
palm oil mills effluent (POME) by 94 MW in the province of North Sumatra that
seemed to be centralized, in fact great potential spread and are generally located
in remote areas that generally becomes uneconomical to generate electrical
energy from the site and distributed to users. Another alternative scenario more
feasible is the use of palm oil mills effluent (POME) into compressed biomethane
which can be used as fuel for various needs that have a probability level of
feasibility NPV> 0 by 94.87% and IRR> interest rate of 95.18% higher than the
utilization scenarios in the form of electricity.]"
2015
T44314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widioseno Sumarah Adimukti
"Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas limbah cair dari pabrik kelapa sawit dengan menggunakan proses perokson, yaitu suatu proses AOP (Proses Oksidasi Lanjut) yang menggabungkan ozon dan hidrogen peroksida sebagai oksidator. Reaktor yang digunakan pada penelitian ini adalah reaktor hibrida ozon-plasma (RHOP). Variasi yang digunakan untuk melakukan uji kinerja proses perokson ini adalah tegangan pada transformator tegangan tinggi dan rasio hidrogen peroksida terhadap ozon. Sebelum dilakukan proses perokson, terlebih dahulu dilakukan pengambilan data tentang kandungan COD, TSS dan fenol pada limbah cair tersebut. Setelah itu, diukur juga kandungan COD, TSS dan fenol setelah perlakuan untuk mengetahui efektifitas dari proses perokson yang digunakan. Dari penelitian ini didapatkan bahwa proses perokson tidak berpengaruh untuk memperbaiki kandungan TSS dan kurang baik untuk memperbaiki kandungan fenol pada limbah cair dari pabrik kelapa sawit, namun cukup baik untuk memperbaiki kandungan COD yaitu dengan efektifitas sebesar 75,59% pada tegangan 11 kV dan rasio hidrogen peroksida ? ozon sebesar 0,4.

The aim of this research is to improve the palm oil plant wastewater quality using peroxone, an AOP (Advanced Oxidation Process) which combines ozone and hydrogen peroxide as an oxidant. The reactor used in this research is Ozone-Plasma Hybrid Reactor (RHOP). In this research, voltage at the high voltage transformer and the ratio of hydrogen peroxide to ozone were varied. Prior to the peroxone process, first performed the data retrieval of COD, TSS and phenol content of the wastewater. Then, measurement on COD, TSS, and phenol content has been executed after doing a treatment to determine the effectiveness of the peroxone process. From this research, it was found that the peroxone process has no effect to degrade the TSS content and less well to degrade the content of phenol, but good enough to degrade COD content with the effectiveness of 75.59% at a voltage of 11 kV and the ratio of hydrogen peroxide - ozone at 0.4."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43472
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>