Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136764 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Studi kesesuaian lahan untuk pengembangan silvofishery kepiting bakau (scylla serrata) telah dilakukan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus 2012. Penelitian dilakukan berdasarkan pengumpulan data dari penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (GIS) untuk pengolahan data spasial."
577 LIMNO 19:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Hasil analisis kualitas air di perairan Teleuk Klabat dan beberapa parameter kimia zat hara dalam tahun 2003 mengindikasikan perairan ini belum tercemar dan masih baik sebagai peruntukan budidaya perikanan dan pariwisata. Berkaitan dengan program pemacuan populasi rajungan di perairan Teluk Klabat, beberapa aspek penelitian masih diperlukan untuk melengkapi informasi tentang perairan Teluk Klabat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi ekonomis penerapan budidaya rajungan di perairan Teluk Klabat. Evaluasi ini meliputi kajian (a) pemantauan kualitas perairan Teluk Klabat secara mikrobilogis dalam tahun 2006; (b) pemantauan stok pakan alami di perairan Teluk Klabat dalam tahun 2006; dan (c) alih teknologi pembenihan rajungan sampai penebaran benihnya di perairan Teluk Klabat dalam tahun 2007. Hasilnya evaluasi menunjukkan bahwa perairan Teluk Klabat Dalam mempunyai stok pakan alami yang sangat melimpah untuk program restocking benih rajungan, yaitu dapat menerima 10 benih rajungan per meter persegi (kira-kira 200 juta ekor benih). Apabila di dekat perairan Teluk Klabat dibangun satu hatchery dengan kapasitas total bak-bak budidaya sebesar 200 ton, maka diharapkan dapat diproduksi dalam waktu 25 hari adalah maksimum 1.380.000 ekor (6,9%) atau rata-rata 1 juta ekor Crab IV. Dalam satu tahun dapat berproduksi minimal 6x1 juta ekor. Bila sintasan benih rajungan di alam dapat mencapai 10% maka produksi rajungan di perairan Teluk Klabat mencapai 600.000 ekor x 100 g = 60.000 kg/tahun, dengan nilai jual minimal Rp. 1,2 milyard. hasil evaluasi ini juga menyarankan sembilan tindakan yang diperlukan untuk mengembangkan suatu model pengelolaan stok rajungan di perairan Teluk Klabat secara berkelanjutan."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Yudana Y.
"Keputusan mengalirkan Lumpur sidoardjo yang berasal dari sumur pengeboran milik PT. Lapindo ke Taut melalui Sungai Porong merupakan keputusan terbaik. Perbedaan karakter antara Lumpur Sidoardjo dengan lumpur yang telah ada di pesisir serta volume yang besar dari lumpur sidoardjo dikhawatirkan akan memengaruhi ekosistem yang ada di Muara Sungai Porong, terutama mangrove.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies mangrove yang ada di Muara Sungai Porong, perbedaan karateristik media Iumpur sidoardjo dengan Iumpur pesisir, kelulushidupan dan pertumbuhan mangrove pada media tanam yang berasal dari Iumpur Sidoardjo (LUSI), Iumpur pesisir Sidoardjo (LUPES) dan penambahan kompos. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember 2006 -. April 2007. Ada 4 spesies yang digunakan dalam penelitian, yaitu Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagai dan Avicennia marina. Propagul keempat spesies tersebut ditanam pada 5 jenis media tanam yang berbeda dan terendarn secara alami oleh pasang aural harian. Tinggi dan jumlah mangrove yang masih hidup dicatat setiap minggu selama 18 minggu.
Secara umum ada 14 spesies mangrove yang ditemukan di Muara Sungai Porong. Avicennia marina dan Rhizophora mucronata merupakan spesies yang mendominasi kawasan tersebut. Analisis pada media tanam memperlihatkan ukuran butir LUSI sedikit lebih besar daripada LUPES. Kandungan unsur C pada LUST (1,51%) lebih kecil dibandingkan LUPES (4,63%).
Persentase hidup setiap spesies pada setiap media tanam berbeda-beda. Rhizophora mucronata mampu bertahan baik.di media LUPES (97%), Ceriops tagal pada media LUSI (100%), LUSI+K dan LUPES (90%) dan Avicennia marina mampu bertahan baik pada semua media dan Bruguiera gymnorrhiza tidak mampu bertahan pada semua media.
Perbedaan media tanam tidak berpengaruh nyala terhadap pertumbuhan Rhizophora mucronata, Avicennia marina dan propagul Ceriops tagal, namun tidak pada Bruguiera gymnorrhiza. Kemampuan toleransi terhadap kondisi Iingkungan, kualitas dari propagul menjadi faktor utama selain karakter dari media tanam. Lokasi di area pasang surut dengan salinitas Tinggi diduga bukan habitat yang cocok untuk Bruguiera gymnorrhiza selain ketersediaan propagul yang terbatas untuk spesies tersebut.

The (government) decision to discharge mud effluent into the sea was believed to be the best solution to overcome the mud volcano problem generated by PT Lapindo drilling well. However, its mud different character and volume suspected will be influence the surounding estuary ecosystem especially the mangrove.
The study aimed to investigate mangrove diversity in Porong estuary where the mud is poured, characteristics of 'Sidoarjo's mud' and orignal coastal mud, and growth and viability of mangrove planted on 'Sidoarjo's mud' (LUSI) and original coastal mud (LUPES) and its combination with organic fertilizer. The study was conducted between Nopember 2006 - April 2007. There were four mangrove species employed for this experiment i.e.: Rhizophora mucronata, 8ruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal dan Avicennia marina. Propagule of those four species was planted on five different planting-medium combination and positioned in mangrove floor where they could naturally inundated by daily tide. The plant height and viability was then recorded weekly for 18 weeks period.
In general there were 14 species of mangrove found in the area, and Avicennia marina and Rhizophora mucronafa were the most dominan species. The difference between LUSI and LUPES medium is mainly on its grain size where LUSI's mostly bigger than LUPES's. The nutrient content was also slightly different where carbon (C) in LUSi was 1,51% while LUPES 4,63%.
Viability of each species on each planting-medium was vary Rhizophora mucronata growth very well (97%) in LUPES medium, while Ceriops tagal growth 100% in LUSI and LUSI+ compost medium and 90% in LUPES medium. Avicennia marina grew in all medium but in contrast, none of Bruguiera gymnorrhiza propagules could growl.
The medium in fact was not significantly influenced the growth of propagule except for Bruguiera gymnorrhiza. High life tolerance to different environmental condition and propagule quality could be more dominant factors influencing propagle growth rather than planting medium. In the case of failure growth of Bruguiera gymnorrhiza, tide regime and water salinity probably were the most dominant cause."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T29019
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Wijaya
"Telah dilakukan penelitian mengenai kepadatan populasi, pola persebaran, morfometrik, kecenderungan waktu makan, dan rekonstuksi lubang pada spesies kepiting Metopograpsus latifrons (White, 1987) di Pulau Panjang, Serang, Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi, pola distribusi, morfometri, pola makan serta rekonstruksi lubang kepiting M. latifrons. Kepadatan kepiting M. latifrons rata-rata di pulau panjang 26 individu per m2, dengan pola persebaran mengelompok.
Hasil penghitungan morfometrik pada masing-masing jenis kelamin allometrik (b≠3), dan tidak terdapat perbedaan signifikan pada jantan dan betina (P<0, 01). Hasil pengamatan pola makan menunjukkan jam makan tertentu pada jenis kepiting tersebut. Hasil rekonstruksi lubang kepiting M. latifrons memperlihatkan bentuk yang bercabang-cabang, namun hanya memiliki satu pintu masuk dan keluar.

Population density, dispersion pattern, morphometric, feeding time, and crab burrow reconstruction was studied for mangrove leave feeder crab Metopograpsus latifrons (White, 1987) in Pulau Panjang, Serang, Banten. This study aims to determine the population density, distribution pattern, morphometric differences between male and female, feeding pattern and burrow reconstruction of mangrove crab M. latifrons. Indirect technique by counting burrow opening have been employed to measure crab population density, average population density of M. latifrons in Pulau Panjang is 26 individual per m2, with clumped dispersion pattern.
Morphometric analysis result shows allometric pattern (b≠3), and shows no significant differences between male and female (P<0, 01). Feeding activities of M. latifrons is time independent. Burrow reconstruction by making resin cast shows branching burrow shape, and only have one opening. However, the importance of burrow morphology is not yet confirmed."
Depok: Unversitas Indonesia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2014
S62704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian digestasi anaerobik telah dilakukan selama 3 tahun dalam 3 sistem percobaan yaitu digestasi
anaerobik satu tahap sistem batch; digestasi anaerobik dua tahap sistem batch dan sistem kontinyu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa teknologi digestasi anaerobik dua tahap lebih efektif untuk mengolah lumpur biologi IPAL industri kertas. Hasil yang diperoleh dari proses digestasi lumpur biologi adalah dapat mereduksi jumlah lumpur sampai 88% dengan kadar padatan meningkat dari 2% ke 6% serta sisa efluen yang lebih mudah diolah. Berdasarkan kajian teknoekonomi pengolahan lumpur dengan digestasi anaerobik dua tahap, dapat
menghemat biaya operasional sebesar 18% dan diperoleh keuntungan lain dari produk samping biogas
sebanyak 1,75 L/g VS.hari dan pupuk organik sebanyak 25 kg/g VS.hari."
620 JSI 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nugroho Budi Susilo
"Provinsi Kepulauan Riau memiliki sumberdaya pesisir dan laut melimpah dengan indeks ekonomi biru tertinggi di Indonesia. Pulau Setunak merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau dengan mata pencaharian masyarakat adalah nelayan. Ketergantungan terhadap sumberdaya pesisir dan laut, dengan mekanisme penangkapan ikan konvensional dan intensifikasi cuaca buruk membuat proses pemenuhan penghidupan menjadi rentan secara ekonomi yang membuat semakin terjebak dalam kemiskinan. Disisi lain, keberadaan ekosistem mangrove di sekitar mereka belum dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini bertujuan: (1) menilai faktor fisik-kimiawi lingkungan, distribusi mangrove, kelimpahan Kepiting Bakau; (2) menganalisis hubungan faktor fisik-kimiawi lingkungan terhadap distribusi mangrove dan kelimpahan Kepiting Bakau; (3) mengukur persepsi masyarakat terhadap budidaya Kepiting Bakau di ekosistem mangrove; dan (4) mengembangkan konsep budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) berkelanjutan pada media wanamina. Dengan metode Line-Transect Plot, Principal Component Analysis, Correcpondence Analysis dan Social Return on Invesment (SROI), penelitian ini diharapkan mampu membangun konsep budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) berkelanjutan. Hasil pengolahan data didapatkan keragaman mangrove sesuai tingkat pertumbuhannya yaitu 11 spesies tingkat pohon, 14 tingkat anakan dan 8 spesies tingkat anakan yang terlingkup kedalam 8 spesies mangrove sejati dan 6 spesies mangrove asosiasi, serta spesies Rizhopora apiculata memiliki kerapatan tertinggi. Stasiun 2 merupakan titik paling ideal terhadap kehidupan KepitingBakau terkait distribusi mangrove maupun faktor fisik-kimiawi lingkungan. Tingkat persepsi masyarakat terhadap ekosistem mangrove di Pulau Setunak dominan netral, sehingga perlu dilakukan intervensi terhadap persepsi tersebut. Melalui program pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan konsep pentahelix antar pemangku kepentingan dan analisis simulasi SROI (yaitu membandingkan input atau investasi terhadap outcome program) Konsep Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata) Berkelanjutan pada Media Wanamina didapatkan indeks 1,65 yang berarti untuk investsi Rp. 1,- akan menghasilkan outcome Rp. 1,65,- yang artinya program tersebut layak untuk diimplementasikan.

The Riau Islands Province has abundant coastal and marine resources with the highest blue economy index in Indonesia. Setunak Island is part of the Riau Islands Province, where the livelihood of the community is fishing. Dependence on coastal and marine resources, coupled with conventional fishing mechanisms and intensified bad weather, makes the livelihood process economically vulnerable, leading to further entrapment in poverty. At the same time, the presence of mangrove ecosystems around them has not been optimally utilized. This study aims to: (1) assess the physical-chemical environmental factors, mangrove distribution, and Mud Crab abundance; (2) analyze the relationship between physicalchemical environmental factors and mangrove distribution and mangrove crab abundance; (3) measure community perceptions of mangrove crab cultivation in mangrove ecosystems; and (4) develop a sustainable Mud Crab (Scylla serrata) cultivation concept using silvofishery method. Using Line-Transect Plot, Principal Component Analysis, Correspondence Analysis, and Social Return on Investment (SROI) methods, this study is expected to develop a sustainable Mud Crab (Scylla serrata) cultivation concept using silvofishery method. Data processing results in the diversity of mangroves according to their growth levels, namely 11 species of tree level, 14 saplings level, and 8 species of seedling level, encompassing 8 true mangrove species and 6 associate mangrove species, with Rizhopora apiculata having the highest density. Station 2 is the most ideal point for Mud Crab life regarding mangrove distribution and physical-chemical environmental factors. The level of community perception of mangrove ecosystems on Setunak Island is predominantly neutral, so interventionis needed to address this perception. Through community empowerment programs with a pentahelix concept approach between stakeholders and SROI simulation analysis (comparing input or investment to program outcomes), The Sustainable Mud Crab (Scylla serrata) Cultivation Concept using Silvofishery Method obtained an index of 1.65, meaning that for an investment of IDR 1, it will produce an outcome of IDR 1.65, which means that the program is feasible for implementation."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sealtial Mau
"Penggunaan energi yang effisien menjadi tantangan dunia saat ini untuk terus ditingkatkan. Berbagai metode terus dikembangkan oleh para peneliti dan ilmuan untuk mencapai apa yang diharapkan. Dalam sistem perpipaan, energi dibutuhkan untuk dapat menggerakkan fluida yang akan dialirkan. Ilmu mekanika fluida berperan penting untuk dapat mengkarakteristik  fluida saat mengalir. Secara umum fluida dibagi menjadi dua kelompok yaitu fluida Newtonian dan non-Newtonian.  Fluida dapat dapat mengalir dengan effisien dalam sistem perpipaan ketika hambatan dapat diatasi. Kerugian energi yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida disebut kerugian jatuh tekanan. Singkatnya, sumber energi pompa untuk sistem perpipaan sebanding dengan hambatan dan fluida yang dialirkan. Pengurangan hambatan dapat dilakukan melalui kontrol aliran yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kontrol aktif dan kontrol pasif. Kontrol aktif diaplikasikan dengan cara menambahkan zat aditif sedangkan kontrol pasif dengan memberi perlakuan melalui geometri saluran perpipaan. Dalam penelitian ini kontrol aktif dan kontrol pasif diaplikasikan. Aplikasi kontrol aktif dengan menambahkan aditif serat nata de coco ke dalam fluida dasar air dan kontrol pasif dengan menggunakan pipa spiral 3-lobe untuk mengalirkan lumpur. Aplikasi serat nata de coco sebagai aditif untuk dapat mereduksi hambatandrag pada buffer region. Konsentrasi yang digunakan ialah 25 ppm, 50 ppm dan 100 ppm yang dialirkan pada rangkaian uji pipa horizontal dengan pengukuran nilai pressure drop pada jarak 1000 mm. Selain itu, aplikasi pipa spiral 3-lobe untuk mengatasi pengendapan aliran lumpur melalui kecepatan tangensial yang dihasilkan oleh geometri pipa spiral itu sendiri. Fluida kerja lumpur yang digunakan dalam penelitian ini divariasikan dalam beberapa konsentrasi yakni Cw 20%, 30% dan 40%. Fluida kerja yang dialirkan melalui sistem perpipaan disetup secara horizontal serta pengukuran 'pressure drop' melalui dua titik dengan jarak 1550 mm. Untuk pengujian debit pada dua metode ini digunakan untuk menghitung bilangan Reynolds. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa aplikasi serat 'nata de coco' pada pipa dapat meningkatkan pengurangan hambatan 'drag' melalui mereduksi 'drag' yang terjadi pada 'buffer layer'. Selain itu, aplikasi pipa spiral untuk mengalirkan lumpur terbukti menurunkan kecepatan kritis pada aliran jika dibandingkan dengan pipa bulat.

The efficient use of energy is a challenge for the world today to increase continuously. Various methods continue to be developed by researchers and scientists to increase the expected. In the piping system, the energy needed to flow the fluid. Fluid mechanics plays an important role in being able to characterize fluid flow. In general, fluids divided into two groups, namely Newtonian and non-Newtonian fluids. Working fluid will be flow efficiently in the piping system when obstacles can be overcome. Energy losses needed to flow the fluid is called the pressure drop. In brief, the energy source of the pump for the piping system is proportional to the obstacles and the streamed fluid. To reduce the obstacles, flow control is used and divided into two groups namely active control and passive control. Active control is applied by adding additives while passive control by treats or change the geometry of the pipeline channel. In this study, active control and passive control applied. Active control by adding nata de coco fiber additive becomes based fluid and passive control by using a 3-lobe spiral pipe to flow the slurry. The application of nata de coco fiber as an additive can reduce drag resistance in the buffer region. The concentrations used are 25 ppm, 50 ppm, and 100 ppm, which are flowed in the horizontal test pipe circuit by measuring the pressure drop at a distance of 1000 mm. In addition, the 3-lobe spiral pipe application to overcome the particle deposition in mudflow through tangential velocity generated by the geometry of the spiral pipe. The working fluid used in this study varied in several concentrations namely Cw 20%, 30%, and 40%. The working fluid that flowed through the piping system set up horizontally and the measurement of pressure drop through two points with a distance of 1550 mm. The mass flow rate testing on both methods used to calculate Reynolds numbers. From the calculation results, it is known that the application of nata de coco fiber in pipes can increase the drag reduction by reducing the drag that occurs at the buffer region. Also, the application of 3-lobes spiral pipe to flow the slurry has been shown to reduce the critical velocity inflow when compared to circular pipes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
D2697
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Yudantoro
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39628
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Imran
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>