Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56818 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Dalam media massa, termasuk majalah, perempuan seringkali ditampilakn sebagai sosok yang pasif dan hanya layak berperan dalam ranah domestik. Hal itu tentunya juga tidak terlepas dari adanya ideologi yang ada dibalik produksi teks dan wacana yang ada dalam majalh itu sendiri."
302 WACA 5:17 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mery Safarwathy
"Dalam media massa, termasuk internet, perempuan seringkali ditampilkan sebagai sosok yang pasif dan hanya layak berperan dalam ranah domestik. Hal ini tentunya juga tidak terlepas dari adanya ideologi yang ada di balik produksi teks dan wacana yang ada dalam intemet itu sendiri. Ideologi gender diduga turut mempengaruhi dan bekerja di balik teks dan wacana yang ada di dalam internet, termasuk website KOWANI. Inilah yang kemudian dikaji dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengungkapkan wacana feminisme yang tertuang dalam website perempuan, serta mengungkapkan kognisi sosial pengelola website perempuan sebagai kesadaran mentalnya yang turut mempengaruhi proses pembentukan teks dalam website perempuan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan teori Culture Studies dari Stuart Hall tentang media sebagai alat ideologi kekuasaan, ideologi gender dalam wacana feminisme, perempuan dan teknologi serta internet sebagai media komunikasi massa. Sedangkan metodologi penelitian yang digunakan adalah paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif, yang memanfaatkan metode analisis wacana kritis Teun Van Dijk. Wacana yang dijadikan unit analisis adalah kumpulan berita yang dimuat dalam website KOWANI mulai dari tanggal 30 Desember 2004 sampai dengan 20 September 2006, dimana akhimya terpilihlah sembilan (9) berita untuk dianalisis dalam penelitian ini.
Hasil penelitian melalui analisis teks, kognisi sosial dan analisis sosial, menunjukkan bahwa masih terjadi bias gender dalam berita-berita yang dimuat dalam website KOWANI tersebut karena pihak penulis/pengelola website KOWANI masih menempatkan perempuan dalam ranah domestik, dimana kesuksesan dan kebahagiaan perempuan hanya terletak pada peranan tradisional mereka sebagai istri dan ibu. Perempuan yang berhasil mengurus keluarganya dan mengutamakan kepentingan keluarganya, dalam hal ini adalah suami dan anak-anaknya, meskipun ia memiliki karir yang baik di ranah publik ataupun memiliki status sosial ekonomi yang tinggi. Hasil penelitian ini telah memperkuat analisis ideologi gender pada aliran pemikiran feminis liberal dan juga teori Culture Studies dari Stuart Hall tentang penggunaan media massa yakni intemet (website KOWANI) sebagai alat ideologi gender kekuasaan (kaum Iaki-laki) dalam mempertahankan status quo-nya dalam budaya patriarki di Indonesia.
Hasil penelitian memberikan implikasi teoritis dan praktis. Adapun implikasi teoritis dari penelitian ini bagi perkembangan ilmu Komunikasi adalah memberikan pemahaman tentang bagaimana media komunikasi massa dalam hal ini internet (website) menjadi alat ideologi kekuasaan (kaum Iaki-Iaki) yang secara tidak sadar telah dihegemonikan oleh pihak Kowani. Selain itu, penelitian ini juga memberikan pemahaman bagaimana ideologi gender melatarbelakangi wacana yang dikonstruksikan oleh media, dikaitkan dengan kajian feminis dalam kegiatan komunikasi massa, terutama pada pola pemberitaannya. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan memperkaya studi analisis wacana dengan paradigma kritis yang membahas masalah ideologi gender, khususnya di media massa internet.
Implikasi praktis dari penelitian ini adalah bahwa website Kowani sebagai media informasi dan komunikasi bagi masyarakat umum, khususnya organisasi anggota Kowani dan jaringannya, tentunya menjadi sarana yang penting bagi pengkonstruksian realitas sosial yang ada di masyarakat selama ini, termasuk ideologi gender yang cenderung melemahkan posisi tawar perempuan. Tanpa disadari, berita-berita yang ada dalam website Kowani yang cenderung bias gender akan semakin memperkokoh ideologi patriarkhi yang selama ini ada di masyarakat, dimana hal itu justru memarginalkan perempuan pada peran domestiknya.
Kendati demikian, dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi langkah awal bagi penelitian sejenis yang diharapkan dapat menjadi salah satu gerakan affirmative action yang akan merubah peran perempuan dan memperkuat posisi tawar perempuan terutama di ranah publik.
Menyadari akan adanya kekurangan dan kelemahan dalam penelitian ini, maka dari hasil penelitian ini, direkomendasikan agar nantinya dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan memperbanyak jumlah website perempuan di Indonesia yang diamati. Dengan demikian diharapkan dapat dilakukan elaborasi yang lebih baik dan mendalam terhadap keberlakuan teori Culture Studies dari Stuart Hall yang mengatakan bahwa media merupakan alat ideologi kekuasaan (kaum laki-laki) yang terjadi di Indonesia dan juga untuk mengetahui keberlakuan ideologi gender yang ada pada website-website perempuan lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ajeng Murti Kusuma Wirasti
"Penelitian kritis ini menggunakan pendekatan strukturalisme dalam menjelaskan wacana ideologi negara dalam pendidikan, yang dilakukan pada periode berlakunya Kurikulum 1975 sampai dengan Kurikulum 1994 Suplemen 1999. Latar belakang yang mendasarinya adalah adanya fenomena bidang pendidikan yang mengalami perubahan-perubahan secara besar-besaran selama rentang sejarah Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran kecenderungan tema-tema ideologi negara dalam teks-teks pendidikan, menjelaskan proses produksi dan konsumsi teks tersebut, serta menggambarkan pengaruh kondisi sosial budaya pada saat teks-teks tersebut dihasilkan. Implikasi teoritis penelitian ini tampak pada penggunaan teori-teori kritis: teori ideologi Althusserian dan teori hegemoni Gramscian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana kritis, dimana analisis pada level teks dilakukan dengan analisis framing model Gamson dan Modigliani untuk menjawab tujuan pertama, analisis pada level praktek wacana menggunakan studi pustaka dan wawancara untuk menjawab tujuan kedua, demikian pula analisis pada level praktek sosial budaya menggunakan studi pustaka untuk menjawab tujuan penelitian ketiga.
Berkaitan dengan tujuan pertama, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tema-tema ideologi negara yang muncul dalam teks-teks pendidikan pada masa antara tahun 1975-2001 adalah sebagai berikut Kurikulum 1975, tema ideologi ketertiban untuk bidang studi PMP dan kemajuan material untuk IPS; Kurikulum 1984 tema ideologi stabilitas dan kemajuan materiil untuk bidang studi PMP, untuk bidang studi IPS adalah tema ideologi stabilitas, untuk bidang studi PSPB tema ideologi kemajuan materiil dan bahaya laten komunisme; Kurikulum 1994 tema ideologi ketertiban dan nasionalisme untuk bidang studi PPKN dan tema ideologi nasionalisme untuk IPS; sedangkan dalam Suplemen GBPP 1999 muncul tema ideologi nasionalisme untuk PPKN dan konstitusionalisme untuk IPS. Secara singkat, tema ideologi negara yang cenderung muncul sepanjang periode tersebut adalah: stabilitas/keamanan nasional, kemajuan materiil/pembangunan, dan nasionalisme/persatuan dan kesatuan.
Berhubungan dengan tujuan penelitian yang kedua, menunjukkan teks-teks yang muncul merupakan hasil proses produksi yang sangat terkontrol oleh negara, dalam hal ini melalui Pusat Perbukuan Nasional, sementara konsumsi teks dikontrol melalui pola-pola pemanfaatan buku dan sistem evaluasi yang menentukan keberhasilan penguasaan teks oleh peserta didik. Pada tujuan yang kedua ini, peneliti menemukan adanya fakta bahwa di dalam proses produksi terjadi kolusi pada proses tender pencetakan buku demi keuntungan ekonomi, sebagai efek sistem kontrol yang sangat ketat dalam proses produksi.
Sedangkan tujuan penelitian yang ketiga menunjukkan bahwa kondisi sosial politik dan budaya yang terjadi pada masa berlakunya Kurikulum 1975 sampai Kurikulum 1994 menunjukkan bahwa pendidikan digunakan sebagai pewarisan moral dengan mengedepankan antiintelektualisme dan anti-kritik, sebagai ciri negara yang menjalankan. pendidikan beridelogi konservatisme reaksioner (fundamentalism). Hal ini sejalan dengan kebijakan politik orde baru yang juga menerapkan sistem kontrol pada level sosial budaya masyarakat, sebagai ciri represi politik orde baru. Sementara Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999 mengarahkan pendidikan lebih humanistik untuk mendorong pembaharuan sosial yang bersifat ilmiah dan rasional, meskipun kadang masih menggabungkan adanya pewarisan moral (fundamentalism liberasionism). Hal ini dikondisikan oleh situasi sosial politik masa reformasi yang menuntut perubahan menuju masyarakat madani.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia merupakan bentuk hegemoni negara pada masyarakat, yang dibangun atas dasar kesepakatan bersama dengan meneguhkan cara-cara lama yang mendorong kembali pada dasar negara (Pancasila dan UUD 1945) sebagai orientasi korektif masa lalu. Penelitian ini menunjukkan bahwa proses hegemoni yang dijalankan berdampingan dengan tindakan-tindakan represif (RSA), misalnya dengan tindakan hukum, pelarangan dan sensor. Akan tetapi proses hegemoni tersebut berhadapan dengan munculnya proses counter hegemony dalam menawarkan pendidikan aliternatif bagi masyarakat, yaitu adanya teks-teks pendidikan yang tidak disahkan negara, munculnya televisi swasta, berkembangnya Internet, dan adanya kelompok-kelompok diskusi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11443
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chatarina Wahyurini
"Proses penanaman identitas sebagai laki-laki maupun perempuan merupakan sebuah proses sejarah yang panjang yang merupakan bagian dari sosialisasi masa kanak-kanak dan berlanjut dibalik konstruksi ekonomi, sosial, politik, budaya yang membentuk wacana dan yang mempengaruhi bagaimana manusia memahami eksisitensi perempuan dan laki-laki dalam komunitasnya.
Peranan media dalam turut mempelopori keadilan gender memang sudah selayaknya. Hal ini mengingat peranan media massa sebagai alat pembentukan opini sangat efektif. Fenomena ketimpangan gender di media massa tidak hanya pada pemberitaan semata, namun mencakup pula pada proses pengambilan kebijakan perusahaan atau manajemen media. Selain itu bias gender dalam pemberitaan para telah menyebabkan tersosialisasikannya ideologi gender dalam masyarakat pembaca atau penontonnya yang tentu saja semakin memperlemah posisi perempuan ketika berhadapan dengan ego budaya patriarki yang telah dibentuk selama berabad-abad lamanya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : Mendeskripsikan berbagai peran gender yang dikonstruksikan dalam tokoh perempuan atau laki-laki dalam majalah remaja Kawanku selama periode tahun 1995 sampai dengan tahun 2003. Dan menjelaskan landasan ideologi gender apa yang digunakan sebagai konsep dasar majalah Remaja di Indonesia yang diwakili majalah Kawanku.
Kerangka Pemikiran yang melandasi adalah paradigma kritis. Asumsi yang mendasari digunakannya paradigma kritis ini disebabkan persoalan gender (feminisme) menekankan kajiannya pada adanya penindasan dan distribusi kekuasaan yang tidak seimbang di masyarakat terhadap kaum perempuan oleh kaum laki-laki. Sedangkan teori feminis yang digunakan adalah perspektif feminisme sosialis . Hal ini disebabkan perspektif ini memberikan kerangka yang komprehensif pada adanya penindasan terhadap kaum perempuan di media massa. Perspektif feminis sosialis memandang media sebagai instrumen utama dalam menyampaikan stereotip patriarkhal dan nilai-nilai hegemoni mengenai perempuan dan feminitas. Media berfungsi sebagai mekanisme kontrol social Menurut perspektif ini , media menampilkan kapitalisme dan skema patriarki . Kontrol social secara langsung menjadi tidak perlu karena ideologi dominan telah diterjemahkan menjadi `sesuatu yang wajar atau dapat diterima secara umum (common sense).' Media memenuhi kebutuhan- kebutuhan struktural dalam masyarakat kapitalis, patriarkis, dan demokratis dengan menstranmisikan nilai-nilai dominan mengenai perempuan yang telah didistorsinya.
Paradigma Penelitian yang digunakan adalah paradigma kritis yang bersifat kualitatif dengan metode analisisnya critical discourse analysis yang melakukan text analysis dan multi level analysis secara intertekstual.
Adapun analytical framework yang digunakan mengacu pada critical discourse analisisnya Norman Fairclough yang terbagi menjadi 3 dimensi yaitu Analisis Text, Analisis Discourse Practice dan Analisis Sociocultural .
Kesimpulannya Peran perempuan yang ditampilkan Kawanku adalah perempuan yang aktif di luar rumah (wilayah publik) tapi tetap `harus' bertanggung jawab terhadap urusan rumah tangga (wilayah domestik) atau peran ganda yang sebenarnya beban ganda. Sedangkan peran laki-laki yang ditampilkan Kawanku adalah laki-laki sebagai pemimpin , pencari nafkah dan lebih bertanggung jawab atau lebih mempertahankan fungsi-fungsi produktif. Tokoh laki-laki ditempatkan sebagai pencari nafkah yang harus bekerja di luar rumah, melindungi dan `mengatur' perempuan.
Kawanku ternyata terjebak pada ideologi patriarki dan kapitalisme. Dibangunnya gagasan peran gender yang masih stereotip dan sub-ordinasi perempuanke dalam benak pembaca Kawanku tidak terlepas dari konteks sosial budaya tempat majalah ini dan para pembacanya tumbuh. Konteks ini adalah lingkungan budaya patriarki yang melingkupi sistem nilai di Indonesia dan sistem kapitalis yang menjadikan perempuan sebagai komoditas. Stereotip dan subordinasi perempuan justru dipelihara dan terus dikembangkan karena diperlukan untuk menghidupkan roda ekonomi yang bersifat bisnis tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafidz Siroji
"Banyak makna tentang ideologi. John B. Thompson (1984) menyebut istilah ideologi memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, istilah itu tampak dalam karya beberapa penulis dan merembes ke beberapa disiplin modern dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Sebagai wacana, makna ideologi bisa berkonotasi positif dan bisa juga negatif. Konotasi positif ideologi setidaknya menunjukkan adanya konsepsi netral tentang ideologi sebagai sistem berfikir, sistem kepercayaan, praktek-praktek simbolik yang berhubungan dengan tindakan sosial dan politik. Steven Vago (Social Change, 1989) memaknai ideologi secara positif dalam bentuk sebagai acuan pokok bagi solidaritas sosial dalam kehidupan kelompok atau masyarakat serta memberi motivasi terhadap pola-pola tindakan yang pasti dan harus dilakukan.
Ideologi bekerja melalui bahasa, oleh karena itu mempelajari ideologi berarti mempelajari cara-cara dimana makna [pemberian makna] secara terus menerus menjalankan relasi dominasi. Bahasa adalah tanda. Oleh sebab itu untuk menemukan ideologi perlu diketahui konteks dimana tanda [bahasa] itu berada dan menurut budaya si pemakai. Sebab sebuah tanda dapat berubah-rubah maknanya sesuai konteksnya, baik konteks itu dalam bentuk kalimat, waktu, tempat, maupun budaya.
Konstruksi ideologi Muhammadiyah dalam kerangka pemikiran Amien Rais dan Syafii Maarif dalam sudut pandang wacana dibangun melalui bahasa [tanda] dalam konteks.
Sejumlah situasi sosial mikro dan makro memberi pengaruh pada gagasan-gagasan dasar kedua tokoh tersebut dalam memahami realitas sosial di lingkungan Muhammadiyah. Dengan asumsi inilah peneliti mencoba menggali, melalui strategi analisis Critical Discourse Analysis [CDA] versi Norman Fairclough, relasi antara pemikiran-pemikiran ideologis Amien Rais dan Syafii Maarif dengan persoalan tekstual, konteks discourse practice dan sociocultural practice.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Muhammadiyah merupakan gerakan, yang dimensi ideologisnya cukup kuat. Secara sejarah, dimensi ideolgis bahkan merupakan satu alasan bagi KH. Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah walaupun dimensi itu berakar dari faktor agama [baca ; Islam]. Dalam perkembangannya, faktor ideologis memberi dampak yang kuat dalam mempertahankan eksistensi Muhammadiyah ditengah gelombang perubahan zaman yang sarat dengan pertarungan ideologi lain dibalik fenomena perilaku sosial politik yang ada. Munculnya ideologi Muhammadiyah seperti Mugaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, serta dimensi ideologis lain semacam Khittah Perjuangan Muhammadiyah merupakan rumusan-rumusan yang dalam konteks zamannya memiliki peran signifikan bagi keberadaan Muhammadiyah.
Rumusan-rumusan ideologis diatas, tentu saja perlu rekonstruksi, seperti dikatakan Syafii Maarif, perlu penyesuaian-penyesuaian dan penafsiran-penafsian yang memadai untuk era kini yang dinamika sejarah dan peradabannya berbeda dengan masa-masa silam. Konstruksi Amien Rais dan Syafii Maa if, menunjukkan adanya benang merah yang kuat dengan konsep-konsep ideologis Muhammadiyah yang telah ada. Tetapi konstruksinya juga menunjukkan sesuatu yang baru yang terjelmakan dalam ideologi praksis yang, dalam level aplikasi, diperlukan Muhammadiyah dalam mengusung program dakwah dan tajdid-nya.
Penelitian ini menyandarkan diri pada paradigma konstruktivisme. Alasannya adalah gagasan Amien dan Syafii yang menjadi sasaran penelitian pada dasarnya merupakan hasil dari suatu proses pembentukan realitas. Sebagaimana diketahui, paradigma ini secara ontology meyakini relativisme, dimana realitas dipandang terdiri dari banyak bagian dan berada dalam pikiran-pikiran manusia, dan secara epistemologis, paradigma ini mengambil sisi subjektivitas dalam anti peneliti dan yang diteliti lebur ke dalam sate entitas tunggal sehingga penemuan secara keseluruhan merupakan ciptaan dari proses interaksi keduanya.
Secara keseluruhan dari hasil studi yang oleh peneliti dinilai telah memadai untuk menjawab persoalan penelitian, dapat dikemukakan bahwa konstruksi ideologi yang digagas oleh Amien Rais dan Syafii Maarif tidak lepas dari sejumlah faktor individu dan faktor sosial dalam dimensi situasi dan zaman yang melingkunginya. Dipihak lain, urgensi ideologi bagi sebuah organisasi sosial keagamaan memiliki nilai yang tinggi dan positif. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dituntut memiliki ruh yang dapat menjadi motor dan pengendali program gerakan dalam membangun kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan. Melalui pembangunan ini diyakini cita-cita Muhammadiyah menjadi mungkin direalisasikan [masyarakat Islam yang sebenar-benarnya]. Secara demikian seluruh konsep-konsep ideologis Muhammadiyah dapat dikelompokkan kedalam dua ideologi yakni ideologi dakwah dan ideologi tajdid, yang komitmen utamanya adalah membangun tatanan yang serba lebih maju dan lebih baik sesuai nilai dan misi Islam.
Ideologi dakwah dan tajdid, pada akhirnya merupakan citra diri Muhammadiyah disepanjang sejarahnya dan tentu tidak boleh berada dalam tataran slogan belaka tetapi harus dibumikan dalam kenyataan memenuhi realitas kehidupan umat sehingga setiap usaha Muhammadiyah bukan sekedar memberi nilai pragmatis sesaat bagi umat tetapi jiiga mendorong terbangunnya kesadaran umat untuk lebih maju dan lebih baik dalam kawasan nilai-nilai Islam. Sosok pimpinan Muhammadiyah dengan kriteria demikian hendaknya menjadi pilihan prioritas dalam tubuh Muhammadiyah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Bur Anwar
"Dunia Islam di Asia dan Afrika di wilayah Timur Tengah adalah wilayah-wilayah yang secara geografis dan kultural sangat kaya dan menjanjikan. Bagi imperialis jalur perdagangan ini sangat baik untuk menopang pembangunan ekonomi dunia Islam yang sejak abad 18 menjadi mitra dagang Eropa dijadikan koloni pada abad 19. Kolonialisme dan Imperialisme barat dimulai dan ini berlangsung sampai dengan abad 20.
Sumber-sumber kekayaan alam di dunia Islam hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang, yaitu kalangan elit pemerintahan, elit ekonomi serta para imperialis dan sebagian besar sumber-sumber vital dikuasakan kepada lembaga-lembaga asing. Keadaan seperti itu telah mengkristal menjadi sebuah struktur sehingga perubahan harus dilakukan baik secara ideologis maupun struktural dalam rangka memperbaiki nasib rakyat secara keseluruhan.
Munculnya Gamal Abdul Nasser pada pertengahan abad 20 merupakan mata rantai diujung lingkaran perjuangan di wilayah Islam, terutama di di timur tengah Arab. Ideologi perjuangan dan sepak terjang politik Gamal Abdul Nasser yang kemudian dikenal dengan sebutan Nasserisme, telah menimbulkan perhatian yang sangat besar, bukan hanya kalangan timur tengah arab tetapi juga didunia internasional. Hal ini karena timur tengah, terutama wilayah Arabnya merupakan wilayah yang menduduki posisi strategis bagi percaturan politik internasional dimana negara-negara besar yang berkepentingan memperbesar pengaruh dan kekuasaannya menjadikan wilayah ini sebagai incaran untuk dikuasai dan dieksploitasi sumber-sumbernya.
Penelitian tesis ini bertujuan untuk memberi kejelasan mengenai sejarah dan karakteristik Nasserisme sebagai ideologi politik yang dikembangkan oleh Gamal Abdul Nasser berdasarkan hal tersebut diatas maka untuk mengarahkan penelitian selanjutnya penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut: "Bagaimana sejarah dan karakteristik Ideologi Politik Pan Arabisme, politik dan ekonomi sosialisme arab yang dikembangkan Gamal Abdul Nasser".
Agar jawaban pokok permasalahan tersebut lebih terarah, selanjutnya penulis memperinci tujuan penelitian ini yang mencakup menganalisis dan mendeskripsikan sejarah dan karakteristik ideologi politik Pan Arabisme, ideologi politik ekonomi sosialisme arab yang dikembangkan oleh Gamal Abdul Nasser di timur tengah Arab.
Dari data yang telah di analisa diperoleh suatu kesimpulan bahwa karakteristik Pan Arabisme dan sosialisme Arab Nasser dapat dimengerti dari berbagai pernyataan persatuan arab untuk menjaga identitas, berkat martabat, dan kepentingan regional arab dan menghapus pengaruh-pengaruh imperialisme ekonomi barat yang kapitalistik.

By the cultural and geography the Islamic world in Africa and Asia on middle east territory was the territories which was very rich and promising for the imperialist, this trade way was very good to hold the economic development, since the 18th century the Islamic world got Europe trading company was become a colony in the 19th century. West Imperialism and Colonialism was begun and this is happening until the 20th century.
Natural resources in the Islamic world was only felt by a little part of people, such as government elite society, economy elite and Imperialism and a big part of vita, resources was held to foreign institutions. The situation was like be done not only ideologies but also structural in order to repair people destinies entirety.
Gamal Abdul Nasser appeared in the middle of the 20th century as a link in the end of struggle circle in the Islamic territory, especially in Middle East. Struggle Ideology and Politic of Carnal Abdul Nasser, which was known as Nasserism. It had appeared attention that is very big, not only in Middle east but also International. It was because middle east, especially its Arab territory, was a territory which held a strategy position to international politic, where big countries authority to be large their power and influence became this territory as a target to be held and exploitation their resources.
This thesis research aimed to give an explicit about Nasserism Characteristic and history as a politic Ideology that was developed by Gamal Abdul Nasser. Based of matters above, so that, to direct next research, the writer formulates subject of problem: "How characteristic and history of Arabism Pan Politic Ideology, Arab Socialism Economic and Politic which expanded by Carnal Abdul Nasser".
In order problem subject answer is more direction, the writer explains this research aim, which scope history description and analyze and characteristic of Arabism Pan Politic Ideology, Arab Socialism economy politic ideology that was expanded by Gamal Abdul Nasser in Middle East.
This research thesis is a history research category is observed from complex problem which is researched, and is observed from research sources is literature research.
From date, which had analyzed it, got a conclusion that the characteristic of Arabism Pan and Nasser Arab Socialism can be understood from all kinds of Arab society statement to keep identity, dignity and Arab Regional importance and deleting of Capitalistic west economy Imperialism influences.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardila Fitriani
"Skripsi ini membahas fungsi ideologi PDI Perjuangan dalam perumusan UU BPJS. Untuk membahas hal tersebut, skripsi ini meggunakan metode kualitatif dengan instrumen wawancara mendalam dan studi dokumen untuk pengumpulan data. Temuan penelitian yang diperoleh bahwa UU BPJS ini adalah manifestasi nilai keadilan sosial dan gotong royong dari ideologi Pancasila PDI Perjuangan. Selain ideologi, landasan perjuangan PDI Perjuangan dalam UU ini adalah Dasa Prasetya partai sebagai ideologi kerja partai dan perintah Rakornas III di Bali. Pembuktian adanya fungsi ideologi dalam perumusan UU ini terlihat dari usulan pasal dan perdebatan pasal yang mengandung nilai ideologi partai. Selain itu,terdapat kekuatan ekstra parlementer yaitu Komite Aksi Jaminan Sosial yang mendorong disahkannya UU ini. Berdasarkan temuan tersebut terbukti bahwa PDI Perjuangan merupakan partai ideologis. Hal ini karena ideologi mempengaruhi strategi pemikiran aktor-aktor partai ini dalam perumusan UU BPJS.

This research explains the function of PDI Perjuangan (Indonesian Democratic Struggle Party) in BPJS (Social Welfare Caretaker Body) Law making process. The method used in this research is qualitative with in-depth interview and document study as instruments to collect the data. This research founds that BPJS Law is the manifestation of social equality and communality of Pancasila, the ideology of PDI Perjuangan. In addition, the struggle foundation of PDI Perjuangan is DasaPrasetyaPartai (10 party's paradigm) as their working ideology, which is derived from 3rd National Congress in Bali to strengthening the ideology of the party. In the BPJS Law making process, PDI Perjuangan sounds their demands, which contains ideological value on each demands. Beside of that, there are driving force outside parliament, which is KAJS (Social Walfare Action Committee), who always influencing the goal of this law making process. Based on that founding, thesis that PDI Perjuangan is the ideological party in the BPJS Law making process has been proven."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S45849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hebdige, Dick
Yogyakarta: Buku Baik, 1999
140 heb a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Meilinawati Rahayu
"Tesis ini membahas dua drama karya Utuy Tatang Sontani: Sangkuriang - Dayang Sumbi (1953) dan Sang Kuriang (1959). Walaupun bersumber dari folklor yang sama, kedua teks ini ditulis dalam dua periode yang berbeda sehingga dianggap berkemungkinan untuk mengandung ideologi yang berbeda. lni terutama karena teks Sang Kuriang ditulis setelah penulisnya, Sontani, menyatakan afiliasinya dengan PKI (Partai Komunis Indonesia) melalui keanggotaannya dalam Lekra pada tahun 1959. Penelitian ini menggunakan teori strukturalisme Greimas dan teori isotopi yang dikemukakannya. Dari hasil penelitian ditemukan banyak perbedaan dari kedua drama tersebut. Perubahan ini dimaknai dengan pemaknaan tataran kedua (konotasi) dalam kerangka semiotik Barthes. Dari hasil analisis ditemukan bahwa perubahan dalam kedua teks itu bersifat ideologis seperti tampak dari perubahan tokoh, latar, alur, dan tema.

This thesis discusses two dramas written by Utuy Tatang Sontani: Sangkuriang - Dayang Sumbi (1953) and Sang Kuriang (1959). Written in different periods of time, the dramas were assumed to reflect differences in their ideologies. Both texts were developed from one Sundanese folklore by a writer assumed to write those texts with different ideological underpinnings. The latter text, Sang Kuriang, was written after Sontani proclaimed his political affiliation to PKI (Partai Komunis Indonesia/Indonesian Communist Party) in 1959. To investigate and explore these presumed ideological differences, a semiotic-based structural analysis, using Greimas theory on isotopy, was conducted on both texts. Findings from this analysis were discussed within the framework of Barthesian semiotics to disclose the connotative meanings of both texts. The analysis disclosed that differences found in both texts were ideological because of the shifts in various aspects of the texts such as characterization, setting, plot, and theme."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>