Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180693 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Berbagai perilaku hidup yang tidak bersih dan tidak sehat masih dapat dijumpai di pesantren-pesantren salafi/ tradisional di perdesaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa budaya hidup sehat di pondok pesantren salafi tidak memenuhi pola hidup sehat. Hal ini dapat dilihat pada indikasi kesehatan yaitu santri dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar kurang sehat karena masih banyak kekurangan
seperti terlalu banyak jumlah santri yang menyebabkan kumuh dan berdesakan dan masih kurangnya ventilasi
dalam kamar yang menyebabkan lembab. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sosialisasi sanitasi diri
dan lingkungan melalui poskestren berkaitan dengan inovasi, waktu, saluran, dan sistem sosial memberikan
pengetahuan dan mengubah perilaku santri untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar, membuat ventilasi yang cukup dalam kamar atau tempat tinggal, membudayakan pola perilaku hidup sehat
dengan ditambah olahraga senam, jogging dan lainnya, mengkonsumsi air yang matang, istirahat dengan cukup dan gunakan alas tidur dengan kasur atau karpet. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
di pesantren salafi di perdesaan yang dilakukan secara terus menerus dengan cara mendekatkan akses pelayanan kesehatan berhubungan dengan upaya memberdayakan santri dalam bidang kesehatan diri dan lingkungannya. Kesimpulan penelitian bahwa
poskestren di pesantren salafi yang terletak di kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi merupakan langkah pendekatan edukatif untuk mendampingi (memfasilitasi) santri di pesantren untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses perubahan sikap positif dalam pemecahan masalah-masalah kesehatan (sanitasi diri dan lingkungan) yang dihadapinya."
384 JKKOM 3:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian yang dilakukan ialah untuk mengetahui penyebaran informasi sosialisasi Kamtibmas, peran Bagian Binamitra dan masyarakat dalam sosialisasi Kamtibmas, interaksi Bagian Binamitra dalam kegiatan Kamtibmas dengan masyarakat, partisipasi masyarakat dalam kegiatan Kamtibmas. Metode penelitian berupa deskriptif survei. Populasi yang dipilih sebagai responden secara acak ialah sebanyak 59 orang. Teori difusi inovasi diterapkan dalam penelitian ini, asumsinya bahwa pengetahuan seseorang diterpa kesadaran akan inovasi dan memperoleh pemahaman bagaimana fungsinya sehingga akan terbentuk
sikap yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap inovasi. Hasil penelitian diantaranya: (1) Penyebaran informasi sosialisasi Kamtibmas yang dilakukan Bagian Binamitra Polresta Bandung Timur kepada masyarakat mengetahui adanya penyebaran informasi penyebaran informasi yang disampaikan sehingga mereka mengikuti sosialisasi yang diselenggarakan. (2) Peran Bagian Binamitra dan masyarakat dalam sosialisasi Kamtibmas yang baik dan bertanggung jawab atas keberlangsungan keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat dan tingginya sikap masyarakat yang cenderung untuk lebih memotivasi, berpartisipasi, dan melaksanakan Kamtibmas di lingkungannya dengan efektif secara perorangan maupun bergotong royong dengan warga lainnya. (3) Interaksi Bagian Binamitra dalam kegiatan Kamtibmas dengan masyarakat, dilakukan baik secara langsung tatap muka, penyuluhan, maupun disampaikan melalui RW. dan RT. setempat dengan tingkat sedang masyarakat bersikap akan kegiatan
interaksi tersebut. (4) Partisipasi
masyarakat dalam kegiatan Kamtibmas dengan program kerja dan program kegiatan Binamitra yang
membuat masyarakat cenderung aktif dan apresiatif dengan Binamitra untuk bersama-sama melakukan
menjaga Kamtibmas yang berada di setiap kecamatan dan kelurahan"
384 JKKOM 3:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Prio Adi Sulistyo
"Persaingan dalam dunia bisnis Departement Store makin meningkat dengan bertambahnya organisasi yang terjun ke dalam bisnis ini dengan mutu yang semakin baik. Dengan persaingan yang begitu ketat sekarang ini, menuntut setiap perusahaan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungannya. Perusahaan yang tidak mampu melakukan hal ini tentunya akan menjadi tertinggal. Oleh sebab itu, setiap informasi yang berasal dari lingkungan perusahaan menjadi sangat penting guna penyusunan strategi penyesuaian yang akan dilakukan. Hal demikian juga berlaku bagi Sarinah Departement Store.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis informasi yang dibutuhkan oleh Sarinah Departement Store sehingga terlihat elemen-elemen lingkungan yang mempengaruhi perusahaan tersebut. Selain itu penelitian ini juga bermaksud menggambarkan rancangan organisasi dan pola komunikasi yang diterapkan perusahaan berkaitan dengan informasi sebagaimana dimaksud di atas.
Penelitian penulis dengan pendekatan yang bersifat kualitatif, melalui pengumpulan data lewat observasi, wawancara terarah, dan wawancara kuesioner terhadap 5 orang responden memberikan gambaran bahwa Sarinah Departement Store membutuhkan informasi yang berkaitan dengan elemen tenaga kerja, kondisi keuangan, pesaing, teknologi, bahan baku, serta pemasok.
Selanjutnya, dalam mengelola setiap informasi yang masuk berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan tadi, Sarinah Departement Store merancang organisasinya dengan menempatkan inti perusahaan sebagal unit utama dan pusat dari setiap proses pengolahan informasi dan pengambilan keputusan. Hasil dari pengolahan tersebut, biasanya berapa kebijaksanaan tertentu, disampaikan kepada Divisi untuk dilaksanakan.
Berdasarkan rancangan demikian, maka pola komunikasi perusahaan ini dapat digolongkan ke dalam kelompok pola komunikasi yang berbentuk rantai (chain), karena arus komunikasi berlangsung dari atas ke bawah melalui saluran yang resmi serta pengambilan keputusan yang disentralisasikan pada inti perusahaan.
Persoalan muncul berkaitan dengan masalah waktu dalam pembuatan keputusan dan penyebarannya yang dinilai masih terlalu lama, sehingga langkah-langkah yang dinilai harus segera diambil menjadi terlambat. Ini berarti keterlambatan perusahaan untuk menyesuaikan diri.
Memperhatikan hal demikian, penulis menyarankan agar diberikan otonomi bagi unit-unit yang ada untuk memproses dan mengambil keputusan sesuai tingkatan informasi yang diterima. Informasi strategis oleh Direksi, Informasi manajerial oleh Divisi, dan informasi teknis oleh Bagian didukung komunikasi horisontal dan lateral serta komunikasi informal yang diciptakan dengan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sr. Michael Sumiyati
"Penelitian ini berangkat dari adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang ada mengenai penguasaan Teknik Komunikasi Sosial siswa SMPS yang pada umumnya lebih rendah dari bidang studi lainnya yang di Ebtanaskan. Penelitian ini mengkaji keterkaitan antara inteligensi, kecakapan sosial, sikap siswa terhadap bidang studi teknik komunikasi sosial dan konsep diri, terhadap penguasaan teknik komunikasi sosial siswa.
Berdasarkan kajian teori diajukan enam hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya. Penelitian dilakukan pada siswa SMPS Marsudirini Jakarta kelas tiga semester enam tahun ajaran 1991/1992. Berdasarkan perhitungan korelasi sederhana, parsial dan korelasi ganda, hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis 1 yang berbunyi, ?ada hubungan yang positif dan signifikan antara inteligensi dengan Penguasaan Teknik Komunikasi Sosial? ditolak atau tidak terbukti.
2. Hipotesis 2 yang berbunyi ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecakapan sosial dengan Penguasaan Teknik Komunikasi Sosial" ditolak
3. Hipotesis 3 yang berbunyi, "ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap siswa terhadap Teknik Komunikasi Sosial dengan Penguasaan Teknik Komunikasi Sosial" ditolak.
4. Hipotesis 4 yang berbunyi, "ada hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri siswa dengan Penguasaan Teknik Komunikasi Sosial? ditolak.
5. Hipotesis 5 yang berbunyi, "ada hubungan yang positif dan signifikan secara bersana-sama antara inteligensi, kecakapan sosial, sikap siswa terhadap Teknik Komunikasi Sosial, dan konsep diri dengan Penguasaan Teknik Komunikasi Sosial" ditolak.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kelima hipotesis tersebut dalam penelitian ini ditolak atau tidak terbukti. Selanjutnya dengan hasil temuan itu diajukan saran-saran yang berkaitan dengan pengajaran TKS antara lain; agar dikembangkan sifat asertif siswa melalui jalur pendidikan formal yaitu sekolah maupun pendidikan informal yaitu dalam keluarga. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperluas sampel penelitian, menggunakan alat ukur yang sudah dibakukan dan metode pengumpulan data secara terpadu, serta dimanfaatkannya hasil penelitian ini sebagai salah satu bahan masukan dalam upaya peningkatan penguasaan Teknik Komunikasi Sosial. Selain itu perlu ditambahkan variabel minat dan motivasi dalam penelitian ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Hermawan
"Komunikasi pemasaran sosial dilakukan dengan tujuan akhir mengubah perilaku khalayak masyarakat agar menjadi lebih baik dari sebelumnya Komunikasi pemasaran sosial yang dilaksanakan akan lebih efektif hasilnya bila didasari pada strategi komunikasi dan perencanaan yang tepat.
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 1996 ini sudah lama diterbitkan, diundangkan, dikomunikasikan, dan diinformasikan dalam bentuk sosialisasi dengan Program kegiatan komunikasi dan informasi yang telah dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Propinsi DKI Jakarta, namun hasilnya belum maksimal karena masih banyak anggota masyarakat yang belum mengetahuinya (hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya anggota masyarakat yang terjaring Operasi Yustisi Kependudukan).
Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif yang bersifat deskriptif evaluatif. Penelitian berusaha memberikan gambaran bagaimana program kegiatan komunikasi dan informasi sosialisasi yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Propinsi DKI Jakarta serta evaluasinya.
Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media, baik media massa tidak langsung maupun media langsung/tatap muka masih terbatas. Tidak tersedianya sumber daya manusia atau pegawai yang kompeten, tidak adanya pegawai yang memiliki latar belakang komunikasi, dan tidak adanya wawasan yang luas dibidang komunikasi masih menjadi hambatan, kondisi seperti ini akan berdampak pada kesempurnaan penerimaan pesan yang didapat masyarakat Peran serta masyarakat dalam mewujudkan tertib administrasi, registrasi, dan pengendalian penduduk masih belum sesuai harapan. Akhirnya proses pertukaran kebutuhan seperti yang diisyaratkan oleh Pemasaran Sosial sulit untuk terwujud.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk perbaikan program kegiatan komunikasi dan informasi, diawali dengan pembentukan dan penetapan blueprint strategi komunikasi terpadu yang diiringi dengan monitoring dan kontrol. Perencanaan strategi komunikasi sebaiknya didasari pada hasil segmentasi masyarakat agar apa yang dibutuhkan masyarakat dapat diketahui dengan pasti."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Ayyesya Fajrilla Firdausya
"Penelitian ini mengkaji sikap bahasa untuk melihat pengaruhnya terhadap pengungkapan perasaan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam hubungan kekasih dengan menggunakan teori sikap bahasa Agheyisi, R., & Fishman, J. A (1970) dan mengaitkan faktor pembentuk sikap bahasa Garret (2010). Penelitian ini menggunakan ancangan metode campuran, yaitu kualitatif dan kuantitatif, dengan menggunakan kuesioner dan wawancara dalam pengambilan data. Dalam penelitian ini, sebagian besar responden (58,39%) menunjukkan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Namun, dalam pemakaiannya, sebagian besar (55,77%) mengaku menggunakan bahasa Inggris untuk mengungkapkan perasaan terhadap pasangan mereka.

This research investigates the influence of language attitudes on the expression of affection in which Indonesian and English were used in relationships with the help of language attitudes theories as described by Agheyisi, R., & Fishman, J. A (1970) as well as structural relations of attitudes theories as described by Garret (2010). This research is conducted using a mixed model of qualitative and quantitative research, whereas the data collection process utilized surveys and interviews. It is found that the expressions of affection using Indonesian receive more positive responses (58,39%) as compared to English. Even so, expressions of affection using English is more often found (55,77%) than expressions of affection using Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Panca Hari Prabowo
"Setiap organisasi mengalami perubahan karena tekanan dari lingkungan luar dan juga dari dalam organisasi itu sendiri. Agar perubahan dapat berhasil dibutuhkan visi dan misi yang tegas. Untuk itu diperlukan pimpinan yang dapat mengarahkan karyawan memahami visi dan misi terkait perubahan tersebut.
Komunikasi internal organisasi yang dilakukan oleh pimpinan menjadi sangat penting, oleh karena itu penelitian ini akan meneliti perihal komunikasi internal organisasi terkait komunikasi atasan dan bawahan Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA yang saat ini merupakan satu-satunya kantor berita milik pemerintah dianggap layak untuk menjadi subjek penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Perspektif yang digunakan adalah objektivis.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan narasumber di ANTARA yang dianggap memiliki kompetensi dan relevansi dengan penelitian ini. Selain wawancara data juga diperoleh melalui dokumen dan studi pustaka. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengamat dengan membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan melakukan pencatatan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam masa transisi, komunikasi antara atasan dan bawahan dalam hal ini manajer tingkat atas dengan karyawan tidak berjalan efektif sehingga sosialisasi tidak berjalan dengan baik akibatnya iklim organisasi tidak seperti yang diharapkan sehingga menimbulkan situasi yang tidak menenti di kalangan karyawan.
Disarankan dapat dibuatnya program sosialisasi visi dan misi kepada karyawan dan juga perlu dilakukan audit komunikasi untuk mengevaluasi sistem komunikasi internal organisasi sehingga tujuan dari sosialisasi visi dan misi baru dapat berjalan dan pada akhirnya tujuan organisasi yang merupakan kesepakatan semua pihak dalam organisasi dapat dilakukan dengan baik sehingga organisasi dan juga karyawan tidak berada dalam situasi yang tidak menentu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Alvernia Wijaya
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan sikap konsumen pro-social dan pro-self terhadap iklan dengan pendekatan green dan non-green. Pro-social dan pro-self merupakan pengelompokkan individu berdasarkan social value orientation yang menunjukkan preferensi atas distribusi hasil untuk diri sendiri dan orang lain. Social value orientation umumnya digunakan untuk menjelaskan situasi dilema sosial, yaitu situasi ketika seorang individu dihadapkan pada sebuah konflik sosial antara berlaku atas kepentingannya sendiri atau kepentingan kelompok. Konsumen di negara berkembang, termasuk Indonesia, dihadapkan pada situasi dilema, antara mendapatkan produk praktis dan lingkungan yang baik.
Penelitian ini menggunakan eksperimen desain faktorial 2 (social vs self) x 2 (green vs non-green) between subject design. Sejumlah 71 partisipan dikumpulkan dalam sebuah laboratory experiment dengan stimulus berupa print ad produk pelembut pakaian. Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap secara signifikan antara individu pro-social dan pro-self terhadap iklan dengan pendekatan green dan non-green. Akan tetapi, baik pro-social maupun pro-self memiliki sikap yang lebih positif terhadap pendekatan green.

This study is aimed to see the attitude differences between pro-social and pro-self consumers towards green and non-green advertisement. Categorization of pro-social and pro-self is based on social value orientation, which shows the preferences of result distribution between self and others. Social value orientation is commonly used to describe a social dillema situation, a situation when an individual faces social conflict, to act for self interest or group interest. Consumers in developed countries, including Indonesia, are facing a diplomatic situation, between getting a practical product and a good living environment.
This study used factorial design experiment with 2 (social vs self) x 2 (green vs non-green) between subject design. A number of 71 participants were gathered in a laboratory experiment with print ads of fabric care product as the stimulus. A Mann-Whitney test showed that there was no significant differences between pro-social and pro-self consumers towards green and non-green advertisement. However, both pro-social and pro-self have a more positive attitude towards green approach.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Limbong, Mesta
"Dalam era globalisasi yang semakin berkembang saat ini, peran sebagai "ibu" tetap dituntut berfungsi secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan anaknya, khususnya anak prasekolah sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Secara teoretis masa usia prasekolah adalah masa terpenting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia ini, bisa saja timbul stagnasi dalam usaha memenuhi tugas-tugas perkembangannya jika tidak diberi dukungan dan kesempatan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah; apakah ada hubungan pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah; apakah ada hubungan perkembangan kemampuan sosialisasi dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah, serta untuk mengetahui apakah ada perbedaan: perkembangan kemampuan sosialisasi, perkembangan kemampuan komunikasi dan pola komunikasi keluarga pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta, melibatkan 142 anak usia prasekolah dari 8 Taman Kanak-kanak. Dengan rincian 71 anak mewakili kelompok ibu bekerja dan 71 anak lainnya mewakili kelompok ibu tidak bekerja. Untuk melihat hubungan pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah, hubungan pola komunikasi dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah, serta hubungan perkembangan kemampuan sosialisasi dan perkembangan kemampuan komunikasi dari anak usia prasekolah digunakan analisa korelasi. Sedangkan teknik untuk menguji perbedaan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah, perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah, pola komunikasi keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja digunakan uji beda rata-rata.
Temuan-temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positip dan bermakna antara pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah. Di peroleh hasi l 0,201 dan signifikan pada taraf 5 %. Berarti antara pola komunikasi keluarga dan perkembangan kemampuan sosialisasi ada korelasi positip. Selanjutnya ada hubungan yang positip dan signifikan antara perkembangan kemampuan komunikasi anak dan pola komunikasi keluarga. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pola komunikasi keluarga yang digunakan, berarti akan meningkatkan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah.
Hubungan antara perkembangan kemampuan komunikasi anak dan perkembangan kemampuan sosialisasi anak diperoleh sebesar 0,446 dan signifikan pada taraf 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat perkembangan komunikasi akan semakin meningkat pula perkembangan kemampuan sosialisasinya.
Untuk pola komunkasi keluarga dari Ibu bekerja dan Ibu tidak bekerja, tidak terbukti ada perbedaan. Ibu bekerja dan Ibu tidak bekerja dalam sampel penelitian ini cenderung menggunakan pola komunikasi keluarga protektif, yaitu komunikasi orientasi sosialnya tinggi, sedangkan komunikasi orientasi konsepnya rendah, hasilnya sebanyak 77 sampel (54 %). Untuk pola komunikasi keluarga Laisser-faire dengan komunikasi yang orientasi sosial maupun komunikasi orientasi konsepnya rendah sebanyak 26 sampel (18 %). Pola komunikasi keluarga pluralistik yaitu dengan komunikasi yang berorientasi sosial rendah dan komunikasi berorientasi konsepnya tinggi sebanyak 7 sampel (5 %). Sedangkan Pola Komunikasi Konsensual dimana komunikasi yang berorientasi sosialnya maupun komunikasi orientasi konsepnya tinggi sebanyak 32 sampel (23 %).
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan kemampuan komunikasi anak, dari kelompok Ibu bekerja maupun Ibu tidak bekerja. Ini menunjukkan bahwa perkembangan kemampuan komunikasi anak pada usia prasekolah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bekerja/tak bekerja Ibu. Apapun aktivitas dan tanggung jawab Ibu, nampaknya tetap memperhatikan perkembangan kemampuan komunikasi anak-anaknya. Ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah pada Ibu bekerja dan tidak bekerja. Dibuktikan dari uji coba peluang rata-rata sebesar 0, 0166 pada tabel 4.10."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-3911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Graeff, Judith A.
Yogyakarta: Gajah Mada, 1996
302.2 GRA k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>