Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84261 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This research describes religious symbols at rumah gadang Abai
Sangir Solok Selatan. The symbols lay on walls, stairs, doors, and
windows. Using the descriptive qualitative method and Paul Ricoer
theory, the research shows that the society put on their belief on those
symbols. How they live as person and society described on the symbols. "
390 WE 2:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Stasya Desnafira
"Argumen yang dimuat pada artikel kualitatif ini menekankan bahwa konsumen dari negara-negara berkembang cenderung percaya dan lebih menghendaki berbagai produk dari negara maju karena memiliki kemampuan sebagai peningkat status sosial si pengguna. Dengan begitu, superioritas yang tidak terbantahkan melalui konsumsi produk berstatus merupakan dasar pikir yang cenderung dianut oleh masyarakat modern. Spesifik ke dalam fokus penelitian, argumen sebelumnya ditemukan pada lingkup merek kosmetik luar yang mendominasi preferensi mayoritas perempuan kota di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), Indonesia. Mengacu pada survey online tahunan tertentu yang ditujukan pada 713 hingga 866 perempuan urban di Jabodetabek, dominasi merek kosmetik luar terdiri dari Amerika Serikat, Perancis, Korea Selatan, dan Inggris. Menggunakan bingkai pemikiran teoritis dari Bordieu mengenai pentingnya modal simbolik, didapati bahwa individu mengaitkan pembedaan status melalui konsumsi berdasarkan apa yang pihak lain anggap sebagai produk dengan status superior. Lebih jauh lagi, konsumen berkenan untuk tetap loyal terhadap merek luar dari negara maju karena ada kepercayaan bahwa produk tersebut akan tetap lebih unggul dibanding produk lokal. Originalitas dalam artikel penelitian ini ada pada latar belakang untuk mengkaji kenapa mengonsumsi berbagai produk dari negara maju kemudian membentuk dasar pikir mengenai status yang lebih unggul. Penelitian lebih jauh dibutuhkan untuk mengetahui keuntungan maupun kerugian secara sosio-ekonomi dari fenomena ini.

The argument in this article emphasizes that consumers from developing countries tend to trust and prefer products from developed countries due to its ability as social status enhancer. Therefore, unquestioned superiority that is embedded from consuming those status goods are staple modern mindset in society. Specific into the research focus, previous argument are found in foreign brands of cosmetics which dominate the preference of most urban women in Greater Jakarta (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi), Indonesia. Referring to certain annual online surveys towards 713 to 866 urban women in Greater Jakarta, the dominance of foreign brands of cosmetics consist of United States of America, France, Japan, South Korea, and United Kingdom. Using the theoretical framework of Bourdieu’s about symbolic capital importance, it showed that individual correlate their status distinctions through consuming what other consider to be superior status goods. Furthermore, consumers are willing to stay loyal towards foreign brands because there is a believe that it will always be better over the local ones. The originality of this research lies in the background to examine on why consuming goods from developed countries shapes the mindset of a better status. Further research are needed to understand the socio-economic benefit and loss of this phenomenon."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Resie Dwi Utami
"Jurnal ini membahas tentang duka seorang gisaeng yang tersirat dalam empat puisi karya gisaeng Yi Maechang yaitu 술취한 손님에게 (Sulcwihan Sonnimege, Untuk Tamu yang Mabuk), 스스로 박명을 한탄함 (Seuseuro Bangmyeongeul Hanthanham, Meratapi Kemalangan Sendiri), 새장의 학 (Saejangeui Hak, Bangau dalam Sangkar) dan 스스로 한스러워 (Seuseuro Hanseureowo, Bersedih Sendiri). Gisaeng merupakan wanita penghibur yang dilegalkan oleh pemerintah untuk bekerja menghibur raja atau para bangsawan. Meskipun memiliki beberapa privilege, namun sebenarnya gisaeng juga menyimpan kesedihan karena profesinya tersebut. Melalui metode kualitatif, penulis ingin mengetahui seperti apa duka gisaeng yang tersirat dalam keempat puisi Yi Maechang serta simbol dan imaji yang ia gunakan untuk menggambarkan kesedihannya.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keempat puisi Yi Maechang menekankan pada imaji penglihatan dan perasaan. Ia juga menggunakan simbol seperti bangau yang terkurung dalam sangkar, batu permata berharga yang belum diketahui orang-orang, atasan hanbok sutera yang robek, dan air mata mutiara untuk menggambarkan dukanya sebagai gisaeng. Melalui analisis imaji dan simbol, dapat diketahui bahwa duka Yi Maechang sebagai gisaeng antara lain mengalami keterkungkungan akibat profesinya tersebut, harus melayani pria yang tidak ia cintai, serta kesepian dan kepedihan akibat ditinggal pergi oleh kekasih.

This journal discusses about the sorrow of gisaeng that knotted in four Yi Maechang‟s poems entitled 술취한 손님에게 (Sulcwihan Sonnimege, To The Drunken Guest), 스스로 박명을 한탄함 (Seuseuro Bangmyeongeul Hanthanham, Lamenting One‟s Misfortune), 새장의 학 (Saejangeui Hak, Crane in The Cage), and 스스로 한스러워 (Seuseuro Hanseureowo, Grieve by Herself). Gisaeng is female entertainers that legitimazed by the government to entertaining the king or the nobles. Eventhough gisaeng have some privilege but actually gisaeng also retain the sorrow because her profession. Through qualitative method, the writer want to know what kind of sorrow that knotted in four Yi Maechang‟s poems and symbol and image that she used to describe her sadness.
The result of this study is four Yi Maechang‟s poems emphasize the usage of view image and feeling image. She also used symbols like crane in the cage, jade whose genuine worth remains unknown, silken robe, and tear like pearl to describe her sadness. Through image and symbol analysis, it knowed that the grief of gisaeng Yi Maechang is she has been bounded due to her profession as gisaeng, she has to entertain someone whom she doesn't love, and feel lonely and sorrow because her lover left her.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Nur Fathiya
"Jurnal ini membahas tentang analisis simbol yang terdapat dalam esai Korea berjudul Bori karya Han Heuk Goo dalam buku kumpulan esai berjudul Hanguk Beseteu Suphil 70. Pada penelitian ini, penulis menganalisis makna dari simbol-simbol dalam esai Bori melalui pendekatan semiotik. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif serta studi kepustakaan yang bersumber dari buku-buku dan artikel terkait. Penelitian dimulai dengan menerjemahkan esai Bori, kemudian mencari sumber-sumber terkait dengan penelitian. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah Han Heuk Goo menggunakan berbagai simbol dalam esai ini untuk menyampaikan pesan perjuangan kepada seluruh masyarakat Semenanjung Korea di tahun 1955 untuk tetap berteguh hati dan tidak berputus asa meskipun pada saat itu mereka sedang berada dalam keterpurukan pasca Perang Korea.

This journal discusses about symbols analysis that contained in Korean essay entitled Bori written by Han Heuk Goo from a book of essay collection entitled Hanguk Beseteu Suphil 70 and used semiotic approach to analyze the meaning of symbols in this essay. In conducting the research, the writer used descriptive qualitative and study of literature from books and related articles. The study begins with translating the essay and find other sources related to Bori essay. The writer found the conclusion that Han Heuk Goo used symbols in this essay to giving fight spirit for all of the people in Korean Peninsula in 1955. She wanted to encourage them to keep fight for living and not to losing hope eventhough they were in an adversity situation caused by Korean War."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Maskot yang digunakan secara resmi oleh tim sosialisasi internet sehat kominfo sebagai media kampanye diperlukan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam penggunaan internet sehat. Tujuan penenlitian ini adalah inginmengetahui proses pembentukan makana dibalik tampilan maskot Ines dan Iman. Penelitin ini menggunakan analisa semiotika dari Ferdinad de Saussure. Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, kemudian pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maskot Ines adalah peran dokter yang bertanggung jawab dalam masalah kesehatan yang dikaitkan dengan internet sehat, sementara peran detektif dikaitkan dengan kemanan yaitu Internet Aman."
MTI 4(1-2)2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Khansha Suhada
"Rumah gadang dan perkembangannya merupakan sebuah ekspresi material dari adat Minangkabau yang berlandaskan pada falsafah “Alam terkembang jadi guru” yang mereka anut di sepanjang kehidupannya. Falsafah ini menjadi pedoman dalam memahami perkembangan ruang domestik yang menekankan bagaimana keterhubungan antara ruang domestik dan kebiasaan sosiokultural yang dianut. Namun karena pergeseran zaman, terjadi perubahan yang sebenarnya dapat merujuk kepada sebuah representasi yang baru. Pergeseran ini karena adanya penyesuaian dengan berbagai kepentingan, nilai, dan cara kehidupan masyarakat lokal saat ini. Tentunya konfigurasi ruang domestik tersebut bertransformasi, menjadi berbeda dengan yang sebelumnya. Penelitian ini memilih salah satu wilayah yang terletak di “Alam Minangkabau” atau the heartland of the Minangkabau world, yang dinamai Luhak Nan Tigo (Tanah Latar, Agam, dan Lima Puluh Koto) yaitu Nagari Taram, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota.

Rumah Gadang and its evolution are a true embodiment of Minangkabau customs based on the philosophy of "Alam terkembang jadi guru," which they embrace throughout their lives. This concept serves as a framework for analyzing the evolution of domestic space, emphasizing how the relationship between domestic space and sociocultural practices is accepted. However, due to the changing times, there has been a change that can actually refer to a new representation. This transformation is the result of adaptations to local people's present interests, values, and ways of life. Of course, the domestic space configuration is transformed to be different from the previous one. This research focused on Nagari Taram, Harau District, Limapuluh Kota Regency, which is located in "Alam Minangkabau," or the heartland of the Minangkabau world."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In 1920s, Tan Malaka had not just criticized the Dutch colonial
symbols but also abandoned them with his own symbols. Symbolic wars
through discourses happened. In this case, the hegemonic discourses
of the colonialist state were opposed with the counter-hegemonic ones. "
899 WE 1:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khaulah Tsabita Madaniyyah
"Pendudukan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina selama 76 tahun, telah menghasilkan berbagai upaya perlawanan. Menyadari hal ini, individu, kelompok aktivis dan masyarakat di seluruh dunia telah menemukan cara-cara kreatif untuk mengekspresikan solidaritas terhadap perjuangan Palestina. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana simbol semangka digunakan, diinterpretasikan, dan disebarluaskan sebagai bentuk ekspresi solidaritas terhadap perjuangan Palestina di media sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif melalui sumber pustaka yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ikon simbolis semangka yang warnanya mirip dengan bendera Palestina, telah berkembang dan menjadi bagian dari ekspresi solidaritas dan perlawanan terhadap penindasan yang dialami oleh rakyat Palestina. Popularitas penggunaannya meningkat sejak eskalasi konflik Israel-Palestina pada 7 Oktober 2023, dalam berbagai bentuk konten visual, emoji hingga filter TikTok. Hal ini memperluas jangkauan simbolisme semangka di media sosial, dan berdampak pada gerakan solidaritas global. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan semangka sebagai simbol memiliki sejarah, makna, dan perkembangan yang signifikan di media sosial sebagai wujud ekspresi dukungan masyarakat internasional terhadap perjuangan rakyat Palestina dan memperkuat gerakan solidaritas global.

The 76 years of occupation and injustice perpetrated by Israel against the Palestinians has resulted in various resistance efforts. Recognizing this, individuals, activist groups and societies around the world have found creative ways to express solidarity with the Palestinian cause. This research aims to analyze how the watermelon symbol is used, interpreted, and disseminated as a form of expression of solidarity with the Palestinian cause on social media. The research method used is a descriptive qualitative approach through relevant literature sources. The results show that the use of the watermelon symbolic icon, which is similar in color to the Palestinian flag, has developed and become part of the expression of solidarity and resistance to the oppression experienced by the Palestinian people. The popularity of its use has increased since the escalation of the Israeli-Palestinian conflict on October 7, 2023, in various forms of visual content, emojis to TikTok filters. This expanded the reach of watermelon symbolism on social media, and impacted the global solidarity movement. The conclusion of this research is that the use of watermelon as a symbol has a significant history, meaning and development in social media as an expression of the international community's support for the Palestinian cause and strengthening the global solidarity movement."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yeti Marliana
"Artikel ini berisi analisis tentang simbol-simbol kebudayaan Rusia yang terdapat dalam film animasi serial televisi Маша и Медведь /Masha i Medved’ (Masha dan Beruang). Маша и Медведь /Masha i Medved’ (Masha dan Beruang) merupakan sebuah cerita rakyat Rusia yang diangkat kembali menjadi film animasi serial anak-anak. Film ini mengalami pengembangan cerita dari cerita aslinya dan film ini telah dipublikasikan di 20 negara. Melalui penelitian ini peneliti ingin memaparkan simbol-simbol kebudayaan yang terkandung di dalam cerita Маша и Медведь /Masha i Medved’ (Masha dan Beruang) dengan menggunakan teori semiotik Charles Sander Pierce. Berdasarakan hasil analisis, terdapat unsur kebudayaan didalam film animasi serial televisi Маша и Медведь /Masha i Medved’ (Masha dan Beruang) yang ditujukan sebagai salah satu bentuk penyebaran kebudayaan Rusia ke khalayak luas.

This article contains an analysis of the Russian cultural symbols contained in the television series of animated film Маша и Медведь / Masha i Medved '(Masha and Bear). Маша и Медведь / Masha i Medved '(Masha and Bear) is a Russian folk tale re-elected as the animated film series children. The film is experiencing the development from the original story of this movie has been published in 20 countries. Through this study the researcher wants to expose the cultural symbols contained in the story Маша и Медведь / Masha i Medved '(Masha and Bear) by using semiotic theory of Charles Sanders Pierce. Based on the anlysis result, there is a cultural element in the television series of animated films Маша и Медведь / Masha i Medved '(Masha and Bear) are intended as a from of dissemination of Russian culture to a wide audience."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dikna Dewima
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas sebuah lukisan karya pelukis Belanda abad 17 Gerard ter Borch.Ia terkenal dengan lukisanpotret dan lukisan konversasi. Salah satu darilukisan konversasi miliknya adalahGalante Conversatie 1654 . Berdasarkan komposisi, simbol warna, dan juga subyek-subyek dalam lukisan, rumah bordil kelas bawah terbukti sebagaitema dan latar dalam lukisannya. Pembahasan tulisan ini menggunakan pendekatan cultural studies khususnya teorirepresentasi. Teori semiotik digunakan untuk memaknai simbol-simbol, komposisi, warna dan bentuk dalam lukisan Galante Conversatie.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan simbol warna dan membuktikan makna dalam latar lukisan sebagai representasi rumah bordil pada lukisan Galante Conversatie. Kata Kunci: Gerard ter Borch, Galante Conversatie, Rumah Bordil, Simbol.

ABSTRACT
Representation of a Brothel Scene in The Galante Conversatie by Gerard ter Borch 1654 AbstractThis journal discusses a painting by 17th century Dutch painter, Gerard ter Borch. He is famous for his portraits and his conversation pieces. One of his works is Galante Conversatie.Based on the composition, symbol of color and the subjects in this painting, it has a background scene of a brothel for the lower class. Representation theory in combination with cultural studies approach will be used for this study. Semiotic theory will be used too for analyzing symbols, color, and composition of the painting.. The purpose of this study is to describe the color symbol and related subjects. Also to prove the meaning of the background scene as a representation of a brothel scene. Keywords Gerard ter Borch, Galante Conversatie, Brothel scene, Symbol. "
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>