Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98046 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simamora, Rina
"A male was 55 years old, came to Oral Surgery Department-Hasan Sadikin Hospital Bandung. He had complaining of the swelling on the right side of mandible and since 1 month ago, he has got the fistula with puss on the ramus region. From the clinical feature and radiologycally finding the diagnostic was Dentigerous Cyst ed causa impacted teeth 48 and was treated by extirpation-biopsy by extra oral approach for removal the cyst and the impacted of teeth 48 in general anesthesia. After 3 months investigation it shown there was no recurrencies of the cyst and the patient has not complaint."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Meisaputri
"

Latar Belakang: Identifikasi jenis kelamin memiliki peran penting dalam proses identifikasi individu. Tengkorak merupakan tulang paling dimorfik setelah pelvis, namun pada kasus hanya serpihan tengkorak yang ditemukan mandibula menjadi peran penting dalam identifikasi jenis kelamin karena mandibula adalah bagian tulang tengkorak yang paling kuat, besar dan dimorfik. Tinggi ramus mandibula dapat digunakan untuk penentuan jenis kelamin karena tahap perkembangan, tingkat pertumbuhan, dan durasi pada kedua jenis kelamin berbeda. Identifikasi jenis kelamin dengan tinggi ramus mandibula dilakukan menggunakan metode radiomorfometrik karena pengukuran pada radiograf menunjukkan hasil yang akurat serta teknik yang sederhana dan non-invasif. Tujuan:Menganalisis tinggi ramus mandibula dengan metode radiomorfometrik pada radiograf panoramik digital untuk penentuan jenis kelamin. Metode: Menganalisis radiomorfometrik tinggi ramus mandibula pada 50 sampel radiograf panoramik pria dan 50 sampel radiograf panoramik wanita. Hasil: Terdapat perbedaan tinggi ramus mandibula yang menunjukkan bahwa pria memiliki nilai rata-rata lebih tinggi sebesar 59.86 mm sedangkan wanita sebesar 54.86 mm. Nilai akurasi persamaan probabilitas jenis kelamin tinggi ramus mandibula sebesar 70%. Kesimpulan: Tinggi ramus mandibula dengan metode radiomorfometrik pada pria dan wanita dapat digunakan dalam penentuan jenis kelamin. Namun penggunaan tinggi ramus mandibula harus disertai variabel morfologi lainnya karena hanya berperan sebesar 30% dalam penentuan jenis kelamin sehingga tidak cukup akurat.


Background: Gender identification have an important role in a process of personal identification. Skull is the most dimorphic bone after pelvis, but when in cases only fragmentary bones are found mandibular have an important role in gender identification because it is the strongest, largest and most dimorphic bone of skull. Mandibular ramus height can be used for gender identification because the duration, development and growth pattern in both genders are different. Gender identification with mandibular ramus height was carried out using the radiomorphometric method because measurements on radiographs shows accurate results as well as simple and non-invasive techniques. Aim: To analyze mandibula ramus height with radiomorphometric methods on digital panoramic radiographs for gender identification. Method: By analyzing mandibular ramus height using radiomorphometric methods on 50 male panoramic radiograph samples and 50 female panoramic radiographs samples. Result: There is a difference in mandibular ramus height which indicates that men have a higher mean value of 59.86 mm while women of 54.86 mm. The accuracy value of the probability equation of the mandibula ramus height is 70%. Conclusion: Mandibular ramus height with radiomorphometric methods in men and women can be used in gender identification, but the use of mandibula ramus height must be accompanied by other morphological variables because it only accounts for 30% in gender identification so it is not accurate enough.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendro Anthonious Sunjaya
"Latar Belakang: Kista dan tumor odontogenik merupakan aspek yang sering dibahas dan cukup penting dalam bidang bedah maupun patologi oral dan maksilofasial. Secara radiografi gambaran kista dentigerous, odontogenic keratocyst (OKC), dan ameloblastoma unikistik memiliki kemiripan berupa lesi radiolusen unilocular. Pada hasil pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaaan hematoksilin eosin ketiga lesi ini dapat dibedakan, namun banyak ahli patologi yang mengalami misdiagnosa dikarenakan kemiripannya. Calretinin merupakan protein pengikat kalsium yang sudah banyak digunakan untuk penanda keganasan pada jaringan tubuh manusia, dikarenakan perannya dalam apoptosis sel yang menyebabkan terjadinya proliferasi sel. Tujuan: untuk melihat dan membandingkan ekspresi Calretinin pada kista dentigerous, OKC, dan ameloblastoma unikistik. Metode: 34 blok parafin kista dentigerous, OKC dan ameloblastoma unikistik didapatkan secara consecutive sampling dari data rekam medik di Divisi Bedah Mulut RSCM yang telah dilakukan konfirmasi hasil histopatologinya di Departemen Patologi Anatomi RSCM selama periode 2015- 2019. Seluruh sampel dilakukan pemeriksaan imunohistokimia menggunakan antibodi Calretinin. Hasil: didapatkan 13 sampel kista dentigerous (38,2%), 6 sampel OKC(17,6%), dan 15 sampel ameloblastoma unikistik(44,2%). Yang terintepretasi positif Calretinin sebanyak 1 sampel kista dentigerous (2,9%) dan 11 sampel ameloblastoma unikistik(32,3%), namun tidak ada sampel OKC (0) yang terintepreatsi positif. Secara statistik dengan uji chi-square didapati hasil berbeda bermakna(p=0,001) dengan odd ratio (OR) sebesar 49,5 antara kelompok ameloblastoma unikistik dan kelompok bukan amleoblastoma unikistik. Kesimpulan: Calretinin terekspresi pada kista dentigerous dan ameloblastoma unikistik dengan persentase yang berbeda, namun tidak pada OKC. Calretinin dapat dijadikan penanda spesifik untuk ameloblastoma unikistik.

Background: Odontogenic cysts and tumors are aspects that often discussed and quite important in the field of either oromaxillofacial surgery or pathology. Radiographically, the dentigerous cyst, odontogenic keratocyst (OKC), and unicystic ameloblastoma have a similar appearance in the form of unilocular radiolucent lesions. As a results of histopathological examination with hematoxylin eosin staining, these three lesions can be distinguished, however, many pathologists are misdiagnosed because of their similarity. Calretinin is a calcium binding protein that has been widely used for markers of malignancy in human tissues, due to its role in cell apoptosis which causes cell proliferation. Objective: This study aims to observe and compare Calretinin expression in dentigerous cysts, OKC, and unicystic ameloblastoma. Methods: 34 paraffin blocks of dentigerous cysts, OKC and unicystic ameloblastoma were obtained by consecutive sampling from medical record data in RSCM, Oral Surgery Division which had confirmed histopathological results at the Department of Anatomical Pathology RSCM during the period 2015-2019. All samples were subjected to immunohistochemical staning using Calretinin antibodies. Results: 13 samples of dentigerous cysts, 6 samples of OKC, and 15 samples of unicystic ameloblastoma were obtained. The positive interpretation of Calretinin was 1 sample of dentigerous cyst and 11 samples of unicystic ameloblastoma. Conclusion: Calretinin was expressed in dentigerous cysts and unicystic ameloblastoma with different percentages, but not in OKC. Calretinin can be used as a marker for unicystic ameloblastoma"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Iman Santoso
"Penelitian awal mengenai distribusi frekwensi kista dentigerous sebagai akibat gigi impaksi dilakukan pada penderita2 yang datang pada poliklinik bedah mulut FKG UI / RSCM selama periode Jan.'84 - Des.'84.
Hal ini dianggap penting, karena berdasarkan pengalaman-pengalaman selama dasawarsa terakhir , cukup banyak dijumpai kasus-kasus baik kasus impaksi maupun kasus-kasus kista dentigerous.5edangkan data-data mengenai hal tersebut,terutama di Bagian Bedah Mulut FKGUI/ RSCM belum ada hingga saat ini.
Memang harus diakui, bahwa dengan penelitian salama setahu pada pasien-pasien yang datang ke Poli Badah Mulut FKGUI/RSCM belum dapat menggambarkan atau mewakilimpopulasi sebenarnya. Tetapi penelitian ini dapat diperluas ke rumah; sakit wilayah dan juga Puskesmas-puskesmas bila keadaan memungkinkan.
Pada hasil penelitian ini, akan diperoleh data mengenai frekwensi dan distribusi kista dentigerous sebagai akibat gigi impaksi nada tulang rahang."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The purpose of the study to seek the differences of cell proliferation index among dentigerous cyst. dentigerous with ameloblastoma and ameloblastoma plexiform. This study utilized retrospective methode,
which was achieved by collecting data from medical record in oral surgery clinic. Cipto Mangunkusumo Hospital and Pathology Anatomy Laboratory at Faculty of Medicine University of Indonesia from January 1998 to April 2002. Histological examination were prepared from 34 samples; consist of 15 dentigerous cysts, 11 ameloblastoma and 8 dentigerous cyst which arise with ameloblasroma. ln each case, intra-nuclear AgNOR dots were counted in 100 consecutive basal nuclei. Statistic analysis using ANOVA show the difference among study objects (p<0.05). AgNOR an ameloblastoma is significantly higer than in dentigerous cyst. The differences may indicate the variation of metabolic, proliferation of transcriptional activities of the cell. The study found the difference of AgNOR count in cell proliferation index among dentigerous cyst, dentigerous cyst which arise with ameloblastoma and ameloblastoma. The finding can be used to determine the diagnoses in doubtfull cases where dentigerous and ameloblastoma cannot be distinguished clinically and pathologically."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Isma Tria Savitri
"ABSTRAK
Nama Isma Tria SavitriProgram Studi Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bedah MulutJudul Keakuratan Model 3 Dimensi Fused Deposition Modeling FDM Dibandingkan CT Scan 3 Dimensi pada Pengukuran Panjang Vertikal Ramus Mandibula Jarak Gonion Menton dan Gonial Angle Latar Belakang Rekonstruksi dan koreksi defek pada regio kraniomaksilofasial membutuhkan perencanaan pra operasi yang sangat matang Hal ini dikarenakan anatomi pada regio ini sangat kompleks melibatkan sistem sistem yang sensitif berdekatan dengan struktur anatomis vital serta mempengaruhi penampilan dan fungsional Dengan perkembangan teknologi di bidang Computed Tomography mampu menciptakan pendekatan perawatan yang baru serta memungkinkan untuk memperoleh model tulang tengkorak 3 Dimensi 3D menggunakan teknik solid free form fabrication SFF Tiap tahapan proses produksi berpotensi untuk terjadi error dan menghasilkan model akhir yang mengalami distorsi Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keakuratan dari model 3D FDM dengan cara membandingkan panjang vertikal ramus mandibula jarak Gonion Menton dan gonial angle pada model 3D dengan pengukuran pada CT rekonstruksi 3D Metode Penelitian 8 Sampel data CT scan pasien Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dibuatkan model 3D menggunakan teknik FDM Kemudian dilakukan pengukuran panjang vertikal ramus mandibula jarak Gonion Menton dan gonial angle terhadap CT rekonstruksi 3D menggunakan piranti lunak OsiriX dan model 3D menggunakan kaliper digital dan goniometri lalu hasil keduanya dibandingkan Hasil Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pengukuran panjang vertikal ramus mandibula jarak Gonion Menton dan gonial angle pada CT 3D dan model 3D FDM Kesimpulan Model 3D yang menggunakan teknik FDM dinilai akurat sehingga dapat diterima secara klinis Kata kunci Model 3D FDM CT 3D panjang vertikal ramus mandibula jarak Gonion Menton gonial angle.
ABSTRACT
Name Isma Tria SavitriStudy Program Post Graduate Student of Oral and Maxillofacial SurgeryTitle Accuracy of Three Dimensional Fused Deposition Modeling FDM Models Compared with Three Dimensional CT Scans on Measurement of Mandibular Ramus Vertical Length Gonion Menton Length and Gonial Angle Background Pre surgical treatment planning plays important role in reconstruction and correction of defect in craniomaxillofacial region The advance of solid freeform fabrication techniques has significantly improved the ability to prepare biomodel using computer aided design and data from medical imaging Many factors are implicated in the accuracy of the 3D model Purpose To determine the accuracy of the three dimensional fused deposition modeling FDM models compared with three dimensional CT scans on measurement of mandibular ramus vertical length Gonion Menton length and Gonial angle Research Methods 8 3D Models were produced from 8 CT scan data DICOM file patients of Oral and Maxillofacial Department Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Three measurements were done three times by two examiner Measurement of 3D CT scans were made using OsiriX software while measurement of 3D models were made using digital caliper and goniometry The measurement results were then compared Result There is no significant difference between measurement of mandibular ramus vertical length Gonion Menton length and Gonial angle 3D CT scans and FDM 3D models Conclusion FDM 3D models are considered accurate and is acceptable for clinical applications in dental and craniomaxillofacial surgery."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki
"ABSTRAK
Mandibula merupakan salah satu tulang yang penting dalam Forensik Odontologi untuk estimasi jenis kelamin. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan sudut gonion, jarak inferior foramen mentalis, dan tinggi ramus mandibula pada pria dan wanita. Metode penelitian dilakukan analisis radiomorfometri pada 200 radiograf panoramik. Hasil penelitian menunjukkan besar sudut gonion pria 121.8 , wanita 125.5 , jarak inferior foramen mentalis pria 14.73 mm, wanita 13.35 mm, tinggi ramus mandibular pria 56.82 mm, wanita 51.37 mm. Tingkat akurasi persamaan regresi ketiga variabel sebesar 83.5 . Kesimpulan, adanya perbedaan signifikan besar sudut gonion, foramen mentalis, dan tinggi ramus mandibular pada pria dan wanita
ABSTRACT
Mandibular bone has important role for sex determination in Odontology Forensic investigations. The aim of this research is to analyze gonial angle, mental foramen, and mandibular ramus height. Radiomorphometric analysis was performed in this research on 200 panoramic radiographs. Result of this research demonstrate gonion angle in men are 121.8 whereas 125.5 in women, inferior distance of mental foramen in men are 14.73 mm and 13.35 mm in women, mandibular ramus height in men are 56.82 mm and women are 51.37 mm. Regression equation of three variables has 83.5 accuracy. Conclusion, there is significant difference between male and female for gonial angle, mental foramen, and mandibular ramus height. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Ruslita
"Adanya korelasi yang erat antara kista folikuler (kista dentigerous) dengan ameloblastoma telah diamati oleh para ahli, walaupun terdapat perbedaan yang cukup besar baik sifat maupun perawatan dari kedua kasus tersebut. Dalam hal ini ameloblastoma dimungkinkan terlihat dalam dinding kista dentigerous yang terlebih dulu ada, sebagai bagian dari kemungkinan proses terbentuknya ameloblastoma. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran seberapa besar kemungkinan kista dentigerous berdegenerasi menjadi ameloblastoma yang ditinjau berdasarkan pemeriksaan klinis dan histopatologis, serta dipelajari kecenderungan-kecenderungannya.
Sasaran penelitian adalah semua penderita kista dentigerous dan ameloblastoma pada poli bedah mulut RSCM & RSU Tangerang, yang diambil dari catatan medik penderita dari Januari '90 - Desember '91. Dengan demikian diharapkan hasil yang bermanfaat berguna sebagai informasi bila mungkin untuk deteksi dini pada kasus-kasus yang diduga ameloblastoma berasal dari kista dentigerous, sehingga perawatan seoptimal mungkin disertai tindak lanjut pasca bedah dapat dilakukan.
Hasil penelitian meliputi dari 46 kasus yang diteliti- diperoleh (17%) kasus ameloblastoma yang berdegenerasi dari kista dentigerous yang seluruhnya terdapat pada pria (100%) dengan rata-rata pada umur dewasa muda (27 tahun). Lokasi terbanyak pada rahang bawah (75%) dengan lesi ukuran 9.1-10 cm (50%). Kekambuhan sebesar 25% dengan waktu kekambuhan kurang dari 1 tahun."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T6051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buddiwati Punta
"It has been shown that more than 40 percent of the apical radiolucencies are radicular cyst, numerous endodontist claims that from 85 to 90 percent of apical lesions disappear or become reduced in size following conservative endodontic treatment and do not required surgical intervention. Maxillary anterior teeth are more frequently susceptible to trauma and there are numerous morphologic anomalies associated with maxillary incisors especially lateral incisors its call palato-radiocular groove (PRG), its caused non vital have been implicated in formation of periapical lesions. Periapical lesions can be cured by conventional endodontic treatment used Ca(OH)2 as an intracanal medication. One case with radicular cyst on the maxillary lateral incisors because of trauma 2 years ago will be presented. Fifteenth months during treatment showed that the cyst reduced in size and symptomless."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pericoronitis is non specific infection at gingival around the crown of the tooth which imperfect eruption. Clinical appearance of pericooronitis is reddish and refined swelling at the gingival around the tooth that involved with disseminating of painful extend to ear, throat and mouth base. Many effects caused by pericoronitis such as unpleasant feeling caused of pain when chewing and occlusion, come out of purulent exudates from the edge of the gingival, and also can finded cheek swollen and lymphadenitis. The management of pericoronitis consists of infection control phase and tooth extraction based on indication or removing of operculum tissue that covered the tooth. This paper reported a 6 years old boy that coming with complaint of gusi rahang belakang kanan terasa bengkak dan mengganggu. The treatment that be done is excision of the operculum tissue."
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>