Ditemukan 175107 dokumen yang sesuai dengan query
"Makalah ini, membahas propagasi gelombang radio dengan frekuensi 10,200 MHz dan 15,800 MHz pada sirkit komunikasi radio Bandung-Watukosek dan Bandung- Pontianak. Tujuannya untuk mendapatkan syarat batas frekuensi kritis lapisan E/Es dan lapisan F untuk memastikan pemantulan oleh lapisan E/Es. Simulasi menggunakan rumus secant dengan asumsi radius Bumi di ekuator (6378,388 km) dan jarak sirkit Bandung-Watukosek (524 km) dan Bandung-Pontianak (788 km), maka syarat batas frekuensi kritis tersebut diperoleh. Selanjutnya, pembahasan yang dilakukan menghasilkan kesimpulan: (1) kondisi propagasi lapisan E/Es dapat diketahui dari kontak komunikasi radio antara Bandung-Watukosek dan Bandung- Pontianak serta data foE/foEs dan foF2 yang diperoleh dari pengamatan ionosonda di SPD Tanjungsari dan SPD Pontianak, (2) syarat batas frekuensi kritis lapisan E/Es dan lapisan F untuk sirkit Bandung-Watukosek dengan frekuensi 10,200 MHz adalah foE/foE 4 MHz dan foF2  6MHz dan untuk frekuensi 15,800 MHz adalah foE/foE 6 MHz dan foF2  9 MHz, (3) syarat batas frekuensi kritis lapisan E/Es dan lapisan F untuk sirkit Bandung-Pontianak dengan frekuensi 10,200 MHz adalah foE/foE 3 MHz dan foF2  4 MHz dan untuk frekuensi 15,800 MHz adalah foE/foE 5 MHz dan foF2  7 MHz, dan (4) statistik kejadian propagasi lapisan E/Es untuk sirkit Bandung-Watukosek dan Bandung-Pontianak dapat dijadikan indikasi kemunculan lapisan E atau E Sporadis di lokasi antara ketiga stasiun radio tersebut.
"
620 DIR 4:2 (2009)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Hydrometeor is a phenomenon in the atmosphere which consist of particles of liquid and solid water in the atmosphere, or deposition of water drops on the surface of objects near the earth's surface, or in the air caused by the condensation of water vapor around it. Characteristics of hydrometeor in the region of Semarang Ahmad Yani and Yogyakarta Adi Sucipto Airports discussed in this paper. The purpose of this research is to know and understand the characteristics of hydrometeor such as density vertical profiles and temporal variation of water content of liquid and solid water (ice) in the clouds and rain in the region Semarang Ahmad Yani and Yogyakarta Adi Sucipto Airports based on observations of Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM) satellite. The data used in this study were 3A12 TRMM data and the cumulative observations in the range 1998 to 2008. The results show that there are significant differences in terms of value and the level of maximum density altitude where the maximum density value of liquid water content in clouds, ice levels in the cloud, liquid water content in rain and ice levels in rain over area of Semarang Ahmad Yani and the Yogyakarta Adi Sucipto Airports observations during 1998-2008. In the area of Semarang Ahmad Yani Airport and the surrounding areas has maximum hydrometeor density in the period 1998. The maximum density of liquid water content of rain and that of clouds are 0.0048 g/m3 at an altitude of 3 km (LWC cloud) and 0.0028 g / m3 at an altitude of 1.5 km (LWC rain) , respectively; meanwhile in the Adi Sucipto Airport Yogyakarta and its surroundings, the period of the rainy season is also the period 1998 to the density of liquid water content of rain clouds and the maximum, but with slightly different values. Key words:Liquid water content, Solid water (ice) content, Hydrometeor
"
620 DIR 6:1 (2011)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Telah dikaji indikasi perubahan iklim, khususnya variasi atau perubahan curah hujan bulanan yang terjadi di Kabupaten Subang dan Tasikmalaya. Berbasis kepada data curah hujan bulanan yang dihasilkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) selama 25 tahun pengamatan (1980-2005), di atas wilayah tersebut dibuatlah kelompok Zona Prediksi Iklim (ZPI) sesuai kriteria menurut BMG. Hasilnya menunjukkan bahwa hampir semua ZPI mengalami tren positif. Walaupun didapat pola Monsunal dengan siklus utama sekitar 12 bulanan, namun terdapat perbedaan jumlah curah hujan ratarata antara Kabupaten Subang dan Tasikmalaya. Pada semua wilayah terdapat perbedaan intensitas curah hujan dalam tiap bulan, terutama selama musim hujan (November-April). Wilayah Subang ZPI 40 dan ZPI 46 mempunyai curah hujan antara 300 hingga 450 mm pada saat musim hujan. Sementara ZPI 33, ZPI 41 dan ZPI 42 mempunyai curah hujan antara 150 hingga 300 mm. Sedangkan wilayah Tasikmalaya, umumnya memiliki curah hujan antara 200-400 mm pada semua wilayah ZPI.
"
620 DIR 4:2 (2009)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"hanges in the daily variation of H component due to magnetic storms with a duration of hours to days is the space weather information is very important for further decision making for the user. Activity disturbance caused wave/influx of energetic particles that arise through the solar wind, can solve the earth's magnetic field is strong at very short intervals. Changes in the daily variation H component is generally an increase or decrease up to hundreds of nano tesla from a stable ondition. In the paper be discussion analysis of changes in the daily variation of H component magnet during magnetic storms using double Fourier series. In order to obtain information from changes daily variation of H component during magnetic storms through data from monitoring stations geomagnetic Biak and Tangerang. The results of analysis obtained 3 times a magnetic storm events occur fluctuation SSG to daily variations in H component in Tangerang April 2001, in order 171nT,-and-125nT 221nT. Magnetic storm SSC 28 April 2001 showed changes occur daily variation of H component in the station at Biak -467nT and 1124nT."
620 DIR 6:1 (2011)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Geomagnetic disturbances are closely related with the interplanetary magnetic field, particularly the southward component (negative Bz), since such condition can lead to the energy tranfer from the solar wind into the Earth’s magnetosphere. The energy transfer can cause disturbance in geomagnetic field, which is represented by disturbance index Dst. The good correlation between the minimum values of Bz and Dst means that the stronger the magnetic field can lead to the stronger disturbance. However, the minimum of both parameter do not occur simultaneously. From analysis of 41 geomagnetic storms with Dst ≤ -30 nT, in general, the time delay between Bz and Dst is two hours, which Bz reach minimum two hour before the Dst. It represent the time that required by the disturbance to travel from magnetopause to the Earth. Keywords: Geomagnetic disturbance, Interplanetary magnetic field
"
620 DIR 6:1 (2011)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Dalam tulisan ini dianalisa keterkaitan antara aktivitas matahari dengan aktivitas geomagnet yang teramati dari Stasiun Pengamat Dirgantara Biak untuk rentang waktu tahun 1996 sampai dengan 2001. Tingkat aktivitas matahari dinyatakan oleh indeks flare dan bilangan sunspot. Pengamatan aktivitas geomagnet dilakukan di Biak (koordinat geografis -1.08° lintang selatan dan 136.5° bujur timur, koordinat geomagnet -12.8° selatan). Ditunjukkan bahwa tingkat gangguan geomagnet akan naik bila aktivitas matahari juga meningkat, dan keduanya mempunyai korelasi yang baik pada malam hari waktu setempat.
"
620 DIR 3:3 (2008)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
R.A. Siti Delima Amanda Putri
"Perumahan di daerah perkotaan telah meningkat secara dramatis seiring dengan pertumbuhan populasi yang besar dan meningkatnya arus urbanisasi. Laju urbanisasi menurut Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 - 2035, Statistik Indonesia tahun 2013, dalam 25 tahun ke depan akan meningkat rata-rata sebesar 72,5%. Arus urbanisasi menyebabkan berbagai macam permasalahan perkotaan salah satunya adalah pemukiman informal yang mayoritas berada di Kampung. Pemerintah Jakarta telah membuat kebijakan tentang pelaksanaan Kampung dan Penataan Masyarakat di Jakarta khususnya (Kepgub 878/2018). Tujuan dalam penelitian mengkaji implementasi kebijakan yang terkait dengan Kampung Kota. Selanjutnya menganalisis perubahan luas permukiman informal melalui analisis spasial (SIG) dengan Citra Resolusi Satelit Tinggi dalam kurun waktu 2010, 2016, dan 2020. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara secara mendalam, observasi lapangan, dan studi kepustakaan.
Housing in urban areas has increased dramatically along with massive population growth and increasing urbanization flow. The pace of urbanization according to the Indonesia Population Projection 2010-2035, Statistics Indonesia (2013) in the next 25 years will increase by an average of 72.5%. One of the urban problems by that circumstance is informal settlement that occur in Kampung. Jakarta government has created a policy about Kampung and Community arrangement implementation in Jakarta particularly for specific district (Kepgub 878/2019). The purpose of this research are to examine the implementation of policies related to Kampung and analyze the changes of informal settlements through spatial analysys (GIS) with high resolution sattelite imagery in 2010, 2016, and 2020. The research used a qualitative approach with indepth interview, observation, and literature review."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Kajian Pengembangan Perkotaan, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
"(software) of the IR1 (Infrared) and the calibration (CAL), it can be known when the dry season start based on the cloud top temperature and the cloud coverage of Indonesia. The results of the monthly MTSAT data in two years observations (period 2006 to 2007), shows that the dry season beginning of Indonesia is in June, July, August, September and October started from the eastern part of Indonesia to the western part of Indonesia especially the South Sumatera. Further by using Standard Presipitation Index (SPI) methods in June, July, August, September and October 2007 (five months), gives some information that the most experiencing drought areas in Indonesia especially in the eastern part of Indonesia are July and August. Keyword:Rainfall, MTSAT, drought "
620 DIR 6:1 (2011)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh El Nino 1997 terhadap variabilitas ozon total Indonesia 1997-2005. Data ozon global dari TOMS (Total Ozone Mapping Spectrometer) Satelit NASA pada rentang tahun 1997-2005 diekstrak untuk wilayah Indonesia (90W-150E, 12.5S-12.5N). Hasil plot deret waktu menunjukkan bahwa konsentrasi ozon total rata-rata bulanan bervariasi antara 242 hingga 275.38 (Dobson Units). Konsentrasi tertinggi terjadi pada Bulan September-Oktober dan terendah terjadi pada Bulan Desember-Januari. Konsentrasi ozon total di Indonesia meningkat pada saat terjadi El Nino kuat, yakni mencapai 275.38 DU. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada tahun terjadi El Nino lemah, yakni tahun 2002 dan 2004, konsentrasi ozon juga meningkat pada Bulan September yakni berturut-turut 271.40 dan 274.64 DU. Pada tahun-tahun tidak terjadi El Nino, yaitu 2001, 2003, 2005, konsentrasi ozon tertinggi berturut-turut pada September adalah: 270.06, 268.14, 262.68 DU. Wilayah di Indonesia yang dipengaruhi El Nino kuat selama September- Oktober 1997 adalah Halmahera, Sulawesi Utara, dan Papua Utara dengan konsentrasi ozon sebesar 282-294 DU. Pada wilayah lainnya konsentrasi juga meningkat menjadi 286-290 DU, yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku."
620 DIR 4:2 (2009)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Tahapan yang paling penting dalam pengolahan awal citra satelit adalah melakukan koreksi geometrik, sehingga citra tersebut sesuai dengan peta proyeksi yang diinginkan. Koreksi geometrik bertujuan untuk mengoreksi kesalahan yang diakibatkan pergerakan satelit ketika mengorbit dan sensor pada saat menscan objek. Makalah ini menjelaskan tentang kajian koreksi geometrik dari data SPOT-4 Nadir yang dikoreksi dengan menggunakan GCP (Ground Control Point), yang diambil dari data Landsat-7 Ortorektifikasi produk USGS resolusi 15 meter dan diproses dengan menggunakan software Imagine. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan 80 titik GCP, kesalahan simpangan lebih baik dari produk yang dipersyaratkan oleh citra standar SPOT CNES."
620 DIR 3:3 (2008)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library