Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165176 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Uremic Stomatitis can be happened by effect of improvement of concentration of ureum in saliva of effect of height of level of ureum blood. The aim of this cross sectional research to know influence of rate of ureum of blood with the happening of uremic stomatitis at patients chronic renal failure (CRF). As much 36 sample taken away from patient of CRF in RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Rate of Ureum of blood known from result of inspection of laboratory enclosed at card of patient status, while stomatitis conducted by a direct inspection at patient of persuant to location, type of stomatitis. Analyzed data with of X2 test, t test, Logistic Regression and Simple Linear regression at a=0.05 contructively Program SPSS/PC(-) version 9. Result of research that mean of rate of ureum blood = 170.3889 mg/dL, there relation and influence have a meaning between rate of ureum of blood to the happening of uremic stomatitis at patients CRF (p=0.05). Conclusion that height of ureum of blood can be happened in oral cavity like the happening of uremic stomatitis.
"
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Doa secara umum dapat diartikan sebagai permohonan (harapan, pujian, permintaan) kepada Tuhan, baik dengan membaca atau mengucapkan, disertai dengan perilaku kebaikan. Dzikir mempakan peringkat doa yang paling tinggi, meliputi segala bacaan yang diucapkan secara lisan azaupun dalam hati, dilakukan dengan sholat atau perilaku kehaikan lainnya. Gagal ginjal kronik (GGK)
mempakan penyakit renal tahap akhlr yang tidak dapat sembuh, terapi hemodialisis yang dijalani hanya untuk memperlahankan kelangsungan hidup.
Pasien yang menjalani dialisis jangka panjang akan menimbulkan respon kecemasan alas kondisi sakimya yang tidak bisa diramalkau dan berefek pada gaya hidup. Penelitian ini bertujuan unmk mengidentifikasi ltubungan antara frekuensi dzikir dan doa dengan tingkat kecemasan pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Data dianalisa dari jawaban kuesioner yang berisi data demografi pasien yang diorganisir dengan menggunakan tally. lnstrumen yang terdiri dari 17 pernyataan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan dan 10 pertanyaan untuk mengetahui frekuensi dzikir dan doa Hasil perhitungan dikelompokkan untuk meuilai tingkatannya berdasarkan skala penilaian yang sudah ditetapkan kemudian dianalisa dengan mengggunakan metoda statistik the pearson product moment correlation coeffision yang dilanjutkan dengan uji “t”. Penelitian diiaksanakan di ruang llemodialisa ntmah sakit angkatan laut dr.
Mintohardjo Jakarta Pusat dengan jumlah responden 30 pasien GGK yang menjalani hemodialisis, dipilih secara purposive sample.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hekuensi dzikir dan doa sangat baik 73,3%, baik 23,33%, cukup 3,33%, dan untuk yang kurang serta sangat kurang 0%. Hasil data dari tingkat kecemasan lingan 90%, sedang 10%, dan yang berat hingga panik serta tidak cemas 0%. Hasil uji statistik “r” adalah -0,24 dan uji “t” -1,308 yang berarti bahwa terdapat hubungan negatif linear sangat lemah yang tidak bermakna antara frekuensi dzikir dan doa dengan tingkat kecemasan pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis. Oleh karena itu, penelitian ini perlu ditindaklanjuti lebih dalam tentang pengaruh frekuensi dzikir dan doa terhadap tingkat kecemasan pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis supaya pasien dapat terpenuhi kebutuhan dasar spiritualnya."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5199
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Mondana
"Latar belakang: Hiperfosfatemia pada penyakit ginjal kronik (PGK) terjadi akibat kegagalan ginjal dalam mengekskresi fosfat, tingginya asupan fosfat atau peningkatan pelepasan fosfat dari ruang intraselular. Hipertrofi ventrikel kiri (left ventricle hypertrophy/LVH) adalah perubahan jantung yang umum terjadi dan menjadi tanda awal penyakit kardiovaskular pada anak dengan PGK. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara kadar fosfat darah dengan fungsi sistolik serta penebalan ventrikel kiri jantung pada pada pasien anak penyakit ginjal kronik tahap akhir. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta terhadap anak PGTA tanpa ada kelainan jantung bawaan dari april-mei 2024 dengan dilakukan pemeriksaan fosfat darah dan ekokardiografi. Hasil: Terdapat 56 subyek dengan titik potong kadar fosfat darah 7,35 mg/dL. Didapatkan penurunan fungsi fraksi ejeksi dengan rasio prevalens pada pasien dengan hiperfosfatemia adalah 3,895 dengan IK 95% antara 2,552-9,773 (p = 0,002) serta kecenderungan hubungan kadar fosfat dengan penebalan LVMI (p = 0,680) dan disfungsi diastolik jantung kiri (p = 0,145). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kadar hiperfosfemia darah dengan fungsi sistolik pada pasien anak penyakit ginjal kronik tahap akhir. Tetapi tidak terdapat hubungan dengan peningkatan massa ventrikel kiri jantung dan diastolik jantung.

Background: Hyperphosphatemia in chronic kidney disease (CKD) occurs due to renal failure to excrete phosphate, high phosphate intake or increased phosphate release from the intracellular space. Left ventricle hypertrophy (LVH) is a common heart change and an early sign of cardiovascular disease in children with CKD. This study aimed to assess the relationship between blood phosphate levels to decreased systolic and diastolic function and thickening of the left ventricle in pediatric patients with end-stage chronic kidney disease. Method: This was a cross-sectional observational study at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta with PGTA children without congenital heart defects. Paremeters for function and LVM were assessed by Doppler echocardiography and blood phosphate examination. Results: There were 56 subjects with a cut point for blood phosphate levels of 7.35 mg/dL. It was found that a decrease in ejection fraction function with a prevalence ratio in patients with hyperphosphatemia was 3.895 with a 95% CI between 2.552-9.773 (p = 0.002) as well as a trend in the relationship between phosphate levels and LVMI thickening (p = 0.680) and left heart diastolic dysfunction (p = 0.145) Conclusion: There is association between blood levels of phosphemia and systolic function in pediatric patients with end-stage chronic kidney disease. However, there is no association with increased left ventricular mass index and dyastolic function."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana Diah Paramita
"ABSTRAK
Gagal ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat perkotaan dengan prevalensi kasus yang terus meningkat. Salah satu penyebab utama gagal ginjal kronik adalah nefropati diabetik. Mekanisme nefropati diabetik menyebabkan ginjal mengalami penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerolus. Hal tersebut menyebabkan berbagai masalah seperti kelebihan volume cairan yang memiliki berbagai komplikasi seperti edema paru akut dan neuropati perifer. Fokus penanganan masalah yaitu pada pengaturan balans cairan, pengontrolan glukosa darah dan pencegahan neuropati diabetik perifer. Hasil intervensi yang dilakukan selama 6 hari menunjukkan terjadi balans cairan negatif hingga mendekati keseimbangan cairan, ditandai dengan edema hilang dari derajat 3 menjadi 0 dan pertukaran gas di paru adekuat. Pencegahan neuropati diabetik dilakukan dengan latihan senam kaki. Hasilnya terjadi peningkatan pengetahuan mengenai cara pencegahan neuropati diabetik perifer. Oleh karena itu, intervensi pengaturan balans cairan, pengontrolan glukosa darah dan pencegahan neuropati diabetik perifer sangat penting dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik akibat nefropati diabetik.

ABSTRACT
Chronic kidney disease is one of the urban health problems which prevalence is growing progressively. Diabetic nephropathy is the common cause of chronic kidney disease. The mechanism of diabetic nephropathy leads to decreased kidney functions and abilities that shown in decreased Gromerolus Filtration Rate GFR . Fluid overload and other complications such as acute lung oedema and peripheral diabetic neuropathy may occur afterall. The main interventions to overcome this problem are regulating fluid balance, controlling blood glucose and preventing peripheral diabetic neuropathy. After conducting nursing care within 6 days, patient showed good fluid balance with absence of edema decreased of edema scale from grade 3 to grade 0 and adequate gasses exchange in the lung. Foot exercise was also done as prevention of peripheral diabetic neuropathy. There was an increased patient rsquo s and family rsquo s knowledge about how to prevent peripheral diabetic neuropathy. Therefore all the nursing interventions mentioned above are highly recommended to be applied in nursing care to patient with chronic kidney disease due to diabetic nephropathy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Septiana
"ABSTRAK
Pruritus Uremik adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh tidak tercapainya adekuasi terapi hemodialisis yang sering ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal GGT sehingga berdampak insomnia pada pasien GGT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara pruritus uremik dan insomnia. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan jumlah sampel 44 pasien hemodialisis di Unit HD RSUP Fatmawati dipilih dengan teknik consecutive sampling. Penelitian menggunakan instrumen Uremic Pruritus in Dialysis Patients UP-Dial Scale dan Athens Insomnia Scale AIS. Uji analisis menunjukkan bahwa sebanyak 21,9 mengalami pruritus ringan dengan insomnia, 46,3 mengalami pruritus sedang dengan insomnia, dan 31,7 mengalami pruritus berat dengan insomnia. Hasil uji Fisher rsquo;s exact menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pruritus dengan insomnia p= 0,115, ? =0,05, namun terdapat hubungan yang bermakna antara jadwal hemodialisis dengan insomnia p= 0,035, ?= 0,05. Edukasi mengenai perawatan pruritus patuh dialysis perlu diberikan untuk mengurangi akibat yang ditimbulkan dari pruritus.

ABSTRACT
Uremic Pruritus is a condition that caused by the insufficiency of hemodialisis therapy that occasionally perceived by patients of end stage renal failure ESRD, which is thought to be one of causes of insomnia in patients of end stage renal failure. This study aimed to identify the correlation between uremic pruritus and insomnia. This study used a cross sectional approach with sampling of 44 patients who undergoing of hemodialisis therapy in Hemodialysis Unit of Fatmawati Hospital that selected by consecutive sampling technique. The research instrument used the Uraemic Pruritus in Dialysis Patients UP Dial Scale and Athens Insomnia Scale AIS. The tests showed that 21,9 experienced mild pruritus with insomnia, 46,3 experienced moderate pruritus with insomnia, and 31,7 experienced severe pruritus with insomnia. The result of Fisher rsquo s exact test showed that there was no significant correlation between uremic pruritus with insomnia p 0,115, 0,05, but there was a significant correlation between dialysis shift and insomnia p 0,035, 0,05. Education about the care of pruritus and dialysis needs are important to be given in order to reduce the impact."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Melianna
"Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis yang di tandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Masalah yang mengakibatkan kegagalan pada terapi hemodialisa adalah kepatuhan klien. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi, menggunakan sampel pasien GGK yang mengikuti hemodialisa di RS Fatmawati sebesar 84 responden.
Hasil univariat menunjukkan, responden tidak patuh terhadap pembatasan cairan sebesar 76%, responden mengalami overload sebesar 53,6%. Hasil bivariat (Chi-Square) dengan α=0,05, didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan pembatasan cairan dengan overload (p=0,35). Semakin besar klien patuh pada pembatasan cairan maka akan semakin kecil terjadi overload.

Chronic kidney failure (CKD) is a clinical condition indicated by irreversible decline in kidney function on a certain level resulting in the need for kidney replacement therapy. One of the replacement therapy is hemodialysis. Patients obedience to fluid restriction is one of the factors affecting the success of hemodialysis therapy. This study used descriptive-correlative method. The samples of this study are CKD patients taking hemodialysis at Fatmawati Hospital amounted to 84 persons.
The result showed 76% of respondents were disobedient to fluid restriction and 53,6% suffer from fluid overload. Study also found there was no significant relationship between the patients obedience and the incidence of overload (p=0,35; α=0,05). The higher patients obedience to fluid restriction, the less likelier fluid overload would happen.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levy Wayiqrat
"Kepatuhan pembatasan cairan merupakan permasalahan yang akan terus dihadapi pasien GGK. Ketidakpatuhan pembatasan cairan dapat menyebabkan kegagalan terapi, menurunnya kualitas hidup pasien, bahkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen cairan dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan pasien GGK dengan hemodialisis di RSAU dr. Esnawan Antariksa. Desain penelitian adalah Cross Sectional dengan jumlah sampel 101 responden dengan consecutive sampling.
Metode pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner dan pengamatan IDWG Interdialytic Weight Gain . Analisis hasil penelitian menggunakan Chi-Square bivariat dengan ?=0,05, didapatkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang manajemen cairan dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan p=0,88. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya pemberian perhatian pada kondisi psikologis pasien GGK on HD untuk meningkatkan kepatuhannya.

Fluid resstriction adherence is a major change in patient with CKD. Nonadherence to fluid restriction can lead to treatment failure, reduce quality of life, and also increase morbidity and mortality number. This study aimed to identify the corelation between fluid management knowledge level with fluid restriction adherence in CKD patient undergoing haemodialysis at RSAU dr. Esnawan Antariksa Jakarta Timur.
The study design was Cross Sectional that involved 101 respondents. Data were collected through filling questionnaire and observating Interdialytic Weight Gain IDWG. Analysis data used Chi Square 0.05, resulted in that there was no significant association between fluid management knowledge level and fluid restriction adherence p 0.88. This study recommends the important of psychological issues to increase patients adherence level.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Data insiden gagal ginjal kronik (GGK) secara keseluruhan di Indonesia belum diketahui
secara pasti. Pengobatan akhir dari GGK adalah dengan terapi pengganti ginjal atau
hemodialisis (HD). HD adalah merupakan suatu tindakan untuk menggantikan fungsi
ginjal yang rusak dengan tujuan mengeluarkan kelebihan cairan dan produk limbah
dalam tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi klien
dengan GGK yang menjalani HD terhadap perubahan citra dirinya. Penelitian ini
dilakukan di RSUPN. DR. Cipto Mangunkusumo dan RS. Pelabuhan Jakarta. Desain
penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana. Populasi pada penelitian ini
adalah klien dengan GGK yang menjalani HD di Ruang Hemodialisa. Jumlah sampel
pada penelitian ini sebanyak 43 orang terdiri dari 30 orang dari Ruang Hemodialisa
RSUPN. DR. Cipto Mangunkusumo dan 13 orang dari ruang Hemodialisa RS.
Pelabuhan Jakarta. Data diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden dan
responden diminta untuk menjawab pada kolom yang tersedia dengan memberikan tanda
check list. Instnunen yang digunakan terdiri dari data demograti (kuesioner I) dan
pemyataan pengetahuan tentang penyakit, citra diri, konsep din positii harga diri
rendah, kekacauan identitas, dan depersonalisasi (kuesioner II), setelah data terkumpul
dianalisa dengan analisis univariat. Hasil analisa data diketahui bahwa klien dengan
GGK yang menjalani HD mempunyai persepsi positif terhadap ciua dirinya. Pcnelitian
ini merekornendasikan perlunya pendekatan asuhan keperawatan pada klien yang
menjalani hemodialisis hams secara komprehensif, pengembangan instrumen penelitian
yang mernenuhi validitas dan reliabilitas, sampel yang diambil dalam jurnlah besar
sehingga hasihaya dapat digeneralisir, dan perlu juga dilakukan penelitian lebih Ianjut
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan citra diri pada klien dengan GGK yang
menjalani HD dengan menggunakan desain penelitian eksperimen."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5479
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Sri Melda Br
"Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif. Klien yang mengalami gagal ginjal kronik memerlukan alternatif terapi untuk mengganti fungsi ginjal. Salah satu alterantif terapi tersebut adalah hemodialisa, yang pelaksanaannya memerlukan sarana arteri vena fistula/cimino. Pada saat menjalani hemodialisa kilen gagal ginjal kronik sering mengalami kecemasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang arteri vena fistula/cimino dan hemodialisa, karakteristik klien gagal ginjal kronik dengan tingkat kecemasan menjalani hemodialisa. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dari Halmilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) dan pengetahuan tentang arteri vena fistula/cimino dan hemodialisa. Analisis penelitian ini adalah univariat dan bivariat dengan uji chisquare.
Analisis bivariat menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan (p= 0,11 α= >0,05). Hasil penelitian ini diharapkan perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sehingga pengetahuan meningkat dan tingkat kecemasan menerun.

Chronic renal failure (CRF) is a pathophysiological process with etiology,which cause decreasing in progressive kidney function. Clients with CRF need alternative therapy to replace the renal function. One of the alternative therapy is hemodialysis which needs arteriovenous fistula/cimino. During hemodialysis,clients with chronic renal failure often feel anxious.
This research aim to indentify the correlation between knowledge about arteriovenous fistula/cimino and hemodyalisis, the characteristics of clients with chronic renal failure with anxiety level during the hemodyalisis process. The technique used to collect the samples in this research was accidental sampling. Data was collect used Halmilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) questionnaires and questionnaire of knowledge about artery venous fistula/cimino and hemodyalisis.
The analysis of this research are univariat and bivariat with chi-square. Bivariat analysis explain that there was no correlation between knowledge level and anxiety level (p=0,39 α > 0,05). The result of this research expected the nurses to give education for patients with chronic renal failure which undergo hemodyalisis in order to increase their knowledge and decrease the anxiety level during hemodyalisis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Setiana
"Penderita gagal ginjal kronik di perkotaan semakin meningkat disebabkan gaya hidup yang kurang sehat seperti merokok, meminum suplemen energi, meminum alkohol, malas berolah raga dan memakan junk food. Proses lanjut gagal ginjal kronik yang mencapai tahap terminal salah satunya yaitu dialisis yang memerlukan biaya yang tidak murah. Penulisan ini bertujuan menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik dan menganalisis intervensi yang diberikan yaitu edukasi gagal ginjal kronik dan perawatannya. Hasil asuhan keperawatan yang diperoleh yaitu terkontrolnya cairan masuk-keluar, perbaikan keseimbangan asam basa dan pengetahuan pasien dan keluarga terkait definisi, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi serta pencegahan perburukan gagal ginjal kronik. Diperlukan adanya tindak lanjut yang konsisten dalam pemberian edukasi pasien gagal ginjal kronik di ruangan Melati Atas, RSUP Persahabatan.

Patients with chronic renal failure in urban areas are increasing dua to unhealthy lifestyle such as smoking, drinking energy supplements, alcohol, lazy exercise and eat a junk food. Further process of chronic renal failure who have reached the terminal stage requires dialysis that coast are not cheap. This paper aims to describe the nursing care to patientswith chronic renal failure and analyze the interventions that give education and about the treatment of chronic renal failure. The results is patients can controlled intake and output, improve balance of acid and bases and knowledge of the patient and family about definitions, causes, sign and symptoms, complications and prevention chronic renal failure. It takes a consistent follow up to give educations to the patients with chronic renal failure at at Melati Atas, RSUP Persahabatan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>