Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181679 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"
Heat treatments had been tested to enhance the hardness of CrMoV alloy steel. Heat treatments designed was heating at 1000ºC, holding time 1 hour then quenched at water, oil and air respectively. From any cooling media used, water cooling media (rapid cooling) to produce highest hardness number ~ 909 HV. It was seen from microstructure test, the effect of solute atom carbon in ferro atom in martensite structure as a result of rapid cooling while in an initial specimen which was not yet hardened, the hardness number ~ 278 HV. So, it resulted almost 2,3 times the initial
hardness number. In this paper the hardening mechanism for alloy steel is discussed."
620 DIR 5:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
London: Taylor and Francis, 2000
546 PHY
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Pio Ranap Tua
"ABSTRAK
Material Carbon Fibre Reinforced Polymer (CFRP) merupakan bahan non-logam yang terbuat dari carbon fibre (serat karbon) dan mempunyai kekuatan tarik 2800 MPa sehingga apabila digunakan secara komposit pada struktur beton akan berperan dalam memberikan kekuatan tarik yang besar. Pada tesis ini akan diuraikan penelitian panjang penyaluran carbon fibre pada perkuatan struktur balok beton bertulang di daerah tumpuan, dalam hal ini perbaikan (Sikadur 31 & Sikadur 752) dan perkuatan (Sika Carbodur Plates & Sikadur 30) untuk struktur kantilever yang mengalami keruntuhan. Kajian pada penelitian ini difokuskan pada balok beton bertulang dengan penulangan lentur dan perkuatan balok beton bertulang dengan penulangan lentur tersebut yang dipasang CFRP dan CFRP+, serta CFRP dengan Plat pada daerah tarik/ atas. Kuat tekan beton yang digunakan berkisar 30 MPa, sedangkan pengujian pambebanan dilakukan dengan sistem monotonik. Hasil pengujian tersebut juga diverifikasi dengan hasil perhitungan secara teoritis sesuai dengan SNI 03-2847-2002. Hasil penelitian ini diantaranya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekuatan secara signifikan pada balok kantilever yang dipasang CFRP dibanding dengan balok kantilever tanpa CFRP. Di samping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menunjukkan sistem penempatan panjang penyaluran CFRP yang paling efektif dan efisien untuk perkuatan struktur kantilever balok beton bertulang yang mengalami keruntuhan.

ABSTRACT
Carbon Fibre Reinforced Polymer (CFRP) is a non-metal material made of carbon fibre and has a tensile strength of 2800 Mpa, so when used in the composite concrete structure will play a role in providing a large tensile strength. In this thesis, a research on carbon fibre development length of a concrete beam reinforcement in the support areas is described, in this case the repair (Sikadur 31 & Sikadur 752) and cultivation (Sika Carbodur Plates & Sikadur 30) of a collapsed cantilever structure. The research is focused on the review of the concrete beams with flexural reinforce and its reinforcement which has been installed with CFRP, CFRP+, as well as with CFRP plate in the tensile/ top region. The research is using a compressive strength of concrete around 30 MPa, while the assessment is done by monotonic system. The test results are verified by the results of calculation theoretically in accordance with the SNI 03-2847- 2002. The results of this research indicate that there is a significant increasing of strength on the cantilever beam which has been installed with CFRP compared to the one without CFRP. The result of this research is also intended to show the most effective and efficient placement system of CFRP development length for a collapsed reinforced concrete beam cantilever.
"
2008
T25268
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Degradasi polimer oleh iradiasi UV disebut juga fotodegradasi. Apabila fotodegradasi terjadi tanpa oksigen disebut fotolisa, dan apabila fotodegradasi terjadi dengan adanya oksigen disebut fotookdiasi [1]. Fotodegradasi dari berbagai polimer telah banyak dipelajari, terutama untuk polimer yang banyak digunakan di dunia.
Degradasi polimer oleh iradiasi UV pada hakekatnya adalag terjadi karena proses fotooksidasi. Dalam kehidupan sehari-hari fotooksidasi ini terjadi dalam atmosfer di luar bangunan oleh iradiasi UV dari sinar matahari. Peristiwa ini disebut pelapukan polimer oleh cuaca (weathering) [1]."
MPI 1:2 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Syamsu Rosid
Depok: UI Publishing, 2019
530 SYA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Handayani
"Telah dilakukan evaluasi stabilitas krim Hidrokortison Asetat dari segi fisika dan kimia. Dimana dasar krim yang dipergunakan adalah Hidrophillic ointment, Emulgide, kombinasi Triethanolamina dengan Asam Stearat, dan Aqueous cream.
Dengan parameter pemeriksaan seperti homogenitas, konsistensi, besar partikel, temperatur, pH dan penentuan kadar Hidrokortison Asetat setelah
pembuatan dan selama penyimpanan.
Dari data-data diperoleh hasil bahwa sediaan dengan dasar krim Emulgide dan Aqueous cream menunjukkan hasil yang relatif baik."
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1978
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiva Dewangga
"Baja S45C termasuk baja karbon sedang dengan persentase karbon 0,3% - 0,45%. Pada proses perlakuan panas, terdapat proses quenching dimana baja dicelupkan ke dalam suatu media quench secara cepat untuk menghasilkan sifat mekanis yang diinginkan. Pada penelitian ini digunakan micro thermal fluids sebagai media quench dimana micro thermal fluids adalah campuran antara nanopartikel yang terlarut dalam suatu fluida dimana nanopartikel tersebut berukuran dari 1-100 nm. Nanopartikel yang digunakan pada penelitian ini berbasis dari Printed circuit Board (PCB) dengan menggunakan fluida dasar air dan ditambahkan dengan surfaktan Sodium Dodecylbenzene Sulfonate (SDBS). Proses crushing, leaching, pirolisis, dan milling dalam upaya mengolah PCB menjadi nanopartikel. Setelah dilakukan PSA partikel yang melalui proses milling selama 20 jam sehingga 572.6 d.nm sehingga partikel tidak mencapai ukuran nano dan media pendinginnya disebut micro thermal fluid. Nilai kekerasan menunjukkan tren meningkat seiring dengan penambahan partikel, namun cenderung menurun saat dilakukan penambahan surfaktan. Nilai kekerasan tertinggi yang didapat pada sampel yaitu 55 HRC yang merupakan hasil quench dengan variabel 0,3% partikel 0% SDBS pada media pendingin. Kekerasan terendah yang dihasilkan adalah 44 HRC dengan variabel 0,5% partikel 7% SDBS. Mikrostruktur yang dihasilkan dari setiap penambahan partikel dan surfaktan adalah martensite,bainite, & pearlite.

S45C steel is classified as a medium carbon steel with a carbon percentage ranging from 0.3% to 0.45%.. Quenching is step where the steel is rapidly immersed in a quenching media to achieve desired mechanical properties. Nanofluids were used as quench media where nanofluids are a mixture of nanoparticles dissolved in a fluid where the nanoparticles are sized from 1-100 nm. The nanoparticles used in this study were based on a printed circuit board (PCB) using a water-based fluid and added with surfactant Sodium Dodecylbenzene Sulfonate (SDBS. After 20 hours of milling, the particle size was measured using Particle Size Analyzer (PSA) and found to be 572.6 d.nm, indicating that the particles didn’t reach the nano size range. Therefore, the cooling media was referred to as micro thermal fluid. The hardness value showed an increasing trend with the addition of nanoparticles, but tended to decrease with the addition of surfactant. The highest hardness value obtained was 55 HRC with the variable of 0.3% particles and 0% SDBS in the cooling media. The lowest hardness achieved was 44 HRC with the variable of 0.5% nanoparticles and 7% SDBS. The microstructure resulting from each nanoparticle and surfactant addition was martensite,bainite, & pearlite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valleta Jovanka Widodo
"Seiring dengan berkembangnya teknologi baru dengan beban termal yang terus meningkat, penciptaan cairan inovatif untuk meningkatkan kinerja pendinginan dan mencapai perpindahan panas yang efisien seperti fluida termal sangat dibutuhkan. Dalam penelitian ini, karbon berbasis kelapa menjalani planetary ball milling selama 15 jam pada 500 rpm untuk menghasilkan nanopartikel, meskipun sayangnya tidak mencapai ukuran nano. Partikel berbasis karbon kelapa (CCP) dengan konsentrasi 0,1%, 0,3% dan 0,5% didispersikan ke dalam akuades untuk termal fluida termal berbasis karbon kelapa. Penambahan surfaktan Sodium Dodecyl Benzene Sulphonate (SDBS) sebanyak 3%, 5%, dan 7% dilakukan dan dilanjut dengan ultrasonikasi selama 16 menit. Selanjutnya, cairan termal karbon kelapa digunakan sebagai quenchant baja S45C. Dalam penelitian ini, campuran partikel dan surfaktan yang optimum untuk menghasilkan fluida termal yang efisien adalah konsentrasi CCP 0,5% dengan surfaktan SDBS 3%. Nilai konduktivitas termal mencapai 0,7 w/mK dan menghasilkan nilai kekerasan 54 HRC. Secara bersamaan, tanpa surfaktan, penambahan partikel yang optimal adalah 0,3%. Pada akhirnya, fluida termal berbasis karbon kelapa cenderung menghasilkan konduktivitas termal yang lebih tinggi dibandingkan dengan air dengan pengaruh terutama dari nilai kritis partikel, konsentrasi SDBS, dan suhu.

As new technologies with increasing thermal loads continuously developed, the creation of an innovative fluid to increase cooling performance and achieve an efficient heat transfer such as thermal fluid is urgently needed. In this study, coconut-based carbon underwent planetary ball milling for 15 hours in 500 rpm to create nanoparticles, although unfortunately it did not reach nano-sized. Coconut carbon-based particles (CCP) with 0.1%, 0.3% and 0.5% concentrations were dispersed into distilled water to create coconut carbon-based thermal fluids. An addition of Sodium Dodecyl Benzene Sulphonate (SDBS) surfactants as much as 3%, 5%, and 7% were added, concurrent with ultrasonication that was carried out for 16 minutes. Furthermore, coconut carbon-thermal fluids were used as quenchants of S45C steel. In this research, the optimum mixture of particles and surfactant to create an efficient thermal fluid would be 0.5% CCP concentration with 3% SDBS surfactant. The thermal conductivity value reached up to 0.7 w/mK and produced the hardness value of 54 HRC. Concurrently, without surfactant, the optimum addition of particles would be 0.3%. In the end, coconut carbon-based thermal fluids tend to produce higher thermal conductivity compared to water with influence mainly from the critical value of the particle, SDBS concentration, and temperature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livi Edwina
"Bentonit Tapanuli merupakan salah satu mineral yang banyak dimanfaatkan dalam bidang penelitian sebagai adsorben, khususnya logam berat. Hal ini disebabkan sifatnya yang memiliki permukaan negatif sehingga dapat menyerap kation. Tujuan interkalasi bentonit adalah untuk menghasilkan sifat kimia dan fisika yang lebih baik dari sebelumnya. Proses interkalasi menggunakan monosodium glutamat terjadi pada interlayer bentonit dan berhasil meningkatkan basal spacing dari 14,96 A pada Na-MMT (Na-Bentonit) menjadi 15,42 A dan 15,34 A masing masing pada organobentonit 1 KTK dan 2 KTK dengan karakterisasi menggunakan XRD. Keberhasilan terjadinya interkalasi juga dikarakterisasi dengan FTIR. Kemampuan bentonit menyerap logam dipengaruhi oleh kapasitas tukar kationnya. KTK bentonit Tapanuli yang didapatkan dari penelitian ini adalah 46,74 mek/100 gram bentonit.
Dari hasil penelitian juga didapatkan waktu optimum adsorpsi bentonit terhadap masing-masing ion logam adalah 2 jam. Daya adsorpsi paling besar dengan waktu optimum 2 jam adalah organobentonit 2 KTK sebesar 14,4025 mg/0,1 gram bentonit (93,3773 mek/100 gram bentonit) dan 12,1876 mg/0,1 gram bentonit (93,2348 mek/100 gram bentonit) masing-masing terhadap ion logam Cd2+ dan Zn2+.

Tapanuli bentonite is a mineral which is widely used in research as an adsorbent, especially for heavy metals. This is due to it has a negative charge on its surface so it can adsorp cations. The aim of intercalation bentonite is to produce a better chemical and physical properties. The intercalation process occurs in the interlayer of bentonite and success to increase the basal spacing from 14,96 A in Na-MMT (Na-Bentonite) to 15,42 A and 15,34 A respectively on organobentonite 1 CEC and 2 CEC. The success of intercalation was also characterized by FTIR. The ability of bentonite to absorb metal ions was also influenced by cation exchange capacity. The CEC of Tapanuli bentonite is 46,74 mek/100 grams bentonite.
The result of this research is the optimum time of adsorption bentonite is 2 hours. The most large energy adsorption with the optimum time 2 hours is organobentonit 2 CEC at 14,4025 mg/0,1 grams bentonite (93,3773 mek/100 grams bentonite) and 12,1876 mg/0,1 grams of bentonite (93,2348 mek/100 grams bentonite) for each metal ions Cd2+ and Zn2+.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffry Marselie
"Material Seng Oksida ( ZnO) adalah salah satu material semikonduktor yang sedang banyak diteliti yang banyak diaplikasikan pada devais optoelektronik dan aplikasi fotokatalitik. Material ZnO dapat diubah sifatnya melalui penambahan doping. Dalam penelitian ini, nanorod ZnO disintesis dengan lima variasi doping Cu (0%, 1%, 4%, 7% dan 10%) melalui 2 tahap yaitu tahap deposisi lapisan benih di atas subtrat indium tin oxide (ITO) menggunakan metode ultrasonic spray pyrolisis dan tahap penumbuhan nanorod ZnO menggunakan metode hidrotermal. Karakterisasi nanorod ZnO meliputi morfologi permukaan oleh scanning electron microscopy (SEM), struktur kristal oleh x-ray diffraction (XRD), dan sifat optik oleh ultraviolet-visible spectroscopy (UV-Vis) dan fotoluminisen (PL).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanorod ZnO ditumbuhkan dengan bentuk hexagonal dan orientasi tumbuh beragam. Umumnya penambahan doping Cu menyebabkan peningkatan densitas, penurunan diameter, penurunan parameter kisi dan volume kristal nanorod ZnO. Penambahan konsentrasi doping Cu menurunkan absorbansi pada daerah panjang gelombang ultraviolet, meningkatkan nilai bandgap dan menurunkan puncak luminisensi di daerah ultra violet dan cahaya tampak. Dari hasil ini penulis menyimpulkan bahwa penambahan Cu sebesar 4 % pada struktur nanorod ZnO paling optimal untuk aplikasi devais optoelektronik dan fotokatalisis karena tingginya absorbansi di daerah ultraviolet dan rendahnya cacat yang terbentuk.

Material Zinc Oxide (ZnO) is a semiconductor material that has been researched widely for optoelectronic devices and photocatalytic applications. The characteristic ZnO material can be changed by the addition of doping. In this study, the nanorod ZnO were synthesized with five variations of doping Cu (0%, 1%, 4%, 7% and 10%) through two phases: the deposition of seed layer over a substrate of indium tin oxide (ITO) using ultrasonic spray pyrolisis and the growth of ZnO nanorod using hydrothermal method. The characterization of ZnO nanorod include surface morphology by scanning electron microscopy (SEM), the crystal structure by x-ray diffraction (XRD), and optical properties by ultraviolet-visible (UV-Vis) and photoluminisence (PL) spectroscopy.
The results showed that ZnO nanorod were grown with a hexagonal shape with diverse growth orientation. Generally, the addition of Cu doping led to an increase in density, diameter reduction, a decrease in the lattice parameter and crystal volume of ZnO nanorod. The addition of Cu doping also decreases the absorbance at ultraviolet wavelength region, increasing the band gap and reducing luminesence peak in the region of ultraviolet and visible light. From these results the author concluded that the addition of 4% Cu on ZnO nanorod stucture is the most optimal for optoelectronic devices and photocatalytic applications due to the high absorbance in the ultraviolet region and the low defects are formed.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>