Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80029 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This research was conducted to study the histopathological effect of ethanol extract of Gynura procumbens (Lour) Merr leaves in male Sprague Dawley rats. Ten rats were divided into an experimental group and a control group, each consisting of five rats. The test extract was administered to the experimental group for 36 weeks, twice weekly. The control group was untreated up to the end of the experiment. The rats were necropsized at the end of the 18th and 36th week. The gastrium was excised to be fixed in 10% buffered formalin for 24 hours. The H&E sections were then prepared for histological examination. The histological appearance in 4 of 5 experimental rats shows extensive mucus secretion and a mild mucosal epithelial erosion of gastrium. No histological changes were detected in the control group. It was concluded that the administered extract of G. procumbens for 36 weeks twice weekly did not result in significant pathological changes."
Journal of Dentistry Indonesia, 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hidayah Hadiyati
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh sari air daun Gynura procumbens Merr terhadap kadar glukosa darah tikus. Penelitian ini menggunakan metode uji toleransi glukosa oral pada tikus normal, dengan cara membandingkan toleransi glukosa oral tikus normal yang diberi glukosa dan tanaman obat dengan toleransi glukosa oral tikus normal yang hanya diberi glukosa dan air sebagai kontrol. Digunakan tiga dosis, yaitu dosis I (setara dengan 10 mg daun/lOO g BB), dosis II (setara dengan 100 mg daun/100 g BB) dan dosis III (setara dengan 1 g daun/100 g BB) Sari air daun Gynura procumbens Merr memperlihatkan efek menurunan kadar glukosa darah (efek hipogliknlk) yang tidak bermakna secara statistik, kecuali pada dosis yang setara dengan 100 mg daun/100 g BB, 1 jam setelah perlakuan. Dari kurva toleransi glukosa terlihat bahwa efek penurunan kadar glukosa darah terkecil ditimbulkan oleh dosis I dan yang terbesar ditimbulkan oleh dosis II."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiurlan Esther Paulina
"Daun dewa atau Gynura procumbens Nerr merupaka'i
bahan obat tradisional Indonesia
Salah satu kegunaannya antara lain untuk pengobatan kulit
ada. .juga yang mengatakan untuk anti tumor. Yang biasa
dipakai adalah daunnya
Data mengenal kandungan kimia dari tanaman tersebut
jarang dijumpai
Dalam penelitian in! dilakukan pemeriksaan golongan
senyawa kimia dengan cara-cara.urnum yaitu me]Jputi beberapa
tahap
a. Pemeriksaan . Pendahuluan
b. Pemeriksaan Lanjutan .
Analisa terhadap golongan alkaloida, golongan flavonoida
di1änjutkn dengan Kromatografi I.apisan Tipis
Ha8il percobaan menunjukkan bahwadaun Thi rnerigandung
minyak, tanin, saponin, flavonoid"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyadh Firdaus
"Latar Belakang Neuroinflamasi adalah kaskade pada cedera otak traumatik (COT) yang memiliki waktu lebih panjang dibandingkan kaskade lain sehingga memberikan kesempatan intervensi untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui patofisiologi neuroinflamasi COT, namun belum semua diketahui dengan jelas. Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan alur kaskade neuroinflamasi akibat COT dengan mempelajari ekspresi dan konsentrasi HIF-1α, IL-1β, dan IL-6 di otak tikus COT yang diberi intervensi propofol. Metode Studi eksperimental in vivo ini menggunakan 51 tikus Sprague Dawley (SD) dan dilakukan pada bulan Maret 2019 – Maret 2021 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Tikus dibagi 5 kelompok perlakuan (kontrol negatif/KN, Sham/S, propofol/P, COT/C dan COT yang diberi propofol/CP). Kelompok KN tidak diberi perlakukan dan Kelompok S diberi plasebo (NaCl). Manipulasi COT menggunakan model Marmarou weight-drop. Pada Kelompok P dan CP, tikus diberi propofol secara kontinu. Fungsi neurologis dan gangguan biokimia diperiksa dengan revised neurobehavioral severity scale/NSS-R. Ekspresi serta konsentrasi HIF-1α, IL-1β, IL-6 diperiksa dengan qRT-PCR, ELISA, dan imunohistokimia. Hasil Pada observasi hingga 5 hari, penurunan NSS-R lebih cepat pada Kelompok CP dibandingkan kelompok C. Uji Kruskal-Wallis pada ekspresi IL-6 Subkelompok Observasi 24 Jam menunjukkan perbedaan bermakna dan dengan post hoc Mann-Whitney didapatkan perbedaan bermakna pada Kelompok S dengan CP (1,48±0,52 vs. 3,29±0,7; p=0,011), P dengan CP (1,83±0,55 vs. 3,29±0,7; p=0,001), dan C dengan CP (1,81±0,49 vs. 3,29±0,7; p<0,001). Pada uji statistik, HIF-1α dan IL-1β tidak berbeda bermakna antar kelompok. Terdapat korelasi positif antara ekspresi dan konsentrasi HIF-1α dengan IL-1β dan IL-6 terutama di jaringan otak tikus kelompok P, C, dan CP. Kesimpulan Propofol memperbaiki fungsi neurologis model tikus COT, meningkatkan ekspresi IL-6 namun tidak memengaruhi ekspresi serta konsentrasi HIF-1α dan IL-1β.

Background Neuroinflammatory is the cascades in TBI that has a longer time than other cascades, thus providing an opportunity for intervention to prevent further damage. Various studies have been conducted to investigate the pathophysiology of TBI and the management, but none have been clarified. The purpose of this study was to investigate changes in neurological function, expression, and concentration of HIF-1α, IL-1β, and IL-6 in the brain tissue of TBI rats given propofol intervention. Methods This was an in vivo experimental study using 51 Sprague Dawley (SD) rats in March 2020 – March 2021 at the Faculty of Medicine, University of Indonesia and the Faculty of Veterinary, Bogor Agricultural University. Rats were divided into five groups (negative control/NC, Sham/S, propofol/P, TBI/T, and TBI given propofol/TP). TBI manipulation using the Marmarou weight-drop model. The KN group was not treated. Group S was given placebo treatment. In the P and TP groups, the rats were given propofol continuously. Neurological function and biochemical alterations of the experimental animal were examined using NSS-R; HIF-1α, IL-1β, and IL-6 expression and contents by means of qRT-PCR, ELISA, and immunohistochemistry. Result In the 5-day Observation Sub-group, the improvement in the NSS-R value in the TP group occurred faster than in the T group. The results of Kruskal-Wallis test on the IL-6 expression of the 24-hour Observation Subgroup showed a significant difference, then continued with Mann-Whitney post hoc, the results obtained group S with TP (1.48±0.52 vs. 3.29±0.7; p=0.011), P with TP (1.83±0.55 vs. 3.29±0.7; p=0.001), and T with TP (1.81±0.49 vs. 3.29±0.7; p<0.001). In the statistical analysis of HIF-1α and IL-1, no significant differences were found between groups. There was a positive correlation between the expression and concentration of HIF-1α with IL-1β and IL-6, especially in the brain tissue of rats in groups P, T, and TP. Conclusion Propofol improves neurological function in TBI rats, causing increased IL-6 expression but it does not affect expression and concentration of HIF-1α and IL-1β."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risti Sifa Fadhillah
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fortifikan Fe fumarat dalam susu kedelai terhadap kadar zat besi plasma darah tikus (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu KK 1 yang diberi larutan CMC 0,5%; KK 2 yang diberi larutan CMC 0,5% dan susu kedelai tanpa fortifikan; dan KP 1, 2, dan 3 yang diberi larutan CMC 0,5% dan susu kedelai dengan fortifikan Fe fumarat dosis 1,35 mg Fe/ kgBB, 2,7 mg Fe/ kg BB, dan 5,4 mg Fe/ kgBB selama 21 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 dan setelah pencekokan hari ke-21. Darah dipreparasi menggunakan destruksi basah lalu ditentukan kadar zat besinya dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil uji ANAVA satu arah (P < 0,05) menunjukkan pengaruh nyata pemberian fortifikan Fe fumarat dalam susu kedelai terhadap kadar zat besi antar kelompok perlakuan. Peningkatan kadar zat besi tertinggi terjadi pada KP 1 yaitu sebesar 27,90% terhadap KK 1 dan 17,49% terhadap KK 2.

The effect of Fe fumarate fortificant addition in soy milk intake on plasma iron concentration of male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.) had been studied. By using Complete Random Design (CRD), twenty five rats were divided into five groups, consist of normal control group (KK 1) which was administered with CMC 0.5% solution, treatment control group (KK 2) which was administered with CMC 0.5% solution and unfortified soy milk, and three treatment groups which were administered with soy milk added with fortificant Fe fumarate 1.35 mg Fe/kgbw (KP 1); 2.7 mg Fe/kgbw (KP 2); and 5.4 mg Fe/kgbw (KP 3). All of the five groups were treated for consecutive 21 days. The plasma iron concentration was measured by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). One way ANOVA test and post-hoc LSD test (P < 0.05) showed significant effect of fortificant Fe fumarate addition in soy milk intake on plasma iron concentration in all treatment groups. The highest increase of plasma iron concentration was detected on KP 1, which is 27.90% to KK 1 and 17.49% to KK 2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathaniel Aditya
"Pendahuluan: Pada tahun 2050, jumlah populasi lansia yang berusia lebih dari 65 tahun diperkirakan akan mencapai 1,5 milyar. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan pergeseran paradigma dari proses penuaan kronologis menjadi proses penuaan biologis. Proses penuaan (aging) merupakan sebuah proses multifaktorial yang memiliki kaitan erat dengan stres oksidatif, sebuah fenomena yang lajunya dapat diketahui melalui kadar senyawa metabolit sekundernya, malondialdehid (MDA).
Tujuan: Studi ini meneliti efek dari tanaman obat yang sering digunakan sebagai agen antiinflamasi, Centella asiatica (CA), terhadap kadar MDA pada otak tikus Sprague-Dawley tua dan kemampuan kognitifnya.
Metode: Tikus jantan tua dibagi ke dalam 3 kelompok: Kontrol Negatif, Kontrol Positif (vitamin E 6 IU), dan CA 300 (ekstrak etanol daun CA 300 mg/kg), ditambah 1 kelompok Kontrol Pembanding tikus jantan muda yang diberi perlakuan selama 28 hari. Setiap minggunya, dilakukan uji memori jangka panjang menggunakan metode Y-maze untuk menilai fungsi kognitif tikus. Pada hari terakhir, organ otak dari setiap tikus diambil dan kadar MDA-nya diteliti.
Hasil: Pada kelompok CA 300, ditemukan kadar MDA otak yang relatif lebih rendah dibandingkan Kontrol Negatif, meskipun tidak signifikan (P = 0,5683). Pada uji memori jangka panjang Y-maze, meskipun secara statistik tidak bermakna, penurunan kemampuan kognitif pada kelompok CA 300 tidak sebesar penurunan pada Kontrol Negatif (nilai P kedua kelompok sama; P = 0,5).
Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol CA tidak memiliki pengaruh terhadap kadar MDA otak dan kemampuan kognitif pada tikus Sprague-Dawley jantan yang sedang mengalami proses penuaan.

Introduction: It is estimated that in 2050, the number of elderly aged >65 years will reach 1.5 billion. To overcome this issue, a shift of paradigm, from chronological aging to biological aging, is urgently needed. Aging is a multifactorial process related to oxidative stress, a process in which its rate can be identified from its secondary metabolite level, malondialdehyde (MDA).
Objective: This research studied the effect of a medicinal plant known for its anti-inflammatory properties, Centella asiatica (CA), on the level of brain MDA and cognitive abilities in aged Sprague-Dawley rats.
Methods: The aged male rats were divided into three groups: Negative Control, Positive Control (vitamin E 6 IU), and CA 300 (CA leaves ethanolic extract 300 mg/kg), with one additional Comparison Group consisted of untreated young rats which were given corresponding treatments throughout 28 days. Each week, a Y-maze test assessing the long-term memory of each rats was conducted. In the last day, all rats brains were collected, and their MDA levels were measured.
Results: Compared to the Negative Control, a lower MDA level was found on the brains of the CA 300 group, although statistically not significant (P = 0.5683). In the Y-maze test, a relatively lower decline in cognitive abilities was seen in CA 300 group when compared to Negative Control, even if it was insignificant (same P value on both groups; P = 0.5).
Conclusions: CA ethanolic extract has no influence on both the brain MDA concentration and the cognitive abilities of aging Sprague-Dawley rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RA. Mitsalina Inggita
"berkembang semakin masif setiap tahunnya dengan risiko komplikasi, di antaranya berupa kardiomiopati. Pengobatan tradisional berupa daun delima (Punica granatum) dapat menjadi alternatif bagi pengobatan konvensional diabetes mellitus. Tujuan: Mengetahui potensi ekstrak daun delima sebagai agen antihiperglikemik dan kardioprotektif.
Metode: Penelitian dilakukan terhadap 20 tikus Sprague dawley diabetes yang sebelumnya telah diinduksi menggunakan aloksan, dan 4 tikus normal. Tikus tersebut dikelompokkan dalam 6 kelompok, yaitu kelompok normal, kontrol positif, kontrol negatif, dan 3 kelompok perlakuan yang masing-masing diberikan ekstrak dosis 200
mg/kg berat badan (BB), 400 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB. Pengukuran gula darah puasa (GDP) dilakukan sebelum perlakuan dan setiap 4 hari selama perlakuan berlangsung, selama 16 hari. Setelah perlakuan, dilakukan uji histopatologi teknik pewarnaan hematoksilin-eosin terhadap jantung tikus. Hasil: Kelompok perlakuan dengan pemberian dosis ekstrak 400 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB menunjukkan penurunan GDP tikus yang signifikan jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Dosis 600 mg/kgBB merupakan dosis yang dinilai paling efektif. Uji
histopatologi menunjukkan kardiomiopati pada kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan dengan dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB, sementara kelompok normal, kontrol positif, dan perlakuan dengan dosis 600 mg/kgBB tidak menunjukkan kelainan
spesifik. Kesimpulan: Ekstrak daun delima menunjukkan efek antihiperglikemik dan kardioprotektif melalui uji In Vivo. Dosis efektif esktrak daun delima adalah 600 mg/kgBB.
Background: Diabetes mellitus is a global health problem that is developing massively every year with risks of complications, one of which is cardiomyopathy. Traditional remedies such as pomegranate (Punica granatum) leaf can be an alternative to conventional treatment of diabetes mellitus. Objective: To study the potential of pomegranate leaf extract as antihyperglycemic and cardioprotective agent.
Methods: This research was done to 20 alloxan-induced diabetic rats and 4 normal rats. Those rats are grouped into 6 groups, which includes normal group, positive control group, negative control group, and 3 groups treated with the exctract by the dose of 200
mg/kg body weight (BW), 400 mg/kgBW, and 600 mg/kgBW. Measurements of fasting blood sugar (FBS) were done before the treatment, and every 4 days during the 16 days the research was conducted. After the treatments were given, histopathology test of
hematoxylin-eosin staining was done to the hearts of the rats.
Results: The groups treated with the 400 mg/kgBW and 600 mg/kgBW dose extract showed significant decreases in FBS compared to the negative control group. The 600 mg/kgBW dose is considered as the most effective dose. Histopathology evaluation showed cardiomyopathy in the negative control group and the groups treated with 200 mg/kgBW and 400 mg/kgBW extract, while the normal group, positive control group, and the group treated with 600 mg/kgBW extract showed no specific disorder. Conclusion: The pomegranate leaf extract showed antihyperglycemic and cardioprotective effect through In Vivo experiment. The effective dose of pomegranate leaf extract is 600 mg/kgBW."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustadi Sosrosumihardjo
"ABSTRAK
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan retardasi perkembangan
intrauterin (IUGR) masih merupakan masalah, khususnya di Indonesia, karena
menunjukkan angka kejadian yang tinggi dan pertu diturunkan. Malnutrisi pada
anak kurang dan 1 tahun terbanyak pada bayi BBLR. Penyebab gagal tumbuh
terbanyak pada bayi adalah masalah saluran cerna, terutama maldigesti,
malabsorpsi, dan diare kronik.
Pada penelitian dengan menggunakan hewan coba, didapatkan mukosa
usus halus hipotrofi dan normoplasi pada tikus malnutrisi. Keadaan normoplasi
tercermin dari kandungan DNA mukosa usus halus yang menetap pada
malnutrisi. Keadaan ini selain memperlihatkan bahwa usus halus dapat
mempertahankan jumlah selnya dalam menghadapi pembatasan nutrien, juga
memberi petunjuk bahwa akan dapat berkembang apabila mendapatkan
masukan nutrien yang cukup.
Apakah reatimentasi dapat memulihkan mukosa yang hipotrofi normoplasi
menjadi normotroti normoplasi? Apabila keadaan tersebut terjadi, apakah respon
pemulihan itu berbeda antara tikus yang diinduksi pada masa pranatal dan yang
diinduksi malnutrisi pada masa pascasapih? Penelitian ini berusaha menjawab
pertanyaan tersebut.
Metodologi
Penelitian eksperimental dengan desain post test-control group dilakukan
dengan menggunakan anak tikus jantan jenis Sprague-Dawley, dalam kurun
waktu April 2003 - Desember 2004. Delapan puluh ekor anak tikus jantan yang
dilahirkan dari 10 induk tikus berumur 8 minggu dengan berat badan antara 250-
300 gram, diberikan makanan baku yang lazim digunakan untuk penelitian.
Penelitian dibagi dalam 2 tahap : (1) induksi malnutrisi pranatal yaitu 3 minggu
pada masa gestasi, 3 minggu masa laktasi dan 3 minggu pascalaktasi, dan
induksi malnutrisi pascasapih selama 9 minggu dimulai segra setelah disapih;
dilanjutkan dengan tahap (2) Realimentasi selama 8 minggu. Pada setiap akhir
tahapan dilakukan nekropsi untuk memperoteh data. Data tersebut adalah (1)
kadar albumin serum, (2) ukuran badan (berat badan, panjang badan, Iingkar
dada), (3) ukuran usus (berat usus, panjang usus, diameter usus dan berat
mukosa), (4) morfologi usus halus (tebat mukosa, tinggi vilus, kedalaman kripta,
nisbah vitus/kripta, jumlah virus, kandungan protein, kandungan DNA, dan nisbah
protein/DNA), dan (5) aktivitas disakaridase (laktase, maltase, sukrase).
Hasil Penelitian
Berat badan tikus malnutrisi pranatal dan pascasapih yang direalimentasi lebih
tinggi dari tikus malnutrisi yang tidak direalimentasi, tetapi Iebih rendah dari tikus
kontrol. Semua parameter yang digunakan untuk menilai morfologi pada tikus
malnutrisi pranatal dan pascasapih yang direalimentasi lebih tinggi dari tikus
malnutrisi yang tidak direalimentasi, tetapi lebih rendah dibandingkan tikus
kontrol. Aktivitas spesifik disakaridase pada tikus malnutrisi pranatal yang
direalimentasi lebih tinggi dari tikus malnutrisi yang tidak direalimentasi, tetapi
lebih rendah dari nilai kontro. Sedangkan aktivitas spesifik disakaridase pada
tlkus malnutrisi pascasapih yang direalimentasi lebih rendah dari tikus malnutrisi
yang tidak direalimentasi, tetapi lebih tinggi dari nilai kontrol. Persentase
peningkatan beberapa parameter terhadap kontrol yaitu berat usus, berat
mukosa, dan kandungan protein mukosa usus halus tikus malnutrisi pascasapih
yang direalimentasi lebih tinggi dari tikus malnutrisi pranatal yang direalimentasi.
Kesimpulan
Malnutrisi tidak mengurangi populasi enterosit usus halus tikus. Realimentasi
dapat meningkatkan berat badan tikus malnutrisi pranatal dan pascasapih, tetapi
tidak mencapai berat badan tikus normal. Realimentasi pada tikus malnutrisi
pranatal dan pascasapih dapat memperbaiki hipotrotl mukosa usus halus tetapi
tidak mencapai nonnotroti Realimentasi pada tikus malnutrisi pranatal dapat
meningkatkan aktivitas disakaridase tetapi tidak mencapai nilai normal.
Realimentasi pada tikus malnutrisi pascasapin dapat me-ngaklbatkan perubahan
aktivitas disakaridase tetapi tldak mencapai nilai normal. Realimentasi pada tikus
malnutrisi pranatal dan pascasapih dapat memperbaiki maturitas mukosa usus
halus, tetapi tidak mencapai normal. Realimentasi pada tikus malnutrisi
pascasapih memberikan respon yang lebih baik daripada tikus malnutrisi
pranatal.

Abstract
Background
Low birth-weight infant and intrauterine growth retardation (lUGR) are still a
health problem, especially in Indonesia due to high prevalence and need to be
reduced. Malnutrition in infants are most common occur in low birth-weight
infants. The most common etiology of failure to thrive in infants is due to
gastrointestinal origin, particularly nutrient maldigestion and malabsorption, and
chronic diarrhea.
Malnutrition in rats resulted in hypotrophic and norrnoplastic mucosa of the
small intestine. The nomioplasia was reflected from persistent DNA content of
the intestinal mucosa in malnutrition. The finding was not only showed that small
intestine was able to maintain its cell number in condition with restriction nutrient,
however also suggested the posibility of epithelial regeneration if given the
adequate nutrient intake.
Did realimentation recover the hypotrophic normoplastic mucosa to
nonnotrophic normoplastic? lf so, will the recovery response be different between
rats with malnutrition induced in prenatal period and post-weaning period. The
study aim to answer the above question.
Methodology
Experimental animal study with post test-control group design was perfomied
using male litter of Sprague-Dawley rats, from April 2003 to December 2004.
Eighty male Sprague-Dawley rats bom from 10 female rats which were 8 week
old and body weight of 250-300 grams, was fed standard chow. The study was
divided into 2 phases: (1) prenatally-induced malnutrition, i.e. 3 weeks gestation
period, 3 weeks lactation period, and 3 weeks post-weaning period, and post-
weaning-induced malnutrition for 9 weeks starting right after weaning, continued
with phases (2) realimentation for 8 weeks. At the end of each phase, the rats
were sacrilied to obtain data. The data include (1) serum albumin level, (2)
physical parameters (body weight, body length, chest cirouimstance), (3) small
intestinal parameters (intestinal weight, length, diameter, and mucosal weight),
(4) small intestinal morphology (mucosal thickness, villus height, cryptus depth,
ratio of villus/crypt, number of villi, protein content, DNA content, ratio of
protein/DNA), and (5) disaocharidases (lactase, maltase, sucrase) activities.
Results
Both in pranatally and postweaning-induced malnutrition, the body weight of rats
in realimentation group was higher than non-realimentation group, but lower than
control group. All parameters to evaluate the morphology of rats with prenatally
and postweanlng-induced malnutrition in realimentation group were higher than
those of non-realimentation, but lower than control group. Specihc activity of
disaocharidases in rats with prenatally-induced malnutrition in realimentation
group was higher than those without realimentation, but lower than control. While
specific activity of disaccharidases in postweaning-induced malnutrition rats in
realimentation group was lower than those without realimentation, but higher
than control. After relimentation, percentage of increase from control values in
some parameters in realimentation rats (intestinal and mucosal weight, protein
content of intestinal mucosa) in postweaning-induced malnutrition rats was
higher compared to prenatally-induced malnutrition rats.
Conclusions
Malnutrition did not reduced the population of small intestinal enterocytes.
Realimentation was able to increase the body weight of rats in prenatally and
post-weaning-induced malnutrition, but the increase did not reach the nom1al
body weight. Realimentation in rats in prenatally and postweaning-induced
malnutrition was able to improve the hypotrophy of small intestinal mucosa but
not fully recover to nomiotrophic state. Realimentation in rats in prenatally-
induced malnutrition was able to increase the disacxsharidases activities but not
to the nom'|al values. Realimentation in rats of postweaning-induced malnutrition
was able to decrease the disaccharidases activities, but not to nom1al values.
Realimentation was able to improve the maturity of small intestinal mucosa of
rats in prenatally and postweaning-induced malnutrition, but did not reach the
nomtal values. Realimentation in rats of postweaning-induced malnutrition
showed better responses than rats of prenatally-induced malnutrition."
2005
D715
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Twidy Tarcisia
"ABSTRAK
Penyembuhan luka adalah peristiwa kompleks yang meliputi kemotaksis,
angiogenesis, pembelahan sel, sintesis matriks ekstraseluler, pembentukan dan
remodeling jaringan parut. Angiogenesis, densitas kolagen, kontraksi luka, epitelisasi
dan luas area luka adalah beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai
baiknya penyembuhan luka. Pemberian ADSC-CM pada penelitian terdahulu terbukti
meningkatkan proses penyembuhan luka melalui mekanisme parakrin ADSC.
Penelitian ini menilai efek pemberian ADSC-CM monolayer dalam inkubasi normoxia
selama tiga hari terhadap angiogenesis, kontraksi luka, epitelisasi dan kualitas
penyembuhan luka kulit tikus Sprague Dawley. Adanya konsentrasi growth factor
seperti VEGF dan EGF dinilai melalui pemeriksaan ELISA. Efek angiogenesis,
densitas kolagen, kontraksi luka, epitelisasi dan luas area luka dinilai dengan
pemeriksaan histologi menggunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin dan Masson?s
Trichome. Dua puluh sembilan tikus dibalurkan ADSC-CM pada bagian punggung
(full thickness wound) dan dinilai gambaran histologinya pada hari ke-3, 7, 14, 21 dan
28. Konsentrasi VEGF dan EGF ditemukan dalam ADSC-CM dengan 5052,698 ± 0,31
pg/mL dan 0,233 ± 0,08 pg/mL. Gambaran histologi pada parameter angiogenesis,
densitas koalgen, kontraksi luka, epitelisasi dan luas area luka menunjukkan perbedaan
tidak bermakna antara kelompok luka yang dibalurkan ADSC-CM dan kelompok
kontrol namun secara klinis dan epidemiologis pembaluran ADSC-CM meningkatkan
proses penyembuhan luka.

ABSTRACT
Wound healing is a complex event that consist chemotaxis, angiogenesis, proliferation,
synthesis of matrix extracellular, formation and remodeling scar tissue. Angiogenesis,
colagen density, wound contraction, epithelialization and wound area is a several
parameter to analyze wound healing. Previous studies have shown that ADSC-CM are
able to accelerate wound healing due to paracrine effect. This study investigate the
effect of monolayer ADSC-CM on angiogenesis, colagen density, wound contraction,
epithelialization and wound area in a rat full thickness wound. Consentration of growth
factor such as EGF and VEGF were assessed with ELISA examination. Angiogenesis,
colagen density, wound contraction, epithelialization and wound area were analyzed
histologically with Hematoxylin-Eosin and Masson?s Trichome staining. Twenty nine
rats were administered topically with ADSC-CM. Histological examination was
measured on day 3, 7, 14, 21 and 28. Amount of VEGF and EGF is 5052,698 pg/mL
dan 0,233 pg/mL. Histology examination angiogenesis, colagen density, wound
contraction, epithelialization and wound area show there is no significant difference
between ADSC-CM group and control group but meaningful difference to accelerate
wound healing."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhoma Gumala
"ABSTRAK
Nanopartikel emas telah diteliti untuk sistem penghantaran tertarget obat sitotoksik.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hasil karakterisasi dan biodistribusi dari
konjugat trans-resveratrol-PEG-Asam Folat-Nanopartikel Emas. Nanopartikel emas
disintesis dengan reduksi HAuCl4 menggunakan natrium sitrat. Nanopartikel emas
dikonjugasikan dengan PEG-FA dan resveratrol membentuk konjugat resveratrol-PEGAsam Folat-Nanopartikel Emas (rsv-PEG-FA-AuNP). Karakterisasi konjugat rsv-PEG-FAAuNP dilakukan dengan pengukuran partikel, zeta potensial, FTIR, UV, dan TEM. Studi biodistribusi pada tikus Sprague Dawley betina sehat dilakukan setelah 90 menit pemberian injeksi konjugat rsv-PEG-FA-AuNP melalui vena ekor. Hasil karakterisasi rsv-PEG-FAAuNP diperoleh nilai diameter rata-rata nanopartikel dan zeta potensial rsv-PEG-FA-AuNP 249,03 ± 10,31 nm dan -36,33 ± 3,12 mV. Pada uji biodistribusi ditemukan konjugat rsv-PEG-FA-AuNP di ginjal (1,90 ± 0,20 μg/g) dan limfa (2,65 ± 1,18 μg/g) setelah 90 menit pemberian iv, namun resveratrol bebas tidak ditemukan di darah, ginjal, dan limfa setelah 90 menit pemberian iv. Konjugat rsv-PEG-FA-AuNP pada sirkulasi sistemik ditemukan pada waktu yang lebih lama dibandingkan dengan resveratrol bebas dan distribusinya tersebar pada organ otak, ginjal, limpa, hati, dan paru.

ABSTRACT
Gold nanoparticles had been studied for active targeting purpose of cytotoxic agent. This study was presenting the result of characterization and biodistribution of trans resveratrol-PEG-Folic Acid-Gold Nanoparticle conjugates rsv-PEG-FA-AuNP. Gold nanoparticles were generated by reduction of HAuCl4 using sodium citric. Rsv-PEG-FA-AuNPs were produced by conjugation of gold nanoparticles with PEG-folic acid and resveratrol.
Characterization of rsv-PEG-FA-AuNP conjugates were held by examination of particle size, zeta potential, FTIR, and TEM. Biodistribution study in female Sprague-Dawley rats conducted after 90 minutes i.v tail vein delivery of rsv-PEG-FA-AuNP conjugates. The mean particle size and zeta potential of rsv-PEG-FA-AuNP were 249.03 10.31 and -36.33
3.12 respectively. Transmission electron microscopy showed almost spherical shape of rsv-PEG-FA-AuNP conjugates. Rsv-PEG-FA-AuNP conjugates were found in kidney 1.90 0.20 μg/g and spleen 2.65 1.18 μg/g after 90 minutes i.v. delivery in female Sprague-Dawley rats. Resveratrol-PEG-FA-AUNP conjugates have longer systemic circulation than free resveratrol and restrained throughout brain, spleen, kidney, lung, and liver after distribution.
"
2019
T54536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>