Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 617 dokumen yang sesuai dengan query
cover
U. Sudarsono
"Memanen hujan adalah suatu metode konservasi air tanah yang dilakukan dengan cara mengumpulkan air hujan yang jatuh di atap bangunan dan menyimpannya di dalam akuifer. Untuk melaksanakan metode ini dibuat penelitian dengan mengambil lokasi di halaman Pusat Lingkungan Geologi Bandung. Di lokasi tersebut potensi air hujan yang dapat di panen sebesar 8340.00 m3/tahun, tetapi yang dapat dipanen dengan metode menuai hujan hanya 3614.00 m3/tahun dan yang dimasukkan ke dalam akuifer baru 1260.00 m3/tahun. Sumur percobaan yang dibuat di halaman kantor tersebut terletak pada akuifer dari satuan batuan tuf berbatu apung berumur kuarter dengan kedalaman 43.00 m berdiameter 15.00 cm menembus akuifer tidak tertekan berupa pasir sedang sampai kasar mengandung kerikil dari kedalaman 10.00 sampai 37.00 dengan kelulusan 1,80x10 cm/detik dan permukaan air tanah terletak pada kedalaman 5.66 m. Sumur tersebut mempunyai kemampuan imbuhan sebesar 1800.00 m3/jam. Untuk mengoptimalkan pemanenan hujan diperlukan beberapa sumur imbuhan dan penyimpanan lagi dengan diameter bervariasi dari 20.00 sampai 60.00."
Bandung: Pusat Survai geologi Bandung, 2007
551 JSDG 17:6 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Josephine Ulinai
"Salah satu wilayah tidak terlayani jaringan perpipaan di Kota Bekasi adalah Kelurahan Jatirangga sehingga kebutuhan air minumnya dipenuhi dalam bentuk self-supply yaitu pemakaian air tanah sebagai sumber air utama yang berpotensi menimbulkan penipisan air tanah untuk jangka waktu yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengulas hasil monitoring tingkat curah hujan dan ketinggian muka air tanah, menganalisis korelasi antara pola hujan dengan perubahan tinggi muka air tanah, dan merekomendasikan alternatif untuk menjaga ketersediaan air tanah agar berkelanjutan. Data perekaman curah hujan sebagai variabel bebas dan tinggi muka air tanah sebagai variabel terikat pada bulan Juni 2022 hingga awal November 2022 dianalisis menggunakan uji statistik inferensial SPSS yang meliputi uji korelasi dan regresi linear. Setelah mengidentifikasi hubungan curah hujan dan tinggi muka air tanah secara statistik, opsi-opsi alternatif dapat diurutkan sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan responden melalui metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Data perekaman rainfall gauge menunjukkan bahwa bulan Oktober memiliki curah hujan tertinggi (385 mm), sementara bulan Agustus memiliki curah hujan terendah (109 mm) dalam periode 5 bulan perekaman. Data dari water level logger menunjukkan bahwa muka air tanah tertinggi berada di bulan Oktober (7,85 m dari permukaan), sementara bulan Agustus menunjukkan tinggi muka air tanah paling dalam (>9,50 m dari permukaan). Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi curah hujan berdampak pada perubahan tinggi muka air tanah di bulan yang sama. Hasil pengujian statistik menunjukkan adanya korelasi signifikan yang tergolong lemah hingga moderat di antara kedua variabel curah hujan dan muka tanah. Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut, alternatif yang diprioritaskan adalah alternatif yang mengintervensi pada pasokan air tanah, yaitu sumur resapan, sumur injeksi, dan parit resapan yang umum digunakan di Indonesia. Hasil tabulasi data responden pada metode AHP menunjukkan bahwa sumur resapan merupakan alternatif peringkat pertama yang dianggap dapat dipertimbangkan untuk diaplikasikan di Kota Bekasi. Setelah diimplementasikan, sumur resapan diharapkan dapat membantu menjaga keberlanjutan air tanah.

One of the areas in Kota Bekasi that is not served by a piped network is Jatirangga Sub-district. The community in Jatirangga Sub-district meets their drinking water needs through self-supply, which has the potential to deplete groundwater over a long period. This study aims to review the results of monitoring the rainfall level and groundwater level, analyze the correlation between rainfall patterns and changes in groundwater levels, and recommend alternatives to ensure sustainable groundwater availability. The recorded data of rainfall and groundwater levels from June 2022 to early November 2022 were analyzed using inferential statistical tests, including correlation and linear regression tests, in SPSS. After identifying the statistical relationship between rainfall and groundwater levels, alternative options can be ranked according to the respondents' experiences and knowledge using the Analytical Hierarchy Process (AHP) method. The rainfall gauge recording data shows that October had the highest rainfall (385 mm), while August had the lowest rainfall (109.2 mm) during the 5-month recording period. The data from the water level logger indicates that the highest groundwater level occurred in October (7.85 m below the surface), while August had the deepest groundwater level (>9.5 m below the surface). This suggests that rainfall fluctuations have an impact on changes in groundwater levels within the same month. The results of the statistical tests show a significant correlation between the two variables, although it is categorized as weak to moderate. Based on the statistical analysis, the ranked alternatives are those that intervene in groundwater supply, such as infiltration wells, injection wells, and infiltration trenches commonly used in Indonesia. The tabulation of respondent data in the AHP method shows that infiltration wells are the top-ranked alternative considered for implementation in Kota Bekasi. The integration of infiltration wells is envisioned as a pivotal measure to effectively preserve the sustainability of the groundwater resources."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In the urban drainage design, people usually use the Intensity Duration Frequency to estimate Short Duration Design Rainfall. Problems shall arise when short duration data from Automatic Rainfall Recorder are not available in the study area...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Armarohimin is one of Nagari Taram tradition which ask rain to God.
This paper describes Armarohimin ceremony, explain the religion
(Islam) aspect in this ceremony context, and the ceremony function
in the society itself. Nowadays, there are two gaps which accept and
reject with this tradition. Indeed, this tradition reflect the society lives
which is can’t be seperated from Islam development in Sumatera. "
390 WE 2:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Sandy
Jakarta: Direktorat Landuse. Direktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam Negeri, 1972
R 551.5 MAD s
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Rahayu
"Salah satu pola umum curah hujan di Indonesia adalah adanya dua rezim hujan,
yaitu rezim hujan Barat dan rezim hujan Timur dengan batas kira-kira 120°BT atau di
Pulau Sulawesi. Meskipun ganis bujur 1200 BT mi juga melintasi Pulau Flores dan
Pulau Sumba, namun untuk pulau-pulau di Timur Pulau Jawa adalah terkecualian.
Akan tetapi batas tersebut tentu tidak tepat pada garis lurus 120°BT karena
faktor-faktor yang mempengaruhi hujan yaitu 1. Kelembaban, di Sulawesi
kelembaban rata-rata sekitar 80% perbulan, 2. Ketinggian, daerah penelitian dibagi
menjadi empat wilayah ketinggian yaitu 0-100 m, 100-500 m, 500-1000 m dan diatas
1000 m, 3. DKAT, yang berpengaruh di Sulawesi adalah pada bulan -bulan Desember
- Januani dan Maret-April, 4. Arah dan kecepatan angin, sesuai dengan arah
datangnya angin dibagi menjadi empat yaitu angin musim Barat, angin musim
peralihan I, angin musim Timur dan angin musim peralihan H.
Masalah yang diajukan adalah Dimana batas rezim hujan Indonesia Barat dan rezim
hujan Indonesia Timur? Dengan batasan daerah penelitian adalah Propinsi Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Selatan,mengingat kedua propinsi inilah yang dilalui oleh garis
120° BY Rezim hujan adalah kelompok atau region hujan yang menunjukkan perbedaan
waktu jatuhnya curah hujan maksimum dan curah hujan minimum di suatu tempat.
Wilayah rezim hujan Barat adalah wilayah dimana curah hujan maksimumnya jatuh pada
bulan-bulan Desember-Januari dan curah hujan minimumnya pada bulan-bulan Juli-
Agustus. Wilayah rezim hujan Timur adalah wilayah dimana curah hujan maksimumnya
jatuh pada bulan-bulan Mei-Juni dan curah hujan minimumnya jatuh pada bulan-bulan
September-Oktober. Penarikan garis region berdasarkan stasiun pengamat hujan.
Dari hasil pengolahan data, diperoleh 42 stasiun yang terbagi menjadi dua wilayah rezim
hujan yaitu Barat dan Timur. Wilayah rezim hujan Barat terdiri dari 16 stasiun yaitu
Pinrang, Parepare, Palanro, Pangkajene, Maros, Ujungpandang, Sungguminasa,
Penggentungan, Jeneponto, Sabang, Tompe, Tawaeli, Donggala, Mejene, Malino dan
Malakaji.
Wilayah rezim hujan Timur terdiri dari 26 stasiun yaitu: Tinombo, Ampibabo, Parigi,
Poso, Mekuli, Toili Batui, Luwuk, Rantepao, Palopo, Batubatu, Watansopeng, Rappang,
Belawa, Tancung, Paria, Sinjai, Macope, Watampone, Manipi, Bulukumba, Cellu, Canru
Enrekang, Palu dan Singkang"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Indratmoko
"Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat bervariasi, baik dalam skala ruang maupun waktu. Variasi curah hujan ini berdampak pada penentuan awal masa tanam khususnya tanaman padi. Melalui penghitungan statistik dan pemetaan data spasial, penelitian ini akan mengungkapkan pola awal musim tanam sebagai respon terhadap variabilitas curah hujan di Kabupaten Kebumen selama periode tiga puluh tahun, yaitu tahun 1981 - 2010. Analisis spasial yang diperkuat dengan pendekatan statistik mengungkapkan bahwa wilayah pesisir di Kabupaten Kebumen memiliki variabilitas curah hujan yang tinggi dengan rata rata curah hujan rendah. Semakin tinggi tempat, variabilitas curah hujannya semakin menurun diikuti rata-rata curah hujan yang semakin tinggi. Selain itu, Awal musim tanam padi dimulai pada wilayah dengan variabilitas curah hujan yang rendah (perbukitan) menuju wilayah variabilitas curah hujan tinggi (pesisir). Pada periode 1981 - 2000, awal musim tanam padi dimulai dari utara dan bergerak menuju Selatan Kabupaten Kebumen. Sedangkan pada periode 2001-2010, awal musim tanam padi dimulai dari barat laut dan bergerak menuju tenggara dan selatan Kabupaten Kebumen.

Rainfall is one element of climate that varied, both in space and time scale. These variations of rainfall affect the beginning of paddy growing season. Through a statistical calculation and mapping of spatial data, this research reveal a pattern of early growing season in response to rainfall variability in Kebumen Regency over a period of thirty years from 1981 to 2010. Spatial analysis with a reinforced approach statistics reveal that the coastal region in Kebumen Regency has high rainfall variability with an average of rainfall is low. The higher variability of annual precipitation, followed by the higher rainfall. In addition, the beginning of paddy planting season from the areas with low rainfall variability (the hills) to the region's high rainfall variability (coastal). In the period 1981-2000, paddy planting season move from the North and South Kebumen Regency. While from 2001-2010, paddy planting season move from Northwest to the Southeast and South Kebumen Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1424
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Dwi Wahyuningsih
"ABSTRAK
Pemanenan air hujan adalah kegiatan menampung air hujan secara lokal dan menyimpannya melalui berbagai teknologi yang bertujuan untuk pengunaan masa depan agar terpenuhi kebutuhan air manusia. Di negara maju seperti Korea Selatan, Texas (U.S), Australia, Jerman dan Singapura sudah menggunakan sistem panen air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Faktor yang mempengaruhi kualitas limpasan air hujan dalam sistem pemanenan air hujan yaitu material komponen pemanenan air hujan dan faktor eksternal lainnya seperti kondisi klimatologi, intensitas curah hujan dan periode hari kering. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas limpasan air hujan pada variasi jenis atap, faktor-faktor yang mempengaruhi dan potensi pemanfaatannya di pemukiman kawasan industri. Penelitian ini menggunakan 3 jenis atap full scale yaitu jenis atap asbes, genteng dan seng, dengan jumlah pengambilan sampel sebanyak 10 kali dengan metode komposit. Jenis atap genteng memiliki kualitas limpasan air hujan terbaik dibanding jenis atap asbes dan seng. Faktor internal seperti jenis material atap dan kemiringan atap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas limpasan air hujan. Intensitas curah hujan yang tinggi dan periode hari kering yang panjang menyebabkan semakin tinggi konsentrasi kontaminan dalam limpasan air hujan. Pemanfaatan limpasan air hujan menjadi air bersih untuk kebutuhan sanitasi perlu dilengkapi dengan unit pengolahan yang sederhana.

ABSTRACT
Rainwater harvesting is the activity of collecting rainwater locally and storing it through various technologies that aim to use in the future to meet water needs in various human activities. Developed countries such as South Korea, Texas (U.S), Australia, Germany and Singapore have used rainwater harvesting systems to meet clean water needs. Factors that affect the quality of rainwater runoff in the rainwater harvesting system are rainwater harvesting components and other external factors such as climatological conditions including the intensity of rainfall and dry days. This study aims to analyze the quality of rainwater runoff on the type of roof variation, the influenced factors and potential utilization of rainfall runoff in residential industrial estates. This study uses 3 types of full-scale roofs consisted of asbestos roofs, tile and zinc, with 10 times sampling using the composite method. The tile roof type has the best quality of rainwater runoff compared to the type of asbestos roof and zinc. Internal factors such as the type of roofing material and the slope of the roof have a significant influence on the quality of rainwater runoff. The high intensity of rainfall and long dry period causes higher concentrations of contaminants in rainwater runoff. The utilization of rainwater runoff into clean water for sanitation needs to be equipped with a simple processing unit."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryatmaning Hany W.
"Perencanaan bangunan-bangmman air yang besar dan bermanfaat bagi umum harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati. Bangunan air yang efisien dad segi biaya tetapi berfungsi optimum dan tinggi keamanannya membutuhkan pilihan kapasitas yang tepat yang akan ditampung oleh bangunan tersebut, yang diukur dari banyaknya air yang ditampung atau dialirkan melalui bangunan tersebut dalam satuan waktu tertentu.
Intensitas hujan adalah salah satu komponen pengolah data yang diperlukan untuk menentukan kapasitas suatu bangunan air. Intensitas hujan merupakan ukuran banyaknya curah hujan yang jatuh dalam satuan walclu tertenm Penelitian yang sudah umum dilakukan terhadap intensitas hujan adalah padajumlah curah hujan setiap jam dan jumlah curah hujan setiap hari, sementara hubungan antara jumlah curah hujan tahunan dengan jumlah hari hujan tahunan belum banyak diteliti.
Tulisan ini meneliti ada tidaknya hubungan antara jumlah curah hujan tahunan dengan jumlah had hujan tahunan. Penelitian dilakukan dengan metode statistlka terhadap data-data jumlah curah hujan dan jumlah hari hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta. Data-data yang digunakan diambil dan stasiun-stasiun pengukur curah hujan yang ada di Pulau Jawa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34638
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1992
S27982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>