Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Dwinursanty
"ABSTRAK
Unilateral posterior crossbite is commonly seen in mixed dentition, but it couldn't be self corrected. If this condition is not treated properly, it could lead to asymmetric face. Asymmetric face with unilateral posterior crossbite could make the treatment process more difficult. The objective of this study is to find out the relationship between transversal skeletal asymmetry and unilateral posterior crossbite. Patients older than 13 years with skeletal asymmetric face, who had never undergone orthodontic treatment or facial sugery were selected. The sample consisted of 15 females and 6 males (15 - 32 years old). Anteroposterior cephalogram was used for determining the difference between right and left of antegonial and the deviation of menton. Criteria for asymmetry were more than 3 mm on Antegonial and 2 mm or more on Menton. Mid Sagital Reference (MSR) was used as reference line. Unilateral posterior crossbite could be seen in the dental model. The data was analyzed using Mann Whitney test. It was revealed that from 21 samples, 38.1% was found to have unilateral posterior crossbite with majorly involving four posterior teeth. Conclusion: There is no relationship between transversal skeletal asymmetry and unilateral posterior crossbite (p > 0,05)."
Journal of Dentistry Indonesia, 2006
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wasilah
"ABSTRAK
Hubungan antara informasi asimetri dan praktek perataan laba di Indonesia
This paper conducts an empirical investigation about the relations/zip between information asymmelly and earnings management in Indonesia. When information asymmetry is high, the stakeholders do not have any information or
resources to monitor and to know manager's activities which give rise to the
practice of earnings management. To provide evidence practices of earning
managements and information asymmetry, this paper uses aggregate accruals
with modified Jones model and market microstructure theory. This paper employs
return vtflatility, trading volume and quotes price for bid ask spread to proxy in
market microstructure. This paper employs generalized least squares with 60 firm
balanced panel data in the 1994-199, and also addresses about the effect of
Indonesian financial crisis to the relationship between information asymmet1y
and earnings management. We compare sub-sample before and in the financial
crisis period. Empirical result suggests a positive relationship between
information asymmetry as measured by bid ask spreads and the level of earnings
management in Indonesia. This positive relationship is not ~ffected by Indonesian
financial crisis."
Depok: [Fakultas Ekonomi UI;Fakultas Ekonomi UI;Fakultas Ekonomi UI, Fakultas Ekonomi UI], 2005
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Septiyono Arlan
"ABSTRAK
Maloklusi adalah ketidaksesuaian letak gigi dari lengkung rahang. Berdasarkan hasil survey WHO pada tahun 2006, maloklusi pada remaja di Indonesia tahun 2006 mencapai 89%. Maloklusi dapat dikurangi dengan perawatan menggunakan bracket. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh heat treatment dan bakteri Streptococcus sobrinus dan Candida albican terhadap ketahanan korosi dan sifat mekanik dari stainless steel 17-4 PH pada lingkungan rongga mulut. Penelitian dilakukan dengan tiga metode uji, yang pertama adalah metode heat treatment (annealing, quench, dan temper) dengan menggunakan oven furnace, metode kedua yaitu uji celup korosi dengan periode pencelupan 17 hari, dan metode ketiga adalah pengujian ion release. Hasil heat treatment (HT) menunjukan, nilai kekerasan material stainless steel 17-4 PH meningkat sebesar 1 HRC dan laju korosi material menurun dari 0.003 mm/year menjadi 0.00004 mm/year pada lingkungan rongga mulut. Hasil uji korosi menunjukan bahwa bakteri Streptococcus sobrinus dan jamur Candida albicans meningkatkan laju korosi dari material setelah HT sebesar 0.0021 mm/year dan 0.00048 mm/year. Hasil ion release menunjukan ion nikel yang terlarut sebesar 0.3 mg/L dan ion chromium sebesar 0.1 mg/L yang berada dibawah batas aman. dapat digunakan sebagai material orthodontic bracket. Sehingga berdasarkan data laju korosi dan ion release, maka material stainless steel 17-4 PH dapat digunakan sebagai material orthodontic bracket.

ABSTRACT
Malocclusion is a misalignment or incorrect relation between the teeth of the two dental arches when the jaws close. Based on the survey results of the WHO in 2006, adolescents who suffered malocclusion reached 89% in Indonesia. Malocclusion can be reduced by using orthodontic brackets. This study aims to determine the influence of heat treatment and the influence of Streptococcus sobrinus bacteria and Candida albicans fungi on corrosion rate and mechanical properties of stainless steel 17-4 PH. The study was conducted with three test methods. First, heat treatment of SS 17-4 PH, second is the immersion corrosion test methods for 17 days and third is the ion release test. The results of heat treatment (HT) show that stainless steel 17-4 PH corrosion rate decrease from 0.003 mm/year to 0.00004 mm/year in the oral environment. For immersion corrosion test results, corrosion rate samples are increased by S. Sobrinus is 0.0021 mm/year and C. albicans is 0.00048 mm/year. The ion release test showed that the dissolved nickel ions is 0.3 mg/L and for chromium is 0.1 mg / L. Based on this result, stainless steel 17-4 PH can be used as the material for orthodontic brackets based on the data of the corrosion rate and ion release.
"
2015
S60832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marianti Enikawati
"Latar Belakang : Maloklusi merupakan masalah yang angka prevalensinya cukup besar di Indonesia. Perawatan terhadap maloklusi perlu dilakukan sejak dini. Selama pubertas, laju pertumbuhan kembali meningkat sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan maloklusi. Pengetahuan mengenai pertumbuhan tengkorak dan rahang, terutama maksila dan mandibula, menjadi sangat penting untuk menentukan rencana perawatan yang tepat.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata panjang maksila dan mandibula pada anak laki-laki dan perempuan usia 10-16 tahun.
Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain potong lintang. Subjek penelitian berupa 211 radiograf sefalometri anak usia 10-16 tahun.
Hasil : Pertambahan panjang maksila pada anak laki-laki yang paling besar terjadi pada usia 14 tahun ke 15 tahun. Pertambahan panjang maksila dan mandibula pada anak perempuan, serta mandibula pada anak laki-laki yang paling besar terjadi pada usia 13 tahun ke 14 tahun. Tidak terdapat perbedaan rerata panjang maksila maupun mandibula antara anak laki-laki dengan anak perempuan usia 10-13 tahun, sedangkan pada usia >13-16 tahun, terdapat perbedaan. Terdapat perbedaan pada rerata panjang maksila dan mandibula antara anak laki-laki usia 10-13 tahun dengan anak laki-laki usia >13-16 tahun, begitu juga pada anak perempuan.

Background: Malocclusion prevalence rate is a quite large problem in Indonesia. Treatment of malocclusion should be done. During puberty, the growth rate increased so that it can be used to correct malocclusion. Knowledge of the growth of the skull and jaw, especially the maxilla and mandibular, becomes very important to determine proper treatment plan.
Objective: The aim of this study was to determine the average length of maxilla and mandibular in 10-16 years old boys and girls.
Methods: The method that is used in this research was descriptive with cross-sectional design. The subjects were 211 cephalometric radiographics of 10-16 years old children.
Result: The highest growth rate of the maxilla in boys occurred at the age of 14 years to 15 years. The highest growth rate of maxilla and mandibular in girls, and the highest growth rate of mandibular in boys occurred at the age 13 to 14 years. The average length of the maxilla and mandibular between boys and girls 10-13 years old has no difference, while there is a difference in >13-16 years old. There is a difference between the maxillary and mandibular length of 10-13 years old boys with >13-16 years old boys, and also for the girls.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eriza Louis
"ABSTRAK
Diskrepansi rasio ukuran mesiodistal gigi dapat menjadi salah satu hambatan dalam mencapai oklusi yang ideal terutama jika terdapat pada maloklusi skeletal. Terdapat perbedaan pendapat beberapa penulis mengenai rasio mesiodistal gigi di antara kelompok maloklusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran serta melihat ada tidaknya perbedaan rasio ukuran mesiodistal gigi pada oklusi normal dan kelompok maloklusi. Subyek penelitian terdiri dari 4 kelompok, yaitu kelompok oklusi normal yang diperoleh dari mahasiswa/I FKG UI, dan kelompok maloklusi kelas I, maloklusi skeletal kelas II dan maloklusi skeletal kelas III yang diperoleh dari pasien Klinik Ortodonti RSGMP FKG UI. Setiap kelompok terdiri dari 16 orang dengan usia minimal 18 tahun. Kelompok dibagi berdasarkan sudut ANB. Pengukuran mesiodistal gigi menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,01 mm. Uji intra observer menggunakan uji t berpasangan. Uji hipotesis menggunakan one way ANOVA. Hasil yang diperoleh gambaran rasio ukuran mesiodistal gigi pada kelompok oklusi normal dan maloklusi tidak menunjukkan pola tertentu. Rentang nilai rasio ukuran mesiodistal gigi pada kelompok maloklusi lebih besar dari kelompok oklusi normal. Tidak ada perbedaan bermakna pada rasio ukuran mesiodistal gigi antara kelompok oklusi normal dan berbagai maloklusi.

ABSTRACT
ntroduction :Toothwidthdiscrepancymaybe one of theobstaclesin achievingthe
idealocclusion,Tooth width discrepancy maybe one of the obstacles in achieving the ideal occlusion, especially if present in skeletal malocclusions. There are differences of opinion regarding tooth-width ratio among malocclusion groups.
This research is aimed to determine whether there is a specific pattern and see the difference in tooth width ratios among normal occlusion and malocclusion groups
Subjects consisted of four groups, normal occlusion group obtained from Faculty of Dentistry students, and a group of Class I, skeletal Class II malocclusion and skeletal Class III malocclusion were obtained from Orthodontic patients. Each group consisted of 16 people with a minimum age of 18 years. Malocclusion groups were based on ANB angle. Mitutoyo digital calipers were used to measure the mesiodistal width of each tooth to an accuracy of 0.01mm. Paired t test were used to compare intra-observer measurements on ANB angle and tooth width. One way ANOVA were performed to compare the difference of tooth width ratios among normal occlusion and malocclusion groups.The result showed tooth width ratios in normal occlusion and malocclusion group showed no particular pattern. The range of value of mesiodistal tooth size ratios in malocclusion groups are larger than normal occlusion group. No significant differences in mesiodistal tooth size ratio between the normal occlusion and different malocclusion groups."
2013
T35040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Mayasari
"Dalam merancang, berbagai unsur dan prinsip-prinsip digunakan dalam mendesain bentuk massa dan tampak bangunan. Salah satu prinsip tersebut adalah asimetri. Asimetri merupakan salah satu unsur yang sudah banyak diterapkan dalam perancangan sebuah bangunan. Apakah arti dan asimetri ini? Apakah asimetri dapat menciptakan sesuatu yang serasi, selaras, dinamis dan seimbang ?
Pengolahan secara asimetri, tidak hanya muncul dari sebuah fungsi yang mendasari perancangan bangunan tersebut, namun juga prinsip-prinsip yang dapat menciptakan keindahan. Ketidaksamaan antara kanan dan kiri, ketidakteraturan dalam bentuk dan penyusunan, bukan berarti kekacauan dan keburukan dalam sebuah desain. Kecenderungan manusia untuk mencapai keharrnonisan dan keseimbangan tidak hanya diwujudkan dari keteraturan, melainkan variasi dari berbagai bentuk. Vanasi ini dapat dicapai dengan penyusunan yang asimetris."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Griffine Meliani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pengungkapan risiko terhadap asimetri informasi dengan menggunakan efektivitas dewan komisaris dan komite audit serta siklus hidup perusahaan sebagai variabel pemoderasi. Tingkat pengungkapan risiko diukur dengan metode content analysis berdasarkan pengembangan framework oleh Linsley dan Shrives (2006) dan regulasi pengungkapan risiko berlaku di Indonesia. Efektivitas dewan komisaris dan komite audit diukur berdasarkan skor yang dikembangkan oleh Hermawan (2009). Pengujian hipotesis diukur dengan menggunakan regresi berganda dengan sampel 215 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012.
Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan dari tingkat pengungkapan risiko terhadap asimetri informasi. Pengaruh negatif ini diperkuat oleh efektivitas komite audit secara signifikan, namun tidak ditemukan pengaruh dari efektivitas dewan komisaris dan siklus hidup perusahaan dalam memperkuat pengaruh negatif tingkat pengungkapan risiko terhadap asimetri informasi. Pengujian tambahan dilakukan pada variabel efektivitas dewan komisaris dan komite audit serta siklus hidup secara terpisah. Hasil pengujian tambahan ini mendukung hasil penelitian secara konsisten, sedangkan siklus hidup ditemukan memperkuat secara marginal.

This research aims to know the effect of risk disclosures on the asymmetry information with board of commissioner and audit committee effectiveness and firm life cycle as moderating variable. Risk disclosures are measured through content analysis based on framework developed by Linsley and Shrives (2006) and regulation applied in Indonesia. Board of commissioners and audit committee are assesed by using a score that is developed by Hermawan (2009). Hypothesis testing used multiple regression with sample of 215 companies that are listed at Indonesia Stock Exchange in 2012.
The result of this study shows that risk disclosures is negatively associated with the asymmetry information. This relationship is stronger for firms with higher audit committee effectiveness score. There is no significant effect found in the board commissioner efectiveness and firm life cycle to moderate the relationship. Additional tests are performed to test board commissioner and audit committee effectiveness and firm life cycle in separately. Results of additional tests consistently support the research results, however firm life cycle is found to strengthen the effect marginally.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fathiyya Gabriella
"Latar belakang: Maloklusi skeletal menjadi salah satu etiologi asimetri mandibula karena dapat mengakibatkan distribusi tekanan yang abnormal pada permukaan kondilus mandibula. Asimetri mandibula sendiri adalah ketidakseimbangan atau disproporsionalitas antara sisi kanan dan kiri pada sepertiga bagian bawah wajah atau mandibula. Tujuan: Mengetahui perbedaan proporsi terjadinya asimetri mandibula antara pasien dengan pola skeletal yang berbeda. Metode: Studi analitik komparatif dengan desain cross-sectional pada 105 pasien di RSKGM FKG UI. Perhitungan menggunakan metode Kjellberg pada analisis radiograf panoramik secara digital melalui software EzOrtho. Hasil: Terdapat 55,2% subjek mengalami kejadian asimetri mandibula. Uji bivariat Pearson Chi Square menunjukkan terdapat perbedaan bermakna proporsi terjadinya asimetri mandibula antara pasien dengan pola skeletal kelas I, II dan III. Uji bivariat Continuity correction menunjukan terdapat perbedaan bermakna proporsi terjadinya asimetri mandibula pada kelompok pola skeletal kelas I dibandingkan dengan kelompok pola skeletal kelas III, dan terdapat perbedaan bermakna proporsi terjadinya asimetri mandibula pada kelompok pola skeletal kelas II dibandingkan dengan kelompok pola skeletal kelas III. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna proporsi terjadinya asimetri mandibula pada kelompok pola skeletal kelas I dibandingkan dengan kelompok pola skeletal kelas II. Kesimpulan: Terdapat perbedaan proporsi terjadinya asimetri mandibula pada pasien dengan pola skeletal yang berbeda.

Background: Skeletal malocclusion is one of the etiology of mandibular asymmetry because it caused abnormal pressure distribution on the mandibular condyle’s surface. Mandibular asymmetry is an imbalance or disproportionality between the right and left sides of the lower third of the face or mandible. Aim: The aim of this study was to assess the difference in the proportion of mandibular asymmetry between patients with different skeletal patterns. Methods: A comparative analytical study with a cross-sectional design on 105 patients at RSKGM FKG UI were conducted. Calculations were performed using the Kjellberg method on digital panoramic radiographic analysis using EzOrtho software. Results: The results of this study showed that 55.2% of subjects experienced mandibular asymmetry. The Pearson Chi-Square bivariate test showed that there was a significant difference in the proportion of mandibular asymmetry between patients with class I, II, and III skeletal patterns. The bivariate continuity correction test showed that there was a significant difference in the proportion of mandibular asymmetry in the class I skeletal pattern group compared to the class III skeletal pattern group, and there was a significant difference in the proportion of mandibular asymmetry in class II skeletal pattern group compared to the class III skeletal pattern group. However, there was no significant difference in the proportion of mandibular asymmetry in the class I skeletal pattern group compared to the class II skeletal pattern group. Conclusion: There was a difference in the proportion of mandibular asymmetry in patients with different skeletal patterns."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Risyad Hanafiah
"Latar Belakang: Asimetri wajah merupakan ketidakseimbangan yang terjadi pada bagian yang homolog pada wajah dalam hal ukuran, bentuk dan posisi pada sisi kiri dan kanan. Karena wajah yang asimetri sering disertai ketidaksimetrisan dental, maka keadaan ini merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam merawat suatu maloklusi. Asimetri wajah dapat terjadi pada bagian sepertiga atas, sepertiga tengah, dan sepertiga bawah wajah karena pertumbuhan kranial, maksila, dan mandibula saling berhubungan satu sama lain. Pemeriksaan asimetri wajah penting dilakukan karena ada tidaknya asimetri wajah dapat menggambarkan adanya masalah dental yang dialami oleh pasien. Ada tidaknya asimetri pada wajah ini juga merupakan salah satu kriteria daya tarik, yang memiliki efek penting pada kesejahteraan psikologis dan sosial seseorang.
Pembahasan: Pemeriksaan asimetri wajah penting untuk dilakukan karena asimetri wajah dapat menggambarkan adanya masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan asimetri wajah dapat dilakukan menggunakan pemeriksaan jaringan lunak menggunakan foto ekstraoral pasien dengan metode pengukuran sudut dan pengukuran linear dan juga pemeriksaan jaringan keras menggunakan foto radiograf sefalometri postero-anterior pasien dengan metode Rickket’s analysis dan Grummon’s Analysis.
Kesimpulan: Untuk mendapatkan hasil dan detail yang lebih baik dalam pemeriksaan asimetri wajah, kedua metode pemeriksaan asimetri wajah dapat dilakukan.

Background: Facial asymmetry is an imbalance that occurs in homologous parts of the face in terms of size, shape, and position on the left and right sides. Because facial asymmetry is often accompanied by dental asymmetry, it is a condition that needs to be considered in treating a malocclusion. Facial asymmetry can occur in the upper, middle, and lower third of the face because the cranial, maxillary, and mandibular growths are related to one another. Examination of facial asymmetry is important because the presence or absence of facial asymmetry can indicate the presence of dental problems experienced by the patient. The presence or absence of facial asymmetry is also a criterion of attractiveness, which has an important effect on a person’s psychological and social well-being.
Disscusions: Examination of facial asymmetry is important to do because facial asymmetry can describe the existence of health problems experienced by patients. Examination of facial asymmetry can be done using soft tissue examination using extraoral photos of the patient using the angle measurement and linear measurement methods and hard tissue examination using postero-anterior cephalometric radiographs of the patient using the Rickket's analysis and Grummon's analysis methods.
Conclusion: To get better results and details in examining facial asymmetry, both methods of examining facial asymmetry can be performed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Teora
"ABSTRAK
Wajah yang asimetri mempengaruhi daya tarik seseorang. Oleh karena itu, gambaran asimetri wajah berdasarkan komponen skeletal dan dental penting untuk diketahui terkait diagnosis dan rencana perawatan ortodonti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asimetri wajah berdasarkan komponen skeletal dan dental pada pasien di klinik ortodonti RSKGM FKG UI. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan 46 hasil penapakan sefalometri postero-anterior pasien pria berumur > 14 tahun 4,2 bulan dan pasien wanita berumur > 11 tahun 6,24 bulan dengan menggunakan analisis Grummon. Diperoleh proporsi arah asimetri berdasarkan deviasi menton, garis tengah gigi rahang bawah dan atas yang terdiri dari 27 sampel 58,7 dengan arah asimetri lebih condong ke sisi kiri sedangkan 19 sampel 41,3 dengan asimetri lebih condong ke sisi kanan. Komponen skeletal yang ditemukan dalam arah vertikal memiliki nilai selisih rerata yang lebih besar dibandingkan dalam arah transversal. Garis tengah gigi rahang bawah memiliki nilai selisih rerata lebih besar dibandingkan atas. Sehingga dapat disimpulkan gambaran arah asimetri wajah pada pasien klinik ortodonti RSKGM FKG UI memiliki proporsi lebih besar ke kiri dibandingkan ke kanan dengan komponen skeletal dalam arah vertikal lebih besar dibandingkan arah tranversal. Sedangkan pada arah transversal diperoleh wajah sisi kiri lebih besar dibandingkan sisi kanan. Selain itu, asimetri dental lebih sering terjadi pada garis tengah gigi rahang bawah dibandingkan atas.Kata Kunci: Asimetri wajah, skeletal, dental, sefalometri postero-anterior, Analisis Grummon

ABSTRACT
Facial asymmetry affects people rsquo s attractiveness. Therefore, it is important to know facial asymmetry based on the skeletal and dental components regarding the diagnosis and treatment plan. This study is to describe facial asymmetry based on skeletal and dental components in patients at orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI. It is descriptive using secondary data from the tracing of postero anterior cephalograms of patients aged 14 years 4.2 months for male and 11 years 6.24 months for female with Grummon rsquo s Analysis. This study showed the proportion of asymmetric direction based on menton, maxillary midline, and mandibular midline deviation consist of 27 samples 58.7 tend to the left side while 19 samples 41.3 tend to the right side. The skeletal component found in vertical direction has a larger mean value difference than in transverse direction. The mean value difference is greater in the midline of mandibular teeth than the maxillary teeth. In conclusion, the proportion of facial asymmetry direction in patient at orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI is greater to the left side than to the right side with skeletal component in greater vertical direction than transverse direction. While in transverse direction, it is obtained that left side of the face is greater than the right side. In addition, dental asymmetry is more common in the midline of mandibular teeth than maxillary teeth.Keywords facial asymmetry, skeletal, dental, postero anterior cephalometric, Grummon rsquo s Analysis"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>